You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang
membentuk darah. Darah merupakan bagian penting dari sistem transport.
Komponen cair darah yang disebut plasma terdiri dari 92% air yang berperan sebagai
medium transport, dan 8 sampai 9% zat padat. Zat padat tersebut anatara lain protein-
protein seperti albumin, globulin, faktor-faktor pembekuan, dan enzim (Permono,
2006).

Keganasan hematologi dibagi menjadi solid tumor dan non solid tumor
(leukemia). Leukemia adalah penyakit keganasan pada jaringan hematopoietik yang
ditandai dengan penggantian elemen sumsum tulang normal oleh sel darah abnormal
atau sel leukemik. Hal ini disebabkan oleh proliferasi tidak terkontrol dari klon sel
darah immatur yang berasal dari sel induk hematopoietik. Sel leukemik tersebut juga
ditemukan dalam darah perifer dan sering menginvasi jaringan retikuloendotelial
seperti limpa, hati dan kelenjar limfe (Launder, 2002).

Leukemia diklasifikasikan berdasarkan tipe sel, baik menurut maturitas sel


maupun turunan sel. Berdasarkan maturitas sel, leukemia dibedakan atas akut dan
kronik. Jika sel ganas tersebut sebagian besar immatur (blast) maka leukemia
diklasifikasikan akut, sedangkan jika yang dominan adalah sel matur maka
diklasifikasikan sebagai leukemia kronik. Berdasarkan turunan sel, leukemia
diklasifikasikan atas leukemia mieloid dan leukemia limfoid. Kelompok leukemia
mieloid meliputi granulositik, monositik, megakriositik dan eritrositik (Turgoen,
2012).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Leukemia adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah yang
diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang (bone marrow)
ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga tipe sel darah diantaranya sel darah
putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah
(berfungsi membawa oxygen kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah
yang membantu proses pembekuan darah). Pada leukemia ada gangguan dalam
pengaturan sel leukosit. Leukosit dalam darah berproliferasi secara tidak teratur
dan tidak terkendali dan fungsinya pun menjadi tidak normal. Oleh karena proses
tersebut fungsi-fungsi lain dari sel darah normal juga terganggu hingga
menimbulkan gejala leukemia (Harila, 2011).

Leukemia ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk


hematopoietik yang mengalami transformasi secara maligna dan menyebabkan
penekanan serta penggantian unsur sumsum tulang yang normal. Perkembangan
keganasan yang terjadi pada leukemia akan menghasilkan abnormalitas sel
leukemik dan gangguan produksi sel darah normal (Ciesla, 2007).

Leukemia merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan


penanganan yang seksama. Insiden LLA adalah 9-10 kasus per 100.000 populasi.
LLA merupakan kanker paling umum yang terjadi pada anak-anak. Tetapi LLA
dapat berefek pada semua umur. Insidennya paling sering usia 2-10 tahun. Insiden
tertinggi umur 3-5 tahun. Insiden turun bersamaan dengan peningkatan
umur.Lebih sering mengenai laki-laki daripada perempuan (Guyton & Hall,2007).

Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah putih yang berasal dari
sumsum tulang ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manisfestasi
adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi. Pada leukemia ada gangguan dalam
pengaturan sel leukosit. Leukosit dalam darah berploriferasi secara tidak teratur
dan tidak terkendali dan fungsinyapun menjadi tidak normal. Oleh karena proses
tersebut fungsi-fungsi lain dari sel darah normal juga terganggu hingga
menimbulkan gejala leukemia (Gustaviani & Sudoyo, 2007).

B. Klasifikasi Leukemia
Berdasarkan maturasi sel dan tipe sel asal, leukemia dapat diklasifikasikan
menjadi :
 Leukemia Akut
Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat
cepat, mematikan, dan memburuk. Biasanya tanpa pengobatan penderita akan
meninggal rata-rata dalam 4-6 bulan. Leukemia akut adalah keganasan primer
sumsum tulang yang berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh
komponen darah abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran ke
organ-organ lain. Leukemia akut dapat dibagi menjadi :.
 Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA merupakan jenis leukemia dengan karakteristik adanya
proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik yang
mengakibatkan organomegali (pembesaran alat-alat dalam) dan kegagalan
organ. LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada umur
dewasa (18%). Insiden LLA akan mencapai puncaknya pada umur 3-7
tahun. Tanpa pengobatan sebagian anak-anak akan hidup 2-3 bulan
setelah terdiagnosis terutama diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum
tulang (Launder, 2002).

Leukemia Limfositik Akut


(Hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa perbesaran 1000x)

 Leukemia Mielositik Akut (LMA)


LMA merupakan leukemia yang mengenai sel stem hematopoetik
yang akan berdiferensiasi ke semua sel mieloid. LMA merupakan
leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi. LMA atau Leukemia
Nonlimfositik Akut (LNLA) lebih sering ditemukan pada orang dewasa
(85%) dibandingkan anak-anak (15%).20 Permulaannya mendadak dan
progresif dalam masa 1 sampai 3 bulan dengan durasi gejala yang singkat.
Jika tidak diobati, LNLA fatal dalam 3 sampai 6 bulan (Moussay, 2011).

Leukemia Mielositik Akut


Hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa perbesaran 1000x)
 Leukemia Kronik
Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
proliferasi neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena
keganasan hematologi.
 Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada
limfosit T). Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan akumulasi
progresif yang berjalan lambat dari limfosit kecil yang berumur panjang.
LLK cenderung dikenal sebagai kelainan ringan yang menyerang
individu yang berusia 50 sampai 70 tahun dengan perbandingan 2:1
untuk laki-laki (Launder, 2002).

Leukemia Limfositik Kronis (LLK)

 Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK)


LGK/LMK adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai
dengan produksi berlebihan sel mieloid (seri granulosit) yang relatif
matang. LGK/LMK mencakup 20% leukemia dan paling sering dijumpai
pada orang dewasa usia pertengahan (40-50 tahun). Abnormalitas genetik
yang dinamakan kromosom philadelphia ditemukan pada 90-95%
penderita LGK/LMK. Sebagian besar penderita LGK/LMK akan
meninggal setelah memasuki fase akhir yang disebut fase krisis blastik
yaitu produksi berlebihan sel muda leukosit, biasanya berupa
mieloblas/promielosit, disertai produksi neutrofil, trombosit dan sel darah
merah yang amat kurang (Launder, 2002).
Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK)

C. Etiologi dan manifestasi klinis leukemia

Etiologi leukemia masih belum diketahui pasti. Para ahli menemukan


bahwa terdapat hubungan antara leukemia dengan beberapa faktor risiko seperti
faktor-faktor genetik, lingkungan (termasuk ionization radiation), dan orang tua
yang peminum alkohol atau perokok. Pendapat lain mengemukakan bahwa
lingkungan yang terpapar medan magnet perlu diperhitungkan, tetapi belum
terbukti sebagai faktor penyebab Leukemia (Harila, 2011).

Manifestasi klinik leukemia dapat berupa kelelahan dan kelemahan,


pucat, infeksi dan demam yang tidak sembuh dengan antibiotik, mudah berdarah
atau memar, nyeri sendi atau tulang, hilangnya nafsu makan dan turunnya berat
badan, pembesaran kelenjar limf, batuk atau kesulitan pernafasan, pembesaran
hati atau limpa, pembengkakan muka dan tangan, sakit kepala, serta muntah
(Harila, 2011).

Salah satu manifestasi klinis dari leukemia adalah perdarahan.


Manifestasi perdarahan yang paling sering ditemukan berupa ptekie, purpura
atau ekimosis, yang terjadi pada 40 – 70% penderita leukemia akut pada saat
didiagnosis. Lokasi perdarahan yang paling sering adalah pada kulit, mata,
membran mukosa hidung, ginggiva dan saluran cerna. Perdarahan yang
mengancam jiwa biasanya terjadi pada saluran cerna dan sistem saraf pusat,
selain itu juga pada paru, uterus dan ovarium. Manifestasi perdarahan ini muncul
sebagai akibat dari berbagai kelainan hemostasis (Dalimoenthe, 2005).

D. Diagnosis Leukemia
 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik untuk jenis LLA yaitu ditemukan splenomegali
(86%), hepatomegali, limfadenopati, nyeri tekan tulang dada, ekimosis, dan
perdarahan retina. Pada penderita LMA ditemukan hipertrofi gusi yang
mudah berdarah. Kadang-kadang ada gangguan penglihatan yang disebabkan
adanya perdarahan fundus oculi. Pada penderita leukemia jenis LLK
ditemukan hepatosplenomegali dan limfadenopati. Anemia, gejala-gejala
hipermetabolisme (penurunan berat badan, berkeringat) menunjukkan
penyakitnya sudah berlanjut. Pada LGK/LMK hampir selalu ditemukan
splenomegali, yaitu pada 90% kasus. Selain itu Juga didapatkan nyeri tekan
pada tulang dada dan hepatomegali. Kadang-kadang terdapat purpura,
perdarahan retina, panas, pembesaran kelenjar getah bening dan
kadangkadang priapismus
 Pemeriksaan GDT (Gambaran Darah Tepi)
Pemeriksaan GDT dan darah lengkap merupakan salah satu
pemeriksaan laboratorium diagnostik awal yang cukup penting untuk
mendiagnosis leukemia. Pemeriksaan gambaran darah tepi (GDT) pada LMA
dapat ditemukan mieloblas yang mengandung batang Auer dan penurunan
jumlah granulosit absolut. Pada LLA, GDT yang ditemukan adalah
peningkatan leukosit, limfositosis, dan penurunan pada jumlah trombosit,
neutrofil dan eritrosit (Price, 2005).
LMK memiliki GDT berupa peningkatan leukosit, dominasi sel
neutrofil dan mielosit, peningkatan eosinofil serta basofil di sirkulasi serta
mieloblas yang kurang dari 5% dan ditemukan di darah tepi10 . LLK
dikarakteristikkan dengan proliferasi dan akumulasi limfosit matur yang
abnormal di sumsum tulang, darah tepi, dan organ ekstramedular (Price,
2005).
Seluruh pasien leukemia limfositik kronik menunjukkan gambaran
eritrosit normokrom anisositosis, peningkatan jumlah leukosit, peningkatan
jumlah limfosit, presentasi smudge cell, penurunan jumlah trombosit, dan
ditemukan presentasi blast pada darah tepi. Menurut Hoffbrand pada tahun
2005 temuan laboratorium pada leukemia limfositik kronik adalah
limfositosis. Jumlah limfosit absolut adalah >5x109 /L dan dapat mencapai
hingga 300x109 /L atau lebih. Antara 70-90% leukosit dalam sediaan apus
darah tampak sebagai limfosit kecil, serta dapat ditemukan smugde cell dan
smear cell. Menurut Bakta pada tahun 2003 pada darah tepi pasien leukemia
limfositik kronik ditemukan limfositosis 30.000-300.000/mm3, sebagian
besar terdiri dari limfosit kecil, anemia normokromik normositer, serta sering
dijumpai basket cell dan smudge cell (Price, 2005).

 Pemeriksaan sumsum tulang


Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut
ditemukan keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel
leukemia (blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel
yang matang tanpa sel antara (leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari
sel berinti dalam sumsum tulang.20 Pada penderita LLK ditemukan adanya
infiltrasi merata oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang
berinti. Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit
B.47 Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular
dengan peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis.
Jumlah granulosit lebih dari 30.000/mm

 Biopsy limpa
Pemeriksaaan ini akan memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan
sel yang basal dari jaringan limfa akan terdesak seperti limfosit normal, RES,
granulosit, pulpcell (Bakta, 2006).

 Cairan serebrospinal
Bila terjadi peninggian jumlah sel (sel patologis) dan protein, maka
hal ini berarti suatu leukemia menigeal. kelainan ini dapat terjadi setiap saat
dari perjalanan penyakit pada keadaan remisi maupun keadaan kambuh.
Untuk mencegah melakukan fungsi lumbal dan pemberian metrotreksat
(MTX) intratekal secara rutin pada setiap penderita baru atu mereka yang
menunjukan gejala tekanan intracranial yang meninggi (Bakta, 2006).

E. Terapi
Pengobatan leukemia ditentukan berdasarkan klasifikasi prognosis dan
penyakit penyerta, antara lain :
 Radioterapi dan Kemoterapi, dilakukan ketika sel leukemia sudah
terjadi metastasis. Kemoterapi juga dilakukan pada fase induksi remisi
yang bertujuan mempertahankan remisi selama mungkin.
 Terapi modlitas, untuk mencegah komplikasi, karena adanya
pansitopenia, anemia, perdarahan, dan infeksi. Pemberian antibiotik
dan transfusi darah dapat diberikan.
 Pencegahan terpaparnya mikroorganisme dengan isolasi.
 Transplantasi sumsum tulang, transplantasi sumsum tulang
merupakan alternatif terbaik dalm penanganan leukemia. Terapi ini
juga biasa dilakukan pada pasien dengan limphoma,dan anemia
aplastik.

BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan
Leukemia ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk
hematopoietik yang mengalami transformasi secara maligna dan
menyebabkan penekanan serta penggantian unsur sumsum tulang yang
normal. Perkembangan keganasan yang terjadi pada leukemia akan
menghasilkan abnormalitas sel leukemik dan gangguan produksi sel darah
normal.
Berdasarkan maturasi sel dan tipe sel asal, leukemia dapat
diklasifikasikan menjadi LLA (Leukemia Limfositik Akut), LMA
(Leukemia Mielositik Akut), LLK (Leukemia Limfositik Kronis), dan
LMK (Leukemia Mielositik Kronik. Beberapa cara mendiagnosis leukemia
diantaranya melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan GDA (Gambaran
Darah Tepi), Biopsi limpa, Cairan serebrospinal, dll.

You might also like