You are on page 1of 10

PATCH TEST PADA ANAK IRAN DENGAN DERMATITIS KONTAK

ALERGIK

ABSTRAK

LATAR BELAKANG : Dermatitis kontak alergi ialah gangguan yang biasa terjadi
pada orang dewasa dan anak-anak. Tujuan studi ini adalah untuk menentukan
sensitisasi pada anak Iran yang mengalami dermatitis kontak

METODE : hasil dari 109 patch test yang menggunakan 24 alergen sesuai dengan
standar eropa pada pasien dibawah 18 tahun dari September 2007 s/d Maret 2009 telah
direkam dan dianalisis. Test ini dievaluasi pada 48 dan 72 jam setelah pemberian
alergen.

HASIL : populasi studi ini 72 (66,1%) wanita dan 37 (33,9%) pria. Bagian tangan
paling sering terkena. Evaluasi dari tes di hari ketiga menunjukan 51 (46,8%)
indvidu menunjukan reaksi positif terhadap minimal satu alergen. Wanita paling
sering mengalami respon yang positif terhadap alergi minimal pada satu alergen
(p-value = 0.031, odds ratio: 2.46). Alergi yang paling sering disebabkan oleh nikel
sulfat, kobalt, metilisotiazolinon dan colophony dengan 21 (19.3 %), 11 (10.1 %), 7
(6.4 %), dan 6 (5.5 %). alergi kontak pada nikel sulfat sering terjadi pada wanita
dibandingkan pria (23,6% vs 10,8%). tidak terdapat hubungan yang signifikan secara
statistik antara riwayat personal atau keluarga yang atopi dan reaksi positif pada
patch test. Relevansi klinik dan praktek yang dinilai untuk cobalt ialah 11 (52,3%)
dan nikel 4 (36,4%).

KESIMPULAN : nikel sulfat, kobalt, metilisothiazolinon dan colophony merupakan


alergen yang paling sering menyebabkan dermatitis kontak alergi pada anak dan
dewasa iran. Wanita lebih sering mengalami reaksi yang positif terhadap alergen
Kata kunci : dermatitis kontak alergi, patch test, anak, dewasa, kontak alergen.

LATAR BELAKANG

Dermatitis Kontak Alergi ialah penyakit peradangan pada kulit yang disebabkan
oleh hipersensitivitas tipe lambat yang dimediasi oleh sel T. Pada DKA, hapten akan
mencapai sel langerhans di epidermis. Sel-sel tersebut bermigrasi ke nodus limfatik
regional dan alergen akan diproses oleh sel T-limfosit. Pajanan kedua oleh alergen
yang sama terjadi respon pada CD8+ sel T yang dimediasi oleh CD4+ sel T. DKA
mempengaruhi 20% dari populasi pada anak. Menurut studi sebelumnya, 14,5 s/d
70,7% anak dengan diagnosa dermatitis kontak memiliki reaksi yang positif pada
paling tidak satu macam alergen pada patch test. Berdasarkan sedikitnya 5 macam
patch test pada anak, yang paling banyak dilaporkan ialah alergen neomisin, balsam
peru, pewangi campuran, lanolin, cocamidopropylbetanine, formaldehida,
kortikosteroid, metilclorisothiazoline/ metilisothiazolinone, propylene glycol dan
benxalkonium klorida. Patch test layak dijadikan standar baku untuk mengidentifikasi
dan dokumentasi sensitisasi alergi dan dapat mengetahui agen penyebab yang terjadi
pada anak dan dewasa. Walaupun patch test pada anak tidak diizinkan oleh FDA, tetapi
hal tersebut dibuktikan bahwa prosedur tersebut aman pada anak dan dewasa. Tidak
ada aturan dan batasan untuk patch test pada anak di Iran. Maka dari itu, peneliti sering
menggunakan indikasi yang biasa digunakan pada orang dewasa.

Tujuan dari studi ini ialah untuk menentukan penyebab dermatitis kontak alergi
dan mengindentifikasi dari alur responsivitas terhadap alergen pada anak dan dewasa
di Iran yang disebabkan oleh DKA.

METODE

Studi ini telah diizinkan oleh etik Fakultas Kedokteran Universitas Tehran. 109
data patch test pada anak dibawah usia 18 tahun yang didiagnosis klinis dan
histopatologi dengan dermatitis kontak alergi dan dirujuk oleh spesialis kulit untuk
dilakukan pemeriksaan patch test kemudian akan dikumpulkan dan dianalisis. Peneliti
menggunakan ESS (European Standard Series Hermal, Reinbek, Germany) dengan
konsetrasi yang sama dengan dosis orang dewasa. Alergen dipajankan pada kulit yang
sehat dan ditunggu sampai 48 jam. Pembacaan hasil akan dilakukan pada jam ke 48 dan
72 setelah patch test. Reaksi tersebut diklasifikasikan dan didokumentasikan
berdasarkan kriteria International Contact Dermatitis Research Group (ICDRG)
dengan (0 = negatif ; +/- = meragukan ; + = eritema ; ++ = papul vesikel dan +++ = bula
dan ulserasi)

Analisis Statistik

Manajemen data dan analisis statistik deskriptif dipaparkan menggunakan


perangkat lunak SPSS 16. Chi square dan uji Fisher digunakan dan apabila P value <
0,05 maka terjadi perbedaan yang signifikan.

HASIL

Pada studi ini terdiri dari 37 (33,9%) pria dan 72 (66,1%) wanita. Rerata usia ialah
14,4 dengan standar deviasi 3,4 tahun (range : 5-18 tahun). riwayat penyakit atopi
positif pada 48 pasien (44,0%). 41 (37,6) memiliki riwayat keluarga dengan atopi.
Bagian tubuh yang mengalami atopi dilampirkan pada tabel 1. tangan merpakan bagian
paling banyak terkena.
Hasil patch test dibaca pada hari ke 2 dan di reevaluasi pada hari ke 3 atau jam ke
72 dengan mengamati hasil, seperti, satu atau lebih bereaksi atau negatif atau
meragukan pada pasien pria dan wanita ditunjukan di Tabel 2

Wanita lebih banyak menunjukan hasil yang positif pada respon paling sedikit satu
jenis alergen (p-value = 0.031, odds ratio: 2.46, 95 %, dan confidence interval (CI):
1.07–5.64). Peneliti menemukan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada
frekuensi respon positif pada patch test dari pasien dengan atau tanpa riwayat penyakit
atau riwayat keluarga yang atopi.

Keseluruhan hasil patch test pada hari kedua dan reevaluasi pada hari ketiga
berdasarkan jenis kelamin ditunjukan pada tabel 4.
10 hal yang menginisiasi alergen ialah nickel sulfate (21,19.3 %), cobalt chloride
(11,10.1 %), methylisothiazolinone (7,6.4 %), colophony (6,5.5 %), potassium
dichromate (5,4.6 %), paraben mix (4,3.7 %), 4-tert-butylphenon (4,3.7 %), fragrance
mix (4,3.7 %), thiuram mix (3,2.8 %), mercapto mix (3,2.8 %), 4-phenylendiamine
base (2,1.8 %), dan formaldehyde (2,1.8 %)

Reaksi alergi positif dengan alergen nikel lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan pria, tanpa signifikansi secara statistik (23.6 % vs. 10.8 %, p-value =
0.130) (Tabel 4).

Peneliti dapat hanya mengakses relevansi klinik dan praktek pada 2 jenis alergen
yang paling dominan dan mengobservasi relevasi klinik yang hanya pada 11 (52.3 %)
and 4 (36.4 %) for nickel and cobalt, secara berurutan.

Hasil dari pembacaan patch test berdasarkan grup usia terlampir pada tabel 5.
Sebagian besar alergen (kecuali cobalt chloride, methyli-sothiazolinone, paraben
mix, and fragrance mix), memiliki respon positif yang tinggi pada grup usia 11-18
tahun daripada grup usia di bawah 10 tahun. Alergen yang paling sering pada grup usia
yang lebih muda ialah cobalt chloride (4, 18.2 %), nickel sulfate (3, 13.6 %),
methylisothiazolinone (2, 9.1 %), dan paraben mix (2, 9.1 %), sementara pada grup
yang lebih dewasa lebih sering disebabkan oleh nickel sulfate, cobalt chloride,
methylisothiazolinone, colophony, potas-sium dichromate.

DISKUSI

Pada studi ini penulis harus mengidentifikasi alergen yang terstimulasi pada patch
test di 109 anak dengan DKA. Dermatitis kontak pada anak telah banyak dipelajari
pada studi-studi sebelumnya dibandingkan DKA pada orang dewasa.

Pada beberapa studi menunjukan, keseluruhan 48,6% pasien memiliki hasil yang
positif pada patch test. Respon positif pada patch test berkisar antara 15 s/d 62,3%
pada studi yang lain.

Nikel merupakan alergen yang paling sering pada studi ini, dan yang paling sering
ditemukan pada studi sebelumnya. Walaupun beberapa penulis melaporkan bahwa
terdapat respon positif palsu dan reaksi terhadap iritan tinggi pada anak-anak. Studi
yang lain tersebut mengatakan bahwa kemungkinan tinggi terjadi pada anak-anak dapat
disebabkan oleh pemakaian konsentrasi alergen yang sama dengan dosis orang dewasa
dan belakangan ini hal tersebut tidak dapat diterima. Penulis tidak bisa menunjukan
relevansi klinik pada kurang lebih setengah kasus pada studi ini. Pada studi ini nickel
sulfate, cobalt chloride, methylisothiazoli-none, colophony, potassium dichromate,
paraben mix, 4-tert-butylphenon, fragrance mix, thiuram mix, mer-capto mix,
phenylendiamine base, dan formaldehyde merupakan urutan alergen dari yang paling
banyak sampai sedikit mengalami respon positif pada subjek yang diteliti.

Alergen yang paling sering dilaporkan di singapur ialah Nickel (40 %),
Thimerosal (15 %), Col-ophony (9 %), Lanolin (8 %), Cobalt (8 %), Fragrance mix (5
%), and Neomycin (4 %). sementara penelitian lain diturki melaporkan alergen yang
paling sering menginisiasi adalah Nickel sulfate (46 %), Cobalt chloride (9.5 %),
p-Phenylenediamine (9.5 %), Neomycin sulfate 20 % (7 %), Formaldehyde 1 % (4.6
%), Fragrance mix 8 % (3.9 %), CL-methylisothiazolinone 0.01 % (3.1 %), Mercapto
mix 2 % (3.1 %), Quaternium 15 % (2.3 %), Benzocaine 5 % (2.3 %), dan Potassium
dichromate 0.5 % (1.5 %).
Pada penelitian belakangan ini membahas studi pada 5 peniliti patch test pada
anak dan diapatkan 10 diantaranya ialah balsam Peru, fragrance mix, lanolin,
cocamidopropylbetaine, formaldehyde, corticosteroids, methylchlorisothiazolinone/
methylisothiazolinone, propylene glycol, and benzalkonium chloride. Perbedaan
frekuensi pada pemberian alergen berhubungan dengan timbulnya DKA ini dan studi
yang lain dapat dijelaskan dengan beberapa alasan. Pertama dan paling penting ialah
prevalensi sensitivitas pada alergen tidak hanya tergantung pada komposisi dari alergen
itu sendiri melainkan frekuensi eksposur dari alergen yang mana berbeda setiap negara.
Pada studi lain juga terdapat perbedaan pada tes panel dan konsentrasi alergen yang
diberikan pada masing-masing studi, maka itu menyebabkan sulitnya membedakan
antara yang satu dengan yang lainnya. Terdapat ketidaksesuaian pendapat tentang
reaktivitas dari alergen ini apakah bersifat musiman atau tidak. Lebih lagi reaktivitas
alergen dapat terjadi musiman dan dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Tingkat perbedaan jenis kelamin bervariasi. Pada studi ini, wanita lebih berespon
positif pada tes. Penelitian-penelitian sebelumnya juga mengatakan hal demikian.
Namun, pada suatu studi ada yang tidak mengalami perbedaan yang signifikan pada
jenis kelain yang berhubungan dengan reaktivitas alergen.

Pada studi ini, sensitivitas nikel juga ditemukan lebih sering terjadi pada wanita,
walaupun tanpa signifikansi statistik (tabel 4). ear piercing juga dipertimbangkan
sebagai penyebab dari tingginya alergen yang disebabkan oleh nikel pada wanita,
karena jumlah alergi pada nikel berbanding lurus dengan ear piercing. Piercing
merupakan tradisi adat di iran dan biasanya digunakan pada wanita pada awal masa
kehidupan dan digunakan dalam jangka panjang untuk menjaga agar lubang bekas
piercing tetap terbuka. Emas dengan karat yang rendah mungkin saja mengandung
nikel. Hal ini kontras dengan studi yang lain yang melaporan bahwa reaktivitas
terhadap potassium dichromate sering ditemukan pada dewasa pria, sedangkan pada
penelitian ini pria tidak predominan terhadap alergen ini.

Sebelumnya telah dilaporkan bahwa, ko-reaktivitas alergi antara cobalt dan nikel
pada studi ini.peneliti menemukan bahwa 45,5% pasien dengan respon positif pada
cobalt, mengalami reaksi yang positif pula pada nikel dengan presentasi 28%. Dengan
hasil ini, Rystedt melaporkan bahwa pasien yang sensitif nikel juga akan sensitif
terhadap cobalt.
Hasil dari penelitian ini menunjukan semakin dewasa maka kecenderungan untuk
bereaksi positif pada alergen makin kuat. Penemuan ini sesuai dengan studi
sebelumnya yang menunjukan bahwa reaksi positif pada alergen lebih banyak pada
anak usia yang agak dewasa. Lebih lagi, kejadian dermatitis kontak meningkat seiring
bertambahnya usia. Bagaimanapun juga, menurut beberapa penelitian berdasarkan
usia, penurunan hipersensitivitas tipe lambat mungkin terjadi karena usia.

Pada studi ini 44% dari pasien memiliki riwayat atopi. Hubungan antara atopi dan
DKA masih kontroversial. Walaupun sudah dianggap bahwa atopi merupakan faktor
predisposisi dari DKA dan reaktivitas pada alergen yang spesifik banyak dilaporkan
pada pasien atopi. Peneliti tidak menemukan hubungan yang signifikan antara riwayat
atopi dan riwayat keluarga yang mengalami atopi. Hal tersebut sesuai dengan
penelitian lain, beberapa studi menunjukan bahwa terdapat kesamaan prevalensi pada
DKA pada individu dengan atau tanpa diatesis atopik. Tangan merupakan bagian
yang paling sering mengalami DKA pada penelitian ini. Pengawet metal dan
penghapus karet adalah penyebab yang paling sering mengalami DKA pada tangan.
Studi ini juga mengatakan bahwa metal merupakan penyebab alergen paling sering
pada DKA. Pada penelitian ini juga mengatakan bahwa wajah merupakan bagian
tersering kedua mengalami DKA. Pada beberapa studi, mengatakan bahwa wajah
merupakan bagian yang paling sering mengalami DKA pada anak-anak dan dewasa.

Relevansi klinik yang positif pada reaksi yang positif dapat menjadi pertimbangan
apabila pasien tepapar dari produk yang mengandung alergen yang mana alergen
tersebut dapat bereaksi pada pasien. Untuk beberapa alergen pada grup pasien anak,
evaluasi relevansi tidak memungkinkan dilakukan karena tidak diketahui alergen apa
saja yang terpajan pada anak.

Methylisothiazolinone merupakan pengawet yang paling sering digunakan pada


kosmetik dan produk perlengkapan mandi pada anak dan dewasa. Hal tersebut dapat
meningkatkan kejadi DKA, terutama pada bagian mulut dan perineal karena pemakaian
tisu basah bayi. Colophony merupakan penyebab DKA yang terdapat pada perekat dan
plester. Bagaimanapun juga relevansi klinik rekasi positif dari patch test pada colphony
biasanya sulit dievaluasi.

Studi ini memiliki keterbatasan yaitu sampel yang sedikit, dan juga
ketidakmampuan untuk mengevaluasi relevansi klinik dari seluruh antigen pada patch
test. Studi dengan sampel yang besar dan relevansi antigen penentu yang adekuat dapat
direkomendiasikan pada anak iran dengan DKA.

KESIMPULAN

Hasil dari studi ini mengindikasikan bahwa nickel sulfate, cobalt,


methyli-sothiazolinone, dan colophony merupakan alergen yang paling sering
menyebabkan DKA pada anak-anak dan dewasa Iran. Wanita lebih sering mengalami
reaksi positif pada alergen. Penemuan ini sangat penting untuk tatalaksana, manajemen
pengobatan dalam jangka waktu lama dan edukasi pada anak dengan DKA.

You might also like