You are on page 1of 26

PENANGANAN TRAUMA THORAX

Disusun
Oleh
Kelas C Kelompok 2 :
Zulkifli Walangadi 841415187
Rahman Syarif 841415091
Zabir Ismail 841415
Adeleida Paramita Cahyo 841415210
Delviani D. Mahera 841415204
Yulinda Lakatara 841415195
Novriyanti Pakaya 841415091
Novita Zarah 841415102
Nurfadhila Abdul 841415199
Putri Ayu Benazir Otaya 841415079

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Olahraga dan Kesehatan
Universitas Negeri Gorontalo
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirannya Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tercurahkan kepada
junjungan nabi kita Muhammad SAW beserta para sahabatnya.
Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat
Darurat dimana makalah ini berisi tentang ”Penanganan Trauma Thorax”.
Penyusun menyadari bahwa tanpa bantuan dari pihak lain maka penyusun
tidak akan dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penyusun menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini.

Gorontalo, 31 Agustus 2018


Tim Penyusun

Kelompok II

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………. 2
C. Tujuan………………………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi………………………………………………………………. 3
B. Klasifikasi……………………………………………………………. 3
C. Mekanisme Trauma………………………………………………….. 5
D. Kondisi Yang Berbahaya…………………………………………….. 6
E. Penatalaksanaan Trauma Thorax…………………………………….. 8
F. Trauma Pada Dinding Dada…………………………………………. 10
G. Trauma Pada Pleura Dan Paru……………………………………….. 14
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………... 22
B. Saran…………………………………………………………………. 22
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejadian trauma thorax merupakan salah satu trauma yang sering
terjadi, jika tidak ditangani dengan benar akan menyebabkan kematian.
Kejadian trauma thorax terjadi sekitar seperempat dari jumlah kematian akibat
trauma yang terjadi, serta sekitar sepertiga dari kematian yang terjadi berbagai
rumah sakit. Beberapa cedera dada yang dapat terjadi antara lain, tension
pneumothoraks, pneumotoraks terbuka, flail chest, hematotoraks, tamponade
jantung.
Kecelakaan kendaraan bermotor paling sering menyebabkan terjadinya
trauma pada toraks. Tingkat morbiditas mortalitas akan meningkat dan
menjadi penyebab kematian kedua didunia pada tahun 2020 menurut WHO
(Word Health Organitation).
Pneumotoraks merupakan suatu cedera dada yang umum di temukan
pada kejadian trauma diluar rumah sakit, serta merupakan kegawat daruratan
yang harus di berikan penanganan secepat mungkin untuk menghindari dari
kematian. Insiden pneumotoraks tidak diketahui secara pasti dipopulasi,
dikarenakan pada literatur literatur, angka insidennya di masukan pada insiden
cedera dada atau trauma dada. Sebuah penelitian mengatakan 5,4% dari
seluruh pasien menderita trauma, merupakan pasien yang mengalami
pneumotoraks. Kurangnya pengetahuan untuk mengetahui tanda dan gejala
dari pneumotoraks terdesak menyebabkan banyak penderita meninggal setelah
atau dalam perjalanan menuju kerumah sakit.
Sebenarnya penanganan pneumotoraks terdesak dapat dilakukan
dengan bantuan hidup dasar tanpa memerlukan tindakan pembedahan,
sebelum mengirim pasien ke pusat pelayanan medis terdekat, sehingga disini
diperlukan pengatuhan untuk identifikasi awal dari gejala pneuomotoraks

1
terdesak, memberikan bantuan hidup dasar, dan mengirimnya ke tempat
pelayanan medis terdekat, untuk mengurangi tingkat mobiditas dan mortalitas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari trauma thorax ?
2. Apa saja klasifikasi dari thauma thorax ?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya trauma thorax ?
4. Apa saja kondisi yang membahayakan pada trauma thorax ?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada trauma thorax ?
6. Apa saja trauma pada dinding dada atau thorax ?
7. Apa saja trauma pada pleura dan paru ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari trauma thorax
2. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari thauma thorax
3. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya trauma thorax
4. Untuk mengetahui apa saja kondisi yang membahayakan pada trauma
thorax
5. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada trauma thorax
6. Untuk mengetahui apa saja trauma pada dinding dada atau thorax
7. Untuk mengetahui apa saja trauma pada pleura dan paru

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari
cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau bennda tumpul dan
dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut.

B. Klasifikasi
Trauma toraks dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu :
1. Trauma Tembus ( Tajam)
Trauma tembus adalah keadaan dimana terjadi diskontinuitas
dinding toraks (laserasi) langsung akibat penyebab trauma. Terutama
akibat tusukan benda tajam (pisau, kaca, dsb) atau peluru.
Trauma tembus, biasanya disebabkan tekanan mekanikal yang
dikenakan secara direk yang berlaku tiba-tiba pada suatu area fokal. Pisau
atau projectile, misalnya, akan menyebabkan kerusakan jaringan dengan
“stretching dan crushing” dan cedera biasanya menyebabkan batas luka
yang sama dengan bahan yang tembus pada jaringan. Berat ringannya
cidera internal yang berlaku tergantung pada organ yang telah terkena dan
seberapa vital organ tersebut.
Derajat cidera tergantung pada mekanisme dari penetrasi dan
temasuk, diantara faktor lain, adalah efisiensi dari energy yang
dipindahkan dari obyek ke jaringan tubuh yang terpenetrasi. Faktor –
faktor lain yang berpengaruh adalah karakteristik dari senjata, seperti
kecepatan, size dari permukaan impak, serta densitas dari jaringan tubuh
yang terpenetrasi. Pisau biasanya menyebabkan cidera yang lebih kecil
karena ia termasuk proyektil dengan kecepatan rendah. Luka tusuk yang

3
disebabkan oleh pisau sebatas dengan daerah yang terjadi penetrasi. Luka
disebabkan tusukan pisau biasanya dapat ditoleransi, walaupun tusukan
tersebut pada daerah jantung, biasanya dapat diselamatkan dengan
penanganan medis yang maksimal.
Peluru termasuk proyektil dengan kecepatan tinggi, dengan
biasanya bisa mencapai kecepatan lebih dari 1800-2000 kali per detik.
Proyektil dengan kecepatan yang tinggi dapat menyebabkan dapat
menyebabkan berat cidera yang sama denganseperti penetrasi pisau,
namun tidak seperti pisau, cidera yang disebabkan oleh penetrasi peluru
dapat merusakkan struktur yang berdekatan dengan laluan peluru. Ini
karena disebabkan oleh terbentuknya kavitas jaringan dan dengan
menghasilkan gelombang syok jaringan yang bisa bertambah luas. Tempat
keluar peluru mempunya diameter 20-30 kali dari diameter peluru.

2. Trauma Tumpul
Trauma tumpul adalah keadaan dimana tidak terjadi diskontinuitas
dinding toraks. Terutama akibat kecelakaan lalu-lintas, terjatuh, olahraga,
crush atau blast injuries. Kelainan tersering akibat trauma tumpul toraks
adalah kontusio paru.
Trauma tumpul lebih sering didapatkan berbanding trauma
tembus,kira-kira lebih dari 90% trauma thoraks. Dua mekanisme yang
terjadi pada trauma tumpul: (1) transfer energi secara direk pada dinding
dada dan organ thoraks dan (2) deselerasi deferensial, yang dialami oleh
organ thoraks ketika terjadinya impak. Benturan yang secara direk yang
mengenai dinding torak dapat menyebabkan luka robek dan kerusakan
dari jaringan lunak dan tulang seperti tulang iga. Cedera thoraks dengan
tekanan yang kuat dapat menyebabkan peningkatan tekanan intratorakal
sehingga menyebabkan ruptur dari organ –organ yang berisi cairan atau
gas.

4
C. Mekanisme Trauma
1. Akselerasi
Kerusakan yang terjadi merupakan akibat langsung dari penyebab
trauma. Gaya perusak berbanding lurus dengan massa dan percepatan
(akselerasi); sesuai dengan hukum Newton II (Kerusakan yang terjadi juga
bergantung pada luas jaringan tubuh yang menerima gaya perusak dari
trauma tersebut).
Pada luka tembak perlu diperhatikan jenis senjata dan jarak tembak;
penggunaan senjata dengan kecepatan tinggi seperti senjata militer high
velocity (>3000 ft/sec) pada jarak dekat akan mengakibatkan kerusakan
dan peronggaan yang jauh lebih luas dibandingkan besar lubang masuk
peluru.

2. Deselerasi
Kerusakan yang terjadi akibat mekanisme deselerasi dari jaringan.
Biasanya terjadi pada tubuh yang bergerak dan tiba-tiba terhenti akibat
trauma. Kerusakan terjadi oleh karena pada saat trauma, organ-organ
dalam yang mobile (seperti bronkhus, sebagian aorta, organ visera, dsb)
masih bergerak dan gaya yang merusak terjadi akibat tumbukan pada
dinding thoraks/rongga tubuh lain atau oleh karena tarikan dari jaringan
pengikat organ tersebut.

3. Torsio dan Rotasi


Gaya torsio dan rotasio yang terjadi umumnya diakibatkan oleh
adanya deselerasi organ-organ dalam yang sebagian strukturnya memiliki
jaringan pengikat/fiksasi, seperti Isthmus aorta, bronkus utama, diafragma
atau atrium. Akibat adanya deselerasi yang tiba-tiba, organ-organ tersebut

5
dapat terpilin atau terputar dengan jaringan fiksasi sebagai titik tumpu atau
poros-nya.

4. Blast Injury
Kerusakan jaringan pada blast injury terjadi tanpa adanya kontak
langsung dengan penyebab trauma. Seperti pada ledakan bom. Gaya
merusak diterima oleh tubuh melalui penghantaran gelombang energi.

D. Kondisi Yang Berbahaya


Berikut adalah keadaan atau kelainan akibat trauma toraks yang
berbahaya dan mematikan bila tidak dikenali dan di-tatalaksana dengan segera
:
1. Obstruksi Jalan Napas
Tanda : dispnoe, wheezing, batuk darah
PF : stridor, sianosis, hilangnya bunyi nafas
Ro toraks : non-spesifik, hilangnya air-bronchogram, atelektasis

2. Tension Pneumotoraks
Tanda : dispnoe, hilangnya bunyi napas, sianosis, asimetri toraks,
mediastinal shift
Ro toraks (hanya bila pasien stabil) : pneumotoraks, mediastinal shift

3. Perdarahan Masif Intra-toraks (hemotoraks masif)


Tanda : dispnoe, penampakan syok, hilang bunyi napas, perkusi pekak,
hipotensif
Ro toraks : opasifikasi hemitoraks atau efusi pleura

4. Tamponade

6
Tanda : dispnoe, Trias Beck (hipotensi, distensi vena, suara jantung
menjauh), CVP > 15
Ro toraks : pembesaran bayangan jantung, gambaran jantung membulat

5. Ruptur Aorta
Tanda : tidak spesifik, syok
Ro toraks : pelebaran mediastinum, penyempitan trakhea, efusi pleura

6. Ruptur Trakheobronhial
Tanda : Dispnoe, batuk darah
Ro toraks : tidak spesifik, dapat pneumotoraks, hilangnya air-
bronchograms

7. Ruptur Diafragma disertai Herniasi Visera


Tanda : respiratory distress yang progresif, suara usus terdengar di toraks
Ro toraks : gastric air bubble di toraks, fraktur iga-iga terbawah,
mediastinal shift

8. FlailChest Berat dengan Kontusio Paru


Tanda : dispnoe, syok, asimetris toraks, sianosis
Ro toraks : fraktur iga multipel, kontusio paru, pneumotoraks, effusi
pleura

9. Perforasi Esofagus
Tanda : Nyeri, disfagia, demam, pembengkakan daerah servikal
Ro toraks : udara dalam mediastinum, pelebaran retrotracheal-space,
pelebaran mediastinum, efusi pleura, pneumotoraks.

7
E. Penatalaksanaan Trauma Thorax
1. Prinsip
a. Penatalaksanaan mengikuti prinsip penatalaksanaan pasien trauma
secara umum (primary survey - secondary survey).
b. Tidak dibenarkan melakukan langkah-langkah : anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, penegakan diagnosis dan
terapi secara konsekutif (berturutan).
c. Standar pemeriksaan diagnostik (yang hanya bisa dilakukan bila
pasien stabil), adalah : portable x-ray, portable blood examination,
portable bronchoscope. Tidak dibenarkan melakukan pemeriksaan
dengan memindahkan pasien dari ruang emergency.
d. Penanganan pasien tidak untuk menegakkan diagnosis akan tetapi
terutama untuk menemukan masalah yang mengancam nyawa dan
melakukan tindakan penyelamatan nyawa.
e. Pengambilan anamnesis (riwayat) dan pemeriksaan fisik dilakukan
bersamaan atau setelah melakukan prosedur penanganan trauma.
f. Penanganan pasien trauma toraks sebaiknya dilakukan oleh Tim yang
telah memiliki sertifikasi pelatihan ATLS (Advance Trauma Life
Support).
g. Oleh karena langkah-langkah awal dalam primary survey (airway,
breathing, circulation) merupakan bidang keahlian spesialistik Ilmu
Bedah Toraks Kardiovaskular, sebaiknya setiap RS yang memiliki
trauma unit/center memiliki konsultan bedah toraks kardiovaskular.

2. Primary Survey
a. Airway
Assessment :
- Perhatikan patensi airway
- Dengar suara napas

8
- Perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan dinding
dada.
Management :
- Inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-lift
dan jaw thrust, hilangkan benda yang menghalangi jalan napas
- Re-posisi kepala, pasang collar-neck
- Lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi (oral /
nasal)

b. Breathing
Assesment :
- Periksa frekwensi napas
- Perhatikan gerakan respirasi
- Palpasi toraks
- Auskultasi dan dengarkan bunyi napas
Management :
- Lakukan bantuan ventilasi bila perlu
- Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension
pneumotoraks, open pneumotoraks, hemotoraks, flail chest

c. Circulation
Assesment :
- Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi
- Periksa tekanan darah
- Pemeriksaan pulse oxymetri
- Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)
Management :
- Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines
- Torakotomi emergency bila diperlukan

9
- Operasi Eksplorasi vaskular emergency

F. Trauma Pada Dinding Dada


1. Fraktur Iga
Fraktur pada iga (costae) merupakan kelainan tersering yang
diakibatkan trauma tumpul pada dinding dada. Trauma tajam lebih jarang
mengakibatkan fraktur iga, oleh karena luas permukaan trauma yang
sempit, sehingga gaya trauma dapat melalui sela iga. Fraktur iga terutama
pada iga IV-X (mayoritas terkena). Perlu diperiksa adanya kerusakan pada
organ-organ intra-toraks dan intra abdomen.
Kecurigaan adanya kerusakan organ intra abdomen (hepar atau
spleen) bila terdapat fraktur pada iga VIII-XII. Kecurigaan adanya trauma
traktus neurovaskular utama ekstremitas atas dan kepala (pleksus
brakhialis, a/v subklavia, dsb.), bila terdapat fraktur pada iga I-III atau
fraktur klavikula.
Penatalaksanaan :
- Fraktur 1-2 iga tanpa adanya penyulit/kelainan lain : konservatif
(analgetika)
- Fraktur >2 iga : waspadai kelainan lain (edema paru, hematotoraks,
pneumotoraks)
- Penatalaksanaan pada fraktur iga multipel tanpa penyulit
pneumotoraks, hematotoraks, atau kerusakan organ intratoraks
lain, adalah: Analgetik yang adekuat (oral/ iv / intercostal block),
Bronchial toilet, Cek Lab berkala : Hb, Ht, Leko, Tromb, dan
analisa gas darah, Cek Foto Ro berkala.
- Penatalaksanaan fraktur iga multipel yang disertai penyulit lain
(seperti: pneumotoraks, hematotoraks dsb.), ditujukan untuk
mengatasi kelainan yang mengancam jiwa secara langsung, diikuti
oleh penanganan pasca operasi/tindakan yang adekuat (analgetika,

10
bronchial toilet, cek lab dan ro berkala), sehingga dapat
menghindari morbiditas/komplikasi.
- Komplikasi tersering adalah timbulnya atelektasis dan pneumonia,
yang umumnya akibat manajemen analgetik yang tidak adekuat.

2. Fraktur Klavikula
Cukup sering sering ditemukan (isolated, atau disertai trauma
toraks, atau disertai trauma pada sendi bahu). Lokasi fraktur klavikula
umumnya pada bagian tengah (1/3 tengah). Deformitas, nyeri pada lokasi
taruma. Foto Rontgen tampak fraktur klavikula.
Penatalaksanaan :
- Konservatif : "Verband figure of eight" sekitar sendi bahu.
Pemberian analgetika.
- Operatif : fiksasi internal
- Komplikasi : timbulnya malunion fracture dapat mengakibatkan
penekanan pleksus brakhialis dan pembuluh darah subklavia.

3. Fraktur Sternum
Insidens fraktur sternum pada trauma toraks cukup jarang,
umumnya terjadi pada pengendara sepeda motor yang mengalami
kecelakaan. Biasanya diakibatkan trauma langsung dengan gaya trauma
yang cukup besar. Lokasi fraktur biasanya pada bagian tengah atas
sternum. Sering disertai fraktur Iga. Adanya fraktur sternum dapat disertai
beberapa kelainan yang serius, seperti: kontusio/laserasi jantung,
perlukaan bronkhus atau aorta.
Tanda dan gejala : nyeri terutama di area sternum, krepitasi
Pemeriksaan :
- Seringkali pada pemeriksaan Ro toraks lateral ditemukan garis
fraktur, atau gambaran sternum yang tumpang tindih.

11
- Pemeriksaan EKG : 61% kasus memperlihatkan adanya perubahan
EKG (tanda trauma jantung).
Penatalaksanaan :
- Untuk fraktur tanpa dislokasi fragmen fraktur dilakukan pemberian
analgetika dan observasi tanda2 adanya laserasi atau kontusio
jantung
- Untuk fraktur dengan dislokasi atau fraktur fragmented dilakukan
tindakan operatif untuk stabilisasi dengan menggunakan sternal
wire, sekaligus eksplorasi adanya perlukaan pada organ atau
struktur di mediastinum.

4. Dislokasi Sendi Sternoklavikula


- Dislokasi anterior : nyeri, nyeri tekan, terlihat "bongkol klavikula"
(sendi sternoklavikula) menonjol kedepan
- Posterior : sendi tertekan kedalam
- Pengobatan : reposisi

5. Flail Chest
Flail chest adalah area thoraks yang “melayang” (flail) oleh sebab
adanya fraktur iga multipel berturutan ≥ 3 iga , dan memiliki garis fraktur
≥ 2 (segmented) pada tiap iganya dapat tanpa atau dengan fraktur sternum.
Akibatnya adalah: terbentuk area “flail” segmen yang mengambang akan
bergerak paradoksal (kebalikan) dari gerakan mekanik pernapasan dinding
dada.
Area tersebut akan bergerak masuk saat inspirasi dan bergerak
keluar pada ekspirasi, sehingga udara inspirasi terbanyak memasuki paru
kontralateral dan banyak udara ini akan masuk pada paru ipsilateral
selama fase ekspirasi, keadaan ini disebut dengan respirasi pendelluft.
Fraktur pada daerah iga manapun dapat menimbulkan flail chest.

12
Dinding dada mengambang (flail chest) ini sering disertai dengan
hemothoraks, pneumothoraks, hemoperikardium maupun hematoma paru
yang akan memperberat keadaan penderita. Komplikasi yang dapat
ditimbul yaitu insufisiensi respirasi dan jika korban trauma masuk rumah
sakit, atelectasis dan berikut pneumonia dapat berkembang.
Karakteristik :
- Gerakan "paradoksal" dari (segmen) dinding dada saat
inspirasi/ekspirasi; tidak terlihat pada pasien dalam ventilator
- Menunjukkan trauma hebat
- Biasanya selalu disertai trauma pada organ lain (kepala, abdomen,
ekstremitas
- Komplikasi utama adalah gagal napas, sebagai akibat adanya
ineffective air movement, yang seringkali diperberat oleh
edema/kontusio paru, dan nyeri. Pada pasien dengan flail chest
tidak dibenarkan melakukan tindakan fiksasi pada daerah flail
secara eksterna, seperti melakukan splint/bandage yang melingkari
dada, oleh karena akan mengurangi gerakan mekanik pernapasan
secara keseluruhan.
Penatalaksanaan :
- Sebaiknya pasien dirawat intensif bila ada indikasi atau tanda-tanda
kegagalan pernapasan atau karena ancaman gagal napas yang
biasanya dibuktikan melalui pemeriksaan AGD berkala dan
takipneu
- pain control
- stabilisasi area flail chest (memasukkan ke ventilator, fiksasi
internal melalui operasi)
- bronchial toilet
- fisioterapi agresif
- tindakan bronkoskopi untuk bronchial toilet

13
Indikasi Operasi (stabilisasi) pada flail chest :
- Bersamaan dengan Torakotomi karena sebab lain (cth:
hematotoraks masif, dsb)
- Gagal/sulit weaning ventilator
- Menghindari prolong ICU stay (indikasi relatif)
- Menghindari prolong hospital stay (indikasi relatif)
- Menghindari cacat permanen
- Tindakan operasi adalah dengan fiksasi fraktur iga sehingga tidak
didapatkan lagi area "flail".

G. Trauma Pada Pleura Dan Paru


1. Pneumothorax
Pneumothorax adalah kelainan pada rongga pleura ditandai dengan
adanya udara yang terperangkap dalam rongga pleura maka akan
menyebabkan peningkatan tekanan negatif intrapleura sehingga
mengganggu proses pengembangan paru. Merupakan salah satu dari
trauma tumpul yang sering terjadi akibat adanya penetrasi fraktur iga pada
parenkim paru dan laserasi paru. Pneumothoraks bisa juga terjadi akibat
decelerasi atau barotrauma pada paru yang tanpa disertai adanya fraktur
iga. Pasien akan melaporkan adanya nyeri atau dispnea dan nyeri pada
daerah fraktur. Pada pemeriksaan fisik didapatkan melemahnya suara
pernapasan. pneumothoraks terbagi atas tiga yaitu: simple, open, dan
tension pneumothorax.

a. Simple Pneumothorax adalah pneumotoraks yang tidak disertai


peningkatan tekanan intra toraks yang progresif.
Ciri :
- Paru pada sisi yang terkena akan kolaps (parsial atau total)
- Tidak ada mediastinal shift

14
- PF : bunyi napas ↓ , hyperresonance (perkusi), pengembangan dada

Penatalaksanaan : WSD

b. Tension Pneumothora adalah pneumotoraks yang disertai peningkatan


tekanan intra toraks yang semakin lama semakin bertambah
(progresif). Pada pneumotoraks tension ditemukan mekanisme ventil
(udara dapat masuk dengan mudah, tetapi tidak dapat keluar).
Ciri :
- Terjadi peningkatan intra toraks yang progresif, sehingga terjadi :
kolaps total paru, mediastinal shift (pendorongan mediastinum ke
kontralateral), deviasi trakhea → venous return ↓ → hipotensi &
respiratory distress berat.
- Tanda dan gejala klinis: sesak yang bertambah berat dengan cepat,
takipneu, hipotensi, JVP ↑, asimetris statis & dinamis
- Merupakan keadaan life-threatening → tdk perlu Ro
Penatalaksanaan :
- Dekompresi segera: large-bore needle insertion (sela iga II, linea
mid-klavikula)
- WSD (Water Sealed Drainage)

c. Open Pneumothorax
Terjadi karena luka terbuka yang cukup besar pada dada
sehingga udara dapat keluar dan masuk rongga intra toraks dengan
mudah. Tekanan intra toraks akan sama dengan tekanan udara luar.
Dikenal juga sebagai sucking-wound. Terjadi kolaps total paru.
Penatalaksanaan :
- Luka tidak boleh ditutup rapat (dapat menciptakan mekanisme
ventil)

15
- Pasang WSD dahulu baru tutup luka
- Singkirkan adanya perlukaan/laserasi pada paru-paru atau organ
intra toraks lain.
- Umumnya disertai dengan perdarahan (hematotoraks)

2. Hematothorax
Hematothorax adalah Terakumulasinya darah pada rongga toraks
akibat trauma tumpul atau tembus pada dada. Sumber perdarahan
umumnya berasal dari A. interkostalis atau A. mamaria interna. Perlu
diingat bahwa rongga hemitoraks dapat menampung 3 liter cairan,
sehingga pasien hematotoraks dapat syok berat (kegagalan sirkulasi) tanpa
terlihat adanya perdarahan yang nyata, oleh karena perdarahan masif yang
terjadi terkumpul di dalam rongga toraks.
Penampakan klinis yang ditemukan sesuai dengan besarnya
perdarahan atau jumlah darah yang terakumulasi. Perhatikan adanya tanda
dan gejala instabilitas hemodinamik dan depresi pernapasan.
Pemeriksaan :
- Ro toraks (yang boleh dilakukan bila keadaan pasien stabil)
- Terlihat bayangan difus radio-opak pada seluruh lapangan paru
- Bayangan air-fluid level hanya pada hematopneumotoraks
Indikasi Operasi :
- Adanya perdarahan masif (setelah pemasangan WSD) : Ditemukan
jumlah darah inisial > 750 cc, pada pemasangan WSD < 4 jam
setelah kejadian trauma. Perdarahan 3-5 cc/kgBB/jam dalam 3 jam
berturut-turut. Perdarahan 5-8 cc/kgBB/jam dalam 2 jam berturut-
turut. Perdarahan > 8cc/kgBB/jam dalam 1 jam.
- Bila berat badan dianggap sebagai 60 kg, maka indikasi operasi,
bila produksi WSD : ≥ 200 cc/jam dalam 3 jam berturut-turut, ≥
300 cc/jam dalam 2 jam berturut-turut, ≥ 500 cc dalam ≤ 1 jam.

16
Penatalaksanaan :
- Evakuasi darah dan pengembangan paru secepatnya.
- Penanganan hemodinamik segera untuk menghindari kegagalan
sirkulasi.
- Tindakan Bedah : WSD (pada 90% kasus) atau operasi torakotomi
cito (eksplorasi) untuk menghentikan perdarahan.

3. Kontusio Paru
Terjadi pada kecelakaan lalu lintas dengan kecepatan tinggi, jatuh
dari tempat yang tinggi dan luka tembakdengan peluru cepat (high
velocity) maupun setelah trauma tumpul thoraks.
Dapat pula terjadi pada trauma tajam dengan mekanisme
perdarahan dan edema parenkim. Penyulit ini sering terjadi pada trauma
dada dan potensial menyebabkan kematian.
Tanda dan gejalanya adalah sesak nafas/dyspnea, hipoksemia,
takikardi, suara nafas berkurang atau tidak terdengar pada sisi kontusio,
patah tulang iga, sianosis.
Patofisiologi : kontusio/cedera jaringan → edema dan reaksi inflamasi →
lung compliance ↓ → ventilation-perfusion mismatch → hypoxia & work
of breathing ↑
Diagnosis : ro toraks dan pemeriksaan lab (PaO2 ↓)
Manifestasi klinis dapat timbul atau memburuk dalam 24-72 jam setelah
trauma
Penatalaksanaan :
- Mempertahankan oksigenasi
- Mencegah/mengurangi edema
- Tindakan : bronchial toilet, batasi pemberian cairan
(iso/hipotonik), O2, pain control, diuretika, bila perlu ventilator
dengan tekanan positif (PEEP > 5)

17
4. Laserasi Paru
Robekan pada parenkim paru akibat trauma tajam atau trauma
tumpul keras yang disertai fraktur iga, sehingga dapat menimbulkan
hemothoraks dan pneumothoraks. Mekanisme terjadinya pneumothoraks
oleh karena meningkatnya tekanan intraalveolar yang disebabkan adanya
tubrukan yang kuat pada thoraks dan robekan pada percabangan
trakeobronchial atau esophagus. Perdarahan dari laserasi paru dapat
berhenti, menetap, atau berulang.
Manifestasi klinik : hemato + pneumotoraks
Penatalaksanaan : WSD
Indikasi operasi :
- Hematotoraks masif (lihat hematotoraks)
- Adanya contiuous buble pada WSD yang menunjukkan adanya
robekan paru
- Distress pernapasan berat yang dicurigai karena robekan luas

5. Ruptur Diafragma
Ruptur diafragma pada trauma toraks biasanya disebabkan oleh
trauma tumpul pada daerah toraks inferior atau abdomen atas. Trauma
tumpul di daerah toraks inferior akan mengakibatkan peningkatan tekanan
intra abdominal mendadak yang diteruskan ke diafragma. Ruptur terjadi
bila diafragma tidak dapat menahan tekanan tersebut.
Dapat pula terjadi ruptur diafragma akibat trauma tembus pada
daerah toraks inferior. Pada keadaan ini trauma tembus juga akan melukai
organ-organ lain (intratoraks atau intraabdominal).
Ruptur umumnya terjadi di "puncak" kubah diafragma (sentral)
ataupun dapat kita curigai bila terdapat luka tusuk dada yang didapatkan
pada: dibawah ICS 4 anterior, didaerahh ICS 6 lateral, didaerah ICS 8

18
posterior. Kejadian ruptur diafragma sebelah kiri lebih sering daripada
diafragma kanan. Akan terjadi herniasi organ viseral abdomen ke toraks.
Kematian dapat terjadi dengan cepat setelah terjadinya trauma oleh
karena shock dan perdarahan pada cavum pleura kiri. Dapat terjadi ruptur
ke intra perikardial
Diagnostik :
- Riwayat trauma tumpul toraks inferior atau abdomen
- Tanda dan gejala klinis (sesak/respiratory distress), mual-muntah,
tanda abdomen akut)
- Ro toraks dengan NGT terpasang (pendorongan mediastinum
kontralateral, terlihat adanya organ viseral di toraks)
- CT scan toraks
Penatalaksanaan :
- Torakotomi eksplorasi (dapat diikuti dengan laparotomi)

6. Ruptur Trakea Dan Bronkus


Ruptur trakea dan bronkus utama dapat disebabkan oleh trauma
tajam maupun trauma tumpul dimana angka kematian akibat penyulit ini
adalah 50%. Pada trauma tumpul ruptur terjadi pada saat glottis tertutup
dan terdapat peningkatan hebat dan mendadak dari tekanan saluran
trakeobronkial yang melewati batas elastisitas saluran trakeobronkial ini.
Kemungkinan kejadian ruptur bronkus utama meningkat pada trauma
tumpul thoraks yang disertai dengan fraktur iga 1 sampai 3, lokasi
tersering adalah pada daerah karina dan percabangan bronkus.
Pneumothoraks, pneumomediatinum, emfisema subkutan dan hemoptisis,
sesak nafas,dan sianosis dapat merupakan gejala dari ruptur ini.

7. Trauma Esofagus

19
Penyebab trauma/ruptur esofagus umumnya disebabkan oleh
trauma tajam/tembus.
Pemeriksaan Ro toraks : Terlihat gambaran pneumomediastinum atau
efusi pleura
Diagnostik : Esofagografi
Tindakan : Torakotomi eksplorasi

8. Trauma Jantung
Tamponade jantung terdapat pada 20% penderita dengan trauma
thoraks yang berat, trauma tajam yang mengenai jantung akan
menyebabkan tamponade jantung dengan gejala trias Beck yaitu distensi
vena leher, hipotensi dan menurunnya suara jantung. Kontusio
miokardium tanpa disertai ruptur dapat menjadi penyebab tamponade
jantung.
Kecurigaan trauma jantung :
- Trauma tumpul di daerah anterior
- Fraktur pada sternum
- Trauma tembus/tajam pada area prekordial (parasternal kanan, sela
iga II kiri, grs mid-klavikula kiri, arkus kosta kiri)
Diagnostik :
- Trauma tumpul : EKG, pemeriksaan enzim jantung (CK-CKMB /
Troponin T)
- Foto toraks : pembesaran mediastinum, gambaran double contour
pada mediastinum menunjukkan kecurigaan efusi perikardium
- Echocardiography untuk memastikan adanya effusi atau
tamponade
Penatalaksanaan :
- Adanya luka tembus pada area prekordial merupakan indikasi
dilakukannya torakotomi eksplorasi emergency

20
- Adanya tamponade dengan riwayat trauma toraks merupakan
indikasi dilakukannya torakotomi eksplorasi.
- Adanya kecurigaan trauma jantung mengharuskan perawatan
dengan observasi ketat untuk mengetahui adanya tamponade
Komplikasi :
- Salah satu komplikasi adanya kontusio jantung adalah
terbentuknya aneurisma ventrikel beberapa bulan/tahun pasca
trauma.

9. Ruptur Aorta
Ruptur Aorta sering menyebabkan kematian penderitanya, dan
lokasi ruptur tersering adalah di bagian proksimal arteri subklavia kiri
dekat ligamentum arteriosum. Hanya kira-kira 15% dari penderita trauma
thoraks dengan ruptur aorta ini dapat mencapai rumah sakit untuk
mendapatkan pertolongan. Kecurigaan adanya ruptur aorta dari foto
thoraks bila didapatkan mediastinum yang melebar, fraktur iga 1 dan 2,
trakea terdorong ke kanan, gambaran aorta kabur, penekanan bronkus
utama kiri.

21
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari
cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau bennda tumpul dan
dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thorax terdiri dari 2
jenis yaitu trauma tumpul dan tajam.
Menghadapi pasien dengan trauma toraks, triase pertama adalah
evaluasi terhadap fungsi kardio-pulmoner secara sangat cermat dan teliti. Bila
telah dapat ditegakkan “Assesment” kardio pulmoner dan telah dilaksanakan
tindakan penanggulangan kegawatdaruratan medis utama, perlu dilakukan
“Assesment” kerangka dan rongga toraks secara seksama. Penguasaan ilmu
dan teknik pemeriksaan fisik dada akan sangat menunjang kualitas hasil
pertolongan yang diberikan.

B. Saran
Disarankan pada pembaca agar dapat menjaga keselamatannya agar
dapat terhindar dari trauma dada yang pada umumnya dapat menyebabkan
kematian.

22
DAFTAR PUSTAKA

Soedjatmiko, H. 2013. Trauma Toraks. (http://www.portalkalbe.com). Diakses pada


tanggal 29 Agustus 2018
Sawyer, AJ. Blunt Chest Trauma. (http://www.emedicine.com). Diakses pada tanggal
29 Agustus 2018
Khan, A.N. Trauma Thorax. (http://www.emedicine.com). Diakses pada tanggal 29
Agustus 2018

23

You might also like