You are on page 1of 51

BEHAVIOUR

BASED SAFETY

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 1


Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal
LATAR BELAKANG
• Tingginya angka kecelakaan di perusahaan yang sudah
bersertifikasi SMK3
• 80 % Kecelakaan kerja disebabkan oleh Unsafe Action
(Perilaku tidak aman)
• Merubah perilaku Unsafe Action menjadi Safe Action
• Iceberg Paradigm (Paradigma Gunung Es)

BEHAVIOUR BASED SAFETY


Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 2
MITOS BBS
(Menurut H.L Kaila)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 3


TUJUAN BEHAVIOUR BASED SAFETY

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 4


PENGERTIAN PERILAKU
• Menurut E. Scott Geller :
Apa yang seseorang katakan atau lakukan yang merupakan
hasil dari pikirannya, perasaannya, atau diyakininya.
• Menurut Notoatmodjo :
Bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam
memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik
atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 5


Faktor Penentu Perilaku
• Faktor Internal :
Karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan dan
berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar

• Faktor Eksternal :
Meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non-fisik

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 6


PENGERTIAN BBS
Sebuah pendekatan untuk keselamatan yang berfokus pada
perilaku pekerja sebagai penyebab terbesar terjadinya
kecelakaan dan cedera yang berhubungan dengan
pekerjaan, selain itu merupakan aplikasi sistematis dari
riset psikologi tentang perilaku manusia pada masalah
keselamatan (safety) ditempat kerja yang memasukkan
proses umpan balik secara langsung dan tidak langsung.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 7


PENGERTIAN BBS
• Pendekatan pro aktif terhadap manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja
• Pendekatan pro aktif terhadap pencegahan terjadinya
kecelakaan dan cedera
• Fokus terhadap perilaku berisiko atau perilaku tidak aman
yang dapat menyebabkan kecelakaan dan cedera
• Fokus terhadap perilaku aman dalam bekerja yang dapat
berkontribusi terhadap pencegahan kecelakaan dan cedera

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 8


7 KRITERIA PELAKSANAAN BBS
1. Melibatkan Partisipasi Karyawan
BBS menerapkan sistem bottom-up, sehingga individu yang berpengalaman
dibidangnya terlibat langsung dalam mengidentifikasi perilaku kerja tidak aman
(unsafe behavior).

2. Memusatkan perhatian pada unsafe behavior yang spesifik


Untuk mengidentifikasi faktor di lingkungan kerja yang memicu terjadinya perilaku
tidak selamat para praktisi menggunakan teknik behavioral analisis dan memberi
hadiah (reward) tertentu pada individu yang mengidentifikasi perilaku tidak
selamat.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 9


7 KRITERIA PELAKSANAAN BBS
3. Didasarkan pada Data Hasil Observasi
Observer memonitor perilaku selamat pada kelompok mereka dalam waktu
tertentu. Makin banyak observasi makin reliabel data tersebut, dan safe
behavior akan meningkat.

4. Memusatkan perhatian pada unsafe behavior yang spesifik


Hasil observasi atas perilaku kerja dirangkum dalam data persentase jumlah safe
behavior. Berdasarkan data tersebut bisa dilihat letak hambatan yang dihadapi.
Data ini menjadi umpan balik yang bisa menjadireinforcement positif bagi karyawan
yang telah berperilaku kerja aman, selain itu bisa juga menjadi dasar untuk
mengoreksi unsafe behavior yang sulit dihilangkan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 10


7 KRITERIA PELAKSANAAN BBS
5. Melibatkan Intervensi Secara Sistematis dan Observasional
Melibatkan seluruh departemen atau lingkungan kerja, karyawan diminta untuk
menjadi relawan yang bertugas sebagai observer yang tergabung dalam
sebuah project team. Observer dilatih agar dapat menjalankan tugas mereka.
kemudian mengidentifikasi unsafe behavior yang diletakkan dalam check list.
Kemudian dibuatkan jadwal untuk observasi hingga ditentukan hasil akhir

6. Menitikberatkan pada Umpan Balik terhadap Perilaku Kerja


umpan balik dapat berbentuk umpan balik verbal yang langsung diberikan pada
karyawan sewaktu observasi, umpan balik dalam bentuk data (grafik) yang
ditempatkan dalam tempat-tempat yang strategis dalam lingkungan kerja.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 11


7 KRITERIA PELAKSANAAN BBS
7. Membutuhkan Dukungan dari Manager
Komitmen manajemen terhadap proses behavior based safety biasanya
ditunjukkan dengan memberi keleluasaan pada observer dalam menjalankan
tugasnya, memberikan penghargaan yang melakukan perilaku selamat,
menyediakan sarana dan bantuan bagi tindakan yang harus segera dilakukan,
membantu menyusun dan menjalankan umpan balik, dan meningkatkan inisiatif
untuk bertindak selamat dalam setiap kesempatan.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 12


7 KRITERIA PELAKSANAAN BBS
7. Membutuhkan Dukungan dari Manager
Komitmen manajemen terhadap proses behavior based safety biasanya
ditunjukkan dengan memberi keleluasaan pada observer dalam menjalankan
tugasnya, memberikan penghargaan yang melakukan perilaku selamat,
menyediakan sarana dan bantuan bagi tindakan yang harus segera dilakukan,
membantu menyusun dan menjalankan umpan balik, dan meningkatkan inisiatif
untuk bertindak selamat dalam setiap kesempatan.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 13


7 PRINSIP BBS

1. Prinsip Pertama
Sepenuhnya melibatkan karyawan mulai dari tingkat structural hingga fungsional
untuk pentingnya perilaku berdasarkan keselamatan serta menetapkan standar
untuk semua karyawan di semua tingkatan untuk berpartisipasi dalam
menciptakan perilaku yang aman di dalam lingkungan kerja maupun saat bekerja.

2. Prinsip Kedua
Menjelaskan bahwa sekecil apapun perilaku yang tidak aman dapat menyebabkan
kecelakaan dan meningkatkan jumlah angka kecelakaan dan cedera. Menciptakan
checklist untuk berperilaku aman dan disetujui oleh seluruh karyawan sebagai
monitor untuk menciptakan perilaku aman di dalam bekerja.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 14


7 PRINSIP BBS
3. Prinsip Ketiga
Pelatihan terhadap seluruh karyawan tentang perilaku keselamatan untuk berperan
sebagai pemantau berjalannya perilaku keselamatan, sebagai pengamat aktif
terhadap perilaku keselamatan di dalam bekerja keamanan melaporkan
keterlibatan dan kepatuhan karyawan dalam melaksanakan atau melakukan
perilaku aman.

4. Prinsip Keempat
Mengulas tentang kecelakaan atau kejadian yang menyebabkan cedera yang
sebelumnya pernah terjadi di dalam perusahaan yang berguna untuk pengambilan
keputusan serta implementasi perubahan.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 15


7 PRINSIP BBS
5. Prinsip Kelima dan Keenam
Meningkatan intervensi atau keterlibatan seluruh karyawan melalui pertemuan
rutin dan pengemukaan pendapat yang berkaitan dengan kelangsungan program
perilaku berbasis keselamatan serta memberikan evaluasi kepada karyawan
tentang praktik individu yang telah mereka laksanakan sesuai dengan standar
perilaku keselamatan yang telah ditetapkan.

6. Prinsip Ketujuh
Komitmen manajemen atau pemimpin adalah kunci penting untuk memberikan
pendampingan dan contoh bagi karyawan untuk melakukan perilaku yang aman
dalam bekerja serta lingkungan kerja.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 16


ANALISIS PERILAKU
(BEHAVIORAL ANALYSIS)
Analisis perilaku merupakan ilmu perilaku yang
mengembangkan serta menganalisis prosedur-prosedur
praktek secara eksperimental supaya menghasilkan
perubahan perilaku yang bermakna secara sosial.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 17


PROSES BBS

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 18


MODEL ABC
Model ABC terdiri dari 3 Elemen yaitu :
• Activator/Antecedent
Dapat dideskripsikan sebagai orang, tempat, sesuatu, atau kejadian yang datang
sebelum perilaku terbentuk yang dapat mendorong kita untuk melakukan sesuatu
atau berkelakuan tertentu.
• Behaviour / Perilaku
Sesuatu yang dilakukan oleh seseorang yang dapat kita lihat

• Konsekuensi
Kejadian-kejadian yang mengikuti perilaku dan mengubah adanya kemungkinan
perilaku akan terjadi kembali di masa datang.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 19


KONSEKUENSI
KONSEKUENSI DIBAGI MENJADI DUA, YAITU :
1. Konsekuensi Positif
Contoh : - Safety Briefing / Safety Induction
- Bekerja sesuai Prosedur dan Instruksi Kerja

2. Konsekuensi Negatif
Contoh : - Merokok di Area mudah terbakar
- Tidak menggunakan APD saat bekerja High Risk

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 20


REINFORCEMENT
(Penguatan/Memperkuat)
Penguatan berarti memperkuat. Penguatan (reinforcement)
adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa
suatu perilaku akan terjadi. Istilah reinforcement mengacu
pada peristiwa-peristiwa yang memperkuat perilaku. Ada 2
macam Reinforcement (Penguatan) :
1. Reinforcement Positif
2. Reinforcement Negatif

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 21


REINFORCEMENT POSITIF

Reinforcement positif adalah peristiwa menyenangkan dan


diinginkan, peristiwa ramah, yang mengikuti sebuah
perilaku.
Contoh : Manajemen akan memberikan penghargaan atau penilaian
lebih kepada para pekerja yang mau mengunakan APD dan
melaksanakan prosedur kerja saat melaksanakan pekerjaan.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 22


REINFORCEMENT NEGATIF

Reinforcement negatif adalah peristiwa (atau persepsi dari


suatu peristiwa) yang tidak menyenangkan dan tidak
diinginkan, ini juga memperkuat perilaku.
Contoh : Makin banyak karyawan menggunakan APD meskipun
tidak nyaman dan terdapat sanksi-sanksi dalam penilaian kinerja
perusahaan, supaya dapat meredakan ketakutan mereka terhadap
kecelakaan. Usaha mengurangi ketakutan itulah yang menguatkan
pemakaian APD

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 23


PUNISHMENT
(Hukuman)
Hukuman (punishment) adalah suatu konsekuensi negatif
yang menekan atau melemahkan perilaku.
Contoh : Manajemen memberikan surat peringatan atau
memberikan nilai jelek terhadap kinerja pegawai yang secara tidak
konsisten melakukan menggunakan APD atau melaksanakan perilaku
aman dalam bekerja. Dengan adanya hukuman maka perilaku yang
tidak aman diharapkan dapat dihentikan.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 24


IGNORING
(Pengabaian)
Merupakan pengabaian terhadap suatu perilaku (baik yang
diinginkan maupun yang tidak diinginkan)
Contoh : Pekerja yang konsisten menggunakan APD atau
melaksanakan prosedur tidak diberikan penghargaan (penguatan
positif) atau sebaliknya ketika pekerja merasa tidak nyaman
mengunakan APD atau prosedur kerja tidak dilakukan proses
pembelajaran kembali / sosialisasi (penguatan negatif) atau dinilai
jelek dalam penilaian kinerja (sebagai Punishment)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 25


PEMETAAN PERILAKU ANALISIS

Sebelum masuk ke dalam penjelasan kolom pemetaan


maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
menentukan konsekuensi terhadap pekerja, yaitu :
• Perilaku sasaran ada, tetapi tidak dalam frekuensi yang cukup
Contoh: Pekerja menggunakan APD saat melaksanakan tetapi tidak rutin dalam
memakai APD tersebut.
• Perilaku sasaran ada,tetapi tidak dalam jangka waktu yang mencukupi
Contohnya: Pekerja menggunakan APD hanya pada saat dilakukan audit atau
inspeksi

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 26


PEMETAAN PERILAKU ANALISIS
• Perilaku sasaran ada,tetapi tidak dalam bentuk yang diharapkan
Contoh : Para pekerja ingin menggunakan APD tetapi APD yang tersedia sangatlah
terbatas untuk digunakan seluruh pekerja
• Perilaku sasaran ada,tetapi tidak tepat dalam saat yang tepat
Contoh : Pekerja mengunakan APD pada saat dia mengalami kecelakaan kerja.
• Perilaku sasaran tidak ada sama sekali
• Contoh : Pekerja tidak mengunakan APD pada saat melakukan pekerjaan.
• Ada Perilaku tandingan
Contoh : Pekerja mengunakan APD akan mendapatkan reward dari manajemen
• Perilaku sasaran merupakan perilaku kompleks
Contoh : Pekerja yang baru terjun didalam pekerjaan diberikan pendidikan atau
pengetahuan tentang penggunaan APD dan bekerja berdasarkan keselamatan.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 27


PEMETAAN PERILAKU ANALISIS

NO Perilaku yang diobervasi Antesenden Terencana Konsekuensi

1 Pekerja tidak mengetahui tentang Memberikan sosialisasi, pendidikan serta Para pekerja yang mau

keselamatan kerja dan dampak dari pelatihan Tentang keselamatan kerja mendengarkan sosialisasi,

kecelakaan kerja serta memberikan tata cara pencegahan pendidikan serta pelatihan

secara langsung atau audio visual diberikan reward

2 Pekerja mulai menggunakan APD dan Pekerja mengajak rekannya untuk Manajemen memberikan reward
mematuhi prosedur kerja dalam mengunakan APD pada saat bagi pekerja yang mau
melaksanakan pekerjaan melaksanakan pekerjaan menggunakan APD dan
mematuhi prosedur kerja saat
melaksanakan pekerjaan.

3 Pekerja merasa takut atau was was saat Para pekerja menyampaikan ketakutan instruktur memberikan motivasi
diberikan penjelasan tentang dampak mereka kepada rekan kerjanya dan pendekatan kepada pekerja
dari tidak mematuhi keselamatan kerja agar tidak takut karena
yaitu kecelakaan kerja manfaatnya untuk keselamatan
kerja pekerja di lapangan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 28


DEVELOPMENT OF CRITICAL BEHAVIOURAL CHECKLIST
(PENGEMBANGAN CHECKLIST PERILAKU KRITIS/BERBAHAYA)

Proses Behaviour Based Safety, salah satu nya terdapat identify critical
behavioural atau mengidentifikasi perilaku kritis / berbahaya, sebelum
kita membahas tentang checklist perilaku kritis/berbahaya, langkah awal
yang harus lakukan adalah mengidentifikasi perilaku kritis atau
berbahaya yang berpotensi menyebabkan cedera atau kecelakaan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


Langkah - langkah
Langkah untuk mengidentifikasi perilaku kritis atau berbahaya :
• Lihatlah tren kecelakaan / insiden yang sering terjadi untuk
menentukan risiko terbesar yang menyebabkan kecelakaan
• Melakukan evaluasi terhadap bahaya dari seluruh fasilitas baik
peralatan maupun tempat kerja untuk menentukan daerah-daerah
atau peralatan yang memiliki risiko terbesar yang dapat
menyebabkan kecelakaan
• Lihatlah pekerjaan yang memiliki potensi bahaya yang tinggi yang
dapat menyebabkan kecelakaan hingga kematian. Sebagai contoh :
pekerjaan pemeliharaan pada jaringan tegangan menengah.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 30


Langkah - langkah
Tentukan praktek tersebut :
• Setelah perilaku, peralatan, maupun pekerjaan telah diidentifikasi,
kemudian uraikan langkah tersebut ke dalam proses. Langkah-
langkah harus cukup rinci sehingga karyawan atau pengawas K3
dapat mengevaluasi. Sebagai contoh, salah satu item pada checklist
adalah alat pelindung diri (APD). Uraikan secara spesifik tentang APD
jenis apa yang diperlukan.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 31


Langkah - langkah
Uraikan pekerjaan menjadi empat perilaku kritis / berbahaya, yaitu :
• APD (Alat Pelindung Diri) - Tentukan apa saja alat pelindung diri yang
diperlukan untuk melakukan pekerjaan. Uraikan secara spesifik sehingga
orang yang melakukan pengamatan tahu persis apa yang harus dicari.
• Tata ruang - Pengamat akan mengevaluasi area kerja dan
mendokumentasikan perilaku serta kondisi kritis atau berbahaya dan
hambatan untuk keselamatan kerja.
• Pengunaan Peralatan dan Perlengkapan - pengamat perlu mengetahui alat-
alat dan peralatan yang sesuai yang akan digunakan saat melakukan tugas
ini. Mereka juga harus memahami bagaimana alat-alat yang akan digunakan
dengan aman.
• Perlindungan - pengamat akan menentukan apakah karyawan tersebut
melaksanakan tugas dengan cara yang akan melindunginya dari benda
jatuh, paparan bahan kimia, terjatuh dari ketinggian, tersengat listrik dll
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 32
ALUR METODE CHECK LIST

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 33


CHECK LIST

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 34


CHECK LIST

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 35


CHECK LIST

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 36


CHECK LIST

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 37


OBSERVATION METHODOLOGY
(METODE OBSERVASI)
Observasi adalah metode pengumpulan data melalui
pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan
langsung di lapangan atau lokasi penelitian.

TUJUAN OBSERVASI
Untuk memperoleh berbagai data konkret secara langsung
di lapangan atau tempat penelitian.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 38


JENIS OBSERVASI

• Observasi Partisipasi
Observasi yang melibatkan peneliti atau observer secara langsung
dalam kegiatan pengamatan di lapangan
Keuntungan cara ini : peneliti merupakan bagian yang integral dari
situasi yang dipelajarinya sehingga kehadirannya tidak memengaruhi
situasi penelitian
Kelemahan cara ini : Ada kecenderungan peneliti terlampau terlibat
dalam situasi itu sehingga prosedur yang berikutnya tidak mudah
dicek kebenarannya oleh peneliti lain.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 39


JENIS OBSERVASI

• Observasi Non Partisipasi


Observasi yang dalam pelaksanaannya tidak melibatkan peneliti
sebagai partisipasi atau kelompok yang diteliti. Cara ini banyak
dilakukan pada saat ini.
Kelemahan cara ini : kehadiran pengamat dapat memengaruhi sikap
dan perilaku orang yang diamatinya

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 40


INSTRUMEN OBSERVASI
1. Check List
merupakan suatu daftar yang berisikan nama-nama responden dan faktor- faktor
yang akan diamati.

2. Rating Scale
merupakan instrumen untuk mencatat gejala menurut tingkatan- tingkatannya

3. Anecdotal Record
merupakan catatan yang dibuat oleh peneliti mengenai kelakuan-kelakuan luar
biasa yang ditampilkan oleh responden

4. Mechanical device
merupakan catatan yang dibuat oleh peneliti mengenai kelakuan-kelakuan luar
biasa yang ditampilkan oleh responden
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 41
JENIS OBSERVASI

• Observasi Non Partisipasi


Observasi yang dalam pelaksanaannya tidak melibatkan peneliti
sebagai partisipasi atau kelompok yang diteliti. Cara ini banyak
dilakukan pada saat ini.
Kelemahan cara ini : kehadiran pengamat dapat memengaruhi sikap
dan perilaku orang yang diamatinya

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 42


LANGKAH – LANGKAH OBSERVASI
1. Harus diketahui di mana observasi itu dapat dilakukan.
2. Harus ditentukan dengan pasti siapa saja yang akan
diobservasi.
3. Harus diketahui dengan jelas data-data apa saja yang
diperlukan.
4. Harus diketahui bagaimana cara mengumpulkan data agar
berjalan mudah dan lancar.
5. Harus diketahui tentang cara mencatat hasi! observasi,
seperti telah menyediakan buku catatan, kamera, tape
recorder, dan alat-alat tulis lainnya.
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 43
ALAT – ALAT PENGAMATAN

1. Tape recorder, untuk merekam pembicaraan.


2. Kamera, untuk merekam berbagai kegiatan secara visual.
3. Film atau video, untuk merekam kegiatan objek penelitian
secara audio-visual.
4. Buku dan pulpen, untuk mencatat hasil penelitian.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 44


COMMUNICATION SKILLS
(KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI)
komunikasi adalah pemindahan dan pemahaman makna.
Pengertian lain dari komunikasi adalah suatu proses dalam
seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan
masyarakat yang menciptakan atau menggunakan
informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 45


KOMPONEN KOMUNIKASI
1. Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang
mengirimkan pesan kepada pihak lain.
2. Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan
disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain.
3. Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan
kepada komunikan.
4. Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang
menerima pesan dari pihak lain
5. Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan
pesan atas isi pesan yang disampaikannya.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 46


PROSES KOMUNIKASI
1. Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang
mengirimkan pesan kepada pihak lain.
2. Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan
disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain.
3. Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan
kepada komunikan.
4. Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang
menerima pesan dari pihak lain
5. Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan
pesan atas isi pesan yang disampaikannya.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 47


KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI
TENTANG KESELAMATAN
1. Agresif :
Perilaku dimana Anda akan mempertahankan Sikap dan
Pendapat, tanpa mempedulikan orang lain, dan
menginginkan hasil akhirnya sebagai Pemenang dari
Komunikasi yang terjadi.
Contoh :
- Terlalu banyak membuat permintaan kepada orang lain
- Terlalu dominan dalam menyuruh dan memerintah orang lain
- Kontak Mata cenderung Tegas dan Melotot kepada lawan bicara
- Bahasa Tubuh kaku dan menunjuk-nunjuk atau mengepalkan tangan
- Postur Tubuh Tegang dan cenderung membusungkan dada
- Ekspresi muka tampak memerah atau menahan emosi
- Intonasi suara tinggi dan berbicara keras dengan berapi-api
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 48
KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI TENTANG
KESELAMATAN
2. Pasif :
Perilaku atau Sikap Pasif ibarat Anda selalu menghindari Konflik atau
Konfrontasi dengan lawan bicara, demi menjaga suasana damai dan
tenang.

Contoh :
- Tidak mampu membuat permintaan kepada lawan bicara atau orang lain
- Terlalu dominan dalam menyuruh dan memerintah orang lain
- Tidak mampu berkata “tidak” atau menolak permintaan orang lain
- Bahasa Tubuh kaku dan menunjuk-nunjuk atau mengepalkan tangan
- Postur Tubuh Tegang dan cenderung membusungkan dada
- Ekspresi muka tampak memerah atau menahan emosi
- Intonasi suara tinggi dan berbicara keras dengan berapi-api

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 49


KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI TENTANG
KESELAMATAN
3. Asertif / Tegas :
Perilaku atau Sikap inilah yang merupakan salah satu Tabiat atau
Perilaku Manusia Efektif. Anda tidak mengorbankan orang lain demi
kepentingan pribadi pun sebaliknya tidak semena-mena menahan
diri dari intervensi orang lain.
Contoh :
- Mampu membuat permintaan kepada orang lain dengan cara wajar,
tanpa menunjukkan Sikap Kuasa atau Kata Perintah
- Mampu menolak Permintaan Orang lain dengan Sikap Wajar, Sopan
dan Tidak menyakiti Perasaan Orang lain dan Perasaan Diri Sendiri
- Kontak Mata terjadi secara Wajar, dengan Pandangan yang Tenang dan
Pantas
- Berbicara dengan Intonasi Sedang, Volume Suara Cukup, dan terasa
Lemah Lembut
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 50
PRAKTEK KOMUNIKASI

SEE AT HANDBOOK

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 51

You might also like