You are on page 1of 27

LAPORAN TUTORIAL

Skenario 2 Blok 12 : Biomaterial dan Teknologi Kedokteran Gigi


Genap 2018-2019
Tutor : drg. Nuzulul H, M.Biomed

Oleh Kelompok Tutorial XIV :


Ketua : Syeifira Salsabila (NIM : 161610101108)
Sekertaris : M. Bintang Menara (NIM : 161610101109)
Anggota : Dhilan Purna Aji (NIM : 161610101107)
Marisa Icha Aisya (NIM : 161610101110)
Nindita Cahya Mumpuni (NIM : 161610101111)
Yumnaina Nurhadi (NIM : 161610101112)
Julia Eka Putri (NIM : 161610101113)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah – NYA sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas laporan tutorial. Laporan ini disusun untuk memenuhi step 7 dalam
seven jump steps yaitu melaporkan hasil diskusi kelompok turorial XIV dalam skenario kedua
Blok 12 Biomaterial dan Teknologi Kedokteran Gigi Semester Genap 2018-2019.

Penulisan laporan ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. drg. Nuzulul H, M.Biomed selaku tutor yang telah membimbing jalannya diskusi tutorial
kelompok XIV Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan memberi masukan yang
membantu bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan.

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan – perbaikan di
masa yang akan datang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi
kita.

Jember, 9 Maret 2018

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

SKENARIO 1

STEP 1 Clarifying Unfamiliar Terms 1

STEP 2 Problem definition 1

STEP 3 Brainstorm 2

STEP 4 Mapping 3

STEP 5 Formulating learning objects 3

STEP 6 Self Study 4


1. Syarat, Komposisi, Klasifikasi, dan Sifat Wax
2. Maniupulasi Wax, Instrumentasi, dan Faktor yang Mempengaruhi
3. Aplikasi Wax dalam Kedokteran Gigi
DAFTAR PUSTAKA iv
SKENARIO 2 : Wax

Mahasiswa semester IV Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember sedang


melakukan skill lab manipulasi wax. Wax di bidang kedokteran gigi diklasifikasikan menjadi
beberapa jenis/tipe. Pada pelaksanaan skill lab ini adalah membuat lempeng gigit
menggunakan base plate wax dan membuat mahkota gigi tiruan menggunakan inlay wax. Hasil
akhir dikatakan baik bila semua wax menempel pada permukaan model kerja sesuai out line
form, halus, dan mengkilat.

STEP 1
Clarifying Unfamiliar Terms

1. Base plate wax


Salah satu wax di kedokteran gigi yang berbentuk lembaran. Biasanya digunakan untuk
pencatatan pola rahang.
2. Inlay wax
Pola malam yang biasanya digunakan untuk restorasi gigi inlay, mahkota, dan jembatan
3. Lempeng gigit
Merupakan cetakan awal dari gigi tiruan yang dicetak dari replika rahang

STEP 2
Problem definition

1. Apa saja jenis/tipe dari wax?


2. Apa komposisi dari setiap tipe wax?
3. Apa saja hal yang perlu diperhatikan dalam memanipulasi wax?
4. Apa saja syarat wax yang baik?
5. Apa sifat/karakteristik dari wax?
6. Bagaimana cara agar wax dapat mengkilat?
7. Bagaimana cara pelunakan dari wax?
8. Apa fungsi lain dari wax dalam kedokteran gigi?
STEP 3
Brainstorm

1. Wax alami dan wax sintetis


Alami:
a. spermaceti,
b. beeswax (insekta), dari lebah dari kumpulan madu yang mengandung kristalin wax
c. mineral (parafin, pemanasan yang tinggi dan
d. mikrokristalin lebih fleksibel dari parafin)
e. wax dari tumbuhan (carnauba wax, candelila wax)
Sintetis: kemurniannya lebih tinggi dibanding wax alami
Dari fungsinya:
a. Pola (pattern wax): untuk inlay, base plate wax, casting wax
b. Processing wax: boxing wax, carding wax, utility wax, dan sticky wax
c. Cetak: base plate
d. Impression wax: untuk membuat koreksi rahang corrective impression wax bite
registration wax

2. Apa komposisi dari setiap tipe wax?


Alami, dari mineral, parafin, ceresin, montan, mikrokristalin, ozokerite
Sintetis dari rantai hidrokarbon, polietilena dan polioeksietilena
Inlay wax: dari mineral alami 60% parafin, mikrokristalin, ceresin 10%,
carnauba 25%, juga mengandung candelila wax dan beeswax
casting wax: komposisi hanpir sama inlay wax, hanya beda persentasi
Base plate wax: 70-80% parafin, biasanya berwarna merah atau merah muda
ada 3 tipe, lunak, sedang, dan keras.
Alami hewani: beeswax dari lebah, dderivat turunan dari kumpulan madu yang
mengandung kristalin wax
tumbuhan (carnauba wax dan candelila wax): merupakan derivat turunan dari
tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan
Wax alami juga dapat diambil dari sayur-sayuran
Dalam wax ditambahan bahan pengatur ekspansi dan pengerutan dan juga bahan
pewarna agar kontras dengan warna gigi dan model
3. Apa saja hal yang perlu diperhatikan dalam memanipulasi wax?
a. ekspansi wax agar mendapatkan model yang spesifik
b. daya alir agar tidak terjadi distorsi dan rusaknya model ketika dilakukan
pembentukan/pemodelan
b. daya alir dapat mempengaruhi pembuatan inlay yang direct harus tidak ada daya alirnya
c. melting range: tiap bahan titik leburnya berbeda, parafin 40-60 derajat
a. carnauba 50-90 derajat, agar didapatkan campuran yang pas
d. pemilihan jenis, setiap jenis berbeda sesuai dengan fungsinya
e. penambahan bahan separasi agar memudahkan ketika malam dilepaskan
dari model kerja

cara manipulasi wax: untuk pembuatan lempeng gigit.


1. menyiapkan model kerja
2. rapikan model kerja menggunakan instrument
3. membuat garis outline, dapat menggunakan pensil biasa lalu pensil tinta
4. dibagi menjadi rahang atas dan rahang bawah, menggunakan pisau gips
5. atas langsung diaplikasikan
6. bawah dipotong segitiga terlebih dahulu
7. malam dipanaskan dan pembentukannya dnegan ibu jari
8. dirapikan dengan pisau model dan pisau malam

4. Apa saja syarat wax yang baik?


a. Wax harus kontras
b. Tidak boleh dikerlupas dan tidak boleh kasar
c. Harus mengisi cetakan
d. Tidak boleh bersifat toksis, karsinogenik
e. Tidak berubah sifat fisisnya ketika dalam rongga mulut
f. Tidak meninggalkan residu

5. Apa sifat/karakteristik dari wax?


a. Rentan lebur, karena terdiri dari molekul yang sama tapi dengan berat molekul berbeda
b. Suhu transisi padat-padat, adanya perubahan struktur Kristal orthorombik yang stabil
menjadi hexagonal
c. ekspansi termis, dimana malam mineral memiliki koefisien ekspansi termis lebih besar.
d. Bila di suhu ruangan tidak mengalami perubahan, bila di suhu lebih tinggi mengalami
ekspansi
e. Kontraksi termis, di bawah suhu kamar akan mengalami pengerutan
f. Daya alir, tergantung temperatur di bawah suhu transisi
g. Misalkan dipanaskan dibawah suhu transisi daya alir rendah dipanaskan diatas suhu
trsasisi daya alir tinggi
h. Stress internal (residual stress), terjadi bila malam dicetak tanpa pemanasan yang cukup
di atas suhu transisi akan terjadi stress di dalam bahan
i. Compresive strength lebih rendah dibanding bahan kedokteran gigi lain

6. Bagaimana cara agar wax dapat mengkilat?


a. wax parafin dapat dicampur dengan resin agar dapat menghasilkan wax yang
mengkilat.
b. dapat dengan dipanaskan pada suhu optimum.
c. selain resin juga ditambahkan dengan carnauba agar halus dan mudah dibentuk, tidak
robek dan mengelupas ketika dimodel/dibentuk

7. Bagaimana cara pelunakan dari wax?


a. dry heat : menggunakan oven, cara terbaik untuk pelunakan wax karena suhu ruangan
stabil
b. water bath : dengan wadah yang diisi dengan air pada temperatur tertntu.
kelemahannya akan
1. terbentuk bitnik bintik air pada permukaan malam
2. akan terbentuk lapisan saat dipanaskan
3. terjadi distorsi model karena adanya perubahan temperatur
c. di atas api : biasanya menggunakan lampu spirtus dengan cara membakarnya
pemanasan tidak rata dan dapat menyebabkan distorsi

8. Apa fungsi lain dari wax dalam kedokteran gigi?


a. Inlay wax dapat digunakan dalam membuat jembatan, mahkota dan inlay
b. baseplate wax dapat digunakan untuk pola restorasi
c. Dapat digunakan sebagai gambaran spesifik oklusi dari rongga mulut
d. menempelkan logam dengan gigi artifisial dengan sticky wax
e. digunakan sebagai koreksi dalam perwatan ortodonsi
STEP 4
Mapping

SYARAT WAX
ALAMI

KOMPOSISI SINTETIS
PATTERN WAX
BAHAN TAMBAHAN
PROCESSING WAX JENI
S
IMPRESSION WAX

SIFAT

MANIPULASI

APLIKASI KEDOKTERAN GIGI

STEP 5
Formulating learning object

1. Mahasiswa mampu memahami serta menjelaskan Syarat, Komposisi, Klasifikasi, dan Sifat
Wax
2. Mahasiswa mampu memahami serta menjelaskan Maniupulasi Wax, Instrumentasi, dan
Faktor yang Mempengaruhi
3. Mahasiswa mampu memahami serta menjelaskan Aplikasi Wax dalam Kedokteran Gigi
STEP 6
Self Study

1. Syarat, Komposisi, Klasifikasi, dan Sifat Wax


A. Syarat wax atau malam secara umum yaitu:
1. Mudah dibentuk dalam keadaan panas.
2. Setelah dingin dapat mempertahankan bentuk.
3. Dalam keadaan keras dapat diukir.
4. Waktu pelunakan relative panjang.
5. Dalam keadaan lunak dapat beradaptasi baik dengan permukaan lain.
6. Apabila dipanaskan sampai cair dapat dituangkan.
7. Apabila dipanaskan dapat menguap sampai habis tanpa residu.

Beberapa sifat yang diinginkan pada malam inlay yaitu:


1. Jika lunak, malam harus merata. Dengan kata lain, bahan-bahan dsarnya harus
tercampur dengan baik satu sama lain, sehingga tidak ada butiran atau titik-titik
yang keras ketika malam dilunakkan.
2. Warnanya harus kontras dengan die atau gigi yang dipreparasi. Tepi malam harus
diukir dekat dengan die, karena itu kontras yang nyata dalam hal warna akan
memungkinkan dilakukannya perapian yang baik dari bagian tepi.
3. Tidak boleh terkelupas atau terjadi kekasaran permukaan ketika malam
dibengkokkan dan dibentuk sesudah dilunakkan. Pengelupasan terjadi pada malam
paraffin, itu merupakan alasan ditambahkan modifier.
4. Tidak meninggalkan residu. Ketika malam dilakukan pembakaran, malam
meninggalkan residu yang membuat lapisan tidak tembus air pada dinding mold.
Maka malam harus dibakar sampai habis, membentuk karbon, yang nantinya akan
dihilangkan melalui oksidasi menjadi gas yang menguap.
5. Malam harus kaku dan mempunyai kestabilan dimensi yang baik sepanjang waktu
sampai nantinya dihilangkan.

Syarat casting wax yaitu:


1. Dapat menguap habis pada saat pembakaran (burn out) sebelum dicor dengan logam
dengan alloy emas atau alloy chromiumcobalt.
Syarat base plate wax yaitu:
1. Mudah dibentuk dalam keadaan lunak tanpa patah.
2. Mudah diukir.
3. Larut dalam air panas tanpa sisa.
4. Warna Lilin tidak mengotori atau mewarnai model kerja atau die.

Syarat boxing wax yaitu:


1. Harus lentur pada 210C dan harus mempertahankan bentuknya pada 35 0C.
2. Boxing mudah disesuaikan dengan cetakan pada suhu kamar yang diinginkan, dan
dapat dibentuk tanpa pemanasan.
3. Mengurangi kemungkinan mendistorsi cetakan.
4. Lilin boxing harus sedikit dan memiliki kekuatan yang cukup dan ketangguhan
untuk manipulasi.
5. Dapat melekat dengan baik pada bahan cetak Gips dan pada akrilik.

Syarat sticky wax yaitu:


1. Harus memiliki warna gelap atau terang sehingga sangat mudah dibedakan dari
bahan gypsum berwarna.
2. Penyusutan Sticky wax atau disebut lilin lengket menjadi 0,5% pada suhu antara
430C dan 280 C.

B. KOMPOSISI WAX
Bahan wax yang digunakan pada bidang kedokteran gigi merupakan campuran
dari berbagai bahan- bahan yang bersifat thermoplastik, bahan wax dapat dilunakkan
dengan proses pemanasan dan kemudian dapat berubah menjadi keras dengan proses
pendinginan. Komponen utama dari bahan wax meliputi :
1. Mineral
2. Hewani
3. Tumbuh-tumbuhan
1. Mineral
Wax paraffin dan wax mikrokristalin, dapat diperoleh dari sisa-sisa petroleum
yang diikuti dengan proses penyulingan. Kedua bahan wax tersebut merupakan
hidrocarbon, dimana wax paraffin mempunyai struktur hidrocarbon lurus dan
sederhana, sedangkan bahan mikrokristalin mempunyai struktur hidrocarbon
bercabang.
Wax paraffin akan berubah menjadi lunak pada suhu 37-55 derajat, mencair
pada suhu 48-70 derajat dan akan rapuh pada temperatur kamar. Sedangkan wax
mikrokristalin mencair pada suhu 65-90 derajat dan akan lebih mencair jika
ditambah dengan wax paraffin.

2. Hewani
Beeswax yang berasal dari insekta yaitu lebah yang merupakan derivat turunan
dari kumpulan madu wax yang mengandung sebagian bahan kristalin alam dan
sering dicampur dengan wax paraffin.

3. Tumbuh-tumbuhan
Wax candelilla dan wax carnauba merupakan derivat turunan dari pohon-
pohonan dan tumbuh-tumbuhan. Kedua wax tersebut dicampur dengan bahan wax
paraffin untuk mengontrol suhu pelunakan dan untuk memodifikasi sifat-sifat
bahan wax. Menurut spesifikasi ADA (American Dental Association), klasifikasi
berdasarkan komposisi dari wax dapat dilihat dari tabel berikut,

Tabel. Komposisi wax


(Craig, R.G., Restoratif Dental Materials, 9th ed., Mosby Year Book St. Louis, 1993)
4. Malam Sintetis
Banyak digunakan di kedokteran gigi, tetapi malam alami masih menupakan
komponen utama. Malam sintetis berupa bahan organik kompleks dengan
komposisi kimiawi yang berfariasi. Meski secara kimiawi berbeda dengan malam
alami, sifat fisisnya seperti malam alami. Kemurnian malam sintetis Iebih tinggi
dari malam alami. CONTOH :
1. Polietilena
2. Polioksietilena glikol
3. Hidrokarbon halogenasi
5. Hidrogenasi
6. Ester hasil reaksi asam dan fatty alcohol

C. Klasifikasi Wax
Menurut spesifikasi ADA (American Dental Association), mengklasifikasi
bahan wax atas 3 tipe yaitu,

Tabel. klasifikasi wax


(Craig, R.G., Restoratif Dental Materials, 9th ed., Mosby Year Book St. Louis, 1993)

1. Pattern Wax
Digunakan untuk membentuk kontur restorasi gigi tiruan yang telah ditentukan
secara umum, nantinya akan dibentuk dari bahan yang lebih tahan lama seperti alloy
emas tuang, alloy cobalt- chromium-nikel, atau resin poly.
1) Inlay
 Komponen utamanya adalah parafin, mikrokristalin, ceresin, carnauba,
candelilla, dan beeswax. Contoh : parafin 60%, carnauba 25%, ceresin 10%,
beeswax 5%.
 Biasanya dikemas dalam warna biru,hijau,ungu dan berbentuk batang
dengan panjang 7,5cm dan berdiameter 0,64cm.
 Inlay digunakan untuk restorasi gigi inlay,mahkota dan juga jembatan.
2) Casting
 komposisi yang tepat tidak diketahui, tetapi hampir sama dengan inlay wax.
 Wax ini berbentuk lembaran-lembaran dengan ketebalan 0,32-0,4mm,
bentuk jadi dan gumpalan.
 Wax ini digunakan untuk restorasi tuang gigi tiruan sebahagian ataupun
membentuk pola kerangka logam gigi tiruan.
 Memiliki sifat lunak dan dapat diadaptasikan pada suhu 40 - 45 °C. Agak
lengket dan terfiksasi pada model kerja gips. Mencetak dengan akurat
permukaan yang dilekatinya.
3) Baseplate
 Komponen utama dari baseplate wax yaitu terdiri dari 70 - 80% parafin I
ceresin. Ceresin 80%, Beeswax 12%, Carnauba wax 2,5%, Resin 3%, dan
Mikrokristalin 2,5%.
 Wax ini biasanya berbentuk lembaran-lembaran berwarna merah muda
dengan panjang 15cm, lebar 7,5cm dan tebal 0,13cm.
 Digunakan untuk menentukan dimensi vertikal rahang pada pembuatan gigi
tiruan lengkap dan pola plat dasar gigi tiruan lengkap maupun sebahagian,
serta alat orthodonsi.
 Ada 3 tipe, tipe I (lunak), tipe II (sedang), dan tipe III (keras).

2. Processing Wax
Paling banyak digunakan sebagai bahan tambahan dalam membuat berbagai
restorasi protesa, baik secara klinis maupun laboratorium, juga membantu
memudahkan prosedur dalam pembuatan gigi tiruan atau penyolderan.
1) Boxing
 Boxing wax mempunyai warna hijau atau hitam dengan bentuk batang atau
strip dan juga memiliki sifat bahan yang lembut, permukaan mengkilat pada
waktu pemanasan.
 Digunakan untuk memberi batasan cetakan pada waktu diisi gips.

2) Utility
 Komponen utama dari wax ini yaitu berisikan sejumlah besar beeswax,
petroleum dan wax lunak lainya.
 Biasanya berbentuk batang dan lembaran berwarna merah gelap ataupun
oranye.
 Digunakan untuk pelekatan pada sendok cetak untuk memperbaiki kontur.
3) Sticky
 Komponen utama wax ini yaitu terdiri dari resin dan yellow beeswax, bahan
pewarna dan resin-resin alami lainya.
 Sticky wax yang baik memiliki warna gelap atau menyala, sehingga dapat
dibedakan dari bahan gips yang berwarna terang.
 Digunakan untuk menyambung atau melekatkan patahan protesa gigi resin
(reparasi) dan logam.

3. Impression Wax
Wax ini merupakan bahan yang digunakan pertama kali untuk mengambil
cetakan pada rongga mulut karena dapat menunjukkan flow serta ductility yang
tinggi, tetapi mudah mengalami distorsi ketika ditarik dari daerah undercut.
Olehkarena itu penggunaanya hanya untuk daerah odontulus yang non undercut.
1) Corrective Impression
 Komponen utama wax ini yaitu terdiri dari resin dan yellow beeswax, bahan
pewarna dan resin-resin alami lainya.
 Sticky wax yang baik memiliki warna gelap atau menyala, sehingga dapat
dibedakan dari bahan gips yang berwarna terang.
 Digunakan untuk menyambung atau melekatkan patahan protesa gigi resin
(reparasi) dan logam.
2) Bite Registration
 Komponen dari wax ini terdiri atas paraffin, ceresin, beeswax dan
mengandung partikel alumunium atau copper (tembaga).
 Digunakan untuk mendapatkan artikulasi akurat dan rahang atas maupun
bawah.
 Memiliki sifat daya alir pada suhu 37°C adalah 2,5% -22%. Dan distorsi
waktu dikeluarkan dari mulut.
D. Sifat Malam
1. Rentang lebur (melting range)
Malam kedokteran gigi lebih cenderung mempunyai melting range dari
pada melting point karena malam tersebut terdiri dan molekul yang sama tetapi
berat molekulnya berbeda, atau beberapa tipe molekul yang berbeda dan
masing-masing memiliki variasi berat molekul. Sebagai contoh titik lebur
parafin 44 - 62 °C, titik lebur carnauba wax 50-90°C. Campuran parafin 75%
dan carnauba 25% memiliki titik lebur yang berbeda.
2. Suhu transisi padat-padat (solid-solid transition temperature)
Bila malam dipanaskan hingga di bawah titik lebur, terjadi transisi padat-
padat yaitu perubahan struktur kristal lattice yang stabil (biasanya orthorombik)
menjadi heksagonal. Pada keadaan tersebut malam dapat dimampulasi tanpa
menyerpih, robek atau stress. Transisi padat-padat ini juga menentukan sifat
fisis dan kesesuaian malam untuk berbagai prosedur klinis dan laboratoris.
Malam yang harus tetap kaku bila ada dalam mulut, hams memiliki suhu transisi
padat-padat di atas 37°C.
3. Ekspansi termis (thermal expansion)
Seperti bahan lain, malam akan mengembang/ekspansi bila suhu meningkat
dan akan mengkerut/ kontraksi bila suhunya menurun. Koefisien ekspansi
termis malam lebih besar danpada bahan lain di kedokteran gigi. Sifat ekspansi
termis linier bahan malam dapat dijelaskan berdasarkan kekuatan ikatan valensi
sekunder dan titik transisi. Malam yang berasal dari mineral umumnya
mempunyai koefisien ekspansi lebih besar dan malam tumbuhan. Malam
mineral ikatan valensi sekundemya lemah, bila suhu meningkat terjadi
pergerakan yang lebih besar pada komponennya, maka ekspansi termalnya
lebih besar. Ekspansi tennis mi berpengaruh terhadap ketepatan restorasi yang
dibuat. Sebagai contoh, malam dengan koeisien ekspansi tennis 350 x 10 / °C
bila didinginkan dan suhu 37 ke suhu 20 derajat celcius akan mengalami
pengkerutan linier sebesar hampir 0,6%.
4. Kekuatan mekanis
Modulus elastisitas, limit proporsional, dan kekuatan kompresi malam lebih
rendah daripada bahan lain. Sifat mekanis tersebut sangat dipengaruhi oleh
suhu.

5. Daya alir (flow)


Bila malam diberi beban pada waktu tertentu, akan terjadi deformasi atau
perubahan bentuk. Deformasi plastis dan prosentase daya alimya tergantung
temperatur. Di bawah suhu transisi, daya alirnnya rendah. Daya alir im penting
untuk malam inlay yang polanya dikerjakan secara direct. Pada suhu 5 derajat
di atas suhu mulut, daya alirnya harus besar, tetapi pada suhu mulut /37 derajat
harus tidak ada daya alirnya.
6. Stres internal (Internal stress)
Stres internal sering juga disebut residual stress. Malam memiliki
konduktivitas panas rendah, sehingga sukar mencapai pemanasan yang merata.
Bila malam dicetak atau dibentuk tanpa pemanasan yang cukup di atas suhu
transisi padat-padat, maka akan terjadi stress dalam bahan. Bila malam
dipanaskan, terjadi pelepasan stress dan mengakibatkan distorsi.

2. Maniupulasi Wax, Instrumentasi, dan Faktor yang Mempengaruhi


Umumnya, berbagai wax digunakan sebagai bahan tambahan di laboratorium gigi
untuk pembuatan mahkota, jembatan, dan restorasi lainnya. Wax dilunakkan atau
dilelehkan lalu dibentuk menjadi bentuk yang diinginkan. Kemudian, bagian Wax itu
dikelilingi oleh bahan cetakan. Kemudian, Wax dilelehkan dan cetakannya diisi dengan
bahan restoratif, seperti emas.

Produk wax yang digunakan di klinik


a. bite registration wax,
b. disclosing wax (juga dikenal sebagai pressure indicating paste),
c. utility wax untuk mengubah dan mengadaptasi impression tray, dan
d. low-melting type I inlay wax yang digunakan di mulut (proses waxing direct) dalam
membuat pola.

Produk laboratorium meliputi


a. boxing wax,
b. baseplate wax,
c. sticky wax,
d. beading wax,
e. utility wax, dan
f. type II inlay wax : hard, medium, dan soft wax untuk membuat pola pada model
pasien dengan teknik wax indirect.
Sumber : Clinical Aspects of Dental Materials Theory, Practice, and Cases, 4th Edition01

A. Pembuatan pola
Prosedur pertama dalam pengecoran inlay untuk proses wax adalah pembuatan
pola. Cavitas dipreparasi di gigi dan polanya diukir langsung pada die yang merupakan
reproduksi jaringan gigi (teknik tidak langsung).
Teknik langsung untuk menghasilkan pola inlay wax dalam gigi jarang digunakan
karena sensitivitas lilin terhadap perubahan tekanan, suhu, dan laju pemanasan dan
pendinginan selama manipulasi. Karena koefisien ekspansi termal lilin sangat tinggi
dibandingkan dengan nilai untuk bahan gigi lainnya, pola lilin yang dibuat di mulut
(teknik langsung) akan menyusut lumayan karena didinginkan sampai suhu kamar.
Pola yang dibuat dengan metode tidak langsung mungkin tidak mengecil, walaupun
jumlahnya bergantung pada apakah pola diperbolehkan mencapai suhu kamar sebelum
atau sesudahnya akan dihapus dari die.
Tipe I adalah lilin medium yang digunakan dalam teknik langsung dan tipe II adalah
lilin lembut yang digunakan dalam teknik tidak langsung. Dalam proses manipulasi
inlay wax, dry heat umumnya lebih sering digunakan daripada penggunaan water
bath. Karena, pemakaian water bath dapat menyebabkan terbentuknya tetesan air
yang memercik sewaktu dipanaskan di atas api dan melumuri permukaan malam selam
pemolesan, sehingga menimbulkan distorsi model malam selama terjadinya perubahan
panas.
Untuk membuat pola indirect, die harus dilumasi, sebaiknya dengan pelumas yang
mengandung zat pembasah. Lilin yang meleleh dapat ditambahkan berlapis dengan
instrumen waxing. Kavitas yang disiapkan harus diisi penuh, dan lilin kemudian diukir
pada kontur yang tepat. Bila margin diukir, perawatan harus dilakukan agar tidak
terjadi penggelapan permukaan die. Kain halus dapat digunakan untuk pemolesan akhir
dari pola, menggosok ke arah margin.
Namun, beberapa klinisi lebih suka menggunakan tekanan jari saat lilin mendingin
untuk membantu mengisi rongga dan mencegah distorsi saat pendinginan. Jari juga
mempercepat laju pendinginan. Terlepas dari metode yang dipilih, metode yang paling
praktis untuk menghindari kemungkinan distorsi adalah menanamkan pola segera
setelah dikeluarkan dari die, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Begitu bahan
tanam mengeras (set), tidak ada distorsi pola yang akan terjadi.

B. Pelunakan wax
Dalam proses manipulasi inlay wax, dry heat umumnya lebih sering digunakan
daripada penggunaan water bath. Karena, pemakaian water bath dapat menyebabkan
terbentuknya tetesan air yang memercik sewaktu dipanaskan di atas api dan melumuri
permukaan malam selama pemolesan, sehingga menimbulkan distorsi model wax
selama terjadinya perubahan panas.
Jika batang wax dilunakkan di atas nyala api, sebaiknya hal ini dilakukan dengan
hati-hati agar malam tidak menjadi terlalu panas. Wax harus diputar-putar sampai
menjadi mengkilap dan kemudian dijauhkan dari nyala api. Proses ini diulangi sampai
wax menjadi hangat seluruhnya.
Inlay Wax Tipe I mempunyai plastisitas yang memadai pada kisaran temperatur
yang aman bagi pulpa. Tekanan harus diaplikasikan dengan jari atau dengan meminta
pasien menggigit pada malam. Malam menjadi dingin secara berangsur-angsur pada
temperatur mulut, tidak perlu direndam dalam air dingin.
Pelepasan model wax harus dilakukan dengan hati-hati. Model wax sebaiknya
ditusuk sedikit dengan ujung eksplorer dan diputar ke luar dari kavitas. Model wax
mesial-oklusa-distal (MOD) sebaiknya dilepas dengan menempelkan kawat staples
tersebut dan ditarik pada arah sejajar dengan dinding aksial, dan dengan distorsi
minimal. Sesudah dilepas, model jangan disentuh dengan tangan sebisa mungkin untuk
mencegah terjadinya perubahan temperature.
C. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam manipulasi wax:
a. Wax harus dilunakkan secara merata dalam keadaan yang panas kering, dengan
tangan hangat, atau dengan nyala api. Jika wax dilunakkan oleh nyala api, maka
harus diputar di atas api sampai merata lembut atau mengalir. Wax yang meleleh
harus berlapis saat ditambahkan pada suatu benda
b. Adanya perubahan yang disebabkan oleh relaksasi residual stress, pattern wax harus
diinvestasikan dalam waktu 30 menit dari saat mengukir.
b. Wax seperti boxing dan utility wax bersifat sedikit rekat pada suhu kamar. Untuk
menghindari distorsi wax. Wax harus disimpan pada atau sedikit di bawah suhu
kamar
c. Kecenderungan inlay wax yang lebih lembut untuk ekspansi selama setting di
higroskopis bath pada suhu 37,8 derajat C dapat berkontribusi pada fenomena
ekspansi higroskopik
d. Baseplate wax digunakan untuk membentuk bentuk lengkung awal dalam
konstruksi gigi palsu lengkap. Wax tipe I soft, yang digunakan untuk membangun
veneer. Wax tipe II medium, dirancang agar pola ditempatkan di mulut dalam
kondisi iklim normal. Tipe III hard wax, digunakan untuk uji coba di mulut di
daerah beriklim tropis. Semakin keras wax, semakin sedikit daya alir pada suhu
tertentu
e. Sticky wax bersifat rekat ketika meleleh tetapi tegas dan rapuh ketika didinginkan
f. Boxing wax bersifat relatif lembut dan lentur dan mudah ditekan ke kontur yang
diinginkan di sekeliling cetakan dan di area tertutup yang tumpang tindih dengan
tekanan kuat.

D. Manipulasi inlay wax :


a. Untuk membuat pola tidak langsung, die harus dilumasi, sebaiknya dengan pelumas
yang mengandung wetting agent.
b. Setiap kelebihan bahan harus dihindari karena akan mencegah adaptasi kerapatan
terhadap die.
c. Wax yang meleleh dapat ditambahkan berlapis dengan spatula atau instrumen
waxing.
d. Kavitas yang disiapkan harus diisi habis dan wax kemudian diukir dengan kontur
yang tepat.
e. kain halus dapat digunakan untuk pemolesan akhir dari pola dan penggosokan
margin.

E. Tahapan lost wax casting sebagai berikut:


a. Cetakan dari preparasi pertama kali diperoleh dan dituangkan ke dalam die stone
tipe high- strength yang membentuk die.
b. Pattern wax dari restorasi diukir pada die.

c. Wax atau sprue plastik dilekatkan pada pola untuk membentuk saluran dimana
logam cair dimasukkan
d. Pola dan sprue yang menempel terbungkus di ring dimana gypsum yang ditanam
dituangkan
e. Setelah mengeras, bahan tanam yang terbungkus pola dan sprue dipanaskan dalam
oven burnout pada suhu tinggi, menyebabkan wax dan sprue menguap (lost wax).
Wax meninggalkan cetakan pattern dan ruang menjadi kosong

f. Logam cair mengalir melalui saluran kosong yang terbentuk oleh sprue dan ke
dalam ruang pattern wax yang kosong
g. Ketika logam sudah dingin, sprue dilepaskan dan pengecoran dibersihkan dan
dipoles serta siap disemen ke gigiSifat ekspansi dan kontraksi pada bahan cetak, die
stone, wax, bahan tanam, dan logam harus dikendalikan untuk mencapai
pengecoran akhir yang akan memiliki kontak rapat dengan preparasi gigi.
F. Instrumentasi Manipulasi Wax
1. Pisau malam : satu sisi untuk memotong wax dan sisi yang lain dipergunakan untuk
sendok yang membawa wax yang leleh dan memanipulasi permukaan wax

2. Pisau model/ Wax carver : instrument untuk mengcarving pola gigi pada wax
3. Spatula wax: instrument untuk membawa wax yang leleh selama prosedur wax
berlangsung

4. Lampu spirtus : memberikan nyala api non karbon untuk memanaskan instrumen

5. Curved Scissor : memotong serpihan wax baseplate saat pembuatan basis pencatatan
sementara

6. Straight Scissor : manipulasi bahan basis pencatatan sementara


7. Chip blower : mengarahkan nyala api ke area wax yang di haluskan dan di poles

3. Aplikasi Wax dalam Kedokteran Gigi

A. Pattern Wax
1) Inlay casting wax
Digunakan sebagai pola inlay, mahkota, dan jembatan serta cetakan awal partial
denture sebelum digantikan oleh alloy melalui proses casting.
2) RPD (Removable Partial Denture) casting wax
Digunakan untuk membuat pola metallic framework dan sprue gigi tiruan sebagian
lepasan.

3) Base plate wax


Base plate wax digunakan sebagai berikut:
1. Untuk membuat occlusion rim.
2. Untuk membentuk contour gigi tiruan setelah set.
3. Untuk membuat pola piranti ortodonti.

B. Processing Wax
1) Boxing wax
Digunakan untuk memagar/membatasi cetakan sebelum diisi/dicor dengan gips.
2) Utility wax
Digunakan untuk mengatur kontur perforated tray berkenaan dengan hidrokoloid
(contoh: menaikkan tinggi flange, memperpanjang baki posterior, menaikkan
palatal portion of the tray jika terjadi langit-langit dalam).
3) Sticky wax
Digunakan untuk menyambungkan bagian logam sebelum proses penyolderan dan
juga untuk menyambung fragmen gigi palsu yang rusak sebelum prosedur
perbaikan.

4) Carding wax
Digunakan oleh produsen untuk pengemasan gigi akrilik atau porselen.

5) Shellac wax
Digunakan untuk membuat basis gigi tiruan sementara. Digunakan juga untuk bite
registration.
C. Impression Wax
1) Corrective impression wax
Corrective impression wax digunakan sebagai berikut:
1. Untuk membuat functional impression dari free end saddles (kelas I dan kelas
II gigi tiruan sebagian lepasan).
2. Untuk mengamati posterior palatal seal pada gigi tiruan.
3. Untuk membuat functional impression pada obturator.

2) Bite registration wax


Digunakan untuk mengamati hubungan hubungan antara gigi rahang atas dan gigi
rahang bawah. Hal ini diperlukan untuk pengaturan posisi yang benar pada
artikulator.
DAFTAR PUSTAKA

Annusavice, K J. Phillips’ Science of Dental Materials. 11th ed. Philadelphia: WB Saunders,


2003.

Anusavice KJ. 2003. Philip’s Science of Dental Materia. 11th ed. St.Louis Missouri: Elsevier.

Anusavice, Kenneth J. 2013. Philips’science of dental materials edisi ke-12. St.Louis


Missouri: Elsevier Saunders (USA).

Annusavice, K J. Phillips’ Science of Dental Materials. 11th ed. Philadelphia: WB Saunders,


2003.
Craig,G.C and John M. Restorative Dental Materials. 11th ed. United States:Mosby, 2002.

Galdwin Marice, Bagby Michael. 2013. Clinical Aspects of Dental Materials : Theory,
Practice, and Cases 4th Edition. Philladelpia

Hatrick, C. D, W. Stephen Eakle dan William F. 2011. Dental Materials: clinical aplication
for dental assistants and dental hygienists edisi ke-2. St.Louis, Missouri: Elsevier Saunders
(USA).

Lakshmi, S. 2014. Preclinical manual of prosthodontics. Chennai : Elsevier Saunders

Manappallil J. John. 2016. Basic Dental Materials Fourth Edition. London: Jaypee Brothers
Medical Publishers. Hal 330-343.

McCabe, J. F., dan Walls, A. W. G. 2008. Applied Dental Materials. 9th ed. Blackwell
Publishing: UK.

Powers, J. M., dan Sakaguchi, R. L. 2012. Craig’s Restorative Dental Materials. 13th ed.
Elsevier: USA.

Syafiar L, Rusfian, dkk. Bahan Ajar Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran gigi. 1st ed,
Medan. USU Press, 2011: 35-45.

You might also like