You are on page 1of 15

BAB II

PEMBAHASAN

A. PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA KEHAMILAN


1. Hemoglobin (HB)
Hemoglobin adalah molekul protein dalam sel darah merah yang membawa
oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh dan kembali berupa karbon dioksida dari
jaringan yang kembali ke paru-paru.
Hemoglobin (Hb) adalah komponen sel darah merah yang berfungsi menyalurkan
oksigen ke seluruh tubuh. Jika Hb berkurang, jaringan tubuh kekurangan oksigen.
Oksigen diperlukan tubuh untuk bahan bakar proses metabolisme. Menurut Manuaba
(2001), haemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi
sebagai media transport oksigen dari paru-paru. Kandungan zat besi yang terdapat
dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah.
Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan
prevalensi anemia. Hb merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah.
Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/ dl darah dapat digunakan
sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan hemoglobin yang
rendah dengan demikian mengindikasikan anemia.
Kehamilan merupakan kondisi dimana ibu memiliki resiko yang berdampak pada
kesehatan ibu dan janin, seperti resiko anemia. Anemia adalah suatu keadaan di mana
kadar hemoglobin dalam darah di bawah normal. Hal ini bisa disebabkan oleh
kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, seperti kekurangan zat besi, asam folat
ataupun vitamin B12. Anemia yang paling sering terjadi terutama pada ibu hamil
adalah anemia karena kekurangan zat besi (Fe). Anemia defisiensi besi merupakan
salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Anemia pada
kehamilan merupakan masalah besar yang berdampak buruk terhadap kehamilan
maupun persalinan baik bagi ibu dan bayinya serta memerlukan penanganan hati-hati
termasuk pemeriksaan untuk mencari penyebab.
Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami
hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30 % sampai 40 % yang
puncaknya pada kehamilan trimester kedua. Jumlah peningkatan sel darah 18 %
sampai 30 % dan hemoglobin sekitar 19 %. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil
sekitar 11 gr % maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia
kehamilan fisiologis, dan Hb ibu akan menjadi ± 10,5g %.
Standar pelayanan kebidanan keenam membahas tentang pengelolaan anemia
pada kehamilan yang bertujuan untuk menemukan anemia pada kehamilan secara dini
dan melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum
persalinan berlangsung. Selama proses bidan harus memeriksa kadar Hb pada
kunjungan pertama dan minggu ke-28, memberikan sedikitnya satu tablet zat besi
selama 90 hari, penyuluhan tentang gizi zat besi, memberikan ibu hamil terduga
anemia satu tablet zat besi 2-3 kali perhari rujuk ibu dengan anemia berat,
menyarankan ibu untuk konsumsi tablet zat besi 4-6 bulan postpartum.
Zat besi merupakan bahan baku pembuat sel darah merah. Ibu hamil mempunyai
tingkat metabolisme yang tinggi misalnya untuk membuat jaringan tubuh janin,
membentuknya menjadi organ dan juga untuk memproduksi energi agar ibu hamil
bisa tetap beraktifitas normal sehari-hari (Sin sin, 2010).
Menurut Wasnidar (2007) manfaat dilakukan pemeriksaan hemoglobin pada ibu
hamil, yaitu :
1) Mencegah terjadinya anemia dalam kehamilan.
2) Mencegah terjadinya berat badan lahir rendah.
3) Memenuhi cadangan zat besi kurang.
Menurut prawirohardjo dan Winkjosastro (1999) kurangnya kadar haemoglobin
dalam kehamilan dapat menyebabkan :
1) Abortus.
2) Partus imatur/ prematur.
3) Kelainan kongenital.
4) Perdarahan antepartum.
5) Gangguan pertumbuhan janin dalam rahim.
6) Kematian perinatal.
1.1 Batas Normal Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Menurut WHO
Menurut WHO, anemia pada ibu hamil di bagi menjadi tiga kriteria yaitu :
a. Normal > 11 gr/dl
b. Anemia ringan 8 - 11 gr/dl
c. Anemia berat < 8 gr.dl
1.2 Pemeriksaan Hemoglobin (HB)
Pemeriksaan hemoglobin (HB) bisa dilakukan dengan beberapa cara salah satunya
seperti :
a. Pemeriksaan Otomatis

Hemoglobin biasanya diukur sebagai bagian dari tes rutin complete blood
count (CBC) dari sampel darah. Beberapa metode yang ada untuk mengukur
hemoglobin, yang sebagian besar dilakukan saat ini oleh mesin otomatis yang
dirancang untuk melakukan tes yang berbeda pada darah. Dalam mesin, sel-sel
darah merah dipecah untuk mendapatkan hemoglobin kedalam sebuah larutan.
Hemoglobin bebas dikarenakan bahan kimia yang mengandung sianida yang
mengikat erat dengan molekul hemoglobin untuk membentuk
cyanomethemoglobin. Dengan penyinaran cahaya yang melalui larutan dan diukur
seberapa banyak cahaya yang diserap (khusus pada panjang gelombang 540
nanometer), jumlah hemoglobin dapat ditentukan.

b. Hb Meter (Pocket)

Hb meter merupakan alat praktis yang dapat digunakan oleh siapa saja,
namun tingkat keakuratan dan sensitifitasnya masih jauh dibawah laboratorium
klinik yang sudah terstandarisasi dengan baik. Penggunaan Hb meter yaitu dengan
memasang stik Hb pada alat, kemudian alat akan menyala secara otomati, setelah
itu buat luka pada jari yang sebelumnya sudah di beri antiseptik.

Luka yang dibuat akan mengeluarkan darah, kemudian darah tersebut


diteteskan pada Hb meter. Setiap alat memerlukan waktu yang berbeda tergantung
alat yang dipakai. Jika sudah selesai akan muncul angka pada layar Hb meter,
itulah nilai Hb Anda.
c. Hb sahli

Pemeriksaan dengan menggunakan sahli harus dilakukan oleh tenaga


kesehatan. Dalam pemeriksaan Hb secara sahli kesalahan yang sering terjadi
adalah sebagai berikut :

1) Alat/reagen kurang sempurna, yaitu :


a. Volume pipet Hb tidak selalu tepat 20 ul.
b. Warna standard sering sudah pucat.
c. Kadar larutan HCL sering tidak dikontrol.
2) Orang yang melakukan pemeriksaan :
a. Pengambilan darah kurang baik.
b. Penglihatan pemeriksa tidak normal atau sudah lelah.
c. Intensitas sinar/penerangan kurang.
d. Pada waktu waktu membaca hsil dipermukaan terdapat gelembung udara.
e. Pipet tidak dibilas dengan HCL.
f. Pengenceran tidak baik.
2. Protein urine
2.1 pengertian protein urine
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan N .
Protein sangat penting sebagai sumber asam amino yang digunakan untuk
membangun struktur tubuh. Selain itu protein juga bisa digunakan sebagai sumber
energi bila terjadi defisiensi energi dari karbohidrat dan/atau lemak. Sifat-sifat protein
beraneka ragam, dituangkan dalam berbagai sifatnya saat bereaksi dengan air,
beberapa reagen dengan pemanasan serta beberapa perlakuan lainnya.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea),
garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari
darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses
reabsorpsi.Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang
diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Normal ekskresi protein
biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl
didefinisikan sebagai proteinuria. Adanya protein dalam urine disebut proteinuria.
Protein dalam urin (proteinuria atau mikroalbuminuria) adalah jumlah abnormal
tinggi protein yang ditemukan dalam sampel urin. Melalui test laboratorium,
kelebihan protein urine bisa diketahui dengan pasti. Ada Metode sederhana untuk
mengetahui jumlah kelebihan protein dalam urine, salah satunya adalah metode
DIPSTIK, yang biasanya hanya dilakukan oleh laboratorium medis saja. Normal
ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih
dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria.
Menurut kamus kesehatan, protein adalah rantai molekul panjang yang terjadi dari
asam amino yang bergabung dengan ikatan peptida. Protein membentuk bahan
struktural jaringan tubuh kita. Protein memiliki beberapa fungsi yang berbeda,
misalnya menyediakan sturktur (ligament, kuku, rambut), membantu pencernaan
(enzim perut), membantu gerakan (otot), dan berperan dalam kemampuan kita untuk
melihat (lensa mata kita adalah Kristal protein murni).
Serum protein (bahasa inggris : globular protein, spheroprotein) merupakan salah
satu dari tiga jenis protein didalam tubuh yang terbentuk dari asam amino berupa
larutan koloidal didalam plasma darah. Serum protein tidak mengandung fibrin
(bukan merupakan fibrous protein) sehingga dapat terlarut. Total serum protein dalam
darah sekitar 7,2-8 g/dl atau sekitar 7% dari volume darah keseluruhan dengan
berbagai kegunaan (sirkulasi molekul lipida, hormon, vitamin dan zat besi, enzim,
komponen komplemen, protease inhibitor dan kinin precursor, regulasi aktivitas,
fungsional non seluler dalam system kekebalan).
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria adalah penyakit ginjal
(glomerulonefritis, nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam,
hipertensi, multiple myeloma, keracunan kehamilan (pre-eklampsia, eklampsia),
infeksi saluran kemih (urinary tract infection). Proteinuria juga dapat dijumpai pada
orang sehat setelah kerja jasmani, urine yang pekat atau stress karena emosi.
Untuk mengetahui adanya protein di dalam urin dilakukan pemeriksaan. Prinsip
dari pemeriksaan ini terjadi endapan urine jika direaksikan dengan asam sulfosalisila.
Proteinuria didefinisikan sebagai konsentrasi protein sebesar 0.19/L (> +2 dengan
cara dipstik) atau lebih dalam sekurang-kurangnya dua kali spesimen urin yang
dikumpulkan sekurang-kurangnya dengan jarak 6 jam. Pada spesimen urin 24 jam,
proteinuria didefinisikan sebagai suatu konsentrasi protein 0,3 per 24 jam. Tingginya
kadar protein dalam urin ibu hamil dapat mengindikasikan terjadinya preeklampsi.
Preeklampsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria
yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam trimester kedua -
kehamilan.
Tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa. Preeklampsia
merupakan suatu kondisi spesifik kehamilandimana hipertensi terjadi setelah minggu
ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal (Bobak ,
2004).Pemeriksaan protein urin dibutuhkan oleh ibu hamil bila dicurigai mengalami
preeklampsi ringan atau berat, dari hasil pemeriksaan ini kita dapat memberikan
asuhan kepada ibu hamil yangditujukan untuk mencegah timbulnya masalah potensial
yaitu terjadinya eklampsi.
Penetapam kadar protein dalam urin biasanya dinyatakan berdasarkan timbulnya
kekeruhan pada urin. Karena padatnya atau kasarnya kekeruhan itu menjadi satu
ukuran untuk jumlah protein yang ada, maka menggunakan urinyang jernih menjadi
syarat yang penting.Salah satu uji protein urin yang cukup peka adalah dengan
melalui pemanasan urin dengan asam asetat. Pemberian asam asetat dilakukan untuk
mencapai atau mendekati titik iso-elektrik protein, sedangkan pemanasan bertujuan
untuk denaturasi sehingga terjadilah presipitasi. Proses presipitasi dibantu oleh
adanya garam-garam yang telah ada dalam urin atau yang sengajaditambahkan ke
dalam urin. Asam asetat yang dipakai tidak pentingkonsentrasinya, konsentrasi antara
3-6% boleh dipakai, yang penting ialah pHyang dicapai melalui pemberian asam
asetat. Urin encer yang mempunyai berat jenis rendah tidak baik digunakan untuk
percobaan ini. Hasil terbail padapercobaan ini diperoleh dengan penggunaan urin
asam.
Ditemukannya protein urine merupakan tanda paling sering di jumpai pada
preeklamsi, penyakit ginjal, bahkan sering merupakan petunjuk dini dari latent
glomerulo nephitis,Toxemia gravidarum ataupun diabetic nephropathy. Selama
kehamilan normal terdapat kenaikan hemodinamika ginjal dan di ikuti dengan
tekanan venarenalis. Pembentukan urine dimulai dalam glomerulus, apabila filtrasi
glomerulus mengalami kebocoran yang hebat, molekul protein besar akan terbuang
dalam urin sehingga menyebabkan proteinuria. Pada pasien yang telah menderita
penyakit parenkhim ginjal, Faktor kehamilan yang memasuki usia 20 minggu ini
mungkin akan memperberat kebocoran protein melalui urine. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui gambaran protein urine pada ibu hamil trimester II yang
memeriksakan diri di bidan praktek swasta Citra Mulia Kudus. Penelitian ini di
laksanakan pada bulan Mei 2010 dengan jumlah sampel di ambil secara purposif dan
sampel di periksa secara semi kuntitatif dengan metode statistik. Hasil penelitian
menunjukan pemeriksaan urine pada ibu hamil trimester II yang negative sebanyak 9
sampel. Positif satu sebanyak 19 sampel dan positif dua sebanyak dua sampel. Pada
pengukuran tekanan darah terdapat 6 ibu hamil yang mengalami hipertensi dan dilihat
dari kondisi kaki terdapat 3 orang ibu hamil yang mengalami edema. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut di harapkan kepada ibu hamil agar melakukan pemeriksaaan
kehamilan secara rutin sehingga perkembangan janin dapat dipantau.
Kandungan urine bergantung keadaan kesehatan dan makanan sehari-hari
yangdikonsumsi oleh masing-masing individu. Individu normal meempunyai pH
antara5 sampai 7. Banyak faktor yang memperngaruhi pH urine seseorang adalah
makanan sehari-hari dan ketidakseimbangan hormonal. Warna urine adalah kuning
keemasan yang dianggap berasal dari emas.Fungsi utama urin adalah untuk
membuang zat sisa seperti racun atauobat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum
menganggap urin sebagai zat yang kotor.
Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau
saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnyapun akan Mengandung
bakteri.Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi danberbagai
senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuangkeluar tubuh. Materi
yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melaluiurinalisis, yaitu suatu metode
analisis zat-zat yang dimungkinkan terkandung didalam urin. Analisis urin secara
fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jenis cairan urin dan pH serta suhu urin.
Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputianalisis glukosa, analisis protein dan
analisis pigmen empedu.
Untuk analisis kandungan protein ada banyak sekali metode yang ditawarkan,
mulai dari metode uji millon sampai kuprisulfa dan sodium basa. Yang terakhir
adalah analisis secara mikroskopik, sampel urin secara langsung diamati dibawah
mikroskop sehingga akan diketahui zat-zat apa saja yang terkandung di dalamurin
tersebut, misalnya kalsium phospat, serat tanaman, bahkan bakteri.
Reabsorpsi asam amino terutama terjadi di bagian awal tubulus kontortus
proksimal yang menyerupai proses absorpsi di usus halus. Karier utama dimembrane
luminal merupakan kotransport Na+ sedangkan karier di basolateraltidak bergantung
pada Na+. Na+ di pompa keluar sel oleh Na+, K+, ATP ase dan kemudian asam
amino keluar sel melalui proses difusi fasilitasi menuju cairan intertisium.
Proteinuria ditandai dengan adanya kekeruhan. Proteinuria ditentukan dengan
berbagai cara yaitu: asam sulfosalisilat, pemanasan dengan asam asetat, carik celup
(hanya sensitif terhadap albumin).
Penetapan jumlah protein ditentukan dengan urin 24 jam atau 12 jam, dengan
cara Esbach.
2.2 Pemeriksaan proteinuria
Untuk menguji adanya kekeruhan , periksalah tabung dengan cahayaberpantul dan
dengan latar belakang yang hitam. Cara penilaian uji protein adalah sebagai berikut :
1. Cara pemanasan asam asetat
Alat dan Bahan
a. Alat
1) Tabung reaksi
2) Penjepit tabung reaksi
3) Rak tabung
4) Pipet tetes
5) Corong
6) Pipet volume
7) Lampu spiritus/ Bunsen
8) Beker glass
b. Bahan :
1) Asam Asetat 6%
2) Urin patologis
c. Cara Kerja
1) Isi urine normal pada tabung 1 dan urin patologis pada tabung 2
hingga dua per tiga tabung.
2) Kedua tabung di miringkan, panaskan bagian atas urin sampai
mendidih.
3) Perhatikan apakah terjadi kekeruhan dibagian atas urin tersebut
dengan cara membandingkan dengan urin bagian bawah.
4) Jika urine dalam tabung tidak terjadi kekeruahn maka hasilnya
negative.
5) jika urin dalam dalam tabung terjadi kekeruhan maka tambahkan
asam asetat 6% sebanyak 3-5 tetes.
6) Panaskan lagi sampai mendidih, Jika urine kembali
bening/kekeruahn menghilang maka hasilnya negatif. Jika
kekeruahn urin tetap ada maka hasilnya positif.
7) Beri penilaian terhadap hasil pemeriksaan tersebut
d. Cara menilai hasil :
1) Tak ada kekeruhan : - (negatif)
2) Ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir : + (protein 0,01-0,05%)
3) Kekeruhan mudah terlihat dengan butir-butir : ++ (protein 0,05-
0,2%)
4) Kekeruhan jelas dan berkeping-keping : +++ (protein 0,2-0,5%)
5) Sangat keruh, berkeping besar atau bergumpal : ++++(> 0,5%)
2. Dengan Dipstick
a. Urin sewaktu
1) Kumpulkan spesimen acak (random)/urin sewaktu.
2) Celupkan strip reagen (dipstick) kedalam urin.
3) Tunggu selama 60 detik, amati perubahan warna yang terjadi
dan cocokkan dengan bagan warna.
4) Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih
dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan
secara visual. Dipstick mendeteksi protein dengan indikator
warna Bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin tetapi
kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-Jones, dan
mukoprotein.
b. spesimen urin 24 jam
1) Kumpulkan urin 24 jam
2) masukkan dalam wadah besar dan simpan dalam
lemari pendingin.
3) Jika perlu, tambahkan bahan pengawet.
4) Ukur kadar protein dengan metodekolorimetri menggunakan
fotometer atau analyzer kimiawi otomatis.
c. Dengan asam sulfosalisil
1) Dua tabung reaksi diisi masing-masingnya dengan dua ml urin
yang akan diperiksa.
2) Tabung yg pertama ditambahkan 8 tetes larutan Asam
sulfosalisil 20% dan kemudian dikocok.
3) Bandingkan dengan tabung yang kedua (yang tidak
ditambahkan As. sulfosalisil 20%). Kalau tetap sama
jernihnya test terhadap protein “Negatif/ (-).
4) Jika tabung pertama lebih keruh dari tabung kedua, panasilah
tabung pertama itu diatas nyala api sampai mendidih dan
kemudian dinginkan kembali dengan air mengalir.
5) Jika kekeruhan tetap ada pada waktu pemanasan dan tetap ada
juga setelah dingin kembali, tes terhadap protein “Positif”.
6) Jika kekeruhan itu hilang pada saat pemanasan dan muncul
lagi setelah dingin, lakukan pemeriksaan Bence Jones.

Tingginya kadar protein dalam urin ibu hamil dapat mengindikasikan terjadinya
preeklampsi. Preeklampsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi. Edema dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan. penyakit ini umumnya terjadi dalam
trimester kedua kehamilan. pemeriksaan protein urin dibutuhkan oleh ibu hamil bila
dicurigai mengalami preeklamsi ringan atau berat, dari hasil pemeriksaan ini kita
dapat memberikan asuhan kepada ibu hamil yang ditujukan untuk mencegah
timbulnya masalah potensial yaitu terjadinya eklamsi.
Penetapan kadar protein dalam urin biasanya dinyatakan berdasarkan
timbulnya kekeruhan pada urin. Karena padat atau kasarnya kekeruhan itu menjadi
satu ukuran untuk jumlah protein yang ada. Maka menggunakan urin yang jernih
menjadi syarat yang penting. Kandungan urin bergantung keadaan kesehatan dan
makanan sehari-hari yang dikonsumsi oleh masing-masing individu. Individu normal
mempunyai pH antar 5-7. Banyak fkator yang mempengaruhi pH urine seseorang
seperti makanan sehari-hari dan ketidakseimbangan hormonal.
Warna urin kuning adalah keemasan. Selama kehamilan normal terdapat kenaikan
hemodinamika ginjal dan diikuti dengan tekanan venarenalis. Pembentukan urin
dimulai dalam glomerulus, apabila filtrasi glomerulus mengalami kebocoran hebat.
Molekul protein besar akan terbuang dalam urin sehingga menyebabkan proteinuria.
Pada pasien yang telah menderita penyakit parenkhim ginjal, faktor kehamilan yang
memasuki usia 20 minggu ini mungkin akan memperberat kebocoran protein urin.
d. prosedur pemeriksaan protein urin
a. specimen urin acak (random)
kumpulkan specimen acak (random) / urin sewaktu. Celupkan strip reagen
(dipstick) kedalam urin. Tunggu selam 60 detik, amati perubahan warna yang
terjadi dan cocokan dengan bagan warna. Pembacaan dipstick dengan instrument
otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan
secara visual.
Dipstick mendeteksi protein dengan indicator warna bromphenol biru.
Yang sensitive terhadap albumin tetapi kurang sensitive terhadap globulin.
Protein Bence-jones dan mukoprotein.
b. Specimen urin 24 jam
Kumpulkan urin 24 jam, masukan dalam wadah besar dan simpan dalam
lemari pendingin. Jika perlu tambahkan bahan pengawet. Ukur kadar protein
dengan metode kolorimetri menggunakan fotometer atau analyzer kimiawi
otomatis.
Nilai rujukan urin acak : negative (≤15 mg/dl)
Urin 24 jam : 25-15- mg/24jam
Masalah klinis
Pengukuran proteinuria dapat dipakai untuk membedakan antara penderita
yang memiliki resiko tinggi menderita penyakit ginjal kronik yang asimptomatik
dengan yang sehat.
Proteinuria yang persistent (tetap ≥ +1 dievaluasi 2-3 X/3bulan) biasanya
menunjukan adanya kerusakan ginjal. Proteinuria persistent juga akan member
hasil ≥ +1 yang terdeteksi baik pada specimen urin pagi maupun urin sewaktu
setelah melakukan aktivitas.
Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi
albumin merupakan pertanda yang sensitive untuk penyakit ginjal kkronik yang
disebabkan karena penyakit glomeruler. Diabetes mellitus dan hipertensi.
Sedangkan peningkatan eksresi globulin dengan berat molekul rendah
merupakan pertanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel.
Proteinuria positif perlu dipertimbangkan untuk analisis kuantitatif protein
dengan menggunakan sampel urinetampung 24 jam. Jumlah proteinuria dalam 24
jam digunakan sebagai indikator untuk menilai tingkat keparahan ginjal.
Proteinuria rendah (kurang dari 500 mg/24jam). Pengaruh obat penisilin,
gentamisin, sulfonamide, sefalosporin, media kontras, tolbutamid (orinase),
asetazolamid (diamox), natrium bikarbonat.
3. Glukosa
Pemeriksaan glukosa urine pada ibu hamil merupakan salah satu
tes yang bertujuan untuk mendeteksi adanya komplikasi yang terjadi
selama kehamilan yaitu diabetes mellitus. Pemeriksaan fisik dan tes
laboratorium selama kunjungan antenatal care harus difokuskan pada
pemeriksaan-pemariksaan yang didukung oleh riset ilmiah. Karena dengan
melakukan hal tersebut maka para bidan telah berusaha untuk menurunkan
angka kematian ibu dan neonatus.
Pemeriksaan terhadap adanya glukosa urine termasuk pemeriksaan
penyaring. Menyatakan adanya glukosa dapat dilakukan dengan cara yang
berbeda-beda asasnya. Cara yang tidak spesifik menggunakan sifat
glukosa sebagai zat pereduksi, pada test-test semacam itu terdapat suatu
zat dalam reagens yang berubah sifat dan warnanya jika direduksi oleh
glukosa. Diantara banyak macam reagens yang dapat dipakai untuk
menyatakan adanya reduksi yang mengandung garam cuprilah banyak
dipergunakan.
Glukosa dapat dibuktikan juga dengan cara spesik yang
menggunakan enzim glukosa-oxidasauntuk merintis serentetan reaksi dan
berakhir dengan perubahan warna dalam reagens yang digunakan.Dalam
membaca hasil pemeriksaan glukosa urine harus ditempat yang terang
untuk menghindarikesalahan dalam pembacaan hasil dengan
memperhatikan perubahan warna.
( - ) : Tetap biru jernih/ sedikit kehijauan & agak keruh
( + ) : Hijau/Hijau kekuning-kuningan
(++) : Kuning/kuning kehijauan
(+++) : Jingga
(++++) : Merah bata
a. Tujuan :
Untuk mengetahui adanya glukosa di dalam urin.

b. Dasar :
Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi
cupro dan mengendap dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang
mempunyai gugusan aldehid atau keton bebas akan memberikan reaksi
positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa yang tidak begitu kuat) berguna
untuk mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi
negative karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/ke ton bebas).
Glukosa dalam urin ditentukan dengan reaksi reduksi menggunakan
reagen Benedict (terbaik), Fehling dan Nylander. Cara lainnya adalah
menggunakan carik celup.
Reaksi benedict sensitive karena larutan sakar dalam jumlah sedikit
menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan
perubahan warna dari seluruh larutan, hingga praktis lebih mudah
mengenalnya. Hanya terlihat sedikit endapan pada dasar tabung. Uji
benedict lebih peka karena benedict dapat dipakai untuk menafsir kadar
glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa memberikan
warna yang berlainan.
c. Cara benedict
1. Alat dan Bahan
a) Alat
1) Tabung reaksi
2) Penjepit tabung reaksi
3) Rak tabung
4) Pipet tetes
5) Corong
6) Pipet volume
7) Lampu spiritus/ Bunsen
8) Beker glass
b) Bahan :
1) 5 cc larutan benedict

2. Urine patologis
a. Cara Kerja
1) Masukkan larutan benedict ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 cc
2) Campurkan urin patologis 5 – 8 tetes ke dalam tabung yang telah berisi benedict
3) Panaskan tabung di atas spritus/Bunsen dan sambil dikocok perlahan sampai
mendidih
4) Dinginkan dan amati terjadi perubahan warna atau tidak
b. Cara menilai hasil :
1) Negatif (-) : Tetap biru atau sedikit kehijau-hijauan
2) Positif (+) : Hijau kekuning-kuningan dan keruh
(0,5-1% glukosa)
3) Positif (++) : Kuning keruh (1-1,5% glukosa)
4) Positif (+++) : Jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5%
glukosa)
5) Positif (++++) : Merah keruh ( > dari 3,5 % glukosa)

You might also like