Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
Hemoglobin biasanya diukur sebagai bagian dari tes rutin complete blood
count (CBC) dari sampel darah. Beberapa metode yang ada untuk mengukur
hemoglobin, yang sebagian besar dilakukan saat ini oleh mesin otomatis yang
dirancang untuk melakukan tes yang berbeda pada darah. Dalam mesin, sel-sel
darah merah dipecah untuk mendapatkan hemoglobin kedalam sebuah larutan.
Hemoglobin bebas dikarenakan bahan kimia yang mengandung sianida yang
mengikat erat dengan molekul hemoglobin untuk membentuk
cyanomethemoglobin. Dengan penyinaran cahaya yang melalui larutan dan diukur
seberapa banyak cahaya yang diserap (khusus pada panjang gelombang 540
nanometer), jumlah hemoglobin dapat ditentukan.
b. Hb Meter (Pocket)
Hb meter merupakan alat praktis yang dapat digunakan oleh siapa saja,
namun tingkat keakuratan dan sensitifitasnya masih jauh dibawah laboratorium
klinik yang sudah terstandarisasi dengan baik. Penggunaan Hb meter yaitu dengan
memasang stik Hb pada alat, kemudian alat akan menyala secara otomati, setelah
itu buat luka pada jari yang sebelumnya sudah di beri antiseptik.
Tingginya kadar protein dalam urin ibu hamil dapat mengindikasikan terjadinya
preeklampsi. Preeklampsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi. Edema dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan. penyakit ini umumnya terjadi dalam
trimester kedua kehamilan. pemeriksaan protein urin dibutuhkan oleh ibu hamil bila
dicurigai mengalami preeklamsi ringan atau berat, dari hasil pemeriksaan ini kita
dapat memberikan asuhan kepada ibu hamil yang ditujukan untuk mencegah
timbulnya masalah potensial yaitu terjadinya eklamsi.
Penetapan kadar protein dalam urin biasanya dinyatakan berdasarkan
timbulnya kekeruhan pada urin. Karena padat atau kasarnya kekeruhan itu menjadi
satu ukuran untuk jumlah protein yang ada. Maka menggunakan urin yang jernih
menjadi syarat yang penting. Kandungan urin bergantung keadaan kesehatan dan
makanan sehari-hari yang dikonsumsi oleh masing-masing individu. Individu normal
mempunyai pH antar 5-7. Banyak fkator yang mempengaruhi pH urine seseorang
seperti makanan sehari-hari dan ketidakseimbangan hormonal.
Warna urin kuning adalah keemasan. Selama kehamilan normal terdapat kenaikan
hemodinamika ginjal dan diikuti dengan tekanan venarenalis. Pembentukan urin
dimulai dalam glomerulus, apabila filtrasi glomerulus mengalami kebocoran hebat.
Molekul protein besar akan terbuang dalam urin sehingga menyebabkan proteinuria.
Pada pasien yang telah menderita penyakit parenkhim ginjal, faktor kehamilan yang
memasuki usia 20 minggu ini mungkin akan memperberat kebocoran protein urin.
d. prosedur pemeriksaan protein urin
a. specimen urin acak (random)
kumpulkan specimen acak (random) / urin sewaktu. Celupkan strip reagen
(dipstick) kedalam urin. Tunggu selam 60 detik, amati perubahan warna yang
terjadi dan cocokan dengan bagan warna. Pembacaan dipstick dengan instrument
otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan
secara visual.
Dipstick mendeteksi protein dengan indicator warna bromphenol biru.
Yang sensitive terhadap albumin tetapi kurang sensitive terhadap globulin.
Protein Bence-jones dan mukoprotein.
b. Specimen urin 24 jam
Kumpulkan urin 24 jam, masukan dalam wadah besar dan simpan dalam
lemari pendingin. Jika perlu tambahkan bahan pengawet. Ukur kadar protein
dengan metode kolorimetri menggunakan fotometer atau analyzer kimiawi
otomatis.
Nilai rujukan urin acak : negative (≤15 mg/dl)
Urin 24 jam : 25-15- mg/24jam
Masalah klinis
Pengukuran proteinuria dapat dipakai untuk membedakan antara penderita
yang memiliki resiko tinggi menderita penyakit ginjal kronik yang asimptomatik
dengan yang sehat.
Proteinuria yang persistent (tetap ≥ +1 dievaluasi 2-3 X/3bulan) biasanya
menunjukan adanya kerusakan ginjal. Proteinuria persistent juga akan member
hasil ≥ +1 yang terdeteksi baik pada specimen urin pagi maupun urin sewaktu
setelah melakukan aktivitas.
Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi
albumin merupakan pertanda yang sensitive untuk penyakit ginjal kkronik yang
disebabkan karena penyakit glomeruler. Diabetes mellitus dan hipertensi.
Sedangkan peningkatan eksresi globulin dengan berat molekul rendah
merupakan pertanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel.
Proteinuria positif perlu dipertimbangkan untuk analisis kuantitatif protein
dengan menggunakan sampel urinetampung 24 jam. Jumlah proteinuria dalam 24
jam digunakan sebagai indikator untuk menilai tingkat keparahan ginjal.
Proteinuria rendah (kurang dari 500 mg/24jam). Pengaruh obat penisilin,
gentamisin, sulfonamide, sefalosporin, media kontras, tolbutamid (orinase),
asetazolamid (diamox), natrium bikarbonat.
3. Glukosa
Pemeriksaan glukosa urine pada ibu hamil merupakan salah satu
tes yang bertujuan untuk mendeteksi adanya komplikasi yang terjadi
selama kehamilan yaitu diabetes mellitus. Pemeriksaan fisik dan tes
laboratorium selama kunjungan antenatal care harus difokuskan pada
pemeriksaan-pemariksaan yang didukung oleh riset ilmiah. Karena dengan
melakukan hal tersebut maka para bidan telah berusaha untuk menurunkan
angka kematian ibu dan neonatus.
Pemeriksaan terhadap adanya glukosa urine termasuk pemeriksaan
penyaring. Menyatakan adanya glukosa dapat dilakukan dengan cara yang
berbeda-beda asasnya. Cara yang tidak spesifik menggunakan sifat
glukosa sebagai zat pereduksi, pada test-test semacam itu terdapat suatu
zat dalam reagens yang berubah sifat dan warnanya jika direduksi oleh
glukosa. Diantara banyak macam reagens yang dapat dipakai untuk
menyatakan adanya reduksi yang mengandung garam cuprilah banyak
dipergunakan.
Glukosa dapat dibuktikan juga dengan cara spesik yang
menggunakan enzim glukosa-oxidasauntuk merintis serentetan reaksi dan
berakhir dengan perubahan warna dalam reagens yang digunakan.Dalam
membaca hasil pemeriksaan glukosa urine harus ditempat yang terang
untuk menghindarikesalahan dalam pembacaan hasil dengan
memperhatikan perubahan warna.
( - ) : Tetap biru jernih/ sedikit kehijauan & agak keruh
( + ) : Hijau/Hijau kekuning-kuningan
(++) : Kuning/kuning kehijauan
(+++) : Jingga
(++++) : Merah bata
a. Tujuan :
Untuk mengetahui adanya glukosa di dalam urin.
b. Dasar :
Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi
cupro dan mengendap dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang
mempunyai gugusan aldehid atau keton bebas akan memberikan reaksi
positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa yang tidak begitu kuat) berguna
untuk mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi
negative karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/ke ton bebas).
Glukosa dalam urin ditentukan dengan reaksi reduksi menggunakan
reagen Benedict (terbaik), Fehling dan Nylander. Cara lainnya adalah
menggunakan carik celup.
Reaksi benedict sensitive karena larutan sakar dalam jumlah sedikit
menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan
perubahan warna dari seluruh larutan, hingga praktis lebih mudah
mengenalnya. Hanya terlihat sedikit endapan pada dasar tabung. Uji
benedict lebih peka karena benedict dapat dipakai untuk menafsir kadar
glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa memberikan
warna yang berlainan.
c. Cara benedict
1. Alat dan Bahan
a) Alat
1) Tabung reaksi
2) Penjepit tabung reaksi
3) Rak tabung
4) Pipet tetes
5) Corong
6) Pipet volume
7) Lampu spiritus/ Bunsen
8) Beker glass
b) Bahan :
1) 5 cc larutan benedict
2. Urine patologis
a. Cara Kerja
1) Masukkan larutan benedict ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 cc
2) Campurkan urin patologis 5 – 8 tetes ke dalam tabung yang telah berisi benedict
3) Panaskan tabung di atas spritus/Bunsen dan sambil dikocok perlahan sampai
mendidih
4) Dinginkan dan amati terjadi perubahan warna atau tidak
b. Cara menilai hasil :
1) Negatif (-) : Tetap biru atau sedikit kehijau-hijauan
2) Positif (+) : Hijau kekuning-kuningan dan keruh
(0,5-1% glukosa)
3) Positif (++) : Kuning keruh (1-1,5% glukosa)
4) Positif (+++) : Jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5%
glukosa)
5) Positif (++++) : Merah keruh ( > dari 3,5 % glukosa)