You are on page 1of 22

KONSEP DAN PRINSIP KEGAWATDARURATAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal

Disusun oleh Kelompok 1:

1. Ade Halimah Fitriani P2.06.24.3.17.001


2. Ai Mustikawati P2.06.24.3.17.004
3. Asri Awulan P2.06.24.3.17.007
4. Debi Candriana P2.06.24.3.17.010
5. Ela Rohaeti P2.06.24.3.17.013
6. Femy Rahmandari P2.06.24.3.17.016
7. Ingelda Soraya P2.06.24.3.17.019
8. Nurul Labienah P2.06.24.3.17.022
9. Reni Rosmiati P2.06.24.3.17.025
10. Riska Wahyu Rahayu P2.06.24.3.17.028
11. Sinta Aulia Rodiah P2.06.24.3.17.031
12. Tavazuli Clara Dheanda P2.06.24.3.17.034
13. Tuti Islamiati P2.06.24.3.17.037
14. Yayang Alvi Ima Diyanti P2.06.24.3.17.040

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN ALIH JENJANG
POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat Nya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berisi
tentang “Konsep dan Prinsip Kegawatdaruratan”.
Kami juga mengucapkan terimakasih banyak kepada Dosen pembimbing
dalam mata kuliah “Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal” yang telah membimbing kami dalam proses penyusunan dan
penyelesaian makalah ini. Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang
mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang
dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan makalah yang
telah kami kerjakan.
Kritik dan saran selalu kami harapkan untuk menunjang kebaikan untuk
kami. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca. Akhir kata
kami selaku penyusun meminta maaf apabila ada kesalahan kata yang tertulis
dalam makalah ini.

Tasikmalaya, 18 Februari 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

DAFTAR TABEL...................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3 Tujuan........................................................................................................1

BAB II......................................................................................................................3

TINJAUAN TEORITIS...........................................................................................3

2.1 Pengertian Gawat Darurat.........................................................................3

2.2 Perubahan Anatomi dan Fisiologis Wanita Hamil.....................................4

2.3 Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatal.....11

2.4 Penilaian Kegawatdaruratan....................................................................12

2.5 Triase.......................................................................................................13

BAB III..................................................................................................................15

PENUTUP..............................................................................................................15

3.1 Kesimpulan..............................................................................................15

3.2 Saran........................................................................................................16

2
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................iv

3
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 TFU menurut Penambahan per Tiga Jari.............................................4
Tabel 2.2 Bentuk Uterus berdasarkan Usia Kehamilan.......................................5

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini
merupakan momok terbesar bagi seorang bidan dalam melaksanakan
pelayanan kebidanan. MDGs 2015 telah menetapkan target untuk
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran
hidup serta Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1000 kelahiran
hidup. Sebenarnya kematian ibu dan bayi ini dapat dicegah melalui deteksi
dini terjadinya kasus serta rujukan yang cepat dan tepat untuk setiap kasus
kegawatdaruratan pada maternal dan neonatal.
Dengan memiliki kemampuan untuk mendeteksi kegawatdaruratan
pada maternal neonatal, Anda dapat mencegah terjadinya keterlambatan
penanganan pada kasus kegawatdaruratan maternal neonatal sehingga
kematian ibu dan kematian bayi dapat dicegah (Setyarini dan Suprapti, 2016:
1).

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan tentang pengertian gawat darurat?
2. Jelaskan tentang perubahan anatomi dan fisiologis wanita hamil?
3. Jelaskan tentang prinsip dasar penanganan kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal?
4. Jelaskan tentang penilaian kegawatdaruratan?
5. Jelaskan tentang Triase?

1.3 Tujuan

A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang konsep dan prinsip kegawatdaruratan
dan bantuan hidup dasar.

1
B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tentang pengertian gawat darurat.
2. Untuk mengetahui tentang perubahan anatomi dan fisiologis
wanita hamil.
3. Untuk mengetahui tentang prinsip dasar penanganan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal.
4. Untuk mengetahui tentang penilaian kegawatdaruratan.
5. Untuk mengetahui tentang triase.Mampu memahami tahapan
pemeriksaan fisik pada ibu hamil.

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Gawat Darurat

Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi


secara tiba-tiba, seringkali merupakan kejadian yang berbahaya (Dorlan, 2011
dalam Setyarini dan Suprapti, 2016: 3).
Sedangkan kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang
mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah
persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan
dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya
(Chamberlain, Geoffrey, dan Philip Steer, 1999 dalam Setyarini dan Suprapti,
2016: 3). Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila
tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini
menjadi penyebab utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir (Saifuddin,
2002 dalam Setyarini dan Suprapti, 2016: 3). Masalah kegawatdaruratan
selama kehamilan dapat disebabkan oleh komplikasi kehamilan spesifik atau
penyakit medis atau bedah yang timbul secara bersamaan.
Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi
dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis (≤ usia 28
hari), serta membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan
psikologis dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul
sewaktu-waktu (Sharieff, Brousseau, 2006 dalam Setyarini dan Suprapti,
2016: 4)

Istilah kegawatan dan kegawatdaruratan adalah suatu keadaan yang


serius, yang harus mendapatkan pertolongan segera. Bila terlambat atau
terlantar akan berakibat buruk, baik memburuknya penyakit atau kematian.

3
Kegawatan atau kegawatdaruratan dalam kebidanan adalah kegawatan atau
kegawatdaruratan yang terjadi pada wanita hamil, melahirkan atau nifas.
Kegawatdaruratan dalam kebidanan dapat terjadi secara tiba tiba, bisa disertai
dengan kejang, atau dapat terjadi sebagai akibat dari komplikasi yang tidak
dikelola atau dipantau dengan tepat.

2.2 Perubahan Anatomi dan Fisiologis Wanita Hamil

Adaptasi maternal melindungi fungsi fisiologis normal seorang


wanita, memnuhi tuntutan metabolic kehamilan tubuh wanita, dan
menyediakan kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin
(Marmi, 2011: 79). Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormon
somatomatropin, estrogen, dan progesteron yang menyebabkan perubahan
pada:
A. Rahim atau uterus
Terjadi pembesaran uterus yang terjadi akibat peningkatan
vaskluarisasi dan dilatasi pembuluh darah, hyperplasia (produksi serabut
otot dan fibroelastis yang sudah lama) serta perkembangan desidua
(Marmi, 2011: 79).
Penambahan ukuran TFU per tiga jari, dapat dicermati dalam tabel
berikut ini.
Tabel 2.1 TFU menurut Penambahan per Tiga Jari
Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri (TFU)
(Minggu)
12 3 jari di atas symfisis
16 Pertengahan pusat symfisis
20 3 jari di bawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 jari di atas pusat
32 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px)
36 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (px)
40 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px)

4
Tabel 2.2 Bentuk Uterus berdasarkan Usia Kehamilan
Usia Kehamilan Bentuk dan Konsistensi Uterus
Bulan Pertama Seperti buah alpukat.
Isthmus rahim menjadi hipertropi dan
bertambah panjan sehingga bila diraba terasa
lebih lunak, keadaan ini yang disebut dengan
tanda hegar.
2 bulan Sebesar telur bebek.
3 bulan Sebesar telur angsa.
4 bulan Berbentuk bulat.
5 bulan Rahim teraba seperti berisi cairan ketuban,
rahim terasa tipis, itulah sebabnya mengapa
bagian-bagian janin ini dapat dirasakan
melalui perabaan dinding perut.
B. Ovarium
Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus luteum graviditas
sampai terbentuknya plasenta yang akan mengambil alih pengeluaran
estrogen dan progestero. Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang
mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya
sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu.
Kejadian ini tidak dapat lepas dari kemampuan vili korealis yang
mengeluarkan hormon korionik gonadotropin yang mirip dengan hormon
luteotropik hipofisi anterior.
C. Vagina
Vagina dan vulva mengalami perubahan karena pengaruh estrogen.
Akibat dari hipervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat lebih merah atau
kebiruan (Dewi, 2012: 81).
Hormon kehamilan mempersiapkan vagina supaya disetensi selama
persalinan dengan memproduksi mukosa vagina yang tebal, jaringan ikat
longgar, hipertrofi otot polos, dan pemanjangan vagina. Peningkatan
vaskuarisasi menimbulkan warna ungu kebiruan pada mukosa vagina dan
serviks disebut tanda chadwick (Marmi, 2011: 81).

5
Deskuamasi (eksfoliasi) sel-sel vagina yang kaya glikogen terjadi
akibat stimulasi estrogen, sel-sel yang tanggal ini membentuk leukore
(rabas vagina) yang kental dan berwarna keputihan, berbau tak enak, tidak
gatal megandung darag vagina dan vulva mengalami perubahan karena
pengaruh estrogen. Akibat dari hipervaskularisasi, vagina dan vulva
terlihat lebih merah atau kebiruan (Dewi, 2012: 81).
Selama kehamilan PH vagina menjadi lebih basa, dari 4 menjadi
6,5. Hal ini membuat ibu hamil rentan terhadap infeksi vagina. Diet yang
mengandung gula yang banyak membuat lingkungan vagina menjadi
semakin cocok untuk infeksi jamur. Mukosa memnuhi saluran endoserviks
membentuk sumbatan mucus, (operculum) yang bekerj sebagai barrier
terhadap infeksi selama masa hamil vagina dan vulva mengalami
perubahan karena pengaruh estrogen. Akibat hipervaskularisasi, vagina
dan vulva terlihat lebih merah ataukebiruan (Dewi, 2012: 81-82).
D. Payudara
Rasa penuh, peningkatan sensitivitas, rasa geli, dan rasa berat di
payudara muncul sejak minggu ke enam masa gestasi. Sensitivitas
bervariasi dari rasa geli ringan sampai nyeri yang tajam. Puting susu dan
aerola menjadi berpigemn, warna merah muda sekunder pada aerola, dan
puting susu menjadi lebih reaktil vagina dan vulva mengalami perubahan
karena pengaruh estrogen. Akibat dari hipervaskularisasi, vagina dan vulva
terlihat lebih merah atau kebiruan (Dewi, 2012: 82).
Selama trimester I dan II ukuran payudara meningkat progresif.
Hormon luteal dan plasenta meningkatkan poliferasi ductus lactiferous dan
jaringan labulus-alveolar. Walaupun perkembangan kelenjar mammae
secara fungsional lengkap pada pertengahan masa hamil, tetapi laktasi
terhambat sampai kadar estrogen menurun, yaitu saat janin dan plasenta
lahir. NAmun pada akhir minggu ke-6 dapat keluar prokolostrum yang
jernih, dan kental. Sekresi ini mengental yang kemudian disebut
kolostrum, cairan sebelum menjadi susu, berwarna krem atau putih
kekuningan yang dapat dikeluarkan selama trimester III (Marmi, 2011:
82).

6
Fungsi hormone mempersiapkan payudara untuk pemberian ASI
dijabarkan sebagai berikut:
1) Estrogen berfungsi menimbulkan hipertrofi sistem saluran mamae,
menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam sehingga mamae
tampak semakin besar, tekanan serta saraf akibat penimbunan lemak, air
dan garam menyebabkan rasa sakit pada mamae.
2) Progesteron berfungsi mempersiapkan asinus sehingga dapat
berfungsi, meningkat jumlah sel asinus.
3) Somatomamotrofin berfungsi mempengaruhi sel asinus untuk
membuat kasein, laktalbumin, dan laktoglabulin, penimbunan lemak
disekitar alveolus mamae, merangsang pengeluaran kolostrum pada
kehamilan (Manuaba, 2010).
E. Sirkulasi Darah Ibu
Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memnuhi
kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.
2) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi
retro-plasenter.
3) Pengaruh hormone estrogen dan progesteron semakin meningkat.
Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran
darah, yaitu:
a. Volume darah
Volume darah semakin memningkat di mana jumlah serum
darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi
semacam pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya pada
hamil 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah besar 25-
30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%. Curah jantung
akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya haemodilusi darah
mulai tampak sekitar umur hamil 16 minggu, sehingga pengidap
penyakit jantung harus berhati-hati untuk hamil beberapa kali.
Kehamilan selalu memberatkan kerja jantung sehingga wanita hamil
dengan sakit jantung dapat jatuh dalam dekompensasio kordis. Pada
postpartum terjadi hemokonsentrasi dengan puncak hari ketiga
sampai kelima.
b. Sel darah

7
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat
mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan
sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga
terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih
meningkat dengan mencapai jumlah sebesar 10.000/ml. Dengan
hemodilusi dan anemia maka laju endap darah semakin tinggi dan
dapat mencapai 4 kali dari angka normal (Marmi, 2011: 83-84).
F. Sistem respirasi
Kebutuhan O2 meningkat sebagai respon terhadap percepatan laju
metabolik dan peningkatan kebutuhan O2 jaringan uterus dan payudara.
Peningkatan kadar estrogen menyebabkan ligament pada kerangka iga
berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada meningkat. Karena rahim
membesar, panjang paru-paru berkurang. Kerangka iga bagian bawah
tampak melebar. Tinggi diafragma membesar 4 cm selama masa hamil.
Dengan semakin tuanya kehamilan, pernafasan dada menggantikan
pernafasan perut dan penurunan diafragma saat inspirasi menjadi semakin
sulit.
Vaskularisasi sebagai respon peningkatan kadar estrogen, membuat
kapiler membesar sehingga terbentuklah edema dan hyperemia pada
traktus pernafasan atas. Kondisi ini meliputi sumbatan pada hidung dan
sinus, epistaktis, perubahan suara, dll. Peningkatan ini juga membuat
membran timpani dan tuba eustaki bengkak, nyeri pada telinga, atau rasa
penuh di telinga (Marmi, 2011: 84-85).

8
G. Sistem Pencernaan
Selama masa hamil nafsu makan meningkat, sekresi usus
berkurang, fungsi hati berubah dan absorbs nutrient meningkat. Aktivitas
peristaltic (motilitas) menurun, akibatnya bising usus menghilang dan
konstipasi, mual serta muntah menjadi umum terjadi. Aliran darah
kepanggul dan tekanan vena meningkat, menyebabkan haemoroid
terbentuk pada kahir kehamilan (Marmi, 2011: 89).
H. Sistem Urinaria
Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi
pada hamil tua, terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering berkemih.
Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh.
Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh.
Hemodilusi menyebabkan metabolisme. Sehingga air makin lancar
sehingga pembentukan urine akan bertambah, filtrasi pada glomerulus
bertambahsekitar 69 sampai 70%. Pada kehamilan, ureter membesar untuk
dapat menampung banyaknya pembentukan urine, terutama pada ureter
terhambat karena pengaruh progesterone, tekanan rahim yang membesar
dan terjadi perputaran ke kanan, dan terdapat kolon dan sigmoid disebelah
kiri yang menyebabkan perputaran rahim ke kanan, tekanan rahim pada
ureter kanan dapat menyebabkan infeksi poelonefritis ginjal kanan.
I. Perubahan pada Kulit
Perubahan integument selama hamil disebabkan oleh perubahan
keseimbangan hormo dan peregangan mekanis. Perubahan umum timbul
ialah peningkatan kelebihan kulit lemak subdermal, hiperpigmentasi,
perubahan rambut dan kuku, percepatan aktivitas kelenjar keringat dan
kelenjar sebasea, peningkatan sirkulasi dan aktifitas vasomotor.
Jaringan elastis mudah pecah di tambah lagi dengan peningkatan
berat badan yang sangat signifikan dapat menyebabkan striae gravidarum
atau regangan. Respon alergi kulit meningkat. Pigmentasi timbul akibat
peningkatan hormon hipofisis anterior melanotropin selama masa hamil,
contoh pigmentasi pada wajah (kloasma) (Marmi, 2011: 87).
J. Sistem Endokrin (Ovarium dan placenta)

9
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum
graviditatis sampai 16 minggu kehamilan, kemudian mengecil karena
plasenta telah terbentuk. Korpus luteum mempunyai fungsi sebagai
penghasil estrogen, progesteron dan relaxin yang mempunyai pengaruh
menenangkan sehingga pertumbuhan janin optimal.
Fungsi plasenta sebagai kelenjar endokrin adalah menghasilkan
hormone-hormon untuk mempertahankan kehamilan, plasenta
menghasilkan hormone HCG (Human Chorio Gonadotropin) yang dapat
terdeteksi sejak kehamilan 8-10 hari pasca konsepsi, HCG berfungsi
mempertahankan korpus luteum dalam produksi estrogen dan progesteron
dengan tingkat maksimal pada hari ke 50-70, kemudian berangsur-angsur
menurun. Hormon lain adalah HPL (Human Plasental Lactogen) yang
menstimulasi metabolism ibu dan digunakan untuk mensuplai nutrient
yang dibutuhkan untuk perkembangan janin dengan meningkatkan
transfortasi glukosa melalu membran plasenta serts merangsang
pertumbuhan payudara untuk persiapan laktasi (sulistyawati, 2009).
K. Sistem Muskuloskeletal
Wanita hamil membutuhkan sepertiga lebih banyak kalsium dan
fosfor untuk menjaga gigi tidak berlubang. Sendi pelvic sedikit dapat
bergerak untuk mengimbangi penambahan berat badan, selain itu bahu
lebih tertarik ke belakang, tulang belakang lebih melengkung, sendi tulang
belakang lebih lentur dan kadang terdapat nyeri punggung.
Otot dinding perut meregang dan akhirnya kehilangan sedikit tonus
ototnya. Selama trimester tiga otot rektus abdominis dapat memisah dan
menyebabkan isi perut menonjol digaris tengah depan. Umbilikus lebih
menonjol atau datar. Setelah melahirkan tonus otot berangsur kembali
namun pemisahan otot (diastasis recti) akan menetap (Bobak, 2005).

2.3 Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatal

Bidan harus tetap tenang, jangan panik, jangan membiarkan ibu


sendirian tanpa penjaga/ penunggu. Bila tidak ada petugas lain, berteriaklah
untuk meminta bantuan. Jika ibu tidak sadar, lakukan pengkajian jalan nafas,

10
pernafasan dan sirkulasi dengan cepat. Jika dicurigai adanya syok, mulai
segera tindakan membaringan ibu miring ke kiri dengan bagian kaki
ditinggikan, longgarkan pakaian yang ketat seperti BH/ Bra. Ajak bicara ibu/
klien dan bantu ibu/ klien untuk tetap tenang. Lakukan pemeriksaan dengan
cepat meliputi tanda tanda vital, warna kulit dan perdarahan yang keluar
(Setyarini dan Suprapti, 2016: 5).
Dalam kegawatdaruratan, peran sebagai bidan antara lain:
1. Melakukan pengenalan segera kondisi gawat darurat
2. Stabilisasi klien (ibu), dengan oksigen, terapi cairan, dan medikamentosa
dengan :
a. Menjamin kelancaran jalan nafas, memperbaiki fungsi system respirasi
dan sirkulasi
b. Menghentikan perdarahan
c. Mengganti cairan tubuh yang hilang
d. Mengatasi nyeri dan kegelisahan
3. Ditempat kerja, menyiapkan sarana dan prasarana di kamar bersalin, yaitu:
a. Menyiapkan radiant warmer/lampu pemanas untuk mencegah
kehilangan panas pada bayi
b. Menyiapkan alat resusitasi kit untuk ibu dan bayi
c. Menyiapkan alat pelindung diri
d. Menyiapkan obat obatan emergensi
4. Memiliki ketrampilan klinik, yaitu:
a. Mampu melakukan resusitasi pada ibu dan bayi dengan peralatan yang
berkesinambungan. Peran organisasi sangat penting didalam
pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk meningkatkan
keahlian
b. Memahami dan mampu melakukan metode efektif dalam pelayanan ibu
dan bayi baru lahir, yang meliputi making pregnancy safer, safe
motherhood, bonding attachment, inisiasi menyusu dini dan lain lainnya
(Setyarini dan Suprapti, 2016: 6).

11
2.4 Penilaian Kegawatdaruratan

a. Jalan nafas dan pernafasan


Perhatikan adanya cyanosis, gawat nafas, lakukan pemeriksaan pada kulit:
adakah pucat, suara paru: adakah weezhing, sirkulasi tanda tanda syok,
kaji kulit (dingin), nadi (cepat >110 kali/menit dan lemah), tekanan daarah
(rendah, sistolik < 90 mmHg)
b. Perdarahan pervaginam
Bila ada perdarahan pervaginam, tanyakan :
Apakah ibu sedang hamil, usia kehamilan, riwayat persalinan sebelumnya
dan sekarang, bagaimana proses kelahiran placenta, kaji kondisi vulva
(jumlah darah yang keluar, placenta tertahan), uterus (adakah atonia uteri),
dan kondisi kandung kemih (apakah penuh).
c. Klien tidak sadar/kejang
Tanyakan pada keluarga, apakah ibu sedang hamil, usia kehamilan,
periksa: tekanan darah (tinggi, diastolic > 90 mmHg), temperatur (lebih
dari 38°C)
d. Demam yang berbahaya
Tanyakan apakah ibu lemah, lethargie, sering nyeri saat berkemih. Periksa
temperatur (lebih dari 39°C), tingkat kesadaran, kaku kuduk, paru paru
(pernafasan dangkal), abdomen (tegang), vulva (keluar cairan purulen),
payudara bengkak.
e. Nyeri abdomen
Tanyakan Apakah ibu sedang hamil dan usia kehamilan. Periksa tekanan
darah (rendah, systolic < 90 mmHg), nadi (cepat, lebih dari 110 kali/
menit) temperatur (lebih dari 38°C), uterus (status kehamilan).

f. Perhatikan tanda-tanda berikut :


Keluaran darah, adanya kontraksi uterus, pucat, lemah, pusing, sakit
kepala, pandangan kabur, pecah ketuban, demam dan gawat nafas
(Setyarini dan Suprapti, 2016: 5).

2.5 Triase

Triase adalah proses memilah-milah pasien menurut tingkat keparahan


cedera atau kesakitannya, dan memprioritaskan pengobatan menurut

12
ketersediaan sumber daya dan kemungkinan pasien bisa bertahan hidup.
Prinsip dasar triase adalah pengalokasian sumber daya terbatas sedemikian
rupa sehingga memberikan manfaat kesehatan terbesar untuk sebanyak-
banyaknya orang. Triase tidak harus berarti bahwa perorangan dengan cedera
paling parah akan mendapatkan prioritas. Dalam situasi beragamnya korban
dengan sumber daya terbatas, mereja yang mengalami cedera berat dan
ancaman jiwanya mungkin mendapatkan prioritas lebih rendah daripada
mereka dengan cedera yang masih bisa membuat bertahan hidup (The Sphere
Project, 2006: 299).

Triase dilakukan pada korban massal atau apabila jumlah pasien


melebihi jumlah tenaga medis yang tersedia. Untuk mempermudah
diberlakukan 4 kode warna, yaitu:

a. Triase merah: Gawat Darurat, yaitu pasien dengan ancaman


kematian karena adanya gangguan Airway, Breathing, Circulation dan
hemodinamik (P 1 = Prioritas pelayanan ke 1). Korban-korban yang
membutuhkan stabilisasi segera (gangguan ABCD) dan korban-korban
dengan:
1) Syok oleh berbagai sebab.
2) Gangguan pernapasan.
3) Trauma kepala dengan pupil anisokoria.
4) Perdarahan eksternal masif.
b. Triase kuning: Darurat Tidak Gawat, yaitu pasien tidak ada
ancaman kematian segera tapi ada ancaman kecacatan karena adanya
gangguan hemodinamik. (P 2 = Prioritas pelayanan ke 2). Korban yang
memerlukan pengawasan ketat, tetapi perawatan dapat ditunda sementara.
Termasuk:
1) Korban dengan risiko syok.
2) Fraktur multipel.
3) Fraktur femur/ pelvis.
4) Luka bakar luas.
5) Gangguan kesadaran/ trauma kepala.
6) Korban dengan status tidak jelas.

13
c. Triase hijau: Tidak Gawat, Tidak Darurat. (P 3 = Prioritas
pelayanan ke 3) Kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan
atau pemberian pengobatan dapat ditunda, seperti:
1) Fraktur minor.
2) Luka minor.
d. Triase hitam: Korban yang telah meninggal dunia (P 4 = Prioritas
pelayanan ke 4) (Khambali, 2017: 59-60).
Pasien dengan henti nafas dan henti jantung (tidak teraba nadi dan tidak
ada gerak pernafasan harus dibedakan apakah penderita tersebut mati
klinis atau mati biologis.
1) Mati Klinis yaitu otak kekurangan oksigen dalam 6-8 menit,
sehingga terjadi gangguan fungsi sel namun masih bersifat reversible.
Tandanya dikenali dengan masih adanya reflex pupil (refleks pupil
positif). Pasien ini merupakan indikasi dilakukannya resusitasi jantung
paru (RJP).
2) Mati Biologis yaitu kondisi dimana otak kekurangan oksigen lebih
dari 8-10 menit, telah terjadi kerusakan sel otak yang bersifat
irreversible. Ditandai dengan refleks pupil yang negatif (Kemenkes RI,
2016: 6-7).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kegawatdaruratan adalah kejadian tidak diduga atau terjadi secara
tiba-tiba, seringkali merupakan kejadian yang berbahaya. Sedangkan
kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa
terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan/kelahiran.

14
Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi
dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis (≤
usia 28 hari) membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan
psikologis dan kondisi patologis mengancam jiwa yang bisa saja timbul
sewaktu-waktu.
Cara mencegah terjadinya kegawat daruratan adalah dengan
melakukan perencanaan yang baik, mengikuti panduan yang baik dan
melakukan pemantauan yang terus menerus terhadap ibu/ klien. Apabila
terjadi kegawatdaruratan, anggota tim seharusnya mengetahui peran mereka
dan bagaimana team seharusnya berfungsi untuk berespon terhadap
kegawatdaruratan secara paling efektif.
Bidan harus tetap tenang, tidak panik, jangan membiarkan ibu
sendirian tanpa penjaga/penunggu. Bila tidak ada petugas lain, berteriaklah
untuk meminta bantuan. Jika ibu tidak sadar, lakukan pengkajian jalan nafas,
pernafasan dan sirkulasi dengan cepat. Jika dicurigai adanya syok, mulai
segera tindakan membaringan ibu miring ke kiri dengan bagian kaki
ditinggikan, longgarkan pakaian yang ketat seperti BH/ Bra. Ajak bicara
ibu/klien dan bantu ibu/klien untuk tetap tenang. Lakukan pemeriksaan
dengan cepat meliputi tanda tanda vital, warna kulit dan perdarahan yang
keluar.

15
Dalam kegawatdaruratan peran sebagai bidan antara lain:
1. Melakukan pengenalan segera kondisi gawat darurat
2. Stabilisasi klien (ibu), dengan oksigen, terapi cairan, dan medikamentosa
3. Ditempat kerja, menyiapkan sarana dan prasarana di kamar bersalin
4. Memiliki ketrampilan klinik.
TRIASE merupakan langkah awal yang harus dipahami oleh tenaga
kesehatan khususnya Bidan dalam penanganan kegawatdaruratan. Memilah
pasien menurut tingkat keparahan cedera atau kesakitannya untuk
memprioritaskan pengobatan menurut ketersediaan sumber daya dan
kemungkinan pasien bisa bertahan hidup. TRIASE yang tepat dapat menekan
angka kesakitan dan menghindari angka kematian.
Kegawatdaruratan harus diantisipasi walau pun tidak dapat di
prediksi. Mengasuh/ mengelola sebuah kasus dari awal dengan baik,
memperhatikan segala perubahan baik fisik maupun psikologis merupakan
upaya untuk menghindari kejadian kegawatdaruratan. Contohnya, perubahan
fisik selama hamil merupakan hal yang wajar dari semua anggota tubuh.
Perubahan fisik yang tidak normal bisa juga mengidentifikasi akan adanya
kegawatdaruratan.

3.2 Saran

Bidan harus paham mengenai Konsep dan Prinsip Kegawatdaruratan


serta harus dapat memastikan bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu
mendeteksi dini masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil, melakukan
intervensi secara adekuat. Hal ini akan mempengaruhi terhadap kualitas
asuhan yang diberikan pada ibu hamil sehingga ibu hamil siap untuk
menjalani persalinan normal dan merasa nyaman dalam menjalani setiap
proses kehamilannya.
Demikian makalah ini kami buat, sebagaimana pepatah mengatakan
“Tiada gading yang tak retak”. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Dewi, Vivian Nanny Lia dan Sunarsih, Tri. 2012. Asuhan Kehamilan untuk
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Kementrian Kesehatan RI. 2016. Obstetri Neonatal. Bandung: Direktorat Jenderal


Pelayanan Kesehatan RI RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung.

Khambali, I. 2017. Manajemen Penanggulangan Bencana. Yogyakarta: CV. Andi


Offset.

Manuaba, I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Setyarini, Didien Ika dan Suprapti. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan
Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia Pusdik SDM Kesehatan.

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta:


Salemba Medika.

The Sphere Project. 2006. Piagam Kemanusiaan dan Standar Minimum dalam
Respons Bencana. Jakarta: PT Grasindo.

You might also like