You are on page 1of 48

SUNLIGHT EXPOSURE

“NEOPLASMA”

Kelompok Tutorial B2

Tutor: Dr. Anisah

1. Fatin Adilla Lubis (091.0211.053)


2. Meita Marseilla Siborutorop (091.0211.057)
3. Cut Aisyah Khumaira (091.0211.059)
4. Lita Resmi Anggraeni (091.0211.061)
5. Syilfa Putri Subroto (091.0211.062)
6. Shelly Naritry (091.0211.063)
7. Hany Fitriyani (091.0211.065)
8. Fajar Martadiputra (091.0211.072)
9. Fajar Abdul Latif (091.0211.076)
10.Tutuko Radite Proboprakoso N (091.0211.087)
11.Winta Asisie Salaka (081.0211.083)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”JAKARTA


CASE NEOPLASMA

Page 1. Sun light exposure

Laporan kasus di jawa tengah mempelajari mengenai petani, Narto berumur 45


tahun, dia telah terpapar sinar matahari selama bertahun – tahun, dia memiliki benjolan
yang keras di wajah dan tangannya sejak 1 tahun lalu. Sekarang dia datang ke rumah
sakit dengan benjolan di tangannya yang telah menjadi lebih parah, benjolannya yang
telah menjadi tumor, sekarang telah menjadi luka luar dengan tanda yang tidak terlalu
jelas dipinggirannya. Sementara benjolan yang berada di wajah telah menjadi nodule
dengan hiperkeratosis di tengah – tengahnya dan menimbulkan rasa nyeri.

Peneliti histopatogi memperlihatkan penemuan hiperkeratinisasi, pleomorfisme,


hiperkromatik dan elastosis matahari.
Neoplasma
Definisi: secara umum berarti “pertumbuhan baru”.

Menurut Willis, neoplasma ad massa jaringan yang abnormal, tumbuh berlebihan, tidak
terkoordinasi dengan jaringan normal dan tumbuh terus meskipun rangsang yang
menimbulkannya telah hilang.

Jaringan abnormal ini tidak mempunyai tujuan, merugikan dan tumbuh otonom. Dasar timbulnya
neoplasma adalah hilangnya responsivitas terhadap faktor pengendali pertumbuhan normal.

Sel neoplasma disebut mengalami transformasi karena terus menerus membelah sehingga
pertumbuhannya tidak bias terkontrol lagi. Neoplasma berbeda dengan pertumbuhan normal
yang memerlukan sel tubuh untuk mempertbanyak diri (proliferasi) dalam keadaan terkendali
atau seimbang, keadaan ini di sebut proliferasi nonneoplastik. Sedangkan proliferasi neoplastik
adalah proliferasi yang berlangsung terus menerus walaupun rangsangannya telah hilang.
Proliferasi neoplastik ini sifatnya progresif, tidak bertujuan, tidak perduli dengan jaringan di
sekitarnya, bersifat parasit dan juga terus menerus membesar tanpa bergantung pada lingkungan
lokalnya dan status gizi penjamu. Beberapa neoplasma membutuhkan dukungan
endokrin(hormonal), tapi ketergantungan ini kadang-kadang merugikan neoplasma tersebut.
Semua neoplasma bergantung pada penjamu untuk memenuhi kebutuhan gizi dan aliran darah.
Proliferasi neoplastik ini, menimbulkan massa neoplasma, sehinggha menimbulkan
pembengkakan atau benjolan pada tubuh, sehingga terbentuklah tumor.
Tatanama
Tumor jinak dan ganas mempunyai 2 komponen dasar, yaitu:

1. Parenkim, yang terdiri atas sel yang telah mengalami transformasi atau neoplastik
2. Stroma, yaitu penunjang neoplastik yang berasal dari pejamu dan terdiri atas jaringan ikat
dan pembuluh darah

Parenkim neoplasma menentukan perilaku biologis dari tumor dan menentukan pemberian nama.
Stroma menyokong pertumbuhan sel parenkim dan penting bagi pertumbuhan neoplasma.

TUMOR JINAK

Secara umum diberi nama dengan penambahan akhiran –oma ke sel asal tumor tersebut. Misal:

1. Tumor jinak dari jaringan fibrosa disebut fibroma


2. Tumor tulang rawan yang jinak disebut kondroma
3. Tumor jinak dari epitel lebih rumit karena diklasifikasikan berdasarkan pola mikroskopik
dan kadang pula makroskopik. Tumor jinak dari epitel:
 Adenoma: merupakan penamaan untuk neoplasma epitel jinak yang berpola
kelenjar, dan juga neoplasma epitel jinak yang tidak berpola kelenjar, tapi berasal
dari kelenjar
 Papiloma: Neoplasma epitel jinak yang tumbuh di permukaan jaringan dan
berbentuk tonjolan seperti jari, baik secara mikroskopis maupun makroskopis.
 Polip: Suatu massa yang menonjol di atas permukaan mukosa dan dapat dilihat
dengan mata telanjang. Misalnya pada usus.
- Tumor ganas kadang tampak sebagai polip
- Kadang juga polip digunakan untuk menunjukkan pertumbuhan
nonneoplastik yang membentuk massa polipoid, misalnya dikolon.
 Kistadenoma: Massa kistik berongga; khas ditemukan di ovarium.
TUMOR GANAS

Pada dasarnya mengikuti tata nama tumor jinak, tetapi dengan penambahan dan pengecualian
tertentu.

1. Neoplasma ganas yang berasal dari jaringan mesenkim atau turunannya disebut
sarkoma.
 Kanker yang berasal dari jaringan fibrosa disebut fibrosarkoma
 Neoplasma ganas yang terdiri atas kondrosit disebut kondrosarkoma
2. Neoplasma ganas yang berasal dari sel epitel disebut karsinoma
 Karsinoma sel skuamosa: kanker yang sel tumornya mirip dengan epitel skuamosa
berlapis
 Adenokarsinoma: Lesi yang sel epitel neoplastiknya tumbuh dengan pola kelenjar
 Kolangiokarsinoma: Kanker pada duktus empedu

Epitel tubuh berasal dari 3 lapisan sel germinativum, yaitu mesoderm (epitel tubulus ginjal),
ectoderm (kulit), dan Endoderm (usus).

TUMOR CAMPURAN

Tumor yang mempunyai epitel yang tersebar di seluruh stroma fibromiksoid. Contoh:

 Tumor campuran yang berasal dari kelenjar liur disebut adenoma pleomorfik.
Disebut dengan pleomorfik karena terdiri dari sel kubus, gepeng, dan silinder.

 Tumor campuran pada payudara perempuan disebut fibroadenoma mammae.


Fibroma mengandung campuran elemen duktus yang berproliferasi (adenoma) yang terbenam
dalam jaringan ikat longgar (fibroma)
Sifat biologik tumor

asal jaringan (histogenesis).

Yang penting ialah klasifikasi atas dasar sel atau jaringan. Tumor yang berasal dari
jenis jaringan yang sama cenderung mempunyai sifat sama, menunjukkan gambaran
makroskopik dan mikroskopik yang sama, membentuk tonjolan yang sama dan jika ganas,
invasi dan metastasisnya menunjukkan gambaran yang lebih kurang sama.

I. Klasifikasi atas dasar sifat biologik tumor.

Atas dasar sifat biologiknya tumor dapat dibedakan atas tumor yang bersifat jinak
(tumor jinak), tumor yang bersifat ganas (tumor ganas) dan tumor yang terletak antara jinak
dan ganas yang disebut "intermediate".

A. Tumor jinak atau benigna.

Tumor jinak tumbuhnya lambat dan biasanya mempunyai simpai (kapsul), tidak tumbuh
infiltratif, tidak merusak jaringan sekitarnya dan tidak menimbulkan anaksebar pada
tempat yang jauh. Tumor jinak pada umumnya dapat disembuhkan dengan sempurna
kecuali yang mensekresi hormon atau yang terletak pada tempat yang sangat penting, misalnya
di sumsum tulang belakang yang dapat menimbulkan paraplegia atau pada saraf otak yang
menekan jaringan otak.

B. Tumor ganas atau inaligna.

Tumor ganas pada umumnya tumbuh cepat, infiltratif dan merusak jaringan sekitarnya. Di
samping itu dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran limfe atau aliran darah dan
sering menimbulkan kematian.

C. Intermediate.
Di antara 2 kelompok tumor jinak dan tumor ganas terdapat segolongan kecil tumor yang
mempunyai sifat invasif lokal tetapi kernampuan metastasisnya kecil. Tumor demikian
disebut tumor yang agresif lokal atau tumor ganas berderajat rendah. Sebagai contoh ialah
karsinoma sel basal kulit.

Tumor jinak tumor ganas Tumor ganas

Drajat rendah

(Agresif lokal)

Sifat pertumbuhan lambat bervariasi cepat

Tumbuh infiltratif idak lokal infiltratif

Kemampuan metastasis Tidak ada rendah/tidak tinggi

Pengobatan eksisi eksisi luas eksisi luas pengangkatan

KGB Regional,

pengobatan sistemik

(kemotrapi)

Angka kesembuhan tinggi Cendrung residif buruk, cenderung residif dan

Setelah operasi metastasis.

II. Klasifikasi atas dasar asal sel/jaringan (histogenesis)

Tumor diklasifikasikan dan diberi nama atas dasar asal sel tumor 3 yaitu.

1. Sel totipoten

2. sel embrional pluripoten


3. sel berdiferensiasi

Sel-sel ini mempunyai kemampuan yang berbeda untuk berkembang lebih lanjut ke berbagai
jenis sel.

1. Neoplasrrza berasal sel totipoten

Sel totipoten ialah sel yang dapat berdiferensiasi ke dalam tiap jenis sel tubuh. Sebagai contoh
ialah zygot yang berkembang menjadi janin. Paling sering sel totipoten dijumpai pada gonad
yaitu sel germinal. Dapat pula terjadi retroperitoneal, dimediastinum dan daerah pineal.

Tumor sel germinal :

Tumor sel germinal dapat berbentuk Sebagai sel tidak berdiferensiasi, contohnya
seminoma atau disgerminoma, Yang berdiferensiasi minimal, contohnya karsinoma embrional.
Yang berdiferensiasi ke jenis jaringan termasuk trofoblas, misalnya choriocarcinoma dan yolk
sac carcinoma. Yang berdiferensiasi somatik ialah teratoma. Dapat terjadi campuran pada satu
tumor. Teratoma Sebagai tumor yang berdiferensiasi somatik mengandung unsur-unsur ketiga
jenis lapisan benih: ektoderm, mesoderm dan endoderm sehingga pada tumor akan tampak
berbagai jenis jaringan misalnya kulit, lemak, otot, tulang, tulang rawan, gigi, rambut, selaput
lendir saluran cerna atau jaringan otak yang tidak terorganisir dengan baik. Teratoma dapat
diklasifikasikan menjadi teratoma padat atau kistik. Teratoma kistik kebanyakan jinak,
sedangkan teratoma padat biasanya ganas. Dapat pula dibedakan atas teratoma mater
(berdiferensiasi baik) jika terdiri atas jaringan berbentuk dewasa dan teratoma imatur jika
terdiri atas jaringan tipe fetal. Teratoma imatur biasanya ganas, sedangkan teratoma mater
kebanyakan jinak.

2. Tumor sel embrional pluripoten.

Sel embrional pluripoten dapat berdiferensiasi ke dalam berbagai jenis sel dan
sebagai tumor akan membentuk berbagai jenis struktur alat tubuh. Sebagai contoh ialah
tumor sel embrional pluripoten yang berasal dart anak ginjal, dan disebut nefroblastoma,
wring berdiferensiasi ke dalam struktur yang inenyerupai tubulus ginjal dan kadang-
kadang jaringan otot, tulang rawan atau tulang rudimenter.

Tumor sel embrional pluripoten biasanya disebut embrioma atau blastoma,


misalnya retinoblastoma, hepatoblastoma, embryonctl rhabelomyosarcomn.

3. Tumor sel yang berdiferensiasi

Jenis sel dewasa yang berdiferensiasi, terdapat dalam bentuk sel alat-alat tubuh
pada kehidupan postnatal. Kebanyakan tumor pada manusia terbentuk dari sel
berdiferensiasi.

Tatanama tumor ini merupakan gabungan berbagai faktor yaitu perbedaan antara
jinak dan ganas, asal sel epitel dan mesenkim, lokasi dan gambaran deskriptif lain.

1. Tumor epitel

Tumor jinak epitel disebut adenoina jika terbentuk dart epitel kelenjar, misalnya
adenoma tiroid, adenoma kolon.

Disebut papiloma jika berasal dart epitel permukaan dan mempunyai arsitektur
papiler. Papiloma dapat timbul dari epitel skuamosa (papiloma skuamosa), epitel
permukaan duktus kelenjar (papiloma intraduktural pada payudara) atau sel
transisional (papiloma sel transisional). Tidak jarang sifat deskriptif digabungkan
pada tatanama misalnya adenoma kolon vilosum atau adenoma kolon tubuler.

Tumor ganas epitel disebut karsinoma. Kata ini berasal dari kata Yunani yang
berarti kepiting. Jika berasal dari sel skuamosa disebut karsinoma sel skuamosa
Disebut karsinoma sel transisional bila berasal dari sel transisional. Tumor ganas epitel
yang berasal dari epitel keleniar disebut adenokarsinoma, misalnya adenokarsinoma
payudara, adenokarsinoma kolon. Pada nama tersebut selain nama asal alat kadang-
kadang disertakan juga sifat sel tumor tersebut, misalnya adenokarsinoma sel jernih
(clear cell adenocarcinoma) ginjal, adenokarsinoma papilar timid atau adenokarsinonia
verukosa laring.

2. Tumor jaringan mesenkim

Tumor jinak mesenkim sering ditemukan meskipun biasanya kecil dan tidak begitu
penting, dan diberi nama asal jaringan (nama Latin) dengan akhiran orna. Misalnya
tumor jinak jaringan ikat (Latin fiber) disebut fibroma. Tumor jinak jaringan lemak
(Latin adipose) disebut lipoma. Pada nama tumor dapat pula terkandung nama anal
jaringan dan sifat morfologik tumor misalnya hemangioma kapilare dan hemangioma
kavernosum.

Tumor ganas jaringan mesenkim yang ditemukan kurang dari I % diberi nama asal
jaringan (dalam bahasa Latin atau Yunani) dengan akhiran surcolnu. Sebagai contoh
tumor ganas jaringan ikat disebut fibrosarkoma dan yang berasal dari jaringan lemak
diberi nama liposarkoma. Istilah sarkoma dapat dipakai tersendiri yang berarti tumor
ganas berasal dari mesenkim. Sarkoma berasal dari bahasa Yunani untuk daging (flesh).
Sifat morfologik tumor juga wring disertakan misalnya liposarkoma diklasifikasikan
sebagai sklerosing, miksoid, sel bulat atau pleomorfik.

Kekecualian ketentuan di atas diberlakukan pada beberapa kelompok tumor yang


namanya tidak sesuai dengan ketentuan di atas.

l. Tumor yang mungkin kedengaran jinak tetapi sebenarnya ganas.

Terdapat beberapa tumor ganas yang namanya berakhiran oma pada nama asal selnya
tetapi sebenarnya tumor tersebut merupakan tumor ganas. Sebagai contoh adalah limforna
(berasal dari sel limfosit), plasmasitoma (berasal dari sel plasma) glioma (berasal dari sel
glia) dan astrositoma (berasal dari sel astrosit). Untuk menjelaskan sifat ganasnya maka
dicantumkan kata maligna, sehingga namanya menjadi lymphoma maligna, melanoma
maligna. Meskipun tidak dicantumkan sebenarnya tumor tersebut berarti ganas oleh karma tidak
ada limfoma, melanoma atau glioma jinak.
2. Tumor yang golongan namanya kedengaran ganas tetapi sebenarnya jinak.

Dua tumor tulang yang jarang ditemukan yaitu osteoblastoma dan kondroblastoma
bergolongan nama ganas sebab berakhiran blastoma, tetapi ternyata merupakan tumor
jinak, berasal dari osteoblas dan kondroblas yang terdapat pada tulang dewasa.

3 . Lekemia

Lekemia adalah tumor alat pembentuk darah. Penyakit ini dianggap ganas meskipun
beberapa di antaranya menunjukkan perjalanan klinik lambat. Lekemia dibedakan atas dasar
gambaran klinik (akut dan kronik) dan atas dasar asal sel (limfositik, granulositik, mielositik,
promielositik, monositik). Lekemia tersifat dengan adanya sel tumor pada sumsum tulang dan
pada darah tepi. Jarang mcnimbulkan tumor lokal.

4. Tumor yang asal selnya tidak diketahui.

Untuk tumor yang tidak diketahui asalnya pada waktu pertama kali ditemukan, maka
nama orang yang pertamakali menggambarkan tumor tersebut dipakai untuk nama tumor itu.

Sebagai contoh ialah Ewin.g's sarcoma, Hodgkin's lymphoma, Brenner's tumor,


Burkitt's lymphoma, Wilms' tumor, Grawitz's tumor.

Bila histogenesis tumor itu telah diketahui maka namanya akan berubah misalnya
Wilms' tumor sekarang menjadi nefroblastoma. Burkitt's lymphoma disebut
hmphocytic lymphoma sekarang tergolong B-cell lymphoma. Grawitz's tumor
disebut adenokarsinoma ginjal.

Tumor Camper (Mixed Tumor)


Neoplasma yang terdiri lebih dari 1 jenis sel disebut tumor Campur (mixed tumor).
Sebagai contoh tumor campur kelenjar liur (adenoma pleomorfik kelenjar liar) yang terdiri atas
epitel kelenjar, janngan tulang rawan dan matriks berdegenerasi musin. Contoh lain ialah
fibroadenoma mammae terdiri atas epitel yang membatasi lumen, atau celah dan jaringan
ikat renggang matriks.

Pendapat sekarang ialah hanya epitel (adenoma) yang merupakan komponen


neoplasma sedangkan jaringan ikat merupakan bentuk reaksi terhadap sel adenoma.

Hamartoma dan Koristoma

Hamartoma ialah lesi yang menyerupai tumor. Pertumbuhannya ada koordinasi dengan
jaringan individu yang bersangkutan. Tidak tumbuh otonom seperti neoplasma. H;Lmartoma
selalu jinak dan biasanya terdiri atas 2 atau lebih tipe sel mater yang pada keadaan normal
terdapat pada alit tubuh di m.uia terdapat lesi hamartoma. Pada pare terdiri atati campuran
tulang rawan dan epitel tipe bronkial yang tidak terorganisasi.

Koristoma menyenipai hamartoma tetapi berisi jaringan yang pada keadaan normal
tidak ada pada tempat asalnya. Sebagai aontoh massa yang tidak teratur terdiri atas otot
polos, asinus dan duktus pankreas pada dinding lambung disebut koristoma. Menyerupai
pankreas ektopik.

Kista

Kista ialah ruangan berisi cairan dibatasi oleh epitel. Kista belum tentu tumor / neoplasma
tetapi wring menimbulkan efek lokal seperti yang ditimbulkan oleh tumor / neoplasma. Beherapa
yang sering dijumpai ialah kista:

• Kongenital (ialah kista bronkial dan kista duktus tiroglossus) karena defek embriologik.
• Neoplastik (cystadenoma, cystadenocarcinorrln nvariuni).
• Parasitik (kista hidatid oleh echinococcus grnirulosus).
• Retensi (kista epidermoid, dan kista pilar pada kulit).
• Implantasi (kista epidermoid pada kulit setelah opcrasi ).

SIFAT TUMOR JINAK DAN TUMOR GANAS

Tumor jinak dan tumor ganas dapat dibedakan atas dasar diferensiasi dan anaplasia, derajat
pertumbuhan, invasi lokal dan metastasis.

Diferensiasi dan anaplasia

lstilah diferensiasi dipergunakan untuk set parenkim tumor. Diferensiasi yaitu


derajat kemiripan sel tumor (parenkim tumor) jaringan asalnya yang terlihat pada gambaran
morfologik dan fungsi sel tumor. Proliferasi neoplastik menyebabkan penyimpangan bentuk,
susunan dan fungsi set tumor. Hal ini menyebabkan set tumor tidak mirip sel dewasa normal
jaringan asalnya. Tumor yang berdiferensiasi baik terdiri atas sel-sel yang menyerupai sel
dewasa normal jaringan asalnya. Sebagai contoh ialah karsinoma set skuamosa berdiferensiasi
baik menunjukkan set tumor yang menyerupai epitel gepeng berlapis, terdapat jembatan
sitoplasma antar sel dan membentuk zat tanduk. Adenokarsinoma berdiferensiasi baik
menunjukkan struktur asinus atau tubulus kelenjar. Tumor berdiferensiasi buruk atau tidak
berdiferensiasi menunjukkan gambaran set primitif dan tidak memiliki sifat sel dewasa normal
jaringan asalnya.

Semua tumor jinak urnurnnya berdiferensiasi baik; sebagai contoh tumor jinak otot polos yaitu
leiomioma uteri, set tumornya menyerupai sel otot polos. Demikian pula liporna yaitu tumor
jinak berasal dari jaringan lemak sel tumornya terdiri atas sel lemak matur, menyerupai sel
jaringan lemak normal.

Tumor ganas berkisar dari yang berdiferensiasi baik sampai kepada yang tidak berdiferensiasi.
Tumor ganas yang terdiri dari sel-sel yang tidak berdiferensiasi disebut anaplastik. Secara
harfiah anaplastik berarti tanpa bentuk atau kemunduran, yaitu kemunduran dari tingkat
diferensiasi tinggi ketingkat diferensiasi rendah.

Tidak berdiferensiasi atau anaplastik yang ditentukan oleh seiumlah perubahan gambaran
morfologik dan perubahan sifat, Secara khusus dipergunakan untuk tumor ganas. Pada anaplasia
ini terkandung 2 jenis kelainan organisasi yaitu kelainan organisasi sitologik dan kelainan
organisasi posisi.

Anaplasia sitologik menunjukkan pleomorfi yaitu beraneka ragam bentuk dan ukuran inti sel dan
set tumor. Sel tumor berukuran besar dan kecil dengan bentuk yang bermacam-macam,
mengandung banyak DNA sehingga tampak lebih gelap (hiperkromatik). Inti tidak sebanding
dengan sel, sehingga perbandingan inti sitoplasma menunjukkan 1 : 1, yang dalam keadaan
normal inti perbandingan tersebut berkisar antara 1 : 4 atau 1 : 6. Bentuk inti bervariasi. Kromatin
sering kasar dan bergumpal tersebar di sepanjang membran inti. Anak inti besar menunjukkan
aktifitas sintesis set.

Mitosis yang banyak ditemukan menunjukkan bahwa kegiatan pembelahan set meningkat.
Namun perlu diingat bahwa adanya mitosis tidak berarti bahwa tumor tersebut ganas atau
jaringan tersebut adalah tumor karena jaringan normal pun dapat memperlihatkan kegiatan
pembelahan yang tinggi misalnya sumsum tulang dapat memperlihatkan banyak mitosis.
Demikian pula hiperplasi dapat memperlihatkan mitosis. Yang penting pada tumor ganas ialah
adanya mitosis atipik. Kadang-kadang tampak sebagai mitosis tripolar atau kuadripolar. Yang
penting pula pada anaplasia ialah terdapatnya sel datia tumor yang berbentuk sel deman satu atau
lebih inti besar yang terdiri atas beberapa buah inti. Sel datia tumor berbeda dari sel datia
benda asing atau sel datia Langhans karena pada sel datia tumor intinya hiperkrornatik.
Anaplasia posisional (anaplasia posisi) menunjukkan adanya gannguan hubungan antara sel
tumor yang satu dengan yang lain. Terlihat dari perubahan struktur dan hubungan antara sel tumor
yang abnormal.

Diferensiasi fungsional set tumor menunjukkan jika diferensiasi sel tumor lebih baik maka
masih tampak kemampuan fungsional sel tumor lama seperti sel normalnya. Tumor jinak dan
bahkan tumor ganas kelenjar endokrin yang berdiferensiasi baik sering masih meniproduksi
hormon khusus yang sama seperti kelenjar asalnya. Karsinoma sel skuamosa berdiferensiasi baik
membentuk keratin, dan karsinoma sel hati berdiferensiasi baik mengeluarkan empedu.

Derajat pertumbuhan.

Tumor jinak biasanya tumbuh lambat sedangkan tumor ganas cepat. Tetapi derajat kecepatan
tumbuh tumor jinak tidak tetap kadang-kadang tumor jinak tumbuh lebih cepat dari pada tumor
ganas. Karena bergantung kepada hormon yang mempengaruhi dan adanya penyediaan darah
yang memadai.

Bahwa hormon mempengaruhi pertumbuhan tumor tampak pada leionryoma uteri yaitu tumor
jinak otot polos uterus. Setelah menopause biasanya leiomioma menjadi atrofik atau
berubah menjadi jaringan ikat kolagen, kadang-kadang dengan perkapuran. Agaknya
leiomioma uteri dipengaruhi oleh estrogen yang beredar.

Pada dasarnya derajat pertumbuhan tumor berkaitan dengan tingkat diferensiasi sehingga
kebanyakan tumor ganas tumbuh lebih cepat dari pada tumor jinak. Namun demikian terdapat
variasi yang luas antara tumor ganas yang sangat cepat tumbuhnya dan segera menimbulkan
kematian, sedangkan yang lain tumbuh lebih lambat dari pada tumor jinak dan tetap berlangsung
untuk waktu bertahun-tahun.
Tidlak ada kecepatan kritis yang membedakan tumor ganas dari tumor jinak. Penggunaan kriteria
kecepatan tumor atas dasar keterangan klinik misalnya karena perubahan ukuran tumor pada
peineriksaan serial tumor. Tumor ganas derajat pertumbuhannya bergantung pada 3 hal, yaitu:

1. Derajat pembelahan sel tumor

2. Derajat kehancuran sel tumor dan

3. Sifat elemen non-neoplastik pada tumor.

Pada pemeriksaan mikroskopik jumlah mitosis dan gambaran aktifitas metabolisme inti
yaitu inti yang besar, kromatin kasar dan anak inti besar berkaitan dengan kecepatan tumbuh
tumor. Tumor ganas yang tumbuh cepat sering memperlihatkan pusat-pusat daerah nekrosis/
iskemik. Hal iri disebabkan oleh kegagalan penyajian darah dari host kepada sel-sel tumor
eksnansif yang memerlukan oksigen.

Invasi Lokal

Hampir semua tumor jinak tumbuh sebagai massa sel yang kohesif dan ekspansif pada tempat
asalnya dan tidak mempunyai kemampuan mengilfiltrasi, invasi atau penyebaran ke tempat yang
jauh seperti pada tumor ganas. Oleh karena tumbuh dan menekan perlahan-lahan maka biasanya
dibatasi jaringan ikat yang tertekan yang disebut kapsul atau simpai, yang memisahkan jaringan
tumor dari jaringan sehat sekitarnya. Simpai sebagian besar timbul dari stroma jaringan sehat di
luar tumor karena sel parenkim atrofi akibat tekanan ekspansi tumor. Oleh karena ada simpati
maka tumor jinak berbatas tegas, mudah digerakkan dari jaringan di sekitarnya dan mudah
dikeluarkan pada operasi. Tetapi tidak semua tumor jinak berkapsul, ada tumor jinak yang tidak
berkapsul misalnya hemangioma.

Tumor ganas tumbuh progresif, invasif dan merusak jaringan sekitarnya. Pada umumnya
berbatas tidak tegas dari jaringan sekitarnya. Namun demikian ekspansi lambat dari tumor ganas
dan terdorong ke daerah jaringan sehat sekitarnya. Pada pemeriksaan histologik, massa yang
tidak berkapsul menunjukkan cabang-cabang invasi seperti kaki kepiting mencengkeram
jaringan sehat sekitarnya.

Oleh karena ada pertumbuhan infiltratif pada tumor ganas, maka pada eksisinya tumor
diperlukan tepi sayatan yang lebar. Kebanyakan tumor ganas invasif dan dapat menembus
dinding dan alas tubuh berlumen seperti usus, dinding pembuluh darah, limfe atau ruang
perineural. Pertumbuhan invasif demikian menyebabkan reseksi pengeluaran tumor sangat sulit.

Pada karsinoma in situ misalnya di serviks uteri, sel tumor menunjukkan tanda ganas tetapi tidak
menembus membran basal. Dengan berjalannya waktu sel tumor tersebut akan menembus
membran basal.

Meskipun semua jaringan tubuh dapat diinvasi oleh tumor tetapi terdapat perbedaan dalam
kepekaannya. Di antara jaringan ikat, serabut elastin lebih resisten terhadap efek destruksi sel
kanker dari pada serabut kolagen. Hal ini disebabkan oleh karena rasio kolagenase relatif lebih
tinggi dari pada elastase pada tumor ganas invasif. Tulang rawan paling resisten dan pada sernua
jaringan untuk diinvasi meskipun tidak absolut. Beberapa faktor penyebabnya ialah

1. fisiokemikal khusus pada matriks,

2. biologik stabil dan turnover tulang rawan lambat,

3. mengeluarkan bahan penghambat seperti anti angiogenesis, atau enzim

penghambat pcrtumbuhan termasuk pertumbuhan invasif sel kanker.

Pembuluh arteri lebih resisten terhadap invasi dart pada pembuluh vena dan pembuluh limfe.
Ketahanan pembuluh arteri terhadap invasi sel tumor disebabkan oleh karma dinding pembuluh
arteri yang tebal, di samping itu terdapat serabut elastin dan mengeluarkan protease inhibitor.
M etastasis/Penyebaran

Metastasis adalah penanaman tumor yang tidak berhubungan dengan tumor primer. Tumor
ganas menimbulkan metastasis sedangkan tumor jinak tidak. Invasi sel kanker memungkinkan sel
kanker menembus pembuluh darah, pembuluh limfe dan rongga tubuh, kemudian terjadi
penyebaran. Dengan beberapa kecualian semua tumor ganas dapat bermetastasis. Kekecualian
tersebut ialah glioma (tumor ganas sel glia) dan karsinoma sel basal, keduanya sangat invasif,
tetapi jarang bermetastasis.

Umumnya tumor yang lebih anaplastik, lebih cepat tumbuh dan padanya kemungkinan terjadinya
metastasis lebih besar. Narnun banyak kekecualian. Tumor kecil berdiferensiasi baik, tumbuh
lambat, kadang-kadang metastasisnya luas. Sebaliknya tumor tumbuh cepat, tetap terlokalisir
untuk waktu bertahun-tahun.

Angka kejadian kanker pada penduduk berbeda jumlahnya pada tiap daerah yang berbeda.
Penelitian epidemiologik tentang distribusi kanker menunjukkan angka kejadian kanker
berkaitan dengan pajanan faktor etiologi, dan faktor risiko penyakit kanker yang berbeda untuk
masing-masing daerah.

Sebagai contoh angka kejadian kanker berbeda pada tiap daerah yang berbeda.

Geografi penyakit kanker

Angka kejadian kanker per 100.000 pria per lokasi

Lokasi Jumlah Nasofaring Lidah Esofagus Lambung Kolon Hati Paru Prostat Lekemia
Afrika 200 0 2 40 12 2 28 40 25 4
Amerika Selatan 200 0 3 5 60 4 4 20 25 5
(Kolombia)
Singapura 250 20 2 20 45 10 32 54 4 4
(Cina)
India + Sri Lanka 130 1 14 13 10 4 1 13 7 3
USA 260 1 3 6 15 27 4 44 23 10
UK 240 1 1 3 25 15 1 73 18 10
Jepang 190 1 3 5 60 15 2 36 5 5
Contoh 5 jenis lanker tersering pada pria dan wanita

PRIA PERSEN WANITA PERSEN


1. Kulit 11,79 1. Leher rahim 28,16
INDONESIA, 1988 2. Nasofaring 11,76 2. Payudara 18,03
3. kelenjar getah 7,94 3. Ovarium 7,68
bening 6,34 4. Kulit 6,23
4. Rektum 5,21 5. Tiroid 4,07
5. Jaringan lunak
1. Paru 20 1. Payudara 20
USA, 1988 2. Prostat 20 2. Kolorekal 16
3. Kolorekal 14 3. Paru 11
4. Saluran kemih 10 4. Uterus 10
5. Luekemia- 8 5. LuekemiaLimfo 7
Limfoma ma

Perbedaan antara tumor jinak dan tumor ganas

karateristik Jinak ganas

Diferensiasi/anaplasi Berdiferensiasi baik, struktur munkin khas Sebagian tidak memperlihatkan


a jaringan asal diferensiasi disertai anaplasia ; struktur
sering tidak khas
Laju pertumbuhan Biasanya progressif&lambat,mungkin Tidak terduga dan mungkin cepat atau
berhenti tumbuh atau menciut lambat

Invasi lokal Biasanya kohesif dan ekspansil, massa Invasif lokal, menginfiltrasi jaringan
berbatas – batas yang tidak menginfiltrasi normal di sekitarnya; kadang mungkin
jaringan normal disekitarnya tampak kohesif dan ekspansil tetapi
dengan invasi mikroskopik

metastasis Tidak ada Sering ditemukan, semakin besar dan


semakin kurang berdiferensiasi tumor
primer,semakin besar kemungkinan
metastasis

Karsinogenesis
Dasar Molekular Kanker
• Kerusakan genetik nonletal merupakan hal sentral dalam karsinogenesis. Kerusakan genetic
mungkin di dapat akibat pengaruh lingkungan, seperti zat kimia, radiasi, virus, atau
diwariskan dalam sel germinativum. Hipotesis genetic pada kanker mengisyaratkan bahwa
massa tumor terjadi akibat ekspansi klonal satu sel progenitor yang telah mengalami
kerusakan genetik (yaitu tumor bersifat monoklonal).

• Tiga kelas gen regulatorik normal--protoonkogen yang mendorong pertumbuhan; gen


penekan kanker (tumor supressor gene) yang menghambat pertumbuhan (antionkogen); dan
gen yang mengatur kematian sel terprogram atau apoptosis—adalah sasaran utama pada
kerusakan genetik. Alel mutan protoonkogen disebut onkogen. Alel ini dianggap dominan
karena menyebabkan transformasi sel walaupun pasangan normalnya ada. Kedua alel normal
pada gen penekan tumor harus mengalami kerusakan sebelum transformasi yang disebut
sebagai onkogen resesif.

• Gen yang mengatur perbaikan DNA yang rusak. Gen yang memperbaiki DNA ini
memengaruhi proliferasi atau kelangsungan hidup sel secara tidak langsungdengan
memengaruhi kemampuan organism memperbaiki kerusakan nonletal di gen lain, termasuk
protoonkogen, gen penekan tumor, dan gen yang mengendalikan apoptosis. Kerusakan pada
gen yang memperbaiki DNA dapat memudahkan terjadinya mutasi luas di genom dan
transformasi neoplastik.

• Karsinogenesis adalah suatu proses banyak tahap, baik pada tingkat fenotip maupun
genotype. Suatu neoplasma ganas memiliki beberapa sifat fenotipik. Sifat ini diperoleh
secara bertahap, suatu fenomena yang disebut tumor progression. Pada tingkat molekular,
progresi terjadi akibat akumulasi kelainan genetik yang pada sebagian kasus dipermudah
oleh adanya gangguan pada perbaikan DNA.

Enam perubahan mendasar dalam fisiologi sel yang bersama-sama menentukan fenotipe ganas:

1. Self-sufficiency (menghasilkan sinyal sendiri) sinyal pertumbuhan

2. Insentivitas terhadap sinyal penghambat pertumbuhan

3. Menghindari apoptosis

4. Potensi replikasi tanpa batas (yaitu mengalahkan penuaan sel)

5. Angiogenesis berkelanjutan

6. Kemampuan menginvasi dan beranaksebar


Mutasi pada gen yang mengendalikan sifat sel ini ditemukan pada semua kanker. Terjadinya
mutasi pada gen penyebab kanker dikondisikan oleh sigapnya perangkat perbaikan DNA yang
dimiliki sel. Apabila gen yang secara normal mendeteksi dan memperbaiki kerusakan DNA ini
terganggu atau lenyap, instabilitas genom yang terjadi akan cenderung memudahkan terjadinya
mutasi pada gen yang mengendalikan keenam kemampuan didapat sel kanker di atas.
Menghasilkan Sendiri Sinyal Pertumbuhan
Gen yang meningkatkan pertumbuhan otonom pada sel kanker disebut onkogen. Berasal dari
mutasi di protoonkogen dan ditandai dengan kemampuan mendorong pertumbuhan sel walaupun
tidak terdapat sinyal pendorong pertumbuhan yang normal. Produk gen ini, yang disebut
onkoprotein, mirip dengan produk normal protoonkogen, kecuali bahwa onkoprotein tidak
memiliki elemen regulatorik yang penting, dan produksi gen tersebut dalam sel yang mengalami
transformasi tidak bergantung pada faktor pertumbuhan atau sinyal eksternal lainnya.

Pada keadaan fisiologik, proliferasi sel dapat dengan mudah dibagi menjadi langkah-langkah
berikut :

1. terikatnya faktor pertumbuhan ke reseptor spesifiknya di membran sel


2. aktivasi reseptor faktor pertumbuhan secara transien dan terbatas, yang kemudian
mengaktifkan beberapa protein transduksi-sinyal di lembar dalam membran plasma
3. transmisi sinyal ditransduksi melintasi sitosol menuju inti sel melalui perantara kedua
4. induksi dan aktivasi faktor regulatorik inti sel yang memicu transkripsi DNA
5. sel masuk ke dalam dan mengikuti siklus sel yang akhirnya menyebabkan sel membelah
Dengan langkah ini, kita dapat mengidentifikasi berbagai strategi yang digunakan sel kanker
untuk memperoleh self-suffiency dalam sinyal pertumbuhan.

Insensitivitas Terhadap Sinyal yang Menghambat Pertumbuhan


Dibagian ini, kita membahas berbagai gen penekan kanker/tumor, produknya, dan
kemungkinan mekanisme hilangnya fungsi gen ini berperan menyebabkan pertumbuhan sel yang
tidak terkendali.

Sinyal yang menghambat pertumbuhan dapt berasal dari luar sel dan menggunakan reseptor,
sinyal transducter ,dan regulator transkripsi inti sel untuk menyelesaikan efeknya. Gen penekan
tumor mengkode berbagai kompenen pada jalur inhibisi pertumbuhan ini.

Sinyal anti pertumbuhan dapat mencegah proliferasi sel melalui dua mekanisme
komplementer. Mekanisme pertama menyebabkan sel yang sedang membelah masuk ke dalam
G0 (tenang), yang selnya tersebut bertahan sampai isyarat eksternal mendorongnya masuk
kembali ke siklus proliferasi. Mekanisme kedua adalah sel mungkin masuk ke tahap
pascamitotik dan berdiferensiasi serta kehilangan potensi replikatifnya. Ditingkat molekular
sinyal antipertumbuhan menimbulkan efek ditahap G1→ S pada siklus sel, transisi ini diken
dalikan oleh gen RB.

Gen RB dan siklus sel


Produk gen RB adalah suatu protein pengikat-DNA yang diekspresikan pada semua sel yang
diteliti; protein tersebut berada dalam bentuk terhipofosforilaasi aktif dan terhiperfosforilasi
tidak aktif. Pada keadaan aktif, RB berfungsi sebagai rem untuk menghambat melajunya sel dari
fase G1 ke S pada siklus sel. Apabila sel dirangsang oleh faktor pertumbuhan, protein RB di
inaktifkan melalui fosforilasi, rem dilepas, dan sel melewati tahap G1→S. Saat masuk fase S, sel
bertekad untuk membelah tanpa memerlukan stimulasi faktor pertumbuhan tambahan. Selama
fase M beriutnya, gugus fosfat dikeluarkan dari RB oleh fosfat selular sehingga kembali
dihasilkan bentuk RB terdefosforilasi.

Dasar molekular pengereman ini. Sel tenang (quiescent, pada G0 atau G1) mengandung RB
betuk terhipofosforilasi yang inaktif. Pada status ini, RB mencegah replikasi sel dengan
mengikat, dan mungkin menyebabkan sekuetrasi, famili E2F dari faktor transkripsi. Apabila sel
yang tenang ini dirangsang oleh faktor pertumbuhan, konsentrasi siklin D dan E meningkat, dan
aktivasi siklin D/ CDK4, siklin D /CDK6, dan siklin E/CDK2 yang terjadi menyebabkan
fosforilasi RB. RB betuk terhirefosforilasi membebaskan faktor transkripsi E2F dan
mengaktifkan transkripsi beberapa gen sasaran. Apabila tidak terdapat protein RB, atau apabial
kemampuannnya untuk menyingkirkan faktor transkripsi terganggu akibat mutasi, rem molekular
terhadap siklus sel akan lepas, dan sel berpindah secara semangat ke dalam fase S.

Paradigma yang berkembang adalah bahwa hilangnya kontrol siklus sel normal merupakan
hal pokok bagi transformasi keganasan dan bahwa pada sebagian besar kanker manusia paling
sedikit satu dari empat regulator kunci siklus sel (CDKN2A, siklin D, CDK4, RB ) mengalami
mutasi.

Jalur Transforming growth Factor-β

Molekul yang menyalurkan sinyal antipoliferasi ke sel. TGF-β, suatu anggota dari famili
faktor pertumbuhan dimerik yang mencakup, baik protein morfogenik tulang maupun aktivin.
Pada sebagian sel epitel, endotel , dan hematopoieik normal, TGF-β adalah inhibitor kuat bagi
poliferasi. Molekul ini mengendalikan proses sel dengan berikatan dengan tiga reseptor, yang
disebut tipe I, II, II. Efek antipoliferasi TGF-β diperantarai terutama oleh pengendalian jalur RB.
TGF-β menghentikan sel di fase G1 siklus sel dengan merangsang produksi CDKI p15 dan
dengan menghambat transkripsi CDK2, CDK4, serta siklin A dan E. Perubahan ini menyebabkan
fosforilasi RB menurun dan siklus sel berhenti.

Pada banyak kanker, efek jalur TGF-β menghambat pertumbuhan terganggu oleh mutasi di
jalur penghantaran sinyal TGF-β. Mutasi ini dapat mengenai reseptor TGF-β tipe II atau molekul
SMAD yang berfungsi menyalurkan sinyal antiproliferasi dari reseptor ke inti sel. Mutasi
mengenai reseptor tipe II ditemukan pada kanker kolon, lambung, dan endometrium. Inaktivasi
SMAD4, salah satu dari 10 protein yang berperan dalam penyaluran sinyal TGF-β, akibat mutasi
sering ditemukan pada kanker pankreas. Pada 100% kanker pankreas dan 83% kanker kolon,
paling tidak satu jalur TGF-β mengalami mutasi.

Jalur Polopsis Coli Adenomatosa-β Catenin

Gen APC, yang sering hilang pada kanker kolon, menimbulkan efek anti proliferasi melalui
cara yang tidak lazim. Ini merupakan suatu protein sitoplasma yang fungis utamanya adalah
mengatur kadar intrasel β- katenin, suatu protein yang memiliki banyak fungsi. Di satu pihak β-
katenin berikatan dengan bagian sitoplasma dari E-kaderin, suatu protein permukaan yang
mempertahankan perlekatan antarsel; dipihak lain, β-katenin dapat mengalami perpindahan ke
inti sel dan mengaktifkan proliferasi sel. Di bagian ini, fokusnya adalah pada fungsi yang
terakhir. Β-katenin adalah suatu komponen penting dari apa yang disebut sebagai jalur sinyal
WNT. WNT adalah suatu faktor larut yang dapat memicu proliferasi sel. WNT melakukan nya
dengan berikatan dengan reseptornya dan menyalurkan sinyal yang mencegah penguraian β-
katenin, β-katenin kemudian dapat masuk kedalam inti sel dan bekerja sebagai aktivator
transkripsi bersama molekul lain, yang disebut TcF. Pada sel yang tenang, yang tidak terpajan
WNT, β-katenin di sitoplasma terurai oleh kompleks destruksi, yaitu APC-nya merupakan salah
satu bagian integralnya. Pada sel dalam keadaan istirahat, APC mencegah sinyal β-katenin
dengan mendorong penguraian zat tersebut. Dengan hilangnya APC (pada sel ganas), penguraian
β-katenin terhambat dan respons terhadap sinyal WNT terus diaktifkan. Hal ini menyebabkan
terjadinya transkripsi gen yang mendorong pertumbuhan, seperti siklin D1 dan MYC.

APC berprilaku seperti suatu gen penekan tumor. Orang yang lahir dengan satu alel mutan
membentuk ratusan samapi ribuan polip adenimatosa di koln pada masa remaja atau usia 20-an
tahun. Satu atau lebih polip hampir selalu berubah menjadi ganas. Seperti gen penekan tumor
lainnya, kedua salinan gen APC haus lenyap sebelum tumor dapat terbentuk. Mutasi APC
ditemukan pada 70% hingga 80% kanker kolon sporadik. Kanker kolon yang memiliki gen APC
normal memperlihatkan mutasi pengaktifan pada β-katenin sehingga kanker tersebut refrakter
terhadap efek merusak APC.

Gen TP53 Pengawal Genom

Gen penekan tumor TP53 (dahulu p53) adalah salah satu gen yang paling sering mengalami
mutasi pada kanker manusia. Gen ini memiliki banyak fungsi dan tidak dapat diklasifikasikan
dengan mudah ke dalam kelompok fungsional tertentu yang serupa dengan gen lain yang
dijelaskan dibagian ini. TP53 dapat menimbulkan efek antiproliferasi, tetapi yang tidak kalah
penting, gen ini juga mengendaliakan apoptosis. Secara mendasar , TP53 daapat dipandang
sebagai suatu monitor sentral untuk stres, mengarahkan sel untuk memberikan tanggapan yang
sesuai,abaik berupa penghentian siklus sel maupun apoptosis. Berbagai stres dapat memicu jalur
respons Tp53, termasuk anoksia, ekspresi onkogen yang tidak sesuai (misal, MYC), dan
kerusakan pada integeritas DNA. Dengan mengendalikan respons kerusakan DNA, TP53
berperan penting dalam mempertahankan integeritas genom.

TP53 normal di dalam sel yang tidak mengalami stres memiliki waktu paruh yang pendek (20
menit). Waktu paru yang pendek ini disebabkan oleh ikatan dengan MDM2, suatu protein yang
mencari TP53 untuk menghancurkannya. TP53 mengalami modifikasi pascatranskripsi yang
membebaskannya dari MDM2 dan meningkatkan waktu paruhnya. Selama proses pembebasan
dari MDM2, TP53 juga menjadi aktif sebagai suatu faktor transkripsi.

Penghentian siklus sel yang diperantarai oleh TP53 dapat dianggap sebagai respon primodial
terhadap kerusakan DNA. Hal ini terjadi di akhir fase G1 dan disebabkan terutama oleh
transkripsi CDKI dependen-TP53 CDKN1A (p21). Gen CDKN1A menghambat kompleks siklin/
CDK dan mencegah fosforilasi RB yang penting agar sel dapat masuk ke fase G1. Penghentian
ini disambut baik karena “memberi nafas” bagi sel untuk memperbaiki kerusakan DNA. TP53
juga membantu proses dengan menginduksi protein tertentu, seperti GADD45 (penghentian
pertumbuhan dan kerusakan DNA), yang membantu perbaikan DNA. Apabila kerusakan DNA
dapat diperbaiki, TP53 meningkatkan transkripsi MDM2, yang kemudian menekan TP53,
sehingga hambatan terhadap siklus sel dapat dihilangkan. Apabila selama jeda kerusakan DNA
tidak dapat diperbaiki. TP53 normal mengarahkan sel ke “liang kubur” dengan memicu
apoptosis. Protein ini melakukannya dengan memicu gen pencetus apoptosis seperti BAX. Salah
satu sensor kerusakan DNA semacam ini mungkin adalah protein ATM yang mengalami mutasi
pada ataksiatelangiektasia.

Secara singkat, TP53 mendeteksi kerusakan DNA melalui mekanisme yang tidak diketahui
dan membantu perbaikan DNA dengan menyebabkan penghentian G1dan memicu gen yang
memperbaiki DNA. Sel yang mengalami kerusakan DNA dan tidak dapat diperbaiki diarahkan
oleh TP53 untuk mengalami apoptosis. Berdasarkan aktivitas ini, TP53 layak disebut “pengawal
genom”. Apabila terjadi kehilangan TP53 secara jomozigot, kerusakan DNA tidak dapat
diperbaiki dan mutasi akan terfiksasi di sel yang membelah sehingga sel akan masuk jalan satu
arah menuju transformasi keganasaan.

Seperti protein RB, TP53 normal juga dapat dibuat nonfungsional oleh beberapa virus DNA
tertentu. Protein yang dikode oleh HPV onkogenik, virus hepatitis B (HPV), dan mungkin virus
Epstien-Barr (EBV) dapat meningkatkan protein TP53 normal dan menghilangkan fungsi
protektifnya. Oleh karena itu, virus DNA dapat menumbangkan dua dari gen penekan tumor
yang peling terkenal, RB dan TP53.

Menghindar dari Apoptosis


Akumulasi sel neopalstik dapat terjadi tidak saja karena aktivasi onkogen yang mendorong
pertumbuhan tumor dan inaktivasi gen penekan tumor yang menekan pertumbuhan, tetapi juga
karena mutasi di gen yang mengendalikan apoptosis. Telah berhasil diidentifikasikan suatu
famili besar gen yang mengendalikan apoptosis.

Sel kanker mengacaukan apoptosis di banyak tempat. Dimulai dari permukaan, penurunan
kadar CD95 pada karsinoma hepatoselular menyebabkan sel tumor kurang rentan terhadap
apoptosis oleh FasL. Kadar CD95 diatur oleh TP53, dan hilangnya TP53 mungkin berperan
menyebabkan turunnya CD95. Beberapa tumor memperlihatkan peningkatan kadar FLIP, suatu
protein yang dapat mengikat kompleks pemicu-kematian dan mencegah pengaktifan kaspase 8.
Dari semua gen, mungkin yang sudah dipastikan adalah peran BCL2 dalam melindungi sel tumor
dari apoptosis.

Kemampuan Replikasi Tanpa Batas


Sebagian besar sel manusia normal memiliki kapasitas menggandakan diri 60 sampai 70
kali. Setelah itu, sel kehilangan kemampuan membelah diri dan masuk masa pensiun
nonreplikatif. Fenomena ini terjadi karena pemendekkan progresif telomer di ujung-ujung
kromosom. Pada setiap kali pembelahan, telomer memendek, dan setelah titik tertentu, hilangnya
telomer menyebabkan kelainan masif kromosom dan kematian. Menuanya fibroblas manusia
dalam biakan dapat dihindari secara parsial dengan melumpuhkan gen RB dan TP53. Namun, sel
ini akhirnya juga mengalami krisis, yang ditandai dengan kematian sel masif. Dapat diperkirakan
bahwa agar tumor tumbuh tanpa batas, seperti yang biasanya terjadi, hilangnya hal-hal yang
membatasi pertumbuhan belumlah memadai. Sel tumor juga harus menciptakan cara untuk
menghindar dari proses penuaan, hal ini diperoleh dengan mengaktifkan enzim telomerase, yang
dapat mempertahankan panjang telomer. Telomerase aktif pada sel bakal normal, tetapi
ditemukan pada sebagian besar sel somatik. Sebaliknya, di hampir semua jenis kanker ukuran
telomer dapat dipertahankan.

Terjadinya Angiogenesis Berkelanjutan


Angiogenesis dibutuhkan tidak saja untuk berkelanjutan pertumbuhan tumor, tetapi juga
untuk metastasis. Tanpa akses ke pembuluh darah, sel tumor tidak dapat bermetastasis.
Angiogenesis merupakan aspek biologik yang sangat penting pada keganasan.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tumor mengandung faktor yang mampu


mempengaruhi seluruh rangakaian kejadian yang berperan dalam pembentukkan kapiler baru.
Faktor angiogenik terkait tumor mungkin dihasilkan oleh sel tumor atau mungkin dari sel radang
yang menyebuk tumor. Dua faktor angiogenik yang paling penting adalah vascular endothelial
growth factor dan basic fibroblast growth factor.
Pada awal pertumbuhannya, sebagian besar tumor manusia tidak memicu angiogenesis.
Tumor tetap kecil atau in situ selama bertahun-tahun sampai terjadi angiogenic switch yang
mengakhiri stadium quiescene vaskular. Dasar molekular angiogenic switch ini masih belum
jelas, tetapi mungkin melibatkan peningkatan produksi faktor angiogenik atau hilangnya
inhibitor angiogenesis. Gen TP53 wild type tampaknya menghambat angiogenesis dengan
menginduksi sintesis molekul antiangiogenik trombospondin-1.

Hipoksia di tumor yang sedang tumbuh memudahkan terjadinya angiogenesis melalui


pembebasan HIF-1 yang mengendalikan transkripsi VEGF. Transkripsi VEGF juga berada di
bawah kendali onkogen RAS, dan aktivasi RAS akan meningkatkan produksi VEGF. Protease
juga berperan dalam mengendalikan keseimbangan antara faktor angiogenik dan
antiangiogenesis. Banyak protease yang dapat membebaskan basic fibroblast growth factor yang
tersimpan di dalam matriks ekstrasel; sebaliknya pemecahan plasmin akan menghasilkan
angiostatin, suatu inhibitor angiogenesis yang poten. Karena peran penting angiogenesis dalam
pertumbuhan tumor, banyak perhatian yang dicurahkan pada terapi antiangiogenesis.

Kemampuan Melakukan Invasi dan Metastasis pada Karsinogenesis

Invasi matriks ekstrasel


Jaringan manusia tersusun menjadi serangkaian dan kompartemen yang dipisahkan satu
sama lain oleh dua jenis matriks ekstrasel yaitu membran basal dan jaringan ikat interstisium.
Komponen matriks ekstraseluler ini terdiri atas kolagen, glikoprotein dan proteoglikan. Dalam
bermetastasis, sel tumor ganas harus berinteraksi dengan matriks ekstraseluler dalam beberapa
tahap.

Invasi matriks ekstraseluler pada tumor ganas terdiri dari empat langkah :

1. Terlepasnya sel tumor satu sama lain

2. Melekatnya sel tumor ke komponen matriks

3. Penguraian matriks ekstraseluler

4. Migrasi sel tumor

Langkah pertama dalam proses metastatik adalah meregangnya sel tumor (melepasnya
sel tumor satu sama lain). E-kaderin bekerja sebagai lem antarsel , dan bagian E-kaderin yang
berada di sitoplasma berkaitan dengan β-katenin. Molekul E-kaderrin yang berdekatan
mempertahankan agar sel tetp menyatu. E-kaderin menyalurkan sinyal antipertumbuhan
melalui β-katenin. β-katenin bebas dapat mengaktifkan transkripsi gen yang mendorong
pertumbuhan. Fungsi E-kaderin lenyap di hampir semua kanker sel epitel , baik akibat mutasi
inaktivasi gen E-kaderin maupun oleh aktivasi β-katenin.

Langkah kedua, melekatnya sel tumor ke berbagai protein matriks ekstraseluler, seperti
laminin dan fibronektin yang penting untuk invasi dan metastasis. Sel karsinoma memiliki lebih
banyak reseptor dari pada sel normal untuk protein matriks ekstraseluler dan reseptor ini
tersebar di seluruh membran sel. Perubahan pola ekspresi integrin juga mendorong invasi. Pada
banyak sel karsinoma, perlekatan ke stroma di permudah oleh hilangnya integrin yang
berikatan dengan matriks ekstraseluler normal dan digantikannya integrin tersebut oleh integrin
yang berikatan dengan matriks ekstraseluler yang telah diuraikan oleh protease.

Langkah ketiga dalam invasi adalah degradasi lokal membran basal dan jaringan ikat
interstisium. Sel tumor itu sendiri mengeluarkan enzim proteolitik atau menginduksi sel pejamu
untuk mengeluarkan protease. Beberapa enzim penghancur matriks yang di sebut
metaloproteinase, termasuk gelatinase kolagenase, dan stromelisin, ikut berperan. Kolagenase
tipe IV adalah suatu gelatinase yang memecah kolagen tipe IV epitel dan membran basal
vaskular. Pada tumor ganas memperlihatkan ekspresi berlebihn dari enzim kolagenase tipe IV
ini. Sementara itu kadar inhibitor metaloproteinase berkurang sehingga keseimbangan bergeser
ke arah penghancuran jaringan.

Langkah terakhir adalah pergerakan atau mendorong sel tumor ganas berjalan
menembus membran basal yang telah rusak dan matriks yang telah mengalami lisis. Migrasi
tampaknya diperantarai oleh berbagai sitokin yang berasal dari sel tumor. Selain itu produk
penguraian komponen matriks (misal kolagen dan laminin) dan sebagian faktor pertumbuhan
(misal insulin-like growth factor I dan II) memiliki aktivitas kemotaktik untuk sel tumor. Sel
stroma juga menghasilkan efektor parakrin untuk motilitas sel, seperti hepatocyte growth
factor/scatter factor (HGF/SCF), yang berikatan dengan reseptor di sel tumor.

Penyebaran vaskular dan sasaran sel tumor


Saat berada di dalam sirkulasi, sel tumor rentan terhadap destruksi oleh sel imun pejamu. Di
dalam aliran darah, sebagian sel tumor membentuk embolus dengan membentuk gumpalan dan
melekat ke leukosit, terutama trombosit; sel tumor yang menggumpal tersebut akan sedikit
banyak memperoleh perlindungan dari serangan sel efektor antitumor pejamu. Namun, sebagian
besar sel tumor masuk dalam sirkulasi sendiri-sendiri. Ekstravasi sel tumor bebas atau embolus
sel memerlukan perlekatan ke endotel vaskular yang diikuti oleh pergerakan melalui membran
basal dengan mekanisme yang serupa dengan yang berperan dalam invasi.

Instabilitas Genom – Hal yang Memungkinkan Keganasan


Bagaimana kanker dapat muncul? Walaupun manusia hidup dalam agen lingkungan yang
(misal zat kimia, radiasi, sinar matahari), perjumpaan ini jarang berakhir dengan timbulnya
kanker. Keadaan ini terjadi karena kemampuan sel normal memperbaiki kerusakan DNA.
Tampaknya kecenderungan untuk mengalami mutasi terjadi akibat kelainan pada kemampuan
memperbaiki DNA. Orang yang lahir dengan mutasi herediter perbaikan DNA sangat beresiko
mengalami kanker.

Progresi Heterogenitas Tumor

Progresi tumor adalah tumor menjadi lebih agresif dan semakin ganas. Penelitian klinis dan
eksperimental yang teliti mengungkapkan bahwa peningkatan keganasan (contoh : pertumbuhan
semakin cepat, invasif, dan kemampuan bermetastasis) sering diperoleh secara akumulatif. Hal
ini berkaitan dengan kemunculan secara berurutan sebagai subpopulasi sel yang berbeda dalam
beberapa aspek fenotipe, misal : daya invasi, kecepatan pertumbuhan, kemampuan metastasis,
kariotipe, respon terhadap hormon dan kerentanan terhadap obat antineoplastik yaitu obat yang
menghambat perkembangan neoplasma, memeriksa pematangan dan proliferasi sel-sel ganas.

Walaupun sebagian besar tumor memiliki asal monoklonal(berasal dari sel tunggal), pada
saat bermanifestasi, secara klinis sel konstituennya sangatlah heterogen.

Ditingkat molekular, progresi dan heterogenitas tumor kemungkinan besar terjadi akibat
mutasi multipel yang terakumulasi secara independen pada sel yang berbeda-beda sehingga
sehingga terbentuk subklona dengan sifat berbeda. Beberapa mutasi mungkin bersifat letal, yang
lain mungkin memacu pertumbuhan sel karena memengaruhi protoonkogen atau gen penekan
tumor lain. Subklona yang dihasilkan tersebut mengalami tekanan imun dan non imun.
Perubahan Kariotipe Pada Tumor

Kerusakan genetik yang mengaktifkan onkogen atau menginaktifkan gen penekan tumor
mungkin samar (contoh : mutasi titik) atau cukup besar sehingga dapat dideteksi dengan
kariotipe. Contoh aktivasi melalui mutasi titik pada onkogen RAS.

Pada neoplasma tertentu, kelainan kariotipe bersifat tidak acak dan sering ditemukan.
Contohnya pada sebagian besar leukimia dan limfoma semakin banyak ditemukan pada tumor
non hematopoietik.

Jenis kelainan struktur non acak yang umum ditemukan pada sel tumor:

1. Translokasi Seimbang
Sangat sering ditemukan terutama pada neoplasma darah.

2. Delesi
Kelainan struktural kedua tersering pada sel tumor. Dibandingkan dengan translokasi,
delesi lebih sering ditemukan pada tumor padat nonhematopoietik

3. Amplifikasi Gen
Terdapat dua manifestasi kariotipik amplifikasi gen : regio yang terwarnai homogen di
kromosom tunggal dan double minutes. Yang tampak seagai potongan kecil berpasangan
kromatin.
Etiologi Kanker

AGEN KARSINOGENIK

3 Golongan agen karsinogenik:

A. Karsinogen kimiawi
B. Karsinogenesis radiasi
C. Onkogenesis virus dan mikroba

A. Karsinogen Kimiawi
Memiliki struktur sangat beragam dan mencakup zat alami dan zat buatan. Zat yang bekerja
secara langsung tidak membutuhkan transformasi kimiawi untuk menyebabkan kariokinesis,
disebut dengan “ultimate carcinogen”. Zat yang bekerja secara tidak langsung akan aktif setelah
perubahan metabolic, disebut “prokarsinogen”. Ultimate carcinogen merupakan elektrofil
(memiliki ato yang kekurangan elektron) yang sangat reaktif dan bereaksi dengan atom kaya
electron di RNA, protein sel, dan terutama DNA. Karsinogenisitas sebagian bahan
kimiadiperkuat oleh promoter.

Beberapa karsinogen kimiawi dapat bekerjasama dengan pengaruh karsinogenik lain untuk
meimbulkan neoplasma (missal: virus atau radiasi).

Karsinogen kimiawi utama:

1. Karsinogen bekerja langsung


 Zat pengalkil (basa)
- Obat antikanker (siklofosfamid, klorambusil, nitrosourea, dan lain-lain)
 Zat pengasil (asam)
- 1-asetil-imidazol
- dimetilkarbamil klorida
2. Prokarsinogen yang memerlukan aktivasi metabolic
 Hidrokarbon aromatic polisiklik dan heterosiklik
- Benz[a]ntrasena
- Benzo[a]pirena
- Dibenz[a,h]antrasena
- 3-metilkolantrena
- 7,12-Dimetilbenz[a]anrasena
 Amina aromatic, amida, zat warna azo
- 2-Naftilamin ( - naftilamin)
- 2-Asetilaminofluorena
- Dimetilaminoazobenzena (butter yelow)
 Tumbuhan alami dan produk mikroba
- Aflatoksin B1
- Griseofulvin
- Buah pinang
 Lain-lain
- Nitrosamin dan amida
- Vinil klorida, nikel, kromium
- Insektisida, fungisida
- Bifenil poliklorin (PCB)
- Arsen
- Asbes

1. Agen yang Bekerja Langsung


Tidak memerlukan konversi metabolic untuk menjadi karsinogenik. Zat berupa karsinogen
lemah, tapi penting karena sebagian adalah obat kemoterapi kanker (misal: zat pengalkil) yang
berhasil menyembuhkan , mengontrol, atau menunda kambuhnya kenker tipe tertentu (misal:
leukemia, limfoma, penyakit Hodgkin, dan karsinoma ovarium), tapi biasanya menyebabkan
kanker bentuk kedua, biasanya leukemia. Penyakit Hodgkin adalah bentuk limfoma maligna
yang ditandai dengan tak ada nyeri, pembesaran kelenjar getah bening yang menghebat, limpa,
dan semua jaringan limfoid.

2. Agen yang Bekerja Tidak Langsung


Memerlukan perubahan metabolic sebelum menjadi aktif.

 Beberapa yang paling potensial dalam hidrokarbon polisiklik terdapat


dalam bahan bakar fosil:
 Benza[a]ntrasena menimbulkan kanker apabila:
- Dioleskan ke kulit: kanker kulit
- Disuntikkan secara subkutis

Zat polisiklik juga terbentuk dalam pembakaran bahan organic:

 Benzo[a]pirena dan karsinogen lain terbentuk pada pembakaran suhu tinggi


tembakau dalam rokok, menyebabkan kanker paru pada perokok.

CH polisiklik juga dihasilkan dari lemak hewan saat pemanggangan daging, juga pada ikan dan
daging yang diasap.

 Produk aktif utama pada CH adalah epoksida yang membentuk adisi


kovalen dengan berbagai molekul di sel, terutama DNA, juga RNA dan protein. Epoksida
adalah senyawa organic yang mengandung sebuah grup reaktif yang terjadi akibat adanya
penyatuan satu atom oksigen dengan atom lain, biasanya karbon.

 Zat warna azo


Zat warna azo biasa dugunakan untuk pewarna makanan. Misalnya butter-yellow (agar margarin
lebih menarik) dan scarlet-red (untuk buah ceri maraschino)
 Amina dari makanan + nitrit dari pengawet = penyebab kanker

B. Karsinogenesis Kimiawi
Bukti-bukti:

 Banyak pelopor dalam pengembangan sinar rontgen menderita kanker


kulit
 Penambang unsure radioaktif mengalami peningkatan 10x lipat insiden
kanker paru

Radiasi menyebabkan:

 Pemutusan DNA
 Translokasi kromosom
 Mutasi titik pada kromosom

C. Onkogenesis Virus dan Mikroba


1. Virus Onkogenik RNA
Merupakan satu-satunya retrovirus manusia penyebab kanker: virus leukemia sel T manusia tipe
1, menyebabkan leukemia/limfoma sel T yang endemik di beberapa tempat di Jepang dan
lembah Karibia. Infeksi manusia terjadi akibat penularan sel T yang terinfeksi melalui hubungan
seks, produk darah, atau ASI.

2. Virus Onkogenik DNA


 Virus Papiloma Manusia (HPV)
Menyebabkan: - Papiloma skuamosa jinak (kutil)

- Karsinoma sel skuamosa di serviks


- Kanker anus, perianus, vulva, dan penis
 Virus Epstein Barr (EBV)
Di antaranya menyebabkan limfoma Burkitt, limfoma SSP pada pasien AIDS, karsinoma
nasofaring.

 Virus Hepatitis B (HBV)


Penyebab karsinoma hepatoselular

3. Helicobacter pylori
Penyebab karsinoma lambung dan limfoma lambung

IMUNOLOGI TUMOR
Dari berbagai pengamatan pada hewan dan manusia, telah disimpulkan bahwa sistem
imun mempunyai peran dalam pengendalian pertumbuhan tumor. Fenomena yang memberi
petunjuk tersebut antara lain adalah : 1) adanya regresi spontan tumor tertentu, misalnya
melanoma dan neorublastoma; 2) adanya tumor dengan pertumbuhan indolen dalam periode
lama, namun suatu saat berubah menjadi cepat dan bermetastasis; 3) adanya sebukan sel
mononuklear di sekitar jaringan tumor; 4) uji kulit reaksi hipersensitifitas tipe lambat positif
terhadapa ekstrak antigen tumor autolog pada penderita kanker; dan 5) resiko menderita kanker
yang lebih tinggi pada penderita dalam keadaan imunodefisiensi.

Antigen sel tumor

Adanya respon imun terhadap sel tumor sesuai dengan pengenalan sel yang mengalami
perubahan neoplastik oleh sistem imun. Karena sel yang menjadi tumor adalah sel dari unsur self
maka sifat antigenitas sel tumor menjadi suatu hal yang menarik untuk dipelajari. Dari berbagai
pecobaan pada hewan dan manusia akhirnya diyakini bahwa sel tumor mempunyai unsur yang
bersifat antigenik dan imunogenik.

Sejalan dengan teori karsinogenesis, sel tumor adalah pada dasarnya unsur self yang telah
berubah sifatnya baik secara fenotip maupun secara genotip. Perubahan yang mendasar adalah
perubahan genotip dimana terjadi mutasi gen sebagai akibat pemajanan faktor luar seperti fisika,
kimia ataupun virus. Perubahan genotip ini menyebabkan sel tumor berbeda secara fenotip dari
sel normal, termasuk ekspresi antigenya. Penampilan antigen baru inilah yang membedakan sel
normal dari sel tumor, sehingga dapat menjadi sasaran sel imun, karena dianggap sebagai benda
asing.
Mekanisme yang diduga menyebabkan penampilan yang berbeda dari sel tumor antara
lain: 1) biosintesis antigen baru; 2) perubahan struktur molekul normal; 3) pemaparan molekul
baru yang secara normal terselubung; 4) assembly atau perangkaian abnormal antigen
multimerik; dan 5) penyimpangan ekspresi antigen fetal atau antigen diferensiasi.

Dikenal beberap jenis antigen tumor antara lain:

1. Antigen khas tumor (Tumor specific antigen) atau antigen tumor yang unik (unique
tumor antigen), yaitu antigen yang hanya terdapat pada sel tumor dan tidak ditemukan
pada sel normal. Tiga penjelasan bagaimana timbulnya antigen yang bersifat
unik/spesifik ini, dicoba diterangkan melalui 3 mekanisme.

a. Selama proses transformasi ganas terjadi mutasi gen baik onkogen, gen supresor
tumor maupun gen lain yang menyandi protein-prroyein normal. Sebagai akibatnya,
terbentuk protein “baru” yang dihasilkan oleh gen mutan, dan pada saat membentuk
kompleks dengan molekul MHC kelas I dan ditampilkan dipermukaan sel, akan
dikenal oleh sistem imun sebagai protein asing.

b. Mutasi gen dapat mengubah suatu peptida sedemikian rupa, sehingga bentuk semula
yang tidak pernah ditampilkan oleh MHC ke permukaan sel menjadi dimungkinkan
karena dapat membentuk kompleks dengan MHC.

c. Mutasi gen dapat menjadikan suatu gen yang semula tidak aktif menyandi protein,
menjadi aktif sehingga protein yang dibentuk bersifat antigenik/imunogenik.

2. Antigen yang berkaitan dengan sel tumor (Tumor associated antigen), yaitu antigen
yang ditemukan juga pada sel normal, namun pada tahap diferensiasi atau maturasi yang
berbeda, atau pada sel normal dari jenis yang berbeda. Sebagai contoh adalah antigen
onkofetal alfa feto protein (AFP) dan carcinomembrionic antigen (CEA). AFP dibentuk
oleh sel hati fetal dan menghilang pada sel hati dewasa. Pada saat karsinoma sel hati,
AFP akan dibentuk kembali dan juga dapat ditemukan pada tumor ovarium atau testis.
CEA juga dibentuk pada fase embrional usus, menghilang pada saat dewasa namun akan
muncul kembali pada saat usus berubah menjadi kanker.

Respon imun terhadap sel tumor

Respon sel T

Respon sel T merupakan yang terpenting karena selain sebagai efektor juga sebagai
pemacu sel B dan unsur lainnya. Sel T penolong akan bereaksi pada pemajanan antigen
tumor yang berikatan dengan MHC kelas II. Karena pada umumnya sel tumor menampilkan
molekul MHC kelas I , maka sel T akan bergantung pada sel-sel penyaji yang menampilkan
molekul MHC kelas II. Setelah sensitisasi, T penolong akan menghasilkan berbagai limfokin
yang selanjutnya akan memacu efektor lain seperti makrofag, dan sel killer lainnya untuk
menginfiltrasi dan melisiskan tumor. T penolong juga menghasilkan limfotoksin Tumor
Necrosis Factor (TNF) yang dapat melisiskan sel tumor. Sel tumor sitotoksik akan teraktifasi
oleh antigen yang berikatan dengan MHC kelas I, dan sel T ini dapat langsung menjalankan
fungsi lisisnya.

Respon sel B

Limfokin sel T penolong akan membantu diferensiasi san ploriferasi sel B sehinggga sel
B siap mensintesis antibodi spesifik terhadapa antigen tumor. Antigen ini akan memusnahkan
sel tumor melalui mekanisme ADCC atau melalui fiksasi komplemen. Antibodi spesifik ini
telah dibuktikan keberadaannya pada manusia dimana serum penderita tumor mengandung
antibodi spesifik terhadap tumor tersebut. Di sisi lain, sel B mempunyai molekul Ig
permukaan yang spesifik terhadap tumor dapat mengikat antigen tumor dan kemudian
menyajikan kepada sel T penolong. Hal ini merupakan salah satu cara sensitisasi atau
aktivasi sel T penolong.

Makrofag

Makrofag bekerja sebagai APC serta sel pemusnah sel tumor. Sebagai sel pemusnah,
makrofag bergantung pada T penolong yang mengeluarkan macrophage activating factor
(MAF). Makrofag sendiri mampu menghasilkan zat-zat yang bersifat tumorisidal antara lain
TNF, interferon dan enzim hidrolitik.

Natural killer (NK)

Sel NK ini mampu melisiskan sel tumor tanpa memerlukan sensitisasi terlebih dahulu.
Belum jelas mengapa sel ini dapat membedakan antara sel normal dan sel tumor. Dari
perkembangan terakhir diketahui bahwa sel NK terutama akan melisiskan sel tumor dengan
ekspresi antigen MHC kelas I yang sedikit. Aktifitas sel NK dapat ditingkankan oleh IL2 dan
interferon; sel NK juga dapat turut berperan dalam proses ADCC.

Mekanisme yang menyebabkan sel tumor terhindar dari respon imun

Walaupun pejamu dilengkapi dengan sistem imun yang berfungsi mengendalikan


pertumbuhan sel tumor, namun pada kenyataannya sistem imun ini tidak efektif. Hal ini
antara lain disebabkan adanya seleksi imunologik terhadap populasi sel tumor, dimana sel
tumor bersifat imunogenik, yaitu yang mengandung banyak neoantigen akan dimusnahkan
oleh sistem imun, sehingga tersisa sel tumor yang tidak imunogenik yang akan terus tumbuh
tanpa diganggu oleh sisitem imun.

Selama pertumbuhan, sel tumor juga dapat dengan cepat mengalami perubahan antigen
secara kontinu sejalan dengan mutasi genetik yang terjadi. Sel tumor juga dapat berubah sifat
dari non imunogenik pada status imunologik kuat menjadi imunogenik pada status
imunologik lemah.
Antigen tumor juga dapat dilepaskan dari sel kedalam sirkulasi, kemudian terpajan pada
limfosit T atau B dalam sirkulasi. Antigen tersebut akan terikat pada reseptor antigen
dipermukaan sel T atau imunoglobulin dipermukaan sel B. Keadaan ini menyebabkan fungsi
tumorisidal sel T dan B hanya akan terjadi pada molekul antigen ini saja. Blocking sisi aktif
sel T maupun sel B oleh molekul antigen ini, akan menghambat fungsi serupa sel T dan sel B
terhadap sel tumor sehingga sel tumor terhindar dari pengendalian sistem imun dan dapat
tumbuh terus.

Sel tumor juga mampu menghassilkan zat-zat yang bersifat mengaktifkan sel T supresor
sehingga respon imun dapat ditekan; zat-zat terssebut antara lain transforming growth factor
beta (TGF-β).

Disamping itu, berbagai metoda pengobatan tumor seperti kemoterapi dan radiasi juga
bersifat imunosupresif.

Imunoterapi

Pengetahuan mengenai mekanisme respon imun terhadap tumor, kemudian mengilhami


dan dimanfaatkan para ahli sebagai upaya untuk mengobati tumor. Manipulasi berbagai
aspek, baik dari sisi sel tumor maupun dari efektor sistem imun, telah dicoba sejak lama.
Cara yang pernah ditempuh antara lain adalah imunisasi, terpi seluler adoptif, terapi sitokinin
adoptif, dan terapi antibodi.

Imunisasi baik dengan sel tumor maupun dengan antigen tumor pada pejamu yang
bertumor sejauh ini kurang memuaskan. Beberapa modifikasi telah ditempuh; antara lain
dengan menyuntikan DNA yang menyandi MHC asing ke dalam sel tumor vaksin, dengan
tujuan menjadikan vaksin ini bersifat lebih imunogenik; atau menyuntikan gen penyandi IL2
yang diharapkan akan meningkatkan intensitas efektor sistem imun. Hingga saat ini hasilnya
cukup memuaskan pada hewan, namun pada manusia perlu diteliti lebih lanjut.

Pada terapi seluler adoptif, dilakukan pengeraman in vitro sel limfosit darah tepi
penderita dengan IL-2, yang kemudian menghasilkan limfokine activated killer (LAK) yang
efektif membunuh sel tumor secara in vitro. Suspensi sel ini kemudian disuntikan kembali
kepada si penderita bersama IL-2. Namun ternyata hasilnya juga kurang memuaskan pada
tumor stadium lanjut. Modifikassi cara ini juga dilakukan dengan mengambil limfosit dan
jaringan tumor, kemudian selain dibiak dengan IL-2 juga ditransfeksi dengan grn TNF alfa,
sitokinin yang poten membunuh tumor, kemudian suspensi ini disuntikkan kembali kepada
penderita.

Pada terapi sitokinin adoptif, kepada penderita diberikan berbagai jenis sitokin seperti
TNF alfa, IFN alfa dan gamma serta IL2. IFN alfa tampaknya dapat diharapkan, karena
selain mengaktifkan NK juga meningkatkan ekspresi molekul MHC sel tumor dan juga
bersifat sitostatik.
Pada saat tumor menjadi masif dan solid, antibodi ternyata tidak efektif karena tidak
mampu menembus massa tumor. Maka terapi antibodi telah dicoba untuk membuat magic
bullet yaitu dengan mengkonjungasikan sitostatik atau radioisotop pada antibodi monoklonal.
Pada tumor yang masif, konjungasi dengan radioisotop akan lebih efektif karena jangkauan
emisinya cukup jauh. Namun perlu diwaspadai jika antibodi tersebut spesifitasnya adalah
terhadap tumor associated antigen; karena yang menjadi sasarannya adalah juga sel normal.
Gambaran klinis neoplasma

Efek Tumor pada Penjamu


Efek pd aktivitas fungsional spt sintesis hormon & pendarahan/infeksi sekunder apabila
ada ulserasi dan Menyebabkan kakeksia & sindrom paraneoplastik

Tipe Tempat Efek

Adenoma kecil hipofisis menekan & menghancurkan kelenjar disekitarnya &


menibumlkan hipopituitarisme

Leiomioma (0,5 dinding arteri iskemia ginjal & hipertensi berat


cm) renalis

Karsinoma kecil duktus koledokus memicu obstruksi saluran empedu

Karsinoma & Pulau hiperinsulinisme


Adenoma (dari sel Langerhans
β)
Karsinoma & Korteks adrenal Menghasilkan kortikosteroid yg mempengaruhi pasien
Adenoma (misal, aldosteron,memicu retensi natrium,hipertensi,&
hipokalemia)

Kakeksia kanker
Adalah sindrom penyusutan progresif lemak & massa tubuh nonlemak disertai
melemahnya tbuh secara mencolok,anoreksia,& anemia. Disebabkan olehpenurunan
asupan kalori dalm tbuh akibat anoreksia

Sindrom paraneoplastik
Adalah kumpulan gejala pd pasien penderita kanker yg tdk dpt dijelaskan oleh
penyebaran lokal/jauh

Sindrom ini perlu dikenali, dengan alasan:

1. Sindrom mungkin mencerminkan manifestasi dini suatu neoplasma samar

2. Sindrom ini dpt menimbulkan masalah yg signifikan & dpt mematikan

3. Sindrom mungkin mirip peny. Metastasis & mengacaukan pengobatan

Sindrom Definisi Manifestasi

hypercalcemia Kelebihan kalsium darah Kelelahan,kelemahan


otot,depresi,anoreksia,nausea,konstipasi
Cushing Kmplan gjala yg disebabkan o/ DM,hipertensi,impotensi pd pria,kelemahan
hyperadrenokorticisme akbat & pengecilan otot
neoplasma korteks adrenal atau
asupan glukokortikoid yg berlebih

Penentuan derajat dan stadium kanker


 STADIUM LOKAL: Pertumbuhan masih terbatas pada organ semula tempat tumbuh

KARSINOMA IN SITU: Pertumbuhan masih terbatas pada intra epitelial, intraduktural,


intra lobuler.(Hanya pada tumor ganas epitelial)

INFILTRASI LOKAL INVASIF: Tumor padat telah tumbuh melewati jringan epitel,
duktus, atau lobulus, tetapi masih dalam organ tersebut atau telah menginfiltrasi jaringan
sekitarnya

 STADIUM METASTASE REGIONAL: Tumor padat telah metastase ke jaringan limfe


yang berdekatan

 STADIUM METASTASE JAUH : Tumor telah menjalar ke organ yang letaknya jauh
dari tumor primer

Sistim TMN
 KATEGORI T = Tumor primer

 T0 = Tidak ada bukti ada tumor primer

 Tx = tumor primer sulit dinilai, atau tumor primer terbukti dari penemuan sel tumor
ganas pada sekret bronkopulmoner tetapi tidak tampak secara radiologis atau
bronkoskopis.
 Tis = Tumor in situ

 T1 = Tumor dengan diameter maksimal 2 cm

 T2 = Tumor dengan diameter 2-5 cm

 T3 = Tumor dengan diameter > 5 cm

 T4 = Tumor invasi keluar organ

 KATEGORI N = Nodul, metastase ke kelenjar regional

 N0 = Nodul regional negatif

 N1 =Nodul regional positif, mobil (belum ada perlekatan)

 N2 =Nodul positif, sudah ada perlekatan

 N3 =Nodus bilateral

 Kategori m = Metastase organ jauh


 Mx = metastasis jauh belum dapat dinilai

 M0 = Tidak ada metastase organ jauh

 M1 = Ada metastase organ jauh

Sistem AJC (American Joint Committee)

Pada metode AJC, kanker dibagi menjadi stadium 0 – IV, menggabungkan ukuran
lesi primer dan adanya penyebaran kelenjar dan metastasis jauh.
Pemeriksaan Lab
• Pemeriksaan mokroskopik terhadap sampel jaringan merupakan sarana evaluasi definitif
bagi massa payudara. Jaringan dapat diperoleh melalui :

• (1) Aspirasi jarum halusmenghasilkan sampel untuk pemeriksaan sitologik. Metode ini
efektif dan sangat akurat untuk mengenali keberadaan karsinoma.

• (2) Biopsi jarum inti mengambil jaringan inti untuk pemeriksaan histologik.

• (3) Biopsi insisional ( mengambil sebagian massa untuk pemeriksaan histologik) dan
eksisional (mengambil seluruh massa).

• Pemeriksaan histologik lebih akurat dibandingkan dengan pemeriksaan sitologik karena


metode sitologik mendasarkan diagnosisnya pada pemeriksaan hanya terhadap sel,
sementara pemeriksaan histologik memungkinkan penilaian sel sekaligus arsitektur sel
dalam irisan jaringan.

Gambaran makroskopik

Jinak Ganas

Permukaan licin dengan kapsul fibrotik, Permukaan tidak beraturan tanpa kasul,
menekan jaringan sekitar destruksi jaringan sekitar.

Kecil hingga besar, terkadang sangat Kecil hingga besar.


besar.

Tumbuh lambat. Tumbuh cepat

Jarang fatal (kecuali di dalam sistem Biasanya fatal jika tidak diterapi.
saraf pusat) walau tidak diterapi.

Gambaran mikroskopik
Ganas Jinak

Pertumbuhan dengan penekanan Pertumbuhan dengan invasi jaringan sekitar.


jaringan sekitar

Berdiferensiasi sangat baik, Berdiferensiasi baik atau buruk. Tidak menyerupai jaringan
menyerupai jaringan asal normal. asal normal.

Sel menyerupai sel normal, Kelainan sitologik, berupa nukleus membesar, hiperkromatik,
seragam. tidak beraturan dengan nukleolus besar, pleomorfisme.

Sedikit mitosis dan normal. Mitosis meningkat, gambaran mitosis abnormal dan
aneh.
Pembuluh darah terbentuk baik. Pembuluh darah bertambah dan terbentuk buruk,
beberapa tanpa lapisan endotel.

Nekrosis tidak biasa terjadi, perubahan Nekrosis dan perdarahan sering terjadi.
degeneratif lain mungkin ada.

Tidak terjadi metastasis. Metastasis ke tempat jauh.

Pemeriksaan radiodiagnostik / imaging


A. Diharuskan (recommended)

USG Thorax dan Abdomen.

B. Optional (atas indikasi)


- Bone scanning atau dan bone survey (bilaman sitologi atau klinis sangat mencurigai pada lesi >
5 cm.
- CT scan.

C. Pemeriksaan Fine Needle Aspiration Biopsy – Sitologi


Sediaan lesi ganas secara khas memperlihatkan sel pleomorfik yang sangat besar dengan nukleoli
yang prominen dan sel-sel ganas individual dengan sitoplasma intak juga sering didapatkan. Lesi
jinak akan memperlihatkan nukleus yang ramping, kecil, tanpa nukleoli yang prominen.4

D. Pemeriksaan Histopatologi (Gold Standard Diagnostic)


a. Core biopsy.
b. Biopsi eksisional untuk tumor ukuran < 3 cm
c. Biopsi insisional untuk tumor :
-operable ukuran > 3 cm sebelum operasi defenitif.
- inoperable.
d. Spesimen mastektomi disertai pemeriksaan KGB.
e. Pemeriksaan imunohistokimia : ER, PR, c-erbB-2 (HER-2 ne cathepsin-D, p53 (situasional
E. Laboratorium
Pemeriksaan lab rutin dan kimia darah sesuai dengan perkiraan metastasis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cotran, Ramzi S, et all. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta: EGC
2. Kanoko, Mpu. 2006. Buku Ajar Patologi I (Umum). Jakarta Sagung Seto

You might also like