You are on page 1of 4

Putri Maulani

NIM. 15129141

TEKNIS TES

A. Tes Tulisan
1. Pengertian Tes Tulis
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh
data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara
yang boleh dikatakan cepat dan tepat (Indrakusuma, dalam Arikunto 2005:160). Dari
pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa, didalamnya terdapat pengertian-
pengertian:
a. Tes itu adalah hanya merupakan alat dan bukan merupakan tujuan. Sedangkan
tujuannya adalah terletak pada apakah maksud kita memberikan tes itu.
b. Alat itu telah disusun secara sistematis dan objektif, menurut syarat-syarat tertentu.
Meskipun dalam kenyataannya tidak ada tes yang seratus persen sistematis dan
objektif. Sebab tes itu juga buatan manusia.
c. Dengan adanya tes yang telah disusun secara sistematis dan objektif itu, maka hasil
yang diperoleh dari tes atau alat itu boleh dikatakan akan tepat. Artinya benar-benar
akan memberikan gambaran yang sesuai dengan keadaannya
d. Bahwa dengan dipergunakannya tes sebagai alat untuk memperoleh data-data itu,
dapat dilaksanakan secara tepat tidak memakan waktu yang lama. Untuk
memperoleh suatu data tidak perlu berhari-hari, bahkan cukup beberapa jam saja.
e. Sedang keterangan-keterangan apa yang diinginkan, ini bergantung pada maksud
serta alat yang kita berikan. Misalnya, jika kita menginginkan keterangan tentang
kecakapan anak dalam hal berhiting maka kita pergunakan tes berhitung, bukan tes
bahasa, dan sebagainya.

Jadi, tes tulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan
memberikan jawaban tertulis.

2. Bentuk-bentuk tes tulis


Telah dibicarakan sebelumnya bahwa di sekolah seringkali digunakan tes buatan guru
(bukan tes standardized test) ini disebut tes buatan guru (teacher made test). Tes yang
di buat guru ini terutama menilai kemajuan siswa dalam hal pencapaian hal yang
dipelajari. Dalam hal ini kita bedakan atas dua bentuk tes tulis yaitu sebagai berikut:
a. Tes Subjektif
Yang pada umumnya berbentuk tes esai (uraian) tes bentuk esai adalah sejenis tes
kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian
kata-kata. Ciri-ciri pertanyaanya didahului dengan kata-kata seperti, uraikan,
jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya (Arikunto,
2005:162).
Soal-soal bentuk esai biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekedar 5-10 buah
soal dalam waktu kira-kira 90-120 menit. Soal-soal bentuk esai ini menuntut
kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterprestasi, menghubungkan
pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa
tes esai menuntut untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali dan terutama
harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi.
Kelebihan-kelebihan tes subjektif yaitu:
1) Lebih respektif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat di hindari
campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru
yang memeriksa.
2) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes
bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.
3) Pemeriksaanya dapat diserahkan orang lain.
4) Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi

Kelemahan-kelemahan tes subjektif yaitu:

1) Persiapan untuk menyusun jauh lebih sulit dari pada tes esai karena soalnya
banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelamahan yang lain.
2) Soal-soal cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali
saja dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.
3) Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.
4) Kerjasama antarsiswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.

Cara mengatasi kelemahan

1) Kesulitan menyusun tes objektif dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih terus
menerus hingga betul-betul mahir.
2) Menggunakan tabel spesifikasi untuk mengatasi kelemahan nomor satu dan dua.
3) Menggunakan norma/standar penilaian yang memperhitungkan faktor tebakan
(guessing) yang bersifat spekulatif itu.

b. Tes obyektif
1) Tes benar-salah (true-false)
Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement). Statement tersebut ada
yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai
masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu
betul menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika pernyataannya salah.
2) Tes pilihan ganda (multiple choice test)
Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang
suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih
satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau Multiple
choice test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan
jawaban atau alternatif (option). Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu
jawaban benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh.
3) Menjodohkan (matching test)
Matching test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokkan,
memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan
dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban yang
tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid ialah mencari dan menempatkan
jawaban-jawaban sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.
4) Tes isian (completion test)
Completion test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan,
atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada
bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus
diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari murid.

c. Pelaksanaan tes tertulis


Nurkanca, dkk (1986:58) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan suatu tes tertulis
ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian. Adapun hal-hal tersebut antara
lain:
1) Ruangan tempat tes di laksanakan hendaknya diusahakan setenang mungkin.
2) Murid-murid harus diperingatkan bahwa mereka tidak boleh bekerja sebelum ada
tenda untuk mulai. Hal ini untuk mengatur agar semua murid mulai bekerja pada
saat yang sama.
3) Selama murid-murid bekerja para pengawas tes dapat berjalan-jalan, dengan
catatan tidak mengganggu suasana, untuk mengawasi apakah murid-murid
bekerja secara wajar atau tidak. Murid-murid yang melanggar tata tertib tes dapat
dikeluarkan dari ruang tes.
4) Apabila waktu yang ditentukan telah habis maka semua pengikut tes
diperintahkan untuk berhenti bekerja dan segera meninggalkan ruangan tes secara
tertib. Para pengawas tes segera mengumpulkan lembaran-lembaran tes dan
lembaran-lembaran jawaban peserta tes.
5) Setelah lat-alat terkumpulkan maka pengawas tes supaya mengisi catatan-catatan
tentang kejadian penting yang terjadi selama tes berlangsung.

B. TEST LISAN
1. Pengertian tes lisan
Menurut Arikunto (2005: 164)Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan
dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik.
2. Macam-macam tes lisan
Thoha (2003:61) menjelaskan bahwa tes ini termasuk kelompok tes verbal, yaitu tes
soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan. Dari segi persiapan dan cara bertanya,
tes lisan dapat dibedakan menjadi dua yakni:
a. Tes lisan bebas
b. Yaitu pendidik dalam memberikan soal kepada peserta didik tanpa menggunakan
pedoman yang dipersiapkan secara tertulis
c. Tes lisan berpedoman
d. Pendidik menggunakan pedoman tertulis tentang apa yang akan ditanyakan kepada
peserta didik.

Tes ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya yaitu :

a. Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik,
sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung.
b. Bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga sering
mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat
menolong sebab peserta didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan
yang dimaksud.
c. Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik.

Kelemahannya yaitu :

a. Subjektivitas pendidik sering mencemari hasil tes,


b. Waktu pelaksanaan yang diperlukan.

3. Pelaksanaan tes lisan


Nurkanca, dkk (1986:60) menjelaskan bahwa hal-hal yang perlu mendapat perhatian
dalam pelaksanaan tes lisan antara lain adalah sebagai berikut:
a. Pertahankanlah situasi evaluasi dalam pelaksanaan tes lisan. Guru harus tetap
menyadari bahwa tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan gambaran tentang
prestasi belajar yang dicapai oleh murid-murid.
b. Janganlah guru membentak-bentak seorang murid karena murid tersebut
memberikan jawaban yang menurut penilaian guru merupakan jawaban yang sangat
“tolol”.
c. Jangan pula ada kecenderungan untuk membantu seoarang murid yang sedang di tes
dengan memberikan kunci-kunci tertentu karena kita merasa kasihan atau simpati
pada murid tersebut. Hal ini bertentangan dengan prinsip-prinsip evaluasi karena
kita bertindak tidak adil terhadap murid yang lain.
d. Siapkanlah terlebih dahulu suatu rencana pertanyaan serta score jawaban yang
diminta untuk setiap pertanyaan. Hal ini untuk menjaga agar guru jangan samapai
terkecoh oleh jawaban yang ngelantur dari murid-murid.
e. Laksanakanlah skoring secara teliti terhadap setiap jawaban yang diberikan oleh
murid.

Sumber Rujukan

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Nurkanca, Wayan. 1986. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional

Thoha, M.Chabib. 2003. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo

You might also like