Professional Documents
Culture Documents
Tingkat : II-A
Segala puji bagi Allah SAW yang telah memberikan Rahmat beserta
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan dengan Klien Ca. Kandung Kemih” tepat pada waktu yang
telah ditentukan.Kami ucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Koordinator Mata Kuliah Keperawatan Medical Bedah Ns. Siti Nadiroh
S,Kep M,Kep Sp.KMB
2. Dosen Mata Kuliah Terkait Ns. Tri Endah Pangastuti S,Kep M,Kep
Sp.KMB
3. Teman Tingkat II-A
Kami sadar makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna
sehingga kami mengharpkan kritik dan saran yang dapat menyempurnakan
makalah yang kami buat sehingga dapat menjadi lebih baik lagi.
Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi seluruh civitas
akademi keperawatan jayakarta khususnya mahasiswa dan mahasiswi sehingga
dapat menambah wawasan dan informasi bagi mahasiswa dan mahasiswi akademi
keperawatan jayakarta.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Sistematika Penulisan 2
A. Kesimpulan 18
B. Saran 18
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Padapenatalaksanaanpenyakitjantungkoronerdewasainitelahbanyakke
penyakitjantungkoronerinimerupakanpenyebabkematiannomorwahid.Mengin
gatbanyaknyajumlahpenderitapenyakitjantungkoronerdankerugian yang
TesToleransiLatihan (ETT)
merupakansalahsatucarautamauntukmenegakkandiagnosapasiendenganpenyak
itjantungkoronerkhususnyadanpenyakitjantungpadaumumnya.
TesToleransiLatihanterutamaditujukanuntukmenegakkandiagnosasecaradinise
hinggapencegahandapatdilakukan,kematiandapatdihindaridanharapankualitas
hidupdapatditingkatkan.
TesToleransiLatihanadalahcaranoninvasifuntukmengkajiberbagaiaspe
responjantungterhadappeningkatankebutuhanoksigendapatditentukan.
Tesinidigunakanuntukberbagaikeperluanberikutseperti,
membantumendiagnosapenyebabnyeri dada,
1
menentukankapasitasfungsionaljantungsetelahmiokardinfakataupembedahanja
ntung, mengkajiefektivitasterapipengobatanantianginadanantidisritmia,
danmembantumengembangkanlatihanfisikselamarehabilitasi.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang konsep Treadmill test danPelaksanaan
Treadmill test
2. Tujuan Khusus
a. MahasiswamampumemahamiDefinisi Treadmill Test
b. Mahasiswamampumemahami Tujuan Treadmill Test
c. Mahasiswamampumemahami Durasi Treadmill Test
d. Mahasiswamampumemahami Indikasi dan Kontraindikasi Treadmill
Test
e. Mahasiswamampumemahami Persiapan Treadmill Test
f. Mahasiswamampumemahami Cara Pelaksanaan Treadmill Test
g. Mahasiswamampumemahami Protokol yang Digunakan Treadmill
Test
h. Mahasiswamampumemahami Evaluasi Hasil Treadmill Test
C. Sistematika Penulisan
Laporaninidisusunsecarasistematis yang terdiridari 4 Bab,
yaitutersusunsebagaiberikut :
BAB I PENDAHULUAN
2
DalambabiniterdapatLatarbelakang, rumusanmasalah yang diambil,
tujuandaripenulisanmakalahini, dan juga membuatsistematikapenulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Pada Bab inimenyajikanpenjelasantinjauanteoritis yang berisiDefinisi,
Tujuan, Durasi, Indikasi dan Kontraindikasi, Persiapan, Cara Pelaksanaan,
Protokol yang Digunakan, Evaluasi Hasil Treadmill Test.
BAB III PENUTUP
Pada Bab inipenulismenuliskankesimpulandan saran darimakalah
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
4
5. Exercise electrocardiography
6. Stress test - exercise treadmill
Sebagaimana tubuh melakukan kerja keras selama latihan/test, hal ini
juga membutuhkan oksigen yang lebih banyak, sehingga memaksakan
jantung untuk melakukan pompa lebih banyak darah sesuai yang
dibutuhkan. Test ini juga dapat menunjukkan jika suplay darah mulai
berkurang dalam arteri koroner.
B. TujuanTreadmill Test
Adapun tujuan dari pelaksanaan Treadmill Test ini adalah sebagai berikut:
1. Mencari diagnose penyebabsakit dada
2. Menilai fungsi jantung sesudah serangan infark atau pembedahan
3. Mendeteksi penyakit jantung koroner yang tidak/belum menimbulkan
gejala (asimtomatik)
4. Mendeteksiaritmia yang timbulpadasaatkerjafisik
5. Menilaihasilpengobatandenganobat-obatanantiaritmiaatau anti angina.
C. DurasiTreadmill Test
Menurut protokol Bruce latihan treadmill diawali dengan kecepatan
rendah (1,7 mil perjam), dan tiap 3 menit kecepatan ditingkatkan. Lalu tes
dilanjutkan maksimum 27 menit (biasanya dapat dicapai pada individu yang
terlatih) atau sampai pasien timbul gejala iskemik dan aritmia. Rata – rata
waktu pada usia dewasa muda 8-10 menit. Cara lain untuk mengukur
kapasitas fungsional adalah mengukur kebutuhan oksigen selama aktivitas
yang dikonversikan kedalam metabolik equivalen (METs), dimana 1 METs
sebanding dengan 3.5 mL O2/kg/min.Tes ini memakan waktu sekitar 20-40
menit tergantung dari kapasitas latihan Anda dan waktu munculnya gejala.
5
The Bruce Protocol memakan waktu total 21 menit, periode pemulihan 10
menit, dan persiapan 10 menit.
1. Indikasi penghentian test.
a. Keluhan subjektif
1) Timbul nyeri dada yang hebat
2) Sesak nafas
3) Vertigo / pusing
4) Nyeri pada persendian kaki
5) Kelelahan/cape sekali
6) Pasien minta agar test dihentikan
b. Objektif
1) Respon hipertensi/hipotensi
2) Timbul aritmia yang berarti
3) ST depresi/ST elevasi >3 mm
4) Timbul tanda- tanda perfusi yang buruk (pucat,sianotik,ekstremitas
dingin).
5) Target HR maximal tercapai
2. Tes dihentikan apabila :
a. Klienmerasanyeri dada, sesak napas ataulelah
b. Denyutjantung :
1) Umur 20 – 29 thlebihdari 170/menit
2) Umur 30 – 39 thlebih dari 160/menit
3) Umur 40 – 49 thlebihdari 150/menit
4) Umur 50 – 59 thlebihdari 140/menit
5) Umur 60 – 69 thlebihdari 130/menit
c. Timbultandapermulaaniskemiamiokardataugagaljantung
d. Tekanan darah tidak meninggi atau bahkan menurun
e. Peningkatan TD secara ekstrim (sistolik > 250mmHg)
6
f. Bradikardimendadak
g. Timbularitmia yang membahayakan
h. Kehilangankoordinasiakibatiskemiaserebral
i. Insufisiensisirkulasiperifer (klaudikasio)
j. Blok jantungsistematik
k. Adanyapergeseransegmen S-T
3. SelainituUjilatihdihentikanapabiladitemukanbeberapahalberupahalmutlak
dan relative, diantaranyaadalah:
a. Mutlak:
1) Tekanandarahsistolikturun drastic > 10 mmHg
darihasilpemeriksaansebelumujilatihdisertaibukti lain
adanyagejalaiskemia.
2) Angina sedangkeberat
3) Gejala system saraf meningkat (seperti ataksia, mengantuk dan
gejala sinkop)
4) Rendahnyaperfusi (sianosis dan pucat)
5) Sulit untuk mengevaluasi EKG dan TD
6) Pasien meminta berhenti
7) Takikardia ventrikel sustained
8) Segmen ST elevasi (> 0.1 mm) tanpa ada diagnosis gelombang Q
b. Relatif:
9) Tekanandarahsistolikturundrastis> 10 mmHg
darihasilpemeriksaansebelumnyanamuntanpadisertaigejalaiskemik
10) Perubahansegmen ST dankompleks QRS seperti ST depresi (> 3
mm) atauperubahanaksistetap
11) Aritmiaselainaritmiaventrikel sustained
12) Lemas, sesaknapas, timbulmengi, kram kaki ataugejalaklaudikasio
7
13) Terjadi bundle branch block pada konduksi intraventrikuler
14) Nyeri dada yang meningkat
15) Hipertensi yang meningkat
8
b. Relatif:
1) Stenosis di pembuluh darah koroner left main
2) Penyakit jantung katup stenosis
3) Gangguan elektrolit
4) Hipertensi berat
5) Takiaritmia dan bradiaritmia
6) Kardiomiopati hipertrofi dan bentuk lain hambatan aliran ke luar
jantung
7) Gangguan fisik dan mental yang mengganggu jalannya
pemeriksaan
8) Blok atrioventrikular derajat tinggi
E. PersiapanTreadmill Test
1. Beberapa hal yang penting diperhatikan oleh perawat dalam melakukan
persiapan pasien sebelum Treadmill Test, antara lain:
a. Pasien puasa tiga jam sebelum prosedur, dengan tujuan untuk
menghindari terjadinya rasa mula muntah. Pasien diabetes yang
sedang menjalani terapi insulin akan mendapat instruksi atau
pengawasan khusus dari dokter
b. Petugas perlu mengetahui obat-obat yang dikonsumsi pasien sebelum
melaksanakan tes ini. Obat spesifik jantung sebaiknya dihentikan dua
hari sebelum prosedur dimulai. Namun apabila memungkinkan,
penggunaan obat penghambat beta sebaiknya tidak dihentikan bila
memang sangat diperlukan pasien walau dapat mempengaruhi hasil
test.
c. Pasien memakai baju dan sepatu yang nyaman untuk melakukan
prosedur
9
d. Jelaskan pada pasien bahwa prosedur test ini akan dilakukan selama
satu jama, termasuk persiapan.
e. Lakukan anamnese tentang riwayat penyakit pasien dan kemampuan
aktivitas fisik pasien terakhir.
f. Lakukan pemeriksaan TTV awal dalam keadaan istirahat pada pasien
dalam posisi yang nyaman.
g. Persiapan juga dilakukan terhadap kebersihan kulit agar tidak
menimbulkan banyak artefak pada rekaman EKG.
h. Lakukan tes awal EKG dengan 12 lead pada posisi berbaring dan
berdiri.
i. Berikan penjelasan kepada pasien tentang prosedur yang akan
dilakukan. Surat informed concern perlu ditandatangi oleh pasien
2. Persiapan Alat
a. Satu set alat treadmill
b. Kertas printer teradmill
c. Emergencytroly lengkap dan defibilator
d. Plester
e. Elektrode
f. Oksigen
g. Tensimeter dan stetoscpoe
h. Jelly
i. Alkohol 70 % dan kassa non steril
j. Tissue/Handuk kecil
k. Celana, baju dan sepatu yang layak dipakai untuk treadmill.
10
Selama latihan, arteri koroner yang sehat mengalami dilatasi daripada
arteri koroner yang mengalami gangguan. Hal ini menyebabkan banyaknya
darah yang dikirimkan untuk memenuhi kebutuhan koroner hanya disediakan
oleh arteri yang masih normal saja. Aliran darah yang terbatas ini akan
mengurangi sejumlah darah yang akan dibutuhkan oleh area jantung tersebut.
Hal ini menyebabkan otot jantung yang terlibat akan mengalami kekurangan
darah (starvasi) selama latihan. "Starvasi" ini akan menghasilkan gejala
seperti tidak nyaman pada dada atau shortness of breath (SOB) dan dapat
ditemukan kelainan pada gambaran EKG.
1. Tata caraSebelumMelakukanTreadmill Test :
l. Pertama-tama catat Heart Rate dan ukur tekanan darah dalam kondisi
istirahat (diam). Hal ini dilakukan di ruang laboratorium dimana
kegiatan akan dilaksanakan.
m. Rekatkan electroda pada dinding dada, bahu dan pinggul kemudian
hubungkan ECG ke bagian mesin.
n. 12-LEAD EKG akan direkam secara tertulis. Setiap lead dari EKG
akan menunjukkan hasil yang berbeda dari jantung.
Sebagai contoh:
1) Lead 2, 3, dan aVF = menunjukan bagian inferior jantung.
2) V1 dan V2 = Septum jantung
3) V3, V4, V5 dan V6 = Anterior jantung.
4) Lead 1 dan aVL = Superior jantung.
5) aVRmenunjukanruang (cavity) jantung dan
tidakmemberikannilaiklinik yang
bermaknadalammengidentifikasicoronary desease.
Komplikasidapatdiketahuisegerabilakitatetapmelakukanpenga
wasan pada tekanandarah, mengawasihasilrekaman EKG,
bertanyakepadapasiententanggejala yang dialami dan
11
gejalakeletihansertamelakukanpenilaianterhadapsemuagejalaatau
tanda yang munculsaat test. Selama test
berlangsungsebaiknyalenganpasientidakmemegangdengankencang
pada tempatpegangan agar tidakmenimbulkanhasil yang
tidaksesuaidengankemampuanpasien.
3. PelaksanaanTreadmill Test :
a. Pasien di anamnesa dan menjelaskan tentang tata cara,maksud,
manfaat dan resiko dari treadmill.
b. Menentukan target HR submaximal dan maximal (target HR max :
220 dikurang umur dan submaximal adalah 85 % dari target HR max)
c. Pasien menandatangani formulir informed consent.
d. Pasien dipersilahkan ganti pakaian, celana dan sepatu treadmill yang
telah disediakan.
e. Pasien berbaring denagn tenang di tempat tidur
f. Bersihkan tubuh pasien pada lokasi pemasangan electrode dengan
menggunakan kassa alkohol.
g. Tempelkan electrode sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan.
h. Sambungkan dengan kabel treadmill
i. Fiksasi electrode dengan sempurna
j. Masukkan data pasien ke alat treadmill
k. Ukur tekanan darah
l. Rekam EKG 12 leads
m. Jalankan alat treadmill dengan kecepatan sesuai dengan prosedur.
n. Setiap tiga menit speed dan elevation akan bertambah sesuai dengan
prosedur yang sudah ditentukan.
o. Pantau terus perubahan EKG dan keluhan pasien selama tets.
12
p. Rekam EKG 12 leads dan BP setiap tiga menit.
q. Hentikan test sesuai dengan prosedur.
4. Recovery
a. Rekam EKG 12 leads dan ukur tekanan darah setelah test dihentikan.
b. Persilahkan pasien untuk duduk/berbaring.
c. Pantau terus gambaran EKG selama pemulihan.
d. Rekam EKG 12 leads dan ukur tekanan darah setiap tiga menit.
e. Pemulihan biasanya selama enam menit/sembilan menit (hingga
gambaran EKG ,HR, dan tekanan darah kembali seperti semula)
f. Memberitahukan pada pasien bahwa test sudah selesai.
g. Lepaskan elektrode dan manset BP.
h. Bersihkan jelly yang menempel di dada pasien .
i. Merapihkan kembali alat–alat pada tempatnya.
j. Sebaiknya selama 15 menit pasca treadmill test pasien masih berada
dalam pengawasan petugas.
G. Protokol yang DigunakanTreadmill Test
Salah satu protokol yang digunakan adalah protokol Bruce. Pada
metode ini, selama menjalani uji latih, pasien akan mendapatkan beban dari
alat dengan menaikan ban berjalan beberapa derajat disertai penambahan
kecepatan setiap peningkatan stage.Metode Bruce dapat dilihat dalam tabel
berikut ini.
13
Ini merupakan suatu test yang maksimum. Artinya bahwa individu
harus mengikti latihan test ini sampai individu tersebut merasa lelah.
Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap parameter-parameter terutama
tekanan darah dan membaca hasil pencatatan EKG. Metode Bruce dalam
Treadmill Test ini juga untuk mengetahui estimasi penggunaan VO2
maksimum seperti terlihat pada formula dibawah ini. Nilai ini dapat
dibandingkan dengan hasil dari analisa gas darah.
Meskipun kejadian klien yang meninggal karena tes tersebut sangant
jarang sebaiknya selalu dipersiapkan trolli darurat yang berisi obat-obat
jantung dan alat resusitasi selama dilakukan tes tersebut. Suatu tes beban
dikatakan positif apabila sebelum dicapai standard toleransi untuk tes tersebut
telah timbul indikasi untuk menghentikan tes. Perubahan segmen ST dan
gelombang T pada waktu tes atau sesudahnya merupakan petunjuk adanya
penyakit jantung koroner.Pada saat ini, standard baku tes beban yang positif
adalah apabila terdapat salah satu gejala sbb :
1. Depresisegmen ST 1 mm, horisintal, selama 0,08 detik
2. Depresi segmen ST 1mm menurun selama 0.08 detik
3. Depresi segmen ST 1,5 – 2,0 mm menaik selama 0,08 detik
14
Macam-macam Protokol
1. Protokol Bruce
Phase Speed Elevation
1 1,7 10
2 2,5 12
3 3,4 14
4 4,2 16
5 5 18
Setiap phase selama tiga menit.
15
dengan santai. Hal ini bertujuan untuk mengurangi terjadinya perubahan
gambaran EKG. Setelah dianggap cukup, pasien duduk atau dapat pula
berbaring. Perawat tetap melakukan pengawasan dan observasi ketat
terhadap rekaman 10 detik pertama setelah kaki berhenti. Pengawasan
paska test dilakukan selama 5 menit kadang-kadang bisa lebih, sampai
gejala atau gambaran perubahan EKG berkurang atau hilang.
3. Tekanan darah
Tekanan darah sistolik seharusnya naik saat test berlangsung. Bila
terjadi penurunan tekanan darah dibawah tekanan darah sebelum test
dilakukan, bisa menjadi kriteria yang perlu diwaspadai. Bila terjadi
aktivitas yang menyebabkan terjadinya hipotensi, maka dicurigai
terjadinya disfungsi ventrikel kiri, iskemia atau obstruksi aliran darah
keluar. Peningkatan tekanan darah yang cepat saat test berlangsung juga
menjadi penilaian khusus pertanda adanya kemungkinan timbulnya
iskemia.
4. Interpretasi EKG
Depresi segmen ST menunjukkan adanya iskemia subendokardial.
Digunakan gambaran pada lead II, aVF dan V5. Gambaran EKG pada
kemampuan maksimal (exercise maximal) dan masa 3 menit saat recovery
menjadi waktu yang perlu diwaspadai.
16
Segmen ST elevasi menggambarkan terjadinya iskemia transmural
yang bersifat aritmogenik, bisa berhubungan dengan spasme dan lesi yang
jelas pada arteri. Segmen ST depresi umumnya berhubungan dengan
adanya spasme maupun lokasi lesi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
17
Treadmill Test merupakan bagian dari Tes Toleransi Latihan dan jenis
tindakan non invasive untuk mengevaluasi kerja jantung.Penting bagi perawat
untuk memperhatikan persiapan sebelum melakukan treadmill test terutama
melakukan pengkajian awal terhadap tanda-tanda vital dan rekaman EKG
untjuk mengevaluasi perkembangannya sebelum, selama dan setelah tindakan.
Apabila menunjukkan hal-hal yang tidak diinginkan, perlu dipertimbangkan
untuk menghentikan tindakan tersebut.
Tes ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama yaitu exercise stress
test, Anda akan diminta untuk berjalan diatas treadmill dengan prosedur
latihan spesifik, dimulai dari langkah lambat. The Bruce Protocol, protokol
yang paling sering digunakan, memiliki total 7 tahapan dengan peningkatan
kecepatan secara periodik dan inklinasi kecuraman setiap 3 menit.
Protokol yang digunakan adalah metode Bruce dimana tindakan ini Ini
merupakan suatu test yang maksimum. Artinya bahwa individu harus
mengikuti latihan test ini sampai individu tersebut merasa lelah. Selanjutnya
dilakukan evaluasi terhadap parameter-parameter terutama tekanan darah dan
membaca hasil pencatatan EKG. Metode Bruce dalam Treadmill Test ini juga
untuk mengetahui estimasi penggunaan VO2 maksimum.
B. Saran
Treadmill test merupakan test bagiseseorang yang
mengalamiseranganjantung.
Dengandibuatnyamakalahinidapatmenambahwawasanbagimahasiswakeperaw
atanuntukmendeteksibebanjantungsejakdini.
18
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, A. C & Bare, B.B. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2. EGC : Jakarta
Sudoyo, dkk (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4 Jilid 2. FKUI :
Jakarta