Professional Documents
Culture Documents
Ginjal
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui urine darah yang masuk ke ginjal
disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nerfon (tempatnya di glomerulus). Kemudian
mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ginjal menurun sampai 50 % fungsi tubulus berkurang
akibat kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria (biasanya
1+), BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat (Priyoto, 2015).
kapasitas menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika
urinaria susah dikosongkan pada lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin. Pembesaran prostat
+75 % dialami oleh pria berusia diatas 65 tahun (Priyoto, 2015).
Ginjal menerima sekitar 20% dari aliran darah jantung atau sekitar 1 liter per menit darah dari 40%
hematokrit, plasma ginjal mengalir sekitar 600 ml/menit. Normalnya 20% dari plasma disaring di
glomerulus dengan GFR 120 ml/menit atau sekitar 170 liter per hari. Penyaringan terjadi di tubular ginjal
dengan lebih dari 99% yang terserap kembali meninggalkan pengeluaran urin terakhir 1-1,5 liter per
hari.
Dari beberapa penelitian pada lansia yang telah dilakukan, memperlihatkan bahwa setelah usia 20 tahun
terjadi penurunan aliran darah ginjal kira-kira 10% per dekade, sehingga aliran darah ginjal pada usia 80
tahun hanya menjadi sekitar 300 ml/menit. Pengurangan dari aliran darah ginjal terutama berasal dari
korteks. Pengurangan aliran darah ginjal mungkin sebagai hasil dari kombinasi pengurangan curah
jantung dan perubahan dari hilus besar, arcus aorta dan arteri interlobaris yang berhubungan dengan
usia.
Pada lansia banyak fungsi hemostasis dari ginjal yang berkurang, sehingga merupakan predisposisi untuk
terjadinya gagal ginjal. Ginjal yang sudah tua tetap memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
cairan tubuh dan fungsi hemostasis, kecuali bila timbul beberapa penyakit yang dapat merusak ginjal.
Penurunan fungsi ginjal mulai terjadi pada saat seseorang mulai memasuki usia 30 tahun dan 60 tahun,
fungsi ginjal menurun sampai 50% yang diakibatkan karena berkurangnya jumlah nefron dan tidak
adanya kemampuan untuk regenerasi. Beberapa hal yang berkaitan dengan faal ginjal pada lanjut usia
antara lain :
c. Ureum darah normal karena masukan protein terbatas dan produksi ureum yang menurun.
Kreatinin darah normal karena produksi yang menurun serta massa otot yang berkurang. Maka yang
paling tepat untuk menilai faal ginjal pada lanjut usia adalah dengan memeriksa Creatinine Clearance.
d. Renal Plasma Flow (RPF) dan Glomerular Filtration Rate (GFR) menurun sejak usia 30 tahun.
Salah satu indeks fungsi ginjal yang paling penting adalah laju filtrasi glomerulus (GFR). Pada usia lanjut
terjadi penurunan GFR. Hal ini dapat disebabkan karena total aliran darah ginjal dan pengurangan dari
ukuran dan jumlah glomerulus. Pada beberapa penelitian yang menggunakan bermacam-macam
metode, menunjukkan bahwa GFR tetap stabil setelah usia remaja hingga usia 30-35 tahun, kemudian
menurun hingga 8-10 ml/menit/1,73 m2/dekade.
Penurunan bersihan kreatinin dengan usia tidak berhubungan dengan peningkatan konsentrasi kreatinin
serum. Produksi kreatinin sehari-hari (dari pengeluaran kreatinin di urin) menurun sejalan dengan
penurunan bersihan kreatinin.
Aliran plasma ginjal yang efektif (terutama tes eksresi PAH) menurun sejalan dari usia 40 ke 90-an.
Umumnya filtrasi tetap ada pada usia muda, kemudian berkurang tetapi tidak terlalu banyak pada usia
70, 80 dan 90 tahunan. Transpor maksimal tubulus untuk tes ekskresi PAH (paraaminohipurat) menurun
progresif sejalan dengan peningkatan usia dan penurunan GFR.
Penemuan ini mendukung hipotesis untuk menentukan jumlah nefron yang masih berfungsi, misalnya
hipotesis yang menjelaskan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan gangguan pada transpor
tubulus, tetapi berhubungan dengan atrofi nefron sehingga kapasitas total untuk transpor menurun.
Transpor glukosa oleh ginjal dievaluasi oleh Miller, Mc Donald dan Shiock pada kelompok usia antara 20-
90 tahun. Transpor maksimal Glukosa (TmG) diukur dengan metode clearance. Pengurangan TmG
sejalan dengan GFR oleh karena itu rasio GFR : TmG tetap pada beberapa dekade.
Penemuan ini mendukung hipotesis jumlah nefron yang masih berfungsi, kapasitas total untuk transpor
menurun sejalan dengan atrofi nefron. Sebaliknya dari penurunan TmG, ambang ginjal untuk glukosa
meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Ketidaksesuaian ini tidak dapat dijelaskan tetapi mungkin
dapat disebabkan karena kehilangan nefron secara selektif.
Perubahan fungsi ginjal berhubungan dengan usia, dimana pada peningkatan usia maka pengaturan
metabolisme air menjadi terganggu yang sering terjadi pada lanjut usia. Jumlah total air dalam tubuh
menurun sejalan dengan peningkatan usia. Penurunan ini lebih berarti pada perempuan daripada laki-
laki, prinsipnya adalah penurunan indeks massa tubuh karena terjadi peningkatan jumlah lemak dalam
tubuh. Pada lanjut usia, untuk mensekresi sejumlah urin atau kehilangan air dapat meningkatkan
osmolaritas cairan ekstraseluler dan menyebabkan penurunan volume yang mengakibatkan timbulnya
rasa haus subjektif. Pusat-pusat yang mengatur perasaan haus timbul terletak pada daerah yang
menghasilkan ADH di hypothalamus.
Pada lanjut usia, respon ginjal pada vasopressin berkurang bila dibandingkan dengan usia muda yang
menyebabkan konsentrasi urin juga berkurang, Kemampuan ginjal pada kelompok lanjut usia untuk
mencairkan dan mengeluarkan kelebihan air tidak dievaluasi secara intensif. Orang dewasa sehat
mengeluarkan 80% atau lebih dari air yang diminum (20 ml/kgBB) dalam 5 jam.
Saat usia lanjut pola eliminasi urine mengalami perubahan. Salah satunya dalam proses berkemih yaitu
lansia akan merasakan keluarnya urine beberapa tetes saat batuk maupun berlari. Seringkali lansia juga
mengalami kesulitan menahan urine sehingga urine keluar sesaat sebelum berkemih. Selain itu terjadi
penurunan kapasitas kandung kemih (N;350-400 ml), peningkatan volume residu (N:50 ml), peningkatan
kontraksi kandung kemih yang tidak disadari dan atrofi pada otot kandung kemih. Akibatnya terjadi
peningkatan inkotinensia urine (pelepasan urine secara tidak terkontrol).
Perubahan eliminasi urine pada lansia ini disebabkan karena melemahnya otot dasar panggul yang
berperan menjaga kandung kemih dan pintu saluran kemih. Hal itu menyebabkan timbulnya kontraksi
abnormal pada kandung kemih sehingga menimbulkan rangsangan berkemih sebelum waktunya dan
menyisakan urine di kandung kemih. Sisa urine yang cukup banyak di kandung kemih ini membuat
pengisian sedikit saja merangsang untuk berkemih.
Di sisi lain, faktor psikologi dan lingkungan juga turut mempengaruhi perubahan eliminasi urine pada
lansia. Faktor psikologis, sepeti stress membuat peningkatan urine pada lansia. Hal ini karena efek dari
hormone noreepinefrin yang mana mempengaruhi kontraksi otot polos yang cara kerjanya berlawanan
dengan asetilkolin. Sedangkan lingkungan yang meliputi perubahan cuaca dan iklim seperti cuaca dingin
membuat lansia lebih sering berkemih.
Tamher dan Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Dewi, Sofia Rosma. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Sleman: Deepublish
Sudoyo, Aru W, dkk. (2005). Buku Ajar Penyakit Dalam Edisi Ke Empat Jilid I.Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Price, Sylvia Anderson. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Tamher, S., & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh baik yang berupa urine maupun
fekal (Tarwoto dan Wartonah, 2010).
Proses penuaan berdampak pada perubahan-perubahan dihampir semua organ tubuh termasuk pada
organ berkemih yang mengakibatkan orang usia lanjut lebih mudah mengalami gangguan di semua
sistem tubuhnya salah satunya pada sistem eliminasi. Gangguan sistem eliminasi terbagi atas gangguan
eliminasi urin dan gangguan eliminasi fekal. Gangguan eliminasi urin melibatkan organ tubuh yaitu
ginjal, sedangkan gangguan pada fekal terjadi akibat dari terganggunya sistem pencernaan yang akan
mengganggu dalam proses eliminasi.
Penuaan mempengaruhi sistem renal dan urinaria dalam berbagai cara. Pada lansia yang sehat,
perubahan terkait usia tidak terlihat jelas karena ginjal tetap mampu untuk memunuhi kebutuhan
normal. Namun, pada saat stress, seperti saat kebutuhan fisiologis secara tidak normal sangat tinggi
atau ketika terserang penyakit, penuaan pada sistem renal sangat rentan.
Namun, sistem urinaria berbeda. walaupun proses penuaan tidak langsung menyebabkan masalah
inkontinensia, kondisi yang sering terjadi pada lansia yang di kombinasikan dengan perubahan terkait
usia dalam sistem urinaria dapat memicu terjadinya inkontinensia. (Stanley dan Patricia,2006)
Sistem renal dan urinaria terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Ureter, kandung kemih,
dan uretra terutama sebagai sistem penyimpanan dan transportasi untuk pengeluaran urine dari dalam
tubuh ketika telah dibentuk oleh ginjal. Ginjal secara fisiologis lebih
kompleks dan secara vital terlibat dalam penampilan fungsi hemoestatis yang sangat penting. Fungsi-
fungsi ini bermaksud mengeluarkan sampah yang di produksi dari tubuh; mengatur cairan dan elektrolit;
mempertahankan keseimbangan asam-basa; memproduksi renin, prostaglandin, dan eritropoietin;
memetabolisme vitamin D ke dalam bentuk aktifnya; dan mendegradasi insulin. Sistem urinaria
memberikan dua fungsi yang sangat kritis, yaitu penyimpanan pasif dan pengeluaran aktif urine. (Stanley
dan Patricia, 2006)
b. Perubahan terkait usia pada sistem renal
Unit fungsional dari ginjal adalah nefron. Pada dewasa muda, terdapat kurang lebih 2 juta nefron pada
korteks bagian luar dan bagian dalam medulla ginjal. Pada masa dewasa lanjut, jumlah ini sudah
berkurang setengahnya. Selain itu, nefron yang tersedia memiliki lebih banyak ketidaknormalan dari
pada yang ditemukan pada dewasa muda. Walaupun perubahan-perubahan ini tampak dramatis,
kenyataan bahwa individu yang sehat mampu untuk menyumbangkan sebuah ginjal tanpa konsekuensi
serius memberikan dasar perbandingan untuk kehilangan nefron yang normal pada lansia. (Stanley dan
Patricia, 2006)
Penyimpanan dan pengeluaran urine dalam interval yang sesuai adalah suatu proses koordinasi
volunteer dan involunter yang rumit. Kandung kemih diisi dengan urine yang dikeluarkan dari ureter
dengan kecepatan 2 ml/menit. Otot kandung kemih relaksasi untuk mengakomodasi peningkatan
volume ketika sfingter external dasar punggul konstriksi sehingga kebocoran tidak terjadi.
Perubahan yang pada umumnya menyertai penuaan, termasuk kapasitas kandung kemih yang lebih
kecil. Peningkatan volume residu dan kontraksi kandung kemih yang tidak disadari. Pada wanita lansia,
penurunan produksi estrogen menyebabkan atrofi jaringan uretra.
Pada pria lansia, hipertrofi prostat menyebabkan tekanan pada leher kandung kemih dan uretra.
(Stanley dan Patricia, 2006)
d. Perubahan normal pada sistem renal dan urinaria akibat penuaan (Stanley dan Patricia, 2006)