Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
dr. Nurul Iman
Pendamping:
dr. Yanti
BAB I
STATUS PASIEN
IDENTITAS
Nama : Ny. J
Umur : 32 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Lebakwangi
No. RM : 01-08-****
ANAMNESIS
Autoanamnesis tanggal 21 Februart 2018
Keluhan Utama : Lemas 5 jam SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
Os mengeluh lemas sejak 5 jam SMRS, sebelum keluhan lemas diawali
muntah sudah 2 hari, kurang lebih 5x muntah per harinya dan nafsu makan
berkurang, keluhan juga mual dan pusing. Lemas awalnya dirasakan lebih dulu di
bagian kaki lebih berat, lalu seluruh tubuh lemas.
Keluhan lemas sudah sering di keluhkan pasien, sebelumnya memiliki riwayat
di rawat dengan keluhan sama. Os juga sudah mendapat pengobatan terus karena
sudah tahu akibat kekurangan kalium dan mengkonsumsi tablet kalium 1x sehari
sudah kurang lebih 7 bulan.
Riwayat pengobatan
Riwayat alergi
Pasien menyangkal memiliki riwayat alergi
Riwayat psikososial
Porsi makan sedikit tapi sering, sering memakan sayuran dan sering minum teh.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda vital
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Respirasi : 23x/mnt
Nadi : 78x/mnt reguler kuat angkat
Suhu : 36,5 oC
Kepala : tidak ada kelainan
Mata : konjungtiva anemis (-)neg, sklera ikterik(-)neg, pupil bulat isokor
Hidung : darah (-) , deviasi septum (-)neg, polip (-)neg
Telinga: tidak ada kelainan
Mulut : tidak ada kelainan
JVP : tidak meningkat
KGB : tidak teraba membesar
Thorax :
- aktif : tidak ada hemithorax yang tertinggal
- pasif : simetris
Pulmo : VBS +/+, Rhonki (-/-) neg/neg, wheezing (-/-) neg/neg
Cor : BJ I & II murni reguler, murmur (-) neg, gallop (-) neg
Abdomen : datar, bising usus + normal, nyeri tekan (-)neg, timpani
Ekstremitas : hangat, crt < 2 detik
Resume
Ny. J, 32 tahun, dengan keluhan paralysis ekstremitas atas dan bawah 5 jam
SMRS. Keluhan diawali nausea vomitus dan low intake terlebih dahulu. Pernah
dirawat dengan keluhan sama, konsumsi tablet kalium 1x sehari sejak 7 bulan lalu
Diagnosis
Klinis : Periodic Paralysis
Etiologis : Hipokalemia Berat
Tatalaksana
- KCl 25 mEq dalam NaCl / 8 jam
- KSR 3 x 2 tab
- Ranitidin 2 x 1 amp
Pro rawat inap
Lab IGD kalium < 1.5
Follow Up
O TD : 110/80 TD : 120/80
Nadi : 80xmenit RR : 22x/menit Nadi : 84xmenit
Kalium 2.1 Kalium 3.6
A Periodic paralysis e.c hipokalemia berat Periodic paralysis e.c hipokalemia berat
EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian adalah sekitar 1 diantara 100.000 orang, pria lebih sering dari wanita dan
biasanya lebih berat.Usia terjadinya serangan pertama bervariasi dari 1-20 tahun, frekuensi
serangan terbanyak di usia 15-35 tahun dan kemudian menurun dengan peningkatan usia.
ETIOLOGI
Paralsis periodik biasanya terjadi defek pada terowong mikroskopik (channel) dalam
sel otot. Hipokalemia periodik paralisis biasanya disebabkan oleh kelainan genetik otosomal
dominan. Hal lain yang dapat menyebabkan terjadinya hipokalemia periodic paralise adalah
tirotoksikosis.
KLASIFIKASI
1) Paralisis periodik hipokalemia
Paling sering terjadi, pada anak sampai dewasa umur 30-an dan jarang terjadi pada
usia 40-an biasanya berhubungan dengan tirotoksikosis. Lebih sering terjadi pada pria
dengan perbandingan pria:wanita 3 : 1.Penyakit ini diturunkan secara autosomal dominan,
disebabkan disfungsi dihydropyridin-sensitive calcium channels. Kanal ion ini dikode oleh
gen pada kromosom 1q31-32.
Andersen- Tawil Syndrome: Terjadi pada anak dan remaja, dengan manifestasi
kelemahan episodik skeletal-muscle. Sering terjadi kelemahan permenan antara
episodik paralisis.
PATOFISIOLOGI
Klasifikasi PP untuk kepentingan klinis, ditunjukkan pada tabel 1, termasuk tipe
hipokalemik, hiperkalemik dan paramyotonia.
Dasar fisiologis kelemahan otot flaksid adalah tidak adanya eksitabilitas membran
otot (yakni, sarkolema). Perubahan kadar kalium serum bukan defek utama pada PP primer;
perubahan metabolismse kalium adalah akibat PP. Pada primer dan tirotoksikosis PP, paralisis
flaksid terjadi dengan relatif sedikit perubahan dalam kadar kalium serum, sementara pada PP
sekunder, ditandai kadar kalium serum tidak normal.
Tidak ada mekanisme tunggal yang bertanggung jawab untuk kelainan pada
kelompok penyakit ini. Mekanisme itu heterogen tetapi punya bagian yang common traits.
Kelemahan biasanya secara umum tetapi bisa lokal. Otot-otot kranial dan pernapsan biasanya
tidak terkena. Reflek regang tidak ada atau berkurang selama serangan. Serat otot secara
elektrik tidak ada hantaran selama serangan. Kekuatan otot normal diantara serangan tetapi,
setelah beberapa tahun, tingkat kelemahan yang menetap semakin berkembang pada beberapa
tipe PP (khususnya PP primer). Semua bentuk PP primer kecuali Becker myotonia kongenital
(MC) juga terkait autosomal dominan atau sporadik (paling sering muncul dari point
mutation).
Ion channel yang sensitif tegangan secara tertutup meregulasi pergantian potensial
aksi (perubahan singkat dan reversibel tegangan mebran sel). Disana terdapat permeabelitas
ion channel yang selektif dan bervariasi. Energi tergantung voltase ion channel terutama
gradien konsentrasi. Selama berlangsungnya potensial aksi ion natrium bergerak melintasi
membran melalui voltage-gated ion channel. Masa istirahat membran serat otot dipolarisasi
terutama oleh pergerakan klorida melalui channel klorida dan dipolarisasi kembali oleh
gerakan kalium, natrium, klorida dan kalsium channelopati sebagai sebuah grup,
dihubungkan dengan myotonia dan PP. Subunit fungsional channel natrium, kalsium dan
kalium adalah homolog. Natrium channelopati lebih dipahami daripada kalsium atau klorida
channelopati.
Pengeluaran urin menurun selama serangan karena akumulasi air intra sel meningkat.
MANIFESTASI KLINIS
a) Eyelid Myotonia
b) Sensasi normal
Terdapat gejala-gejala yang mendahului suatu serangan yaitu rasa, haus, mulut kering,
berdebar, berkeringat, rasa gugup, diare, nyeri otot, oligouria dan obstipasi. Yang khas yaitu
serangan timbul waktu tidur atau setelah suatu latihan yang berat. Kadang-kadang serangan
terjadi siang hari setelah tidur siang.Setelah bangun tidur penderita merasa lemah pada
anggota badan. Kelemahan bertambah hebat dalam beberapa menit sampai jam atau beberapa
hari. Frekuensi bervariasi antara sekali seminggu sampai sekali selama hidup. Serangan dapat
terhenti di tengah perjalanan penyakit, sehingga bersifat ringan. Gangguan jantung dapat
dijumpai : takikardi, dilatasi jantung dan bising jantung. Yang mula-mula terserang adalah
anggota badan dan biasanya lebih berat dari bagian tubuh yang lain. Otot-otot di bagian
proksimal lebih rentan daripada otot-otot di bagian distal. Tungkai lebih dahulu terserang
dibanding lengan. Pada pemeriksaan didapatkan refleks tendon yang menurun dan refleks
kulit dapat menjadi negatif. Tidak didapatkan gangguan sensibilitas. Setelah serangan
berhenti kekuatan akan pulih yang didahului oleh bagian tubuh yang paling terakhir kena dan
diakhiri oleh bagian tubuh yang paling dahulu kena. Bila serangan sangat sering dan
berlangsung lama, maka lambat laun akan menjadi kelemahan yang menetap.
DIAGNOSIS BANDING
Penurunan kadar serum , tetapi tidak selalu dibawah normal, selama serangan. Pasien
punya pengalaman retensi urin dengan penigkatan kadar sodium, kalium danklorida
urin. Penurunan kadar fosfor serum secara bertahap juga terjadi. Kadar fosfokinase
(CPK) meningakat selama serangan.ECG bisa menunnjukkan sinus bradikardi dan
bukti hipokalemi (gelombang Tdatar, gelombang U di lead II, V2,V3 dan V4 dan
depresi segment ST).
Kadar kalium serum bisa meningkat setinggi 5-6 mEq /L. Kadang bisa diatas batas
normal, dan jarang mencapai kadar yang kardiotoksik. Kadar natrium serum bisa
turun karena kenaikan kadar kalium. Hal ini bisa terjadi karena masuknya ion natrium
kedalam otot.Air juga bergerak pada arah ini, menyebabkan hemokonsentrasi dan
selanjutnya hiperkalemi. Hiperregulasi bisa terjdi pada akhir serangan,disebabkan
hipokalemi. Diuresis air kretinuria, dan peningkatan kadar CPK juga bisaterjadi pada
akhir serangan. EKG bisa menunjukkan gelombang T tinggi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kadar K dalam serum menurun, kolesterol meningkat, lekosit mungkin
meningkat Urine : pada beberapa kasus dapat terjadi proteinuria dan glukosuria Cairan
otak: normal. EKG : sesuai dengan hipokalemia , yaitu interval PR, QRS dan QT yang
memanjang, gelombang t yang rendah EMG : Pada saat serangan terdapat amplitudo
yang menurun dan duration muscle action potensial yang menurun. Juga terdapat
fibrillation potensial dan kenaikan jumlah polyphasic potensial.
5. Elektrokardiografi
7. Tes provokatif
PENATALAKSANAAN
Pengobatan sering dibutuhkan untuk serangan akut hipokalemik PP tetapi jarang
untuk hiperkalemik PP. Pengobatan profilaksis dibutuhkan ketika serangan semakin sering
(frequent). Hipokalemik periodik paralisis. Selama serangan, suplemen oral kalsium lebih baik dari
suplemen IV. Yang terakhir diberikan untuk pasien yang mual atau tidak bisa menelan. Garam
kalium oral pada dosis 0,25 mEq/kg seharusnya diberikan setiap 30 menit sampai kelemahan
improves. Kalium Klorida IV 0,05-0,1 mEq/kgBBdalam manitol 5% bolus adalah lebih baik
sebagai lanjutan infus. Monitoring ECG dan pengukuran kalium serum berturut dianjurkan.
Untuk profilaksis, asetazolamid diberikan pada dosis 125-1500 mg/hari dalam dosis terbagi.
Dichlorphenamide 50-150 mg/hari telah menunjukkan ke efektifan yang sama. Potasium-
sparing diuretik seperti triamterene (25-100 mg/hari) dan spironolakton (25-100 mg/hari)
adalah obat lini kedua untuk digunakan pasien yang mempunyai kelemahan buruk (worsens
weakness) atau mereka yang tidak respon dengan penghambat karbonik anhidrase. Karena
diuretik ini potassium sparing suplemen kalium bisa tidak dibutuhkan.
Tirotoksikosis PP :
pengobatan terdiri dari kontrol tirotoksikosis dan agen beta- blocking.
Potasium-associated myotonia
Pengobatan dengan mexiletine atau diuretik tiazid bisa mengurangi keparahan myotonia.
Diet
a. Hipokalemik PP :
Diet rendah karbohidrat dan rendah natrium bisa menurunkan frekuensi serangan
b. Hiperkalemik PP :
Diet permen yang berisi glukosa atau karbohidrat dengan rendah kalium
bisamemperbaiki kelemahan. Koreksi hipokalemih adalah penurunan kadar Kalium
(K
+) serum < 3,5 mEq/L.Koreksi dilakukan menurut kadar Kalium :
1.Kalium 2,5 – 3,5 mEq/LBerikan 75 mEq/kgBB per oral per hari dibagi tiga dosis.
2.Kalium < 2,5 mEq/L
Ada 2 cara, berikan secara drip intravena dengan dosis :
a) [(3,5 – kadar K +terukur) x BB (kg) x 0,4] + 2 mEq/kgBB/24 jam, dalam 4 jam
pertama.[(3,5 – kadar K +terukur) x BB (kg) x 0,4] + (1/6 x 2 mEq/kgBB/24
jam),dalam 20 jam berikutnya.(IDAI, 2004)
b) b)(3,5 – kadar K +terukur) + (1/4 x 2 mEq/kgBB/24 jam), dalam 6 jam.
PROGNOSIS
a. Hiperkalemik periodik paralisis dan paramyotonia kongenital
Ketika tidak dihubungkan dengan kelemahan, kelainan ini biasanya tidak
mengganggu pekerjaan.
Myotonia bisa memerlukan pengobatan
Harapan hidup tidak diketahui.
DAFTAR PUSTAKA
//www.webscapes.com
//www.medlineplus.com