You are on page 1of 72

MAKALAH KIMIA FARMASI II

KEMOTERAPIKA ANTIPARASIT

Disusun Oleh :
1. Nurita : Nim.13390024
2. Shinta : Nim.13390031
3. Yuli Triana : Nim.13390038

Dosen Pengampu :
Libertus Tintus H, S.Farm., Apt

JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
2015

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Harapan kami semoga Makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi Makalah ini
sehingga ke depannya dapat lebih baik.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi
teratasi. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak dosen mata kuliah kimia farmasi II yang telah memberikan tugas, petunjuk,
kepada kami sehingga kami termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
2. Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan
sehingga tugas ini selesai.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Makalah ini.

Pangkalpinang, Maret 2015

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
COVER.......................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 4

A. LATAR BELAKANG........................................................................ 4

B. TUJUAN............................................................................................. 4

C. MANFAAT......................................................................................... 4

BAB II ISI ..................................................................................................... 5

A. Pengertian Obat Kemoterapi............................................................... 5

B. Penggolongan Obat Kemoterapi......................................................... 5

C. Penggolongan Obat Kemoterapi Antiparasit...................................... 12

BAB III PENUTUP..................................................................................... 68

A. Kesimpulan................................................................................... 68

B. Saran............................................................................................. 70

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 71

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebelum era modern hingga saat ini, penyebab terbesar kematian manusia adalah
infeksi mikroorganisme seperti bakteri, jamur, parasit dan virus. Diagnosis yang
akurat sangat diperlukan dalam penatalaksanaan suatu penyakit infeksi. Penting untuk
dapat mengidentifikasi mikroorganisme penyebab dan memahami karakteristik dan
patogenesis dari penyakit infeksi sehingga dapat menjadi dasar dalam menentukan
obat antimikroba yang tepat.
Kemoterapi adalah obat atau zat yang berasal dari bahan kimia yang dapat
memberantas dan menyembuhan penyakit atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri,
virus, amoeba, fungi, protozoa, cacing dan sebagainya tanpa merusak jaringan tubuh
manusia. Berdasarkan khasiatnya terhadap hama / bakteri, kemoterapi dibedakan atas :
1. Bakterisida yaitu obat yang pada dosis lazim berkhasiat untuk mematikan hama,
contoh : fenol, iodium, sublimat.
2. Bakteriostatika yaitu obat yang pada dosis lazim berkhasiat menghentikan
pertumbuhan dan pembiakan bakteri, sedang pemusnahan selanjutnya dilakukan
oleh tubuh sendiri secara fagositosis (kuman dilarutkan oleh leukosit atau sel-sel
daya tangkis tubuh lainnya),contohnya antibiotika spektrum sempit.
Antiparasitics adalah kelas obat yang diindikasikan untuk pengobatan penyakit parasit
seperti nematoda, cestodes, trematoda, infeksi protozoa, dan amuba.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Penggolongan Obat Kemoterapi dan Antiparasit
2. Mengetahui Struktur dan sifat kimia dari setiap golongan obat kemoterapi dan
antiparasit
3. Mengetahui khasiat obat kemoterapi dan antiparasit
C. Manfaat
1) Menambah ilmu pengetahuan mengenai obat kemoterapi dan antiparasit
2) Mengetahui secara khusus struktur kimia dan sifat kimia obat kemoterapi dan
antiparasit.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kemoterapi
Kemoterapi adalah obat atau zat yang berasal dari bahan kimia yang dapat
memberantas dan menyembuhan penyakit atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri,
virus, amoeba, fungi, protozoa, cacing dan sebagainya tanpa merusak jaringan tubuh
manusia. Yang termasuk kelompok kemoterapi adalah :
1. Antibiotika
2. Sulfonamida
3. Anti Parasitik
4. Anti virus
5. Anti neoplastika (sitostatika)
6. Lain-lain
1) Anti TBC
2) Anti Lepra
Antiparasitics adalah kelas obat yang diindikasikan untuk pengobatan penyakit
parasit seperti nematoda, cestodes, trematoda, infeksi protozoa, dan amuba. Macam-
macam dari kemoterapika antiparasit adalah :
1. Anthelmintik
2. Antimalaria
3. Antiamuba
4. Antifungi
5. Antitrikomoniasis

B. Penggolongan Obat Kemoterapi


1. Antibiotika
Antibiotika berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata anti = lawan, bios
= hidup. Adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi dan bakteri
tanah, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain,
sedang toksisitasnya terhadap manusia relatif kecil.
Antibiotik pertama kali ditemukan oleh sarjana Inggris dr. Alexander Fleming
(Penisilin) pada tahun 1928. Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan
dalam terapi di tahun 1941 oleh dr. Florey. Kemudian banyak zat dengan khasiat

5
antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik lain diseluruh dunia, namun toksisitasnya
hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat. Antibiotik juga dapat dibuat
secara sintetis, atau semi sintetis.
Aktivitas antibiotik umumnya dinyatakan dalam satuan berat (mg) kecuali yang
belum sempurna permurniannya dan terdiri dari campuran beberapa macam zat, atau
karena belum diketahui struktur kimianya, aktivitasnya dinyatakan dalam satuan
internasional = Internasional Unit (IU). Dibidang peternakan antibiotik sering
dimanfaatkan sebagai zat gizi tambahan untuk mempercepat pertumbuhan ayam
negeri potong.
a. Efek samping
Penggunaan antibiotika tanpa resep dokter atau dengan dosis yang tidak tepat
dapat menggagalkan pengobatan dan menimbulkan bahaya-bahaya lain seperti:
1) Sensitasi / hipersensitif
Banyak obat setelah digunakan secara lokal dapat mengakibatkan kepekaan
yang berlebihan, kalau obat yang sama kemudian diberikan secara oral atau
suntikan maka ada kemungkinan terjadi reaksi hipersentitiv atau allergi seperti
gatal-gatal kulit kemerah-merahan, bentol-bentol atau lebih hebat lagi dapat
terjadi syok, contohnya Penisilin dan Kloramfenikol. Guna mencegah bahaya ini
maka sebaiknya salep-salep menggunakan antibiotika yang tidak akan diberikan
secara sistemis (oral dan suntikan).
2) Resistensi
Jika obat digunakan dengan dosis yang terlalu rendah, atau waktu terapi
kurang lama, maka hal ini dapat menyebabkan terjadinya resistensi artinya bakteri
tidak peka lagi terhadap obat yang bersangkutan. Untuk mencegah resistensi,
dianjurkan menggunakan kemoterapi dengan dosis yang tepat atau dengan
menggunakan kombinasi obat.
3) Super infeksi
Yaitu infeksi sekunder yang timbul selama pengobatan dimana sifat dan
penyebab infeksi berbeda dengan penyebab infeksi yang pertama. Supra infeksi
terutama terjadi pada penggunaan antibiotika broad spektrum yang dapat
mengganggu keseimbangan antara bakteri di dalam usus saluran pernafasan dan
urogenital.
Spesies mikroorganisme yang lebih kuat atau resisten akan kehilangan saingan,
dan berkuasa menimbulkan infeksi baru misalnya timbul jamur Minella

6
albicans dan Candida albicans. Selain antibiotik obat yang menekan sistem
tangkis tubuh yaitu kortikosteroid dan imunosupressiva lainnya dapat
menimbulkan supra infeksi. Khususnya,anak-anak dan orangtua sangat mudah
dijangkiti supra infeksi ini.
b. Penggolongan Antibiotik Berdasar Aktivitasnya
Berdasarkan luas aktivitas kerjanya antibiotika dapat digolongkan atas :
1) Zat-zat dengan aktivitas sempit (narrow spektrum)
Zat yang aktif terutama terhadap satu atau beberapa jenis bakteri saja (bakteri
gram positif atau bakteri gram negatif saja). Contohnya eritromisin, kanamisin,
klindamisin (hanya terhadap bakteri gram positif), streptomisin, gentamisin
(hanya terhadap bakteri gram negatif saja)
2) Zat-zat dengan aktivitas luas (broad spectrum)
Zat yang berkhasiat terhadap semua jenis bakteri baik jenis bakteri gram positif
maupun gram negatif. Contohnya ampisilin, sefalosporin, dan kloramfenicol.
c. Kelompok antibiotika
Antibiotika berdasarkan kelomponya adalah sebagai berikut:
1) Golongan Penisilin
2) Golongan Sefalosforin
3) Golongan Aminoglikosida
4) Golongan Kloramfenikol
5) Golongan Tetrasiklin
6) Golongan Makrolida
7) Golongan Rifampisin dan Asam Fusidat
8) Golongan Lain – Lain

2. Sulfonamida
Sulfonamida merupakan kelompok kemoterapi dengan rumus dasar : H2N –
C6H4 – SO2NH R. Adalah anti mikroba yang digunakan secara sistemis maupun
topikal untuk beberapa penyakit infeksi.
Sebelum ditemukan antibiotik, sulfa merupakan kemoterapi yang utama, tetapi
kemudian penggunaannya terdesak oleh antibiotik. Pertengahan tahun 1970 penemuan
preparat kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol meningkatkan kembali
penggunaan sulfonamida. Selain sebagai kemoterapi derivat sulfonamida juga berguna
sebagai diuretik dan anti diabetik oral (ADO).

7
Sulfa bersifat bakteriostatik luas terhadap banyak bakteri gram positif dan negatif.
Mekanisme kerjanya berdasarkan antagonisme saingan antara PABA (Para Amino
Benzoic Acid) yang rumus dasarnya mirip dengan rumus dasar sulfa :
H2N – C6H4 - COOH
a. Efek samping
Efek samping yang terpenting adalah kerusakan pada sel-sel darah yang berupa
agranulositosis, anemia aplastis dan hemolitik. Efek samping yang lain ialah reaksi
alergi dan gangguan pada saluran kemih dengan terjadinya kristal uria yaitu
menghablurnya sulfa di dalam tubuli ginjal. Untuk menghindari terjadinya kristal
uria, pada pengobatan dengan sulfa perlu :
1) penambahan Na- bicarbonat untuk melarutkan senyawa yang mengkristal.
2) minum air yang banyak (minimum 1,5 liter / hari)
3) dengan membuat preparat kombinasi (trisufa) yang terdiri dari sulfadiazin,
sulfamerazin, sulfamezatin.

3. Antiparasitik
Antiparasitik adalah obat – obat yang digunakan untuk membunuh penyakit yang
disebabkan oleh parasit. Anti parasit dibagi menjadi empat yaitu :
a. Antimalaria
b. Antiamuba
c. Anticacing
d. Antifungi
e. Antitrikomoniasis

4. Antineoplastika
Kanker atau karsinoma (Yunani = karkinos = kepiting) adalah pembentukan
jaringan baru yang abnormal dan bersifat ganas (maligne). Suatu kelompok sel dengan
mendadak menjadi liar dan memperbanyak diri secara pesat dan tidak tertahankan
serta mengakibatkan pembengkakan atau benjolan, yang disebut tumor atau
neoplasma (neo = baru; plasma = bentukan). Sel-sel kanker ini menginfiltrasi ke
dalam jaringan-jaringan sekitarnya dan memusnahkannya. Tumor setempat ini
seringkali menyebarkan sel-selnya melaui saluran darah dan limfe ke tempat-tempat
lain dari tubuh (metastasis), dimana berkembang neoplasma sekunder. Gejala umum
dari penyakit-penyakit kanker adalah nyeri yang sangat hebat.

8
Jenis-jenis kanker yang paling sering terdapat adalah kanker kulit, tenggorokan,
paru-paru, lambung-usus dan alat-alat kelamin. Begitu pula leukimia atau kanker
darah, dimana produksi leukosit menjadi abnormal tinggi sedangkan eritrosit sangat
berkurang.
Sebab-sebab kanker, menurut para ahli, lebih dari 80% dari semua tumor pada
manusia diakibatkan oleh pengaruh zat-zat karsinogen dan faktor genetika.
a. Pengobatan
Pengobatan kanker dikenal beberapa cara, antara lain:
1) Kemoterapi, yaitu pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat
menghambat atau membunuh sel-sel kanker.
2) Operasi / pembedahan, yaitu dengan mengangkat sel-sel kanker sehingga tidak
terjadi perluasan daerah yang terkena kanker
3) Radiasi / penyinaran, yaitu dengan melakukan penyinaran pada daerah yang
terdapat sel-sel kanker dengan menggunakan sinar radio aktif.
b. Efek Samping
Efek samping penggunaan obat-obatan neoplastika, adalah :
1) Depresi sumsum tulang dengan gangguan darah dan berkurangnya sistem
tangkis, yang memperbesar resiko infeksi kuman.
2) Gangguan pada kantong rambut dengan rontoknya rambut atau alopesia.
3) Pembentukan sel-sel darah terhambat
4) Hiperurisemia
5) Terganggunya fungsi reproduksi
Kombinasi dari dua atau lebih sitostatika kerapkali digunakan, yakni yang
memiliki titik kerja di dalam sel yang berlainan, dengan demikian daya kerjanya
diperkuat dan terjadinya resistensi dapat dihindarkan.
5. Lain-lain
a. Obat Anti TBC
Anti tuberculosis adalah obat-obat atau kombinasi obat yang diberikan dalam
jangka waktu tertentu untuk mengobati penderita tuberkulosis. Tuberkulosis adalah
suatu penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis, yang
pada umumnya dimulai dengan membentuk benjolan-benjolan kecil di paru-paru
dan ditularkan lewat organ pernafasan. Kuman TBC pertama kali ditemukan oleh
dr Roberet Koch (1882).

9
Selain paru-paru, organ tubuh lain yang dapat dijangkiti kuman TBC adalah
kelenjar, tulang, ginjal, kulit dan otak. Sampai saat ini di Indonesia penyakit TBC
masih merupakan penyakit rakyat yang banyak mengambil korban, hal ini
disebabkan:
1) Masih kurangnya kesadaran untuk hidup sehat.
2) Perumahan yang tidak memenuhi syarat (ventilasi dan masuknya cahaya
matahari)
3) Kebersihan/hygiene
4) Kurang gizi/gizi tidak baik.
Penularan kuman TBC dapat melalui:
1) Saluran pernafasan (sebaiknya penderita menutup mulut dengan sapu tangan
ketika batuk atau bersin.
2) Lewat makanan dan minuman
Penularan TBC dapat dihindari dengan cara menggunakan desinfektan pada
sapu tangan atau barang-barang yang digunakan, dan mengusahakan agar ruangan
tempat penderita mempunyai ventilasi yang baik.
Cara pencegahan TBC adalah dengan memberikan vaksinasi sedini mungkin
pada bayi-bayi yang baru lahir. Vaksin yang digunakan adalah vaksin BCG (Basil
Calmette Guerin). Untuk menentukan seseorang terinfeksi oleh basil TBC atau
tidak biasanya dilakukan dengan reaksi Mantoux , yaitu penyuntikan yang
dilakukan dilengan atas dengan tuberkulin (filtrat dari pembiakan basil TBC). Bila
ditempat penyuntikan tidak timbul bengkak merah berarti orang tersebut tidak
terinfeksi TBC.
a) Pengobatan
Sebelum ditemukan obat-obat yang dapat memusnahkan penyebab penyakit,
bentuk pengobatan terbatas pada terapi simptomatis seperti mengurangi batuk
dan menghilangkan demam, istirahat total di sanatorium dan diet makanan
bergizi yang kaya lemak dan vitamin A.
Obat TBC yang pertama kali ditemukan adalah streptomisin, disusul
kemudian dengan PAS dan INH. Sampai tahun 1970-an kombinasi standar
untuk pengobatan TBC menggunakan ketiga obat di atas. Sesudah tahun 1970
kombinasi standar untuk TBC menjadi INH, ethambutol dan rifampisin.
Dengan pengobatan modern, setelah 4 sampai 6 minggu pasien bebas
bermasyarakat seperti biasa karena tidak lagi menularkan kuman TBC. Basil

10
TBC terkenal sangat ulet dan sulit ditembus zat kimia (obat) karena dinding sel
bakteri mengandung banyak lemak dan lilin (wax), sehingga pengobatan TBC
memerlukan periode waktu yang cukup lama .
Tujuan pengobatan kombinasi :
1. Mencegah resistensi
2. Praktis karena dapat diberikan sebagai dosis tunggal
3. Mengurangi efek samping
b. Obat Anti Lepra
Lepra atau kusta adalah suatu infeksi kronis yang terutama merusak jaringan-
jaringan saraf. Pembangkitnya Mycobacterium leprae ditemukan oleh dokter
Norwegia Hansen (1873), memiliki sifat-sifat yang mirip dengan basil TBC, yaitu
sangat ulet karena mengandung banyak lemak dan lilin yang sukar ditembusi obat,
juga pertumbuhannya lambat sekali setelah waktu inkubasi yang lama, lebih kurang
satu tahun.
Di Indonesia terdapat kurang lebih 100.000 pasien lepra yang diobati di
sejumlah rumah sakit khusus (Leproseri) yang diawasi oleh Lembaga Kusta
Departemen Kesehatan.
1) Pencegahan
Tes Lepromin adalah suatu injeksi intrakutan dari suspensi jaringan lepra dan
digunakan untuk menetapkan apakah seseorang memiliki daya tangkis cukup
terhadap lepra bentuk – L. Hasil tes negatif berarti orang tersebut sangat peka untuk
infeksi dengan bentuk tersebut. Pada tahun 1965 telah dibuktikan di Uganda,
bahwa vaksinasi BCG memberikan perlindungan yang lumayan terhadap infeksi
dengan bentuk – L.
2) Pengobatan
Sejak dahulu kala obat satu-satunya terhadap lepra adalah minyak kaulmogra,
yang efektif untuk meredakan gejala-gejalanya tanpa menyembuhkan penyakit.
Pada tahun 1950 ditemukan dapson yang mampu menghentikan pertumbuhan basil
lepra, yang kemudian lama-kelamaan akan dimusnahkan oleh sistem tangkis tubuh
sendiri. Kemudian ditemukan leprostatika lain antara lain thiambutosin, klofazimin
dan rifampisin.
WHO menganjurkan sebagai terapi pilihan pertama suatu kombinasi dari dapson
dengan rifampisin atau klofazimin selama sekurang-kurangnya 6 bulan. Kemudian

11
disusul dengan monoterapi dapson selama 5 – 7 tahun pada bentuk tuberkuloid, dan
seumur hidup pada bentuk – L dan borderline.
3) Efek samping
Hal terpenting adalah reaksi lepra yaitu suatu reaksi alergi yang diakibatkan oleh
basil mati yang berjumlah besar di dalam jaringan-jaringan. Gejala-gejala berupa
demam tinggi, radang dan nyeri sendi, rasa lelah dan habis tenaga, khusus pada
bentuk – L terjadi benjol-benjol merah kebiruan. Semula diduga bahwa reaksi-
reaksi ini merupakan efek samping khusus dari dapson, tetapi kemudian ternyata
dapat juga ditimbulkan oleh leprostatika lainnya kecuali klofazimin.
Untuk mengatasi gejala-gejala ini, obat lepra sering dikombinasi dengan asetosal
atau sedativa, atau jika lebih hebat bisa diberikan zat supresif (penekan) seperti
kortikosteroid. Obat lepra tidak boleh dihentikan atau dikurangi dosisnya
berhubungan meningkatnya bahaya resistensi.

C. Penggolongan Obat Kemoterapi Antiparasit


Antiparasitics adalah kelas obat yang diindikasikan untuk pengobatan penyakit parasit
seperti nematoda, cestodes, trematoda, infeksi protozoa, dan amuba. Macam-macam dari
kemoterapika antiparasit adalah :
1. Antelmintik
Antelmintika atau obat cacing (Yunani anti = lawan, helmintes = cacing) adalah obat
yang dapat memusnahkan cacing dalam tubuh manusia dan hewan. Dalam istilah ini
termasuk semua zat yang bekerja lokal menghalau cacing dari saluran cerna maupun obat-
obat sistemik yang membasmi cacing serta larvanya, yang menghinggapi organ dan
jaringan tubuh (Tjay, 2007).
Mekanisme kerja obat cacing yaitu dengan menghambat proses penerusan impuls
neuromuskuler sehingga cacing dilumpuhkan. Mekanisme lainnya dengan menghambat
masuknya glukosa dan mempercepat penggunaan (glikogen) pada cacing.
Di negara berkembang seperti Indonesia, penyakit cacing merupakan penyakit rakyat
umum. Infeksinya pun dapat terjadi secara simultan oleh beberapa cacing sekaligus.
Infeksi cacing umumnya terjadi melalui mulut, kadang langsung melalui luka di kulit
(cacing tambang, dan benang) atau lewat telur (kista) atau larva cacing, yang ada dimana-
dimana di atas tanah.
Pemberian obat antelmintik secara oral harus diminum dengan air pada saat sedang
atau sesudah makan, kecuali jika diindikasikan lain. Dalam tindak lanjut pascapengobatan

12
untuk infeksi-infeksi nematoda usus, feses harus diperiksa ulang sekitar dua minggu
setelah berakhirnya pengobatan.
Kebanyakan antelmintik efektif terhadap satu macam cacing, sehingga diperlukan
diagnosis tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Kebanyakan antelmintik diberikan
secara oral, pada saat makan atau sesudah makan. Beberapa senyawa antelmintik yang
lama, sudah tergeser oleh obat baru seperti Mebendazole, Piperazin, Levamisol,
Albendazole, Tiabendazole, dan sebagainya. Karena obat tersebut kurang dimanfaatkan.
(Gunawan, 2009).

1.1 Obat Antelmintik


Berdasarkan aktivitas biologisnya anthelmintik dibagi menjadi tiga kelompok yaitu
anthelmintik yang aktif terhadap nematoda, cestoda dan trematoda.
1.1.1 Obat Antinematoda
Obat antinematoda adalah senyawa yang efektif untuk pengobatan infeksi yang
disebabkan oleh nematoda. Golongan ini dibagi menjadi tujuh kelompok yaitu turunan
piperazin, benzimidazol, vinilpiperidin, imidazotiazol, zat warna sianin, fenol dan turunan
amonium kuartener.
a. Turunan Piperazin
Contoh: piperazin heksahidrat (Piperacyl, Vermizin), piperazin sitrat dan
dietikarbamazin sitrat.
1) Piperazine
a) Struktur dan sifat kimia obat

Piperazine merupakan senyawa organik yang terdiri dari sebuah cincin


beranggota enam yang mengandung dua atom nitrogen pada posisi yang
berlawanan di atas ring. Piperazine ada sekecil kristal deliquescent alkali dengan
rasa garam.

13
b) Sifat obat
Piperazine berupa gumpalan atau lempeng, putih atau hampir putih, bau
seperti amonia. Piperazine efektif terhadap A.lumbricoides dan E.vermicularis.
Mekanisme kerjanya menyebabkan blokade respon otot cacing terhadap
asetilkolin paralisis dan cacing mudah dikeluarkan oleh peristaltik usus.
Absorpsi melalui saluran cerna, ekskresi melalui urine. (Anonim.2010).
Piperazin sebagai heksahidrat yang mengandung 44% basa. Juga didapat
sebagai garam sitrat, kalsium edetat dan tartrat. Garam-garam ini bersifat stabil
non higroskopis, berupa kristal putih yang sangat larut dalam air, larutannnya
bersifat sedikit asam. (Anonim.A).
Piperazin menyebabkan blokade respon otot cacing terhadap asetilkolin
sehinggga terjadi paralisis dan cacing mudah dikeluarkan oleh peristaltik usus.
Penyerapan piperazin melalui saluran cerna, baik. Piperazin memiliki batas
keamanan yang lebar.
c) Efek samping
Pada dosis terapi umumnya tidak menyebabkan efek samping, kecuali kadang-
kadang nausea, vomitus, diare, dan alergi. Pemberian i.v menyebabkan
penurunan tekanan darah selintas. Dosis letal menyebabkan konvulsi dan depresi
pernapasan.
d) Pengaruh lingkungan
Obat ini harus terlindung dari cahaya sehingga wadah yang digunakan harus
kedap udara, terlindung dari udara dan di simpan ditempat kering dibawah suhu
30o. Sebuah bentuk yang piperazine umumnya tersedia industri adalah sebagai
heksahidrat, C4H10N2. 6H2O, yang meleleh pada 44 ° C dan mendidih pada
125-130 ° C.
e) Cara pembuatan
Piperazine disintesis dengan mereaksikan amonia beralkohol dengan 1,2-
dikloroetan, dengan aksi natrium dan etilena glikol etilen diamin hidroklorida
pada, atau dengan pengurangan pyrazine dengan natrium dalam etanol.
f) Dosis Obat
Piperazin sitrat tersedia dalam bentuk tablet 250 mg dan sirop 500 mg/ml,
sedangkan piperazin tartrat dalam tablet 250 mg dan 500 mg. Dosis dewasa pada
askariasis adalah 3,5 g sekali sehari. Dosis pada anak 75 mg/kgBB (maksimum
3,5 g) sekali sehari. Obat diberikan 2 hari berturut-turut. Untuk cacing kremi

14
(enterobiasis) dosis dewasa dan anak adalah 65 mg/kgBB (maksimum 2,5 g)
sekali sehari selama 7 hari. Terapi hendaknya diulangi sesudah 1-2 minggu.
(Anonim.A)
2) Dietilkarbamazin sitrat
Dietilkarbamazin sitrat adalah obat terpilih untuk pengobatan filiariasis, loaiasis,
onchocerciasis dan wuchereriasis. Absorpsi obat dalam saluran cerna cepa, kadar
plasma tertinggi dicapai dalam waktu lebih kurang 4 jam. Waktu paro plasma obat
lebih kurang 8 jam pada pemberian dosis 200 mg dan lebih kurang 12 jam pada
pemberian dosis 800 mg. Dosis :2 mg/kg bb 3 dd, sesudah makan selama 10-30 hari
a) Pengaruh lingkungan terhadap obat
Dietilkarbamazin sitrat disimpan dalam wadah tertutup rapat. Apabila wadah
penyimpanan tidak tepat maka stabilitas obat akan terganggu.
b) Mekanisme kerja obat
Dietilkarbamazin menunjukkan dua tipe kerja pada mikrofilaria, yaitu :
1) karena efek hiperpolarisasi dari gugus piperazin, senyawa bekerja sebagai
agonis asam 𝛾-aminobutirat (GABA) pada penghubung saraf otot, menghasilkan
efek paralisis lemah, kemudian cacing dikeluarkan dari normal habitat tuan
rumah.
2) Dengan mediator platelet darah, menimbulkan rangsangan pengeluaran antigen
filaria. Mekanisme kematian cacing melibatkan peran serta radikal bebas.
c) Sifat Obat
Dietilkarbamazin sitrat berupa serbuk hablur, putih, tidak berbau atau agak berbau,
agak higroskopis. Melebur pada suhu lebih kurang 1360 disertai peruraian.
b. Turunan Benzimidazol
Contoh: mebendazol, oksfendazol, flubendazol, tiabendazol, kambendazol,
albendazol dan oksibendazol. Hubungan struktur dan aktivitas turunan benzimidazol
dijelaskan sebagai berikut :
1) Pemasukan substituen pada posisi 5 tidak mempengaruhi peningkatan aktivitas.
2) Bila R adalah gugus yang dapat mencegah inaktivasi metabolik, misalnya reaksi
hidroksilasi, senyawa mempunyai aktivitas anthelmintik lebih besar.
3) Gugus R’ dapat berupa gugus metilkarbamat (-NHCOCH3), cincin aromatik atau
cincin heteroaromatik, tanpa kehilangan aktivitas anthelmintik, tetapi cincin
aromatik dan heteroaromatik mempunyai toksisitas lebih besar dibanding gugus
metilkarbamat.
15
4) Pada turunan tiabendazol gugus benzimidazol dapat diganti dengan sistem cincin
heterosiklik lain, seperti azaindol dan imidazopiridin, tetapi aktivitasnya lebih
rendah dibanding senyawa induk.
Uraian Obat
1). Mebendazole
Mebendazole merupakan benzimidazole sintesis yang memiliki aktivitas
antelmintik berspektrum luas dan mempunyai tingkat kemunculan efek yang tidak
diinginkan yang rendah. Mebendazol merupakan obat cacing yang paling luas
spektrumnya. Obat ini tidak larut dalam air, tidak bersifat higroskopis sehingga
stabil dalam keadaan terbuka (Ganirwarna, 1995). Mebendazol adalah obat cacing
yang efektif terhadap cacing Toxocara canis, Toxocara cati, Toxascaris leonina.
Trichuris vulpis, Uncinaria stenocephala, Ancylostoma caninum, Taenia
pisiformis, Taenia hydatigena, Echinococcus granulosus dan aeniaformis
hydatigena (Tennant, 2002). Senyawa ini merupakan turunan benzimidazol, obat
ini berefek pada hambatan pemasukan glukosa ke dalam cacing secara ireversibel
sehingga terjadi pengosongan glikogen dalam cacing. Mebendazol juga dapat
menyebabkan kerusakan struktur subseluler dan menghambat sekresi
asetilkolinesterase cacing (Ganirwarna, 1995). Nama kimia mebendazole yaitu
methyl [(5-benzoyl-3H-benzoimidazol-2-yl)amino]formate. Rumus kimia :
C16H13N3O3
a) Struktur obat (C16H13N3O3)

b) Sifat obat
Mebendazole berupa serbuk putih sampai agak kuning, hampir tidak berbau,
melebur pada suhu lebih kurang 290 derajat. Obat ini merupakan benzimidazole
sintetis yang memiliki aktifitas antelmintik brspektrum luas dan mempunyai
tingkat kemunculan efek yang tidak diinginkan yang rendah. (Katzung, 2004).

16
Mebendazole menghalangi sintesis-mikrotubulus dalam nematoda, dan
dengan demikian menghentikan ambilan glukosa secara irreversible. Parasit-
parasit intestinal dilumpuhkan atau mati perlahan-lahan, dan pembersihannya
dari saluran gastrointestinal belum dapat terpenuhi hingga beberapa hari setelah
pengobatan. Mebendazole membasmi cacing tambang, ascaris, dan telur-telur
trichuris. Pada manusia, mebendazole cenderung tidak giat.
Di Amerika Serikat, penggunaan mebendazole telah diakui untuk penanganan
ascariasis, trichuriasis, serta infeksi cacing tambang dan pinworm. Obat ini
dapat dikonsumsi sebelum dan sesudah makan; tablet harus dikunyah sebelum
ditelan. Tidak diperlukan pembersihan sebelum ataupun sesudah pengobatan.
Angka kesembuhan menurun pada pasien pengidap hipermotilitas
gastrointestinal. Untuk penanganan trichinosis dan dracontiasis, obat harus
dikonsumsi dengan makanan berlemak untuk meningkatkan absorbsi. (Katzung,
2004).
c) Pengaruh lingkungan
Tablet kunyah mebendazol sebaiknya disimpan dalam tempat tertutup baik pada
suhu 15-25˚C dan memiliki waktu kadaluwarsa 3 tahun setelah tanggal
produksi. Stabil dalam keadaan terbuka.
d) Cara pembuatan
e) Dosis Pemakaian
Berikan 10 mg sekaligus dan ulangi dosis dalam 2-4 minggu. Dosis yang
diberikan pada anak sama dengan orang dewasa. Angka kesembuhan berkisar
antara 90-100%. (Katzung, 2004).
f) Efek Samping
Pada dosis yang umumnya digunakan yaitu 100-200 mg perhari, efek samping
yang terjadi sangatlah jarang. Efek samping terjadi lebih sering pada
penggunaan mebendazol dalam jumlah yang yang lebih besar (seperti pada
pengobatan penyakit hitadid), yang berkaitan dengan efek yang dihasilkan dari
obat yang membunuh parasit pada beberapa kasus. Diare ringan dan nyeri
abdomen dapat timbul pada penggunaan mebendazol, namun ini umumnya
dihubungkan dengan infeksi masif dan keluarnya cacing dari sistem
pencernaan.Pada penggunaan mebendazol juga dapat terjadi mual, muntah,
pusing, kehilangan kemampuan merasa, dan sakit kepala.

17
2) Tiabendazol
Tiabendazol merupakan obat terpilih untuk pengobatan infestasi S.stercoralis,
larva A. Braziliense, dan trichinosis, serta obat pilihan lain untuk trichuriasis.
Absorpsi obat dalam saluran cerna cepat, kadar plasma tertinggi dicapai dalam 1-2
jam dengan waktu paro 1,2 jam. Dosis : 25 mg/kg bb 2dd, sesudah makan , selama
2-4 hari. Pada pengobatan trichinosis dan visceral larva migrans yang ada dalam
mata., perlu penambahan kortikosteroid untuk mengurangi reaksi keradangan dari
larva yang mati.
a) Struktur kimia obat

d) Pengaruh Lingkungan terhadap obat


e) Mekanisme kerja
Tiabendazol memiliki mekanisme kerja belum diketahui, di samping hambatan
fumarat reduktase yang spesifik pada cacing, juga ditunjukkan adanya blockade
pembebasan asetilkolin esterase cacing.
f) Sifat Obat
Obat juga menganggu agregasi mikrotubular. Meskipun hamper tidak larut
dalam air, obat mudah diabsorbsi pada pemberian per oral. Obar dihidroksilasi
dalam hati dan dikeluarkan dalam urine.
g) Cara pembuatan
Tiabendazol diperoleh dari sintesis benzimidazol
h) Efek Samping Obat
Efek samping yang dijum[pai ialah pusing, tidak mau makan, mual dan muntah.
Terrdapat beberapa laporan tentang gejala SSP. Diantara kasus eritema
multiforme dan sindrom Stevens Johnson yang dilaporkan akibat tiabendazol,
terdapat beberapa kematian
3) Albendazol
Albendazole, suatu antelmintik oral berspektrum luas, merupakan obat pilihan
dan telah diakui di Amerika Serikat untuk pengobatan penyakit hydatid dan
cysticercosis. Obat ini juga merupakan obat utama untuk pengobatan infeksi

18
pinworm, ascariasis, trichuriasis, strongyloidiasis, dan infeksi-infeksi yang
disebabkan oleh kedua spesies cacing tambang (hookworm).
a) Struktur obat (C12H15N3O2S)

a) Sifat Kimia
Albendazole merupakan suatu benzimidazole carbamate. Sifat fisikokimia dari
obat ini adalah tidak larut dalam air, dapat larut dalam alcohol yang cocok,
sebagai serbuk berwarna coklat.
b) Sifat obat
Albendazole dan metabolitnya, Albendazole Sulfoxide, diperkirakan
bekerja dengan jalan menghambat sintesis mikrotubulus dalam nematoda, dan
dengan demikian mengurangi ambilan glukosa secara irreversibel. Akibatnya,
parasit-parasit usus dilumpuhkan atau mati perlahan-lahan. Pembersihan mereka
dari saluran cerna belum dapat menyeluruh hingga beberapa hari setelah
pengobatan. Obat ini juga memiliki efek larvicid (membunuh larva) pada
penyakit hydatid, cysticercosis, ascariasis, dan infeksi cacing tambang serta efek
ovocid (membunuh telur) pada ascariasis, ancylostomiasis, dan trichuriasis.
(Katzung, 2004). Obat ini (yang bersifat teratogenik dan embriotoksik pada
beberapa spesies hewan) tidak diketahui tingkat keamanannya pada wanita
hamil. (Katzung, 2004).

19
Albendazole diberikan pada saat perut kosong untuk penanganan parasit-
parasit intraluminal. Namun untuk penanganan terhadap parasit-parasit jaringan,
obat ini harus diberikan bersama dengan makanan berlemak. (Katzung, 2004).
Untuk infeksi-infeksi pinworm, ancylostomiasis, dan ascariasis ringan,
necatoriasis, atau trichuriasis, pengobatan untuk orang dewasa dan anak-anak di
atas usia 2 tahun adalah dosis tunggal 400 mg secara oral. Untuk infeksi
pinworm, dosis harus diulang dalam dua minggu. Tindakan ini menghasilkan
tercapainya angka kesembuhan 100% dalam infeksi pinworm dan angka
kesembuhan tinggi untuk infeksi-infeksi lain, atau pengurangan besar terhadap
jumlah telur bagi yang tidak tersembuhkan. Untuk mencapai angka kesembuhan
tinggi dalam ascariasis atau untuk mengurangi jumlah cacing secara memuaskan
untuk meringankan necatoriasis atau trichuriasis berat, ulangi pemberian 400
mg/hari dalam 2-3 hari. (Katzung, 2004)
c) Pengaruh lingkungan
Obat ini akan berkurang aktivitasnya dan akan rusak sediaannya jika berada
pada daerah yang basah atau lembab. Oleh karena itu, obat ini harus disimpan
ditempat yang sejuk dan tempat yang kering dan terhindar dari cahaya matari
langsung.
d) Efek Samping
Sakit kepala, mual muntah, nyeri abdomen, vertigo, anemia aplastik.
c. Turunan Vinilpiperidin
Contoh : pirantel pamoat dan oksantel pamoat
Hubungan struktur dan aktivitas turunan vinilpiperidin adalah sebaga berikut
1) Aktivitas maksimal dicapai apabila n = 3 dan X adalah –CH=CH- dengan
bentuk konformasi trans, bila X adalah –CH2-CH2 atau cis –CH=CH,
aktivitasnnya lebih rendah
2) Aktivitas antelmintik untuk gugus aromatik (Ar) yang berbeda akan menurun,
dengan urutan sebagai berikut : 2-tienil > 3-tienil > fenil > 2-furil
3) Pemasukan gugus pada posisi orto gugus Ar, dan substitusi N-metil (R) dalam
sistem siklikk amidin tidak mengubah aktivitas, sedang substitusi pada posisi
yang lain akan menghilangkan aktivitas.
1) Pirantel Pamoat
Pirantel pamoat adalah obat cacing yang banyak digunakan saat ini. Mungkin
karena cara penggunaannya yang praktis, yaitu dosis tunggal, sehingga disukai

20
banyak orang. Selain itu khasiatnya pun cukup baik.Pirantel pamoat dapat
membasmi berbagai jenis cacing di usus. Beberapa diantaranya adalah cacing
tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale), cacing gelang
(Ascaris lumbrocoides), dan cacing kremi (Enterobius vermicularis) (MIMS,1998).
a) Struktur obat (C11H14N2S . C23H16O)

Sifat Kimia
Obat ini memiliki berat molekul 594,68, Suhu Lebur 178˚ sampai 179˚.
Pemerian obat serbuk kristalin kuning sampai coklat dan kelarutan obat, praktis
tidak larut dalam air, metanol, dan etanol; larut dalam dimetilsulfoksida; sukar
larut dalam dimetilformamida (Dibbern, 2002; Moffat, 2004; USP 30, 2007).
b) Sifat obat
Pirantel Pamoate merupakan anthelmentik berspektrum luas yang sangat
efektif untuk penanganan infeksi-infeksi pinworm dan ascaris. Obat ini cukup
efektif terhadap kedua spesies cacing tambang, namun tidak seberapa untuk N.
americanus. Obat ini tidak efektif dalam trichuriasis atau strongyloidiasis.
Oxantel pamoate, suatu analog dari pirantel, telah berhasil digunakan dalam
pengobatan trichuriasis, kedua obat tersebut telah dikombinasikan atas dasar
aktivitas antelmentik mereka yang berspektrum luas. (Katzung, 2004).
Obat ini merupakan agen penyekat neuromuscular yang sifatnya
mendepolarisasi, sehingga menimbulkan rilis acetylcholine dan penghambatan
cholinesterase, hal ini menyebabkan stimulasi reseptor-reseptor ganglionik dan
pelumpuhan cacing-cacing yang diikuti dengan pembuangan dari saluran
intestinal manusia. (Katzung, 2004)

21
c) Pengaruh lingkungan
Obat ini harus terlindung dari sinar.
d) Cara pembuatan
Metode yang digunakan pada perantel pamoat ini dipilih metode granulasi basah
karena memiliki berbagai keuntungan yaitu dapat meningkatkan kohesifitas dan
kompaktibilitas bahan, distribusi bahan obat lebih homogen, kemungkinan
segregasi kecil, dan dapat memperbaiki sifat cair campuran bahan obat (
Summers dan Aulton 1988)
e) Dosis Obat
Dosis standar adalah 11 mg (base)/kg (maksimum 1 g), diberikan dengan atau
tanpa makanan.
Enterobius vermicularis:
Pirantel diberikan sebagai dosis tunggal dan diulang dalam 2 dan 4 minggu.
(Katzung, 2004)
Ascaris lumbricoides:
Pirantel diberikan sebagai dosis tunggal. Pengobatan harus dilanjutkan apabila
masih dijumpai telur-telur dua minggu sesudahnya. (Katzung, 2004).
f) Efek Samping
Efek samping yang dapat terjadi adalah sakit perut, anoreksia, sakit kepala, dan
pusing yang dapat timbul segera setelah pemberian obat. Efek samping ini
ringan dan sementara, dan timbulnya berhubungan dengan besar dosis.
Walaupun pada pengujian tidak ditemukan efek teratogenik, sebaiknya jangan
diberikan pada wanita hamil trisemester I dan wanita menyusui. Karena itu, hati-
hati memberikan obat ini pada penderita yang memerlukan kewaspadaan. Efek
samping yang paling sering terjadi adalah sakit kepala (Tjay, 2007; Sukarban,
1995).
d. Turunan Imidazotiazol
Contoh : Tetramisol HCl dan Levamisol HCl
1) Tetramisol HCl
Tetramisol HCl adalah antelmintik dengan spektrum luas dan merupakan obat
terpilih untuk pengbatan ascariasis. Merupakan senyawa rasemat, isomer levontya
adalah levamisol, yang beberapa kali lebih aktif dan tidak lebih toksik dibanding
isomer dekstro
a) Struktur Obat

22
C 11 H 13 CLN 2s
b) Pengaruh Lingkungan Terhadap obat
Tetramisol Hcl disimpan dalam fiber drum dengan berat 25 kg
c) Sifat Obat
Tetramisol HCl memiliki sifat obat yang berwana putih pucat berwarna krem
crystauine bubuk ; bau tidak berbau atau hampir tidak berbau
2) Levamisol HCL
Levamisol adalah obat terpilih untuk pengobatan ascariasis, dan obat pilihan lain
ancylostomiasis. Obat ini juga aktif terhadap larva strongyloides dan mikrofilaria.
Penggunaan lain levamisol adalah sebagai imunostimulan, untuk memodifikasi
terhadap respons kekebalan penyakit kanker, penyakit crohn dan autoimun.
a) Struktur Obat

C11H12N2S・ClH
b) Pengaruh Lingkungan Terhadap Obat
Levamisol HCl disimpan dalam kemasan kedap udara dan terlindung dari
cahaya
c) Sifat Obat
Serbuk putih atau hampir putih, polimorfisa. Agak sukar larut dalam air, mudah
larut dalam alkohol dan metil alkohol, praktis tidak alrut dalam eter, pH 5 %
larutan dalam air adalah 3-4,5.
d) Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja levamisol HCl adalah meningkatkan frekuensi aksi potensial,
menghambat transmisi neuromuskular cacing, sehingga cacing berkotraksi
mengalami paralisis tonik kemudian mati.
e) Efek Samping

23
Mual, muntah,diare, sakit kepala, reaksi hipersensitif, arthralgia, sakit otot, ruam
kulit, insomnia, gangguan hematologi seperti agranulositosis, leukopenia,
trombositopenia, gangguan saluran pencernaan termasuk rasa tidak enak di
mulut
e. Turunan Zat Warna Sianin
Contoh : Pirvinium Pamoat
1) Pirvinium Pamoat
Pirvinium pamoat adalah obat yang dianjurkan untuk obat enterobiasis. Obat tidak
diabsorpsi dalam saluran cerna, relatif tidak toksik dan menyebabkan warna tinja
menjadi merah. Dosis tunggal : ekivalen dengan 5 mg pirvinium basa/kg bb
Struktur kimia obat

C75H70N6O6 1151.40
f. Turunan Fenol
Contoh : Heksil resorsinol dan diklorofen
Heksil resorsinol efektif terhadap ascariasis, cacing tambnag dan trematoda. Heksil
resorsinol menimbulkan efek iritasi pada kulit dan saluran napas. Dosis tunggal :
1g, dapat diulang dengan selang 1 minggu.
g. Turunan Amonium Kuartener
Contoh : Befenium hidroksinaftoat
Befenium hidroksinaftoat, terutama digunakan untuk pengobatan cacing tambang,
meskipun jug efektif terhadap ascariasis dan trichuriasis. Strukturnya mirip
asetilkolin sehingga kemungkinan secara langsung dapat berinteraksi dengan
reseptor kolinergik. Befenium adalah garam amonium kuartener, bersifat basa kuat
sehingga tidak diabsorpsi dalam saluran cerna dan tidak toksik.

24
1.1.2 Obat Cestoda
Obat Cestoda adalah senyawa yang efektif untuk pengobatan infeksi yang
disebabkan oleh cestoda. Berdasarkan struktur kimianya golongan ini dibagi menjadi
tiga kelompok yaitu turunan benzimidazol ( flubendazol dan mebendazol), turunan
fenol dan turunan lain-lain.
Contoh obat :
1) Niclosamide (C13H8Cl2N2O4)
Niclosamide merupakan obat pilihan untuk pengelolaan sebagian besar infeksi
tapeworm, tetapi tidak tersedia di Amerika Serikat.
a) Struktur Kimia Obat

Niclosamide merupakan turunan salicylamide. obat ini tampaknya secara


minimal diserap dari saluran gastrointestinal , baik obat maupun metabolitnya
tidak ditemukan dalam darah maupun air seni.

b) Sifat Obat
Digunakan sebagai obat pilihan untuk infeksi cacing pita pada daging sapi, ikan,
dan daging babi. Obat ini harus dikunyah dan diminum bersama air. Laksatif
diberikan dua jam setelah pemberian dosis untuk membantu mengeluarkan
cacing yang sudah mati. Gangguan pencernaan, pruritus dan ruam kulit dapat
terjadi.
c) Pengaruh Lingkungan
Dalam tablet niclosamide mengalami biodegradasi dalam lingkungan lembab
tetap niclosamide sendiri stabil dalam larutan air selama beberapa bulan. Garam
etanolamin stabil terhadap panas, dihidrolisis oleh asam pekat atau alkali, dan
stabil dalam lingkungan perairan.
e) Efek Samping

25
Efek-efek yang tidak diinginkan jarang terjadi, namun umumnya ringan dan
sementara. Rasa mual, muntah, diare dan tidak enak perut. Reaksi yang jarang
dilaporkan adalah sakit kepala, ruam-ruam kulit, urtikaria, pruritus ani, dan
vertigo.
1.1.3 Obat Trematoda
Obat antitrematoda adalah senyawa yang efektif untuk pengobatan infeksi
yang disebabkan oleh trematoda. Berdasarkan struktur kimianya golongan ini
dibedakan menjadi enam kelompok yaitu alkaloida ipeka (emetin dan
dihidroemetin), benzimidazol (albendazol dan triklabendazol), turunan nitro
heterosiklik (niridazol), turunan fenol (heksilresolsinol) dan turunan kuinolon
(prazikuantel, oksamnikuin dan klorokuin fosfat).
Contoh Obat :
Prazikuantel
Prazikuantel adalah obat terpilih untuk pengobatan schistomiasis, clonorchiasis,
hymenolepiasis dan taeniasis.
a) Struktur kimia obat

b) Pengaruh Lingkungan
Obat prazikuantel sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup rapat dan tidak
tembus cahaya.
c) Sifat Obat
Prazikuantel adalah berupa serbuk hablur, putih atau praktis putih, tidak berbau
atau bau khas lemah. Kelarutannya sangat sukar larut dalam air, mudah larut
dalam etanol dan dalam kloroform.

26
d) Mekanisme Kerja
Prazikuantel tampaknya meningkatkan permeabilitas membrane sel trematoda
dan cestoda terhadap kalsium, yang menyebabkan paralisis, pelepasan, dan
kematian (Katzung, 2010). Pada infeksi skistosoma yang diderita oleh binatang
percobaan, prazikuantel efektif terhadap cacing dewasa dan tahap imatur.
Prazikuantel juga efektif terhadap infeksi serkaria (Katzung, 2010).
e) Sintesis Obat

1.2 Antimalaria
a. Pengertian
Berdasarkan data di dunia, penyakit malaria membunuh satu anak setiap 30 detik.
Sekitar 300-500 juta orang terinfeksi dan sekitar 1 juta orang meninggal karena
penyakit ini setiap tahunnya. 90% kematian terjadi di Afrika, terutama pada anak-anak
(Syamsudin, 2005). Malaria adalah infeksi oleh parasit Plasmodium yang ditularkan
dari satu manusia yang lain dengan gigitan nyamuk malaria yang dikenal dengan
nyamuk Anopheles. Penyakit ini paling banyak terjadi di daerah tropis dan subtropis
di mana parasit Plasmodium dapat berkembang baik begitu pula dengan vektor
nyamuk Anopheles. Pada manusia, parasit tersebut bermigrasi ke hati di mana mereka
melepaskan bentuk lain. Jika ini terjadi, mereka dapat memasuki aliran darah dan
menginfeksi sel-sel darah merah.
Parasit sebagai penyebab penyakit malaria berkembang biak di dalam sel darah
merah, yang kemudian pecah dalam waktu 48 sampai 72 jam, menginfeksi sel darah
merah. Gejala pertama biasanya terjadi 10 hari sampai 4 minggu setelah infeksi,
meskipun mereka dapat muncul pada awal 8 hari atau selama setahun kemudian.
Kemudian gejala yang terjadi pada siklus 48 sampai 72 jam (Mc Evoy,2004).

27
Mayoritas gejala disebabkan oleh rilis besar merozoit ke dalam aliran darah, anemia
akibat penghancuran sel darah merah, dan masalah yang disebabkan oleh sejumlah
besar hemoglobin bebas dilepaskan ke sirkulasi setelah sel darah merah pecah.
Malaria juga dapat menular sejak lahir (dari ibu ke bayi yang dikandungnya) dan
transfusi darah. Nyamuk malaria yang menjadi vektor penyebab malaria dapat dibawa
ke daerah beriklim sedang, tetapi parasit hilang selama musim dingin (Mc
Evoy,2004). Ada empat macam plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria :
a. Falciparum, penyebab penyakit malaria tropika. Jenis malaria ini bisa
menimbulkan kematian.
b. Vivax, penyebab penyakit malaria tersiana. Penyakit ini sukar disembuhkan dan
sulit kambuh.
c. Malariae, penyebab penyakit malaria quartana. Di Indonesia penyakit ini tidak
banyak ditemukan.
d. Ovale, penyebab penyakit malaria Ovale.
Tidak terdapat di Indonesia.Kerja plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah.
Dengan perantara nyamuk anopheles, plasodium masuk ke dalam darah manusian dan
berkembang biak dengan membelah diri (Haryanto,1999). Dalam siklus hidupnya
plasmodium peneyebab malaria mempunyai dua hospes yaitu pada manusia dan
nyamuk. Siklus aseksual plasmodium yang berlangsung pada manusia disebut
skizogoni dan siklus seksual plasmodium yang membentuk sporozoit didalam nyamuk
disebut sporogoni :
1) Siklus Hidup Plasmodium, Siklus aseksual Sporozoit infeksius dari kelenjar ludah
nyamuk anopheles betina dimasukkan kedalam darah manusia melalui tusukan
nyamuk tersebut. Dalam waktu tiga puluh menit jasad tersebut memasuki sel-sel
parenkim hati dan dimulai stadium eksoeritrositik dari pada daur hidupnya.
Didalam sel hati parasit tumbuh menjadi skizon dan berkembang menjadi merozoit
(10.000-30.000 merozoit, tergantung spesiesnya) . Sel hati yang mengandung
parasit pecah dan merozoit keluar dengan bebas, sebagian di fagosit. Oleh karena
prosesnya terjadi sebelum memasuki eritrosit maka disebut stadium preeritrositik
atau eksoeritrositik yang berlangsung selama 2 minggu. Pada P. Vivax dan Ovale,
sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang
menjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit dapat tinggal didalam
hati sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan
menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps (kekambuhan). Siklus eritrositik

28
dimulai saat merozoit memasuki sel-sel darah merah. Parasit tampak sebagai
kromatin kecil, dikelilingi oleh sitoplasma yang membesar, bentuk tidak teratur dan
mulai membentuk tropozoit, tropozoit berkembang menjadi skizon muda,
kemudian berkembang menjadi skizon matang dan membelah banyak menjadi
merozoit. Dengan selesainya pembelahan tersebut sel darah merah pecah dan
merozoit, pigmen dan sisa sel keluar dan memasuki plasma darah. Parasit
memasuki sel darah merah lainnya untuk mengulangi siklus skizogoni. Beberapa
merozoit memasuki eritrosit dan membentuk skizon dan lainnya membentuk
gametosit yaitu bentuk seksual (gametosit jantan dan betina) setelah melalui 2-3
siklus skizogoni darah (Haryanto,1999).
2) Siklus Hidup Plasmodium, Siklus seksual Terjadi dalam tubuh nyamuk apabila
nyamuk anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit.Gametosit
yang bersama darah tidak dicerna. Pada makrogamet (jantan) kromatin membagi
menjadi 6-8 inti yang bergerak kepinggir parasit. Dipinggir ini beberapa filamen
dibentuk seperti cambuk dan bergerak aktif disebut mikrogamet. Pembuahan terjadi
karena masuknya mikrogamet kedalam makrogamet untuk membentuk zigot. Zigot
berubah bentuk seperti cacing pendek disebut ookinet yang dapat menembus
lapisan epitel dan membran basal dinding lambung. Ditempat ini ookinet membesar
dan disebut ookista. Didalam ookista dibentuk ribuan sporozoit dan beberapa
sporozoit menembus kelenjar nyamuk dan bila nyamuk menggigit/ menusuk
manusia maka sporozoit masuk kedalam darah dan mulailah siklus pre eritrositik
(Haryanto,1999). - Tindakan Pencegahan Umum Tindakan pencegahan umum
perlu diusahakan untuk menghindari kontak antara manusia dan vektor (nyamuk
Anopheles) dengan cara membasmi larvanya.Pegitu pula dengan menghilangkan
penyebaran infeksi oleh manusia dengan pengobatan semua jenis demam di daerah
malaria dengan obat antimalaria (Haryanto,1999).
Antimalaria adalah obat-obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati
penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel tunggal (protozoa) yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang menggigit pada malam hari dengan
posisi menjungkit. Ciri-ciri penyakit malaria adalah demam berkala disertai
menggigil, nyeri kepala dan nyeri otot, hati membesar sehingga timbul rasa mual dan
muntah, anemia. Penggolongan obat antimalaria :
1) Obat-obat pencegah / profilaktik

29
(Contoh : berbagai obat anti gigitan nyamuk , misalnya anti nyamuk bakar , anti
nyamuk listrik, anti nyamuk semprot, anti nyamuk lotio, roll on dan lain-lain)
2) Obat-obat penyembuh / pencegah demam = kurativum
(Contoh : kina, kloroquin, pirimethamin,meflukoin, dan lain-lain)
3) Obat-obat pencegah kambuh
(Contoh : Primakuin)
4) Obat – obat pembunuh gametosid
b. Obat Antimalaria
Obat antimalaria yang ideal adalah obat yang efektif terhadap semua jenis dan
stadium parasit, menyembuhkan infeksi akut maupun laten, efek samping ringan dan
toksisitas rendah. Obat antimalaria dikelompokkan menurut rumus kimia dan efek
atau cara kerja obat pada stadium parasit. Berdasarkan titik kerjanya dalam tubuh
(eritrosit atau hati), obat malaria dapat dikelompokan menjadi :
a. Obat schizontisid darah,contohnya: kinin, kloroquin, mefloquuin, dan lain-lain.
Berkasiat mematikan bentuk darah (schizont) dan digunakan pada serangan
demam, juga untuk pencegahan.
a) Kuinin
Obat malaria tertua, terutama berkhasiat pada bentuk eritrositer parasit
malaria. Kuinin adalah alkaloid utama dari kulit pohon kina, sejenis pohon yang
ditemukan di Amerika Selatan. Calancha, seorang Rahib dari Lima Peru pertama
kali menulis kegunaan pengobatan dengan tepung kina pada demam yang
berulang pada awal tahun 1633. Pada tahun 1820, Pelletier dan Caventou
memisahkan kinin dan kinkonin dari cinchona. Hingga sekarang kina diperoleh
secara utuh dari sumber alam disebabkan sulitnya mensintesa kompleks
molekulnya.
Meskipun penelitian mengenai endofitik telah telah dimulai sejak lama, tetapi
penggunaan mikroba endofit untuk memproduksi senyawa bioaktif masih
sedikit. Mikroba endofit diisolasi dari jaringan tanaman dan ditumbuhkan pada
medium fermentasi dengan komposisi tertentu. Di dalam medium fermentasi
tersebut mikroba endofit menghasilkan senyawa sejenis seperti yang terkandung
pada tanaman inang dengan bantuan aktivitas enzim. Mikroba endofitik tumbuh
dan memproduksi senyawa metabolit sekunder lebih lambat pada medium
buatan daripada medium di dalam tanaman inangnya, oleh karena itu sangat
penting untuk merancang media lokasi maupun pertumbuhannya yang sesuai.

30
Kina disintesis dari triptofan melalui 16 tahap dengan menggunakan
membutuhkan 16 enzim untuk menghasilkan Kina. Dalam proses sintesis perlu
dilakukan penambahan zat induser yang diinokulasikan secara bersama-sama
dengan mediumnya. Zat induser adalah suatu zat yang memiliki komponen
nutrisi yang serupa dengan dengan tanaman inangnya dan dapat menstimulasi
pertumbuhan mikroba endofit dalam memproduksi senyawa bioaktif sebagai
hasil metabolisme sekunder.
Obat ini bekerja dengan menghambat hemepolimerase, Obat ini bekerja
dengan menghambat hemepolimerase, sehingga mengakibatkan penumpukan zat
sitotoksik yaitu heme.
a) Struktur Kimia Obat (C18H26ClN3)

Senyawa Kina
Tumbuhan Kina (Chincona sp.) merupakan bahan baku farmasi yang
sangat dinilai dan terkenal luas sebagai salah satu jenis tanaman obat-obatan
berkhasiat dan sudah lama digunakan sebagai obat anti malaria. Pada struktur
kinin terdapat 2 bagian yaitu cincin kinin dan kinolin (lihat stuktur kimia di
atas). Kinin memiliki konfigurasi 8S, 9R.
Kinin adalah levorotatory stereoisomer dari kinidin (Clarke’s, 2004).
Terdapat empat pusat asimetrik, yaitu pada posisi C-2, C-3, C-15, dan C-20
(berdasarkan 4 penomoran secara biogenetik) atau pada posisi C-9, C-8, C-4,
dan C-3 (berdasarkan penomoran menurut Rabe) (Cordell, 1981). Kinin basa
memiliki nama kimia yaitu (2-ethenyl-4-azabicyclol[2.2.2]oct-5-yl)-(6-
methoxyquinolin-4-yl)-methanol; 6-Methoxy-alpha-(5-vinyl-2quinuclidinyl)-
4-quinoline methanol; (8α,9R)-6’-Methoxycinchonan-9-ol; 6’
Methoxycinchonan-9-ol. Kinin memiliki rumus molekul C20H24N2O2
dengan berat molekul 324,417 g/mol, tersusun atas C 74,04%, H 7,46%, N
8,63%, dan O 9,86% (Merck, 2001). Kinin berbentuk serbuk bergranul atau

31
mikrokristalin, berwarna putih atau praktis putih, tidak berbau, rasanya
sangat pahit, menggelap jika terpapar cahaya, dan sedikit mengembang di
udara kering (The Pharmaceutical Codex, 1994). Satu gram kinin dapat larut
dalam 1900 mL air, 760 mL air mendidih, 0,8 mL alkohol, 250 mL eter, 1,2
mL kloroform, 80 mL benzena (18 mL benzena pada 50o C), dan 20 mL
gliserol. Kinin memiliki jarak lebur 173-175o C dan rotasi optik pada suhu
kamar (25o C) adalah -165o (C=2 dalam larutan etanol 97%), -169o (C=2
dalam larutan etanol 97%) pada temperatur 15o C. Kinin stabil pada suhu
kamar, tetapi bersifat fotosensitif (Merck, 2001).
Pada cincin kinolin terdapat 2 atom C asimetrik sehingga produknya berupa
campuran dengan struktur dalam ruang yang berebda. Khasiat tanaman ini,
sabagai anti malaria berasal dari senyawa alkaloid kuinina (alkaloid
chincona) terutama senyawa kuinina (C20H24N2O2), kuinidina (isomer dari
kuinina), sinkonina (C19H22N2O), dan sinkonidina (isomer dari sinkonina).
Hampir keseluruhan bagian tanaman kina (akar, batang, daun, dan kulit)
mengandung senyawa alkaloid kiunina tersebut dalam persentase yang
berbeda.
b) Mekanisme kerja Obat
Memblok sintesis asam nukleat dengan pembentukan kompleks DNA atau
dengan kata lain Menekan pengambilan oksigen dan metabolisme
karbohidrat, membentuk khelat dengan DNA, mengganggu duplikasi
dantranskripsi parasit, berfek terhadap distribusi kalsium dalam jaringan otot
dan menurunkan eksitabilitas pada akhir syaraf motorik, efek terhadap
kardiovaskular mirip dengan kuinidin. Kuinin juga menghambat metabolisme
karbohidrat. Kuinin bersifat toksik terhadap berbagai bakteri dan organisme
bersel tunggal seperti tripanosoma, plasmodium dan spermatozoa, serta
mempunyai daya iritasi kuat.
c) Sifat Obat
Kuinin adalah alkaloid utama dari kulit pohon kina,yang berwarna putih
dengan rasa sangat pahit.di gunakan sebagai terapi untuk malaria yang di
sebabkan oleh P. Falciparum. Sifat Fisikokimia obat, Serbuk kristal berwarna
putih atau kekuningan, tidak berbau, titik leleh antara 87-92°C.Sangat sedikit
larut dalam air, larut dalam kloroform, dalam eter dan larutan asam. Simpan
dalam suhu kamar 25°C.

32
d) Pengaruh lingkungan
Suspensi klorokuin 10 mg/ml dibuat dengan mencampur 500 mg
klorokuin fosfat (300 mg klorokuin/tablet) dengan air steril secara geometris,
tambahkan sirup cherry, campur sampai homogen sehingga volume akhir 60
ml, stabil sampai 4 minggu ketika disimpan dalam refrigator atau suhu 29ºC.
Klorokuin fosfat akan mengalami perubahan warna secara lambat jika
terpapar matahari. Tablet klorokuin fosfat sebaiknya disimpan pada wadah
tertutup pada suhu 25ºC, masih bisa stabil pada suhu 15-30ºC. Injeksi
kloroquin hidroklorida sebaiknya disimpan pada suhu kurang dari 30ºC.
Kuinin akan menghitam jika kontak dengan cahaya. Kapsul kuinin
disimpan dalam tempat yang rapat dan terlindung oleh cahaya, sehingga
sebaiknyaquinin disimpan pada suhu kurang dari 40 C, lebih baik apabila
disimpan pada suhu antara 15-30 C (McEvoy, 2002).
e) Cara pembuatan
Kuinin diisolasi pada tahun 1820 dari batang Cinchona sp. karena sifat
antimalaria pada tanaman ini telah diketahui selama beberapa abad.Kina
disintesis dari triptofan melalui 16 tahap dengan menggunakan membutuhkan
16 enzim untuk menghasilkan Kina yang kemudian mensistesis beberapa
senyawa yang memiliki khasiat sebagai antimalaria seperti Kuinin (Song
Y,1998)
f) Efek Samping
Efek samping dari obat Kuinin antara lain :
Sakit kepala, telinga berdenging, gangguan keseimbangan, penglihatan kabur,
mual, muntah, ruam kulit, gangguan darah, karena diyakini berkhasiat
oksitosik maka banyak disalahgunakan untuk abortus, juga berkhasiat
analgetik-antipiretik.
Kuinin tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul berisi 300 dan 600 mg basa.
Juga tersedia dalam bentuk injeksi mengandung 300 mg/ml. Dosis oral
adalah 10 mg/kg berat badan/8 jam selama 4 hari pertama dan dilanjutkan 15
mg/kg berat badan/8 jam selama 4 hari.
b) Klorokuin
Suatu turunan 4-amonokuinolin yang diformulasikan sebagai garam fosfat
bagi penggunaan secara oral, merupakan obat skizon darah yang sangat kuat,
dan selama tidak ada resistensi. Chloroquine adalah obat pilihan pertama pada

33
serangan malaria akut. Senyawa ini adsorpsi oleh usus dengan cepat dan
sempurna dan disimpan dalam hati, limpa, ginjal, paru-paru, leukosit, dan
eritrosit. Klorokuin dengan cepat mengakhiri demam dalam 24-48 jam.
a) Struktur Kimia Obat

Senyawa Kimia
7-Kloro-4-[[4-(dietilamino)-1-metil butyl)]amino] kuinolin BM = 319,88
klorokuin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%
C18H26CIN3, dihitung terhadap zat yang dikeringkan.
Berdasarkan struktur kimianya klorokuin fosfat merupakan turunan dari 4-
aminokuinolin. Turunan 4-aminokuinolin mempunyai aktifitas antimalaria
yang relatif tinggi disbandingkan kinin. Toksisitasnya relatif rendah,
pemakaian jangka panjang dengan dosis besar dapat mempengaruhi
pendengaran dan penglihatan. Klorokuin fosfat merupakan obat pilihan untuk
pencegahan dan pengobatan serangan akut malaria. Kombinasi dengan
primakuin digunakan untuk pencegahan serangan semua jenis malaria.
Klorokuin juga digunakan untuk pengobatan chlonorchiasis dan Universitas
Sumatera Utarainfeksi amuba hepatic berhubungan dengan keradangan,
seperti rematik arthritis. Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat dan
hampir sempurna, kadar serum tertinggi dicapai dalam 1-2 jam, kemudia obat
akan dikumpulkan pada jaringan tertentu, seperti hati, paru dan ginjal dan
tetap tinggal dalam waktu yang lama karena terikat secara kuat dalam sel-sel
yang mengandung melanin. Pelepasan obat ke peredaran darah sangat pelan,
dengan waktu paro antara 70-120 jam. Dosis oral untuk pencegahan malaria :
300 mg/hari. Dimulai 2 minggu sebelum ke daerah yang diduga adanya
malaria, dan dilanjutkan 8 minggu setelah meninggalkan daerah tersebut.

34
Untuk pengobatan malaria dosis awal : 600 mg, diikuti dengan 300 mg pada
jam ke 6,24 dan 48. (Siswandono,M.S.,1995).
b) Mekanisme Kerja Obat
Cara kerja obat klorokuin adalah dengan menghancurkan bentuk eritrosit
seksual (gametosit) dari parasit malaria sehingga mencegah penyebaran
plasmodia ke nyamuk anopheles. (Siswandono,M.S., 1995).
Mekanisme kerja obat ini diduga berhubungan dengan sintesis asam
nukleat dan nucleoprotein yaitu dengan menghambat DNA polymerase.
Secara fisik terjadi interkalasi klorokuin dengan guanine rantai DNA. Hal ini
terjadi juga dengan primakuin dan kuinin, tetapi tidak dengan meflokuin.
Parasit yang menginfeksi eritrosit akan segera mengambil dan
mengakumulasi obat tersebut di dalam badannya. Parasit ini juga
menggumpalkan pigmen yang dihasilkan dari penghancuran hemoglobin.
Kepekaan plasmodia intraerosit terhadap klorokuin berhubungan dengan
kemampuannya untuk menumpuk didalam eritrosit. Proses ambilan obat dan
pengumpulan pigmen oleh parasit dihambat secara bersaing oleh amodiakuin,
kuinin, dan meflokuin. Ambilan klorokuin oleh plasmodia ini bersifat butuh
energi (energi dependent), terjenuhkan (saturable), dan berlangsung dengan
bantuan carrier. Ada dugaan bahwa pigmen dilepaskan dari degradasi Hb
bertindak sebagai reseptor untuk klorokuin dan turunannya. Pigmen ini atau
kompleksnya dan klorokuin dapat menyebabkan lisis parasit. (Ganiswara,
1995).
c) Sifat Obat
Klorokuin merupakan antimalaria berupa Serbuk kristal berwarna putih atau
kekuningan, tidak berbau, titik leleh antara 87-92°C.Sangat sedikit larut
dalam air, larut dalam kloroform, dalam eter dan larutan asam. Simpan dalam
suhu kamar 25°C.Biasanya efektif untuk mengobati malaria infeksi P.
Falciparum.
Pemeriannya, serbuk hablur putih atau hampir putih; tidak berbau; rasa pahit.
Kelarutan, mudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam etanol, dalam
klorofom dan dalam eter.
d) Cara Pembuatan
Tanaman sebagai sumber potensial obat antimalaria dimulai dengan
ditemukannya kinina, alkaloid yang berasal dari kulit batang Cinchona sp,

35
yang dilanjutkan dengan artemisinin dari tumbuhan Artemisia annua. Dari
beberapa tumbuhan yang telah berhasil diisolasi senyawa bioaktifnya
terhadap Plasmodium diketahui bahwa senyawa alkaloid masih merupakan
golongan senyawa yang potensial sebagai antimalaria salah satunya adalah
klorokuin.
e) Efek Samping
Efek samping dari obat Klorokuin antara lain : gangguan saluran cerna, sakit
kepala, kejang, gangguan penglihatan, over dosis, sangat toksis.
Klorokuin tersedia sebagai tablet klorokuin fosfat 250 mg yang mengandung
150 mg basa. Klorokuin dihidroklorida injeksi mengandung 40 mg basa tiap
ml. Dosis oral diberikan pada hari pertama dengan dosis 10 mg/kg berat
badan, diikuti 6 jam kemudian dengan dosis 5 mg/kg, serta pada hari kedua
dan ketiga dengan dosis 5 mg/kg. Pemberian secara intra vena dengan dosis
10 mg/kg berat badan selama ≥ 8 jam, dilanjutkan 15 mg/kg selama ≥ 24 jam
(pemberian dalam 10 ml NaCl 0,9%/dekstrosa 5%).
c) Meflokuin
Strukturnya mirip kuinin. Sama seperti kuinin dan klorokuin merupakan
skizontisida darah yang kuat. Obat ini dikembangkan untuk penanganan malaria
tropika yang resisten terhadap klorokuin.
a) Struktur kimia obat

Serupa dengan kuinin, meflokuin adalah 4-aminokuinolin yang aktif sebagai


skizontosida darah terhadap ke empat spesies plasmodium yang menginfeksi
manusia, tetapi tidak berefek terhadap bentuk hepatik. Oleh karena itu, untuk
pengobatan infeksi P. Vivax, harus diikuti dengan primakuin untuk
mengeliminasi hipnozoit. Kadangkala meflokuin dikombinasi
penggunaannya dengan pyrimethamin.

36
Sifat Kimia Obat
Meflokuin larut dalam alkohol tetapi sukar larut dalam air dan harus
disimpan terlindung dari cahaya. Meflokuin bekerja dengan cara
menghambat polymerase haem, akan tetapi karena meflokuin, seperti kuinin,
tidak terkonsentrasi banyak dalam parasit seperti halnya klorokuin, diduga
meflokuin bekerja dengan mekanisme lain. Resistensi P. falcipanum terhadap
meflokuin terjadi di beberapa daerah terutama di Asia Tenggara dan
diperkirakan seperti kuinin terjadi melalui meningkatnya ekspresi P-
glikoprotein.
b) Mekanisme Kerja
Diperkirakan sama dengan efek kerjanya dengan klorokuin yaitu berikatan
pada DNA dan RNA sehingga menghambat polimerase DNA dan RNA,
mempengaruhi metabolisme dan kerusakan haemoglobin oleh parasit,
menghambat efek prostaglandin. Pemberian oral, meflokuin cepat diserap.
Onset kerjanya lambat dan waktu paruh di plasma lama (sampai 30 hari)
akibat siklus enterohepatik atau penyimpanannya di jaringan.
c) Sifat Obat
Senyawa ini dugunakan terhadap malaria yang telah resisten terhadap
klorokuin dan kuinin. Juga digunakan sebagai obat profilaksis karena efek
preventif baru tercapai setelah tercapai steady state dalam darah.
d) Pengaruh Lingkungan
Meflokuin sebaiknya di simpan di dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
sinar dan kelembaban.
e) Cara Pembuatan Obat
Meflokuin dibuat dengan cara sintesis dari kinin menjadi senyawa 4-kinolon
yang berkhasiat schizontisid darah dari semua plasmodium.
f) Efek Samping
Efek samping yang paling sering adalah mual, muntah, nyeri abdominal,
anoreksia, diare, sakit kepala, pusing, hilang keseimbangan, disforia,
gangguan tidur terutama insomnia dan mimpi abnormal. Gangguan
neuropsikiatrik (kejang, ensefalopati, psikosis) terjadi pada 1 dari 10.000
orang yang diberi profilaksis dengan meflokuin, 1 dari 1000 penderita di
Asia, 1 dari 200 penderita di Afrika, dan 1 dari 20 penderita malaria parah.
Efek samping yang jarang terjadi meliputi ruam kulit, pruritus dan urtikaria,

37
rambut rontok, kelemahan otot, gangguan fungsi hati, dan yang sangat jarang
terjadi adalah thrombosiopenia dan leukopenia. Efek terhadap kardiovaskular
meliputi hipotensi postural, bradikardia, sedikit perubahan pada
elektrokardiogram dan jarang menimbulkan hipertensi, takhikardia atau
palpitas.
d) Amodiaquine
a) Struktur dan sifat kimia obat

Amodiaquine sangat terkait dengan chloroquin dan mungkin mempunyai


mekanisme kerja dan resistensi yang sama dengan chloroquin
b. Obat schizontisid hati, diantaranya proguanil dan primaquin. Khusus digunakan
sebagai profilaksis kasual, karena memusnahkan bentuk EE (merozoit dan hipnozoit)
dalam sel-sel parenchym hati. Obat ini menghindarkan penetrasi kedalam eritrosit
dengan demikian menghalangi serangan.
1) Proguanil (Kloroguanida HCl, Paludrine)
a) Derivat biguanida ini adalah antagonis-folat, berkhasiat mematikan bentuk
EE-Primer P. falciparum tapi tidak begitu aktif terhadap P. vivax. Juga tidak
aktif terhadap bentuk EE-Seuknder, sehingga tidak dapat menghindarkan
serangan “delayed” dari P. vivax. Sebagai schizontisida darah, efeknya jauh
lebih lemah daripada kloroquin dan kinin sehingga kurang efektif terhadap
serangan malaria akut.

b) Mekanisme Kerja Obat


Proguanil menghambat aktivitas enzim dihidrofolat-reduktase,sehingga
parasit tidak dapat mensintesa asam folat yang merupakan unsur mutlat bagi
asam nukleat(DNA/RNA),sehingga pembelahan intinya terhenti.

38
c) Sifat Obat
Memiliki sifat yang jauh lebih rendah di bandingkan klorokuin dan
kinin,sehingga sehingga urang efektif terhadap malaria akut.Berdasarkan sifat
ini,proguanil diguanakan sebagai profilaktikum kausal,terutama untuk daerah
dimana tidak terdapat resistensi.
d) Pengaruh lingkungan
Proguanil sebaiknya di simpan di dalam wadah tertutup baik, di tempat yang
kering terlindung dari sinar dan kelembaban.
e) Cara pembuatan
Proguanil merupakan obat malaria yang dibuat dengan cara sintesis sebagai
penggatin kinina.
f) Efek samping
Efek samping dari obat Proguanil antara lain : Efek sampingnya jarang dan
ringan, berupa muntah, stomatisitis, dan anoreksia. Dari semua obat malaria
proguanil paling tidak toksikDepresi sistem hematopoesis, dosis besardapat
menyebabkan ruam kulit, insomnia.

2) Primakuin (C15H21N3O.2H3PO4)
Senyawa 8-aminokinon ini merupakan obat satu-satunya yang berkhasiat
mematikan bentuk EE-sekunder dari P. vivax dengan demikian dapat
menimbulkan penyembuhan radikal. Zat ini juga aktif terhadap bentuk EE-
primer terutama dari P. Falciparum, tapi kerjanya terlalu lambat sehingga tidak
layak untuk terapi, selain itu bekerja gametosid pada semua jenis plasmodium,
sehingga dapat mencegah penyebaran infeksi dari manusia ke nyamuk.
a) Struktur dan Sifat Kimia Primakuin :

39
Sifat Fisikokimia
Primaquine phospate merupakan 8-amino-quinoline sintetis. Sifat fisik dari
obat adalah serbuk kristal tidak berbau, berwarna oranye sampai merah, larut
dalam air, praktis tidak larut dalam alkohol.
b) Mekanisme Kerja
Mengeliminasi primary tissue bentuk exoerythrocytic dari P. Falciparum,
merusak mitokondria dan mengikat DNA. Bekerja gametosid pada semua
jenis plasmodium,sehingga dapat mencegah penyebaran infeksi dari manusia
ke nyamuk.
c) Sifat Obat
Primakuin bekerja terlalu lambat sehingga kurang efektif untuk terapi,selain
itu primakuin kurang efektif terhadap bentuk darah.
d) Pengaruh Lingkungan
primakuin harus disimpan dalam wadah yang tertutup baik, tahan terhadap
cahaya serta disimpan dalam suhu kurang dari 40°C diutamakan antara suhu
15-30°C.
e) Cara Pembuatan
Sama halnya dengan proguanil,primakuin juga merupakan obat malaria yang
dibuat dengan cara sintesis sebagai penggatin kinina.
f) Efek Samping
> 10%: ;Gastrointestinal: nyeri abdomen, mual, muntah serta kram perut
ringan sampai sedang. Efek samping ini dapat berkurang jika primakuin
diminum bersama makanan.;Hematologik: Anemia hemolitik;1%-10%:
Hematologik: Methemoglobinemia.;< 1% (cukup penting dan mengancam
jiwa): Agranulositosis , aritmia, leukositosis, leukopenia.

1.1.3Antiamuba
a. Pengertian
Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh
Entamoebahistolytica, suatu parasit bersel tunggal. Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk
dalam siklus hidupnya, yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif (kista).
merupakan salah satu penyakit parasit yang endemik dan banyak menimbulkan
kematian dibanyak negara,terutma didaerah tropis yang sanitasinyan relatif rendah.
Adapun bentuk amuba dan cara penularannya :

40
1) Bentuk kista, merupakan bentuk yang tidak aktif dari amuba yang memiliki
membran pelindung yang ulet dan tahan getah lambung.
2) Bentuk minuta (kecil), bila makanan yang terinfeksi oleh kista amuba masuk ke
usus manusia, kista akan pecah dan berkembang menjadi bentuk aktif yang disebut
tropozoit, memperbanyak diri dengan pembelahan dan hidup dari bakteri-bakteri
yang ada di usus, akibatnya terjadi luka-luka kecil pada mukosa usus sehingga
menimbulkan kejang perut, diare berlendir dan berdarah.
3) Bentuk Histolitika, pada kasus tertentu tropozoid melewati dinding usus,
berkembang menjadi 2 kali lebih besar, lalu menerobos ke organ-organ lain
(jantung, paru-paru, otak khususnya hati) di sini tropozoid - tropozoid ini hidup
dari eritrosit dan sel-sel jaringan yang dilarutkan olehnya dengan jalan fagositosis
sehingga jaringan yang ditempatinya akan mati (nekrosis).(Williams,1997).
Antiamuba bekerja sebagaia mubisid yaitu membunuh amuba untuk mengobati
amubiasis.
Macam-macam Amubiasis
1) Amubiasis usus: hampir sama dengan disentribasiller (sigelosis) dengan cirri diare
akut, mual, muntah, sakitkepala, anorexia
2) Amubiasis hati : ditandai dengan radang hati ( hepatitis amuba)
Komplikasi
1) Perforasi dinding usus( pembocoran)
2) Peroitonitis dan pendarahan
Penyakit yang disebabkan amuba umumnya menyerang usus. Dengan gejala diare
berlendir dan darah disertai kejang-kejang dan nyeri perut, serta mulas pada waktu
buang air besar. Bila pengobatannya tidak tepat penyakit ini dapat menjalar ke organ-
organ lain khususnya hati dan menyebabkan amubiasis hati yang berciri radang
hati/hepatitis amuba.(Marke,1992) .
Habitat amuba biasanya pada usus besar,seperti entamoeba histolytica, E.coli,
E.hartmanni, Endolimax nana dan Iodomoeba butschlii, atau pada mulut,seperti
E.gingivitis.(Gunawan.S,2007).

b. Obat Antiamuba
Adalah obat-obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme bersel tunggal (protozoa) yaitu Entamoeba histolytica yang dikenal
dengan dysentri amuba(siswandono,2000)

41
Bila pengobatannya tidak tepat penyakit ini dapat menjalar ke organ-organ lain
khususnya hati dan menyebabkan amubiasis hati yang berciri radang hati (hepatitis
amuba) Sebagian tropozoid ada yang menjadi kista, akan keluar bersama tinja
penderita, dengan perantaraan lalat, tangan yang kotor atau makanan dapat masuk lagi
ke tubuh manusia yang lain. Penggolongan obat dibagi menjadi dua golongan besar
yaitu:
1) Obat amubiasid kontak, meliputi senyawa-senyawa metronidazol dan tinidazol,
antibiotika antara lain tetrasiklin dan golongan aminoglikosida.
2) Obat amubiasid jaringan, meliputi senyawa nitro-imidazol (metronidazol tinidasol)
yang berkhasiat terhadap bentuk histolitika di dinding usus dan jaringan-jaringan
lain. Obat golongan ini merupakan obat pilihan dalam kasus amubiasis. Bila
metronidazol dan tinidazol tidak efectif dapat digunakan dihidroemetin.
Obat antiamuba dibagi atas beberapa kelompok yaitu :
1) Turunan 4-aminokuinolin
(Contoh:klrokuin dan garam-garamnya )
a) Klorokuin
1. Struktur kimia

Senyawa Kimia
7-Kloro-4-[[4-(dietilamino)-1-metil butyl)]amino] kuinolin BM = 319,88
klorokuin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%
C18H26CIN3, dihitung terhadap zat yang dikeringkan.
Berdasarkan struktur kimianya klorokuin fosfat merupakan turunan dari 4-
aminokuinolin. Turunan 4-aminokuinolin mempunyai aktifitas antimalaria
yang relatif tinggi disbandingkan kinin. Toksisitasnya relatif rendah,
pemakaian jangka panjang dengan dosis besar dapat mempengaruhi
pendengaran dan penglihatan. Klorokuin fosfat merupakan obat pilihan untuk
pencegahan dan pengobatan serangan akut malaria. Kombinasi dengan

42
primakuin digunakan untuk pencegahan serangan semua jenis malaria.
Klorokuin juga digunakan untuk pengobatan chlonorchiasis dan Universitas
Sumatera Utarainfeksi amuba hepatic berhubungan dengan keradangan,
seperti rematik arthritis. Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat dan
hampir sempurna, kadar serum tertinggi dicapai dalam 1-2 jam, kemudia obat
akan dikumpulkan pada jaringan tertentu, seperti hati, paru dan ginjal dan
tetap tinggal dalam waktu yang lama karena terikat secara kuat dalam sel-sel
yang mengandung melanin. Pelepasan obat ke peredaran darah sangat pelan,
dengan waktu paro antara 70-120 jam. Dosis oral untuk pencegahan malaria :
300 mg/hari. Dimulai 2 minggu sebelum ke daerah yang diduga adanya
malaria, dan dilanjutkan 8 minggu setelah meninggalkan daerah tersebut.
Untuk pengobatan malaria dosis awal : 600 mg, diikuti dengan 300 mg pada
jam ke 6,24 dan 48. (Siswandono,M.S.,1995).
2. Sifat Obat
Klorokuin digunakan sebagai antimalaria juga digunakan sebagai antiamuba
berupa Serbuk Kristal berwarna putih atau kekuningan, tidak berbau, titik
leleh antara 87-92°C.Sangat sedikit larut dalam air, larut dalam kloroform,
dalam eter dan larutan asam. Simpan dalam suhu kamar 25°C.Biasanya
efektif untuk mengobati malaria infeksi P. Falciparum. Klorokuin digunakan
untuk amubiasis sistemik,terutama abses hati
3. Mekanisme Kerja
Cara kerja obat klorokuin adalah dengan menghancurkan bentuk eritrosit
seksual (gametosit) dari parasit malaria sehingga mencegah penyebaran
plasmodia ke nyamuk anopheles. (Siswandono,M.S., 1995).
Mekanisme kerja obat ini diduga berhubungan dengan sintesis asam
nukleat dan nucleoprotein yaitu dengan menghambat DNA polymerase.
Secara fisik terjadi interkalasi klorokuin dengan guanine rantai DNA. Hal ini
terjadi juga dengan primakuin dan kuinin, tetapi tidak dengan meflokuin.
Parasit yang menginfeksi eritrosit akan segera mengambil dan
mengakumulasi obat tersebut di dalam badannya. Parasit ini juga
menggumpalkan pigmen yang dihasilkan dari penghancuran hemoglobin.
Kepekaan plasmodia intraerosit terhadap klorokuin berhubungan dengan
kemampuannya untuk menumpuk didalam eritrosit. Proses ambilan obat dan
pengumpulan pigmen oleh parasit dihambat secara bersaing oleh amodiakuin,

43
kuinin, dan meflokuin. Ambilan klorokuin oleh plasmodia ini bersifat butuh
energi (energi dependent), terjenuhkan (saturable), dan berlangsung dengan
bantuan carrier. Ada dugaan bahwa pigmen dilepaskan dari degradasi Hb
bertindak sebagai reseptor untuk klorokuin dan turunannya. Pigmen ini atau
kompleksnya dan klorokuin dapat menyebabkan lisis parasit. (Ganiswara,
1995).
4. Pengaruh Lingkungan
Klorokuin fosfat akan mengalami perubahan warna secara lambat jika
terpapar matahari. Tablet klorokuin fosfat sebaiknya disimpan pada wadah
tertutup pada suhu 25ºC, masih bias stabil pada suhu 15-30ºC. Injeksi
kloroquin hidroklorida sebaiknya disimpan pada suhu kurang dari 30ºC.
5. Cara penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik,terlindung dari sinar matahari dan kelembaban
6. Cara pembuatan
Tanaman sebagai sumber potensial obat antimalaria dimulai dengan
ditemukannya kinina, alkaloid yang berasal dari kulit batang Cinchona sp,
yang dilanjutkan dengan artemisinin dari tumbuhan Artemisia annua.Dari
beberapa tumbuhan yang telah berhasil diisolasi senyawa bioaktifnya
terhadap Plasmodium diketahui bahwasenyawa alkaloid masih merupakan
golongan senyawa yang potensial sebagai antimalaria salah satunya adalah
klorokuin.
7. Efek Samping
Efek samping dari obat Klorokuin antara lain : gangguan saluran cerna, sakit
kepala, kejang, gangguan penglihatan, over dosis, sangat toksis.
8. Dosis obat
Klorokuin tersedia sebagai tablet klorokuin fosfat 250 mg yang mengandung
150 mg basa. Klorokuin dihidroklorida injeksi mengandung 40 mg basa tiap
ml. Dosis oral diberikan pada hari pertama dengan dosis 10 mg/kg berat
badan, diikuti 6 jam kemudian dengan dosis 5 mg/kg, serta pada hari kedua
dan ketiga dengan dosis 5 mg/kg. Pemberian secara intra vena dengan dosis
10 mg/kg berat badan selama ≥ 8 jam, dilanjutkan 15 mg/kg selama ≥ 24 jam
(pemberian dalam 10 ml NaCl 0,9%/dekstrosa 5%).

44
2) Antibiotika
Antibiotika adalah senyawa berat dengan molekul rendah yang membunuh atau
menghambat pertumbuhan bakteri. Sebagian besar antibiotika dihasilkan oleh
mikroorganisme, khususnya Streptomyces spp. dan jamur (Mutschler, 1999;
Salyers dan Whitt, 2005). Penggunaan antibiotika untuk terapi infeksi pada
manusia dan hewan harus memenuhi sejumlah kriteria. Antibiotika dapat
dikelompokkan berdasarkan struktur dari antibiotika tersebut ataupun berdasarkan
target kerjanya pada sel yaitu, broad spektrum, mempunyai kemampuan
membunuh mikroorganisme dari berbagai spesies dan narrow spectrum hanya
mampu membunuh mikroorganisme secara spesifik (Bezoen et al ., 2000)
Menurut Prescott dan Baggot (1997) dan Mutschler (1999), mekanisme kerja
antibitotika dibagi dalam empat kategori, yaitu: menghambat sintesa dinding sel
(antibiotika golongan beta-lakta ,basitrasin dan vankomisin), menghambat sintesa
protein (aminoglikosida , linkosamida , makrolid , pleuromutilin dan tetrasiklin),
merusak fungsi membran sel (polimiksin dan polyenes) dan menghambat fungsi
asam nukleat (nitroimidazol ,nitrofuran , quinolon dan rifampin).
a. Eritromisin
1. Struktur kimia

Struktur kimia eritromisin terdiri dari : Aglikon eritronolid, gula amino


desosamin, gula netral kladinosa, dapat membentuk garam pada gugus
dimetilamino ( 3’) dengan asam, contoh:garam stearat bersifat sukar larut
dalam air dengan rasa yang sedikit pahit dan membentuk ester pada gugus
hidroksi ( 2’ ) yang tetap aktif secara biologis. Aktivitasnya tidak tergantung
pada proses hidrolisis. Contoh: ester-esteretilsuksinat, estolat, dan propinoat
yang tidak berasa. Struktur umum dari ertromycin ditunjukkan diatas cincin
makrolida dan gula-guladesosamin dan kladinose.

45
Sifat Kimia
Pemerian obat, serbuk hablur putih atau agak kuning; tidak berbau, sedikit
higroskopis. Kelarutan : stabil dalam suasana asam, sukar larut dalam air
tetapi larut dalam 2g/mL air, larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam.
2. Sifat Obat
Eritromisin yang bersifat bakteriostatik ini ber ikatan dengan ribosom 50s
dan menghambat tRNA. Peptida dari lokasi asam amino kelokasi peptida.
Antibiotik ini memiliki sifat lebih peka terhadap bakteri gram positif.
3. Penyimpanan
Simpan pada suhu kamar (25 -30oC) terlindung dari cahaya. Simpan di
tempat sejuk dan kering. Larutan ini cukup satabil pada suhu 40 derajat
celcius, namun dapat kehilanganaktivitas dengan cepat pada suhu 20 derajat
celcius dan pada suhu asam .Ertromycin biasanya tersedia dalam bentuk
berbagai ester dan garam.
4. Efeksamping
Mual, muntah, hilang nafsu makan, nyeri perut, hepatitis kolestatis, kulit
kemerahan, alergi, dan iritasi.
5. Mekanisme Kerja
Menghambat sintesa protein sel mikroba dengan berikatan pada ribosom 50S
yang mengganggut RNA. Eritromisin dapat mengganggu ikatan
kloramfenikol dengan bakteri karena tempat kerjanya sama. Ikatan
eritromisin dengan ribosom bakteri reversible , dan hanya terjadi jika sub
unit 50 S bebas dari molekul t-RNA yang mengandung peptide asal.
Eritromisin menghambat sintesis protein kuman.
6. Cara Pembuatan Antibiotika
Eritromisin dibentuk oleh prekusor pokok propionol -KoA dan metal malonil
KoA yang terkondensasi membentuk bagian aglikon(gula deoksi).
7. Dosis Obat
Anak-anak sampai 20 kg : 30-50 mg/kg berat badan/hari dibagi dalam
jumlah yang sama tiap 6 jam.
Dewasa dan anak-anak diatas 20 kg : 1 kapsul ERY”,250 tiap 6 jam atau 1
kaplet ERITROMISIN 500 tiap 12 jam (sebaiknya sebelum makan).

46
b. Tetrasiklin
1. Struktur Kimia

Sifat Kimia
Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, garam Na dan garam
HCl nya mudah larut dalam air. Bentuk basa dan garam HCl stabil dalam
keadaan kering. Tetrasiklin cepat berkurang potensinya dalam larutan.
Umumnya tetrasiklin berupa kristal kuning yang amfoter.
2. Sifat Obat
Tetrasiklin merupakan salah satu obat antimikroba yang menghambat
sintesis protein mikroba. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu
mensintesis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom,
dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri atas atas
dua subunit, yang berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai
ribosom 30S dan 50S. untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua
komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom
70S.
3. Mekanisme kerja
Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya.
Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotic ke dalam ribosom
bakteri gram-negatif, pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal
hidrofilik,ke dua ialah system transport aktif. Setelah masuk maka antibiotic
berikatan dengan ribosom 30S dan menghalangi masuknya komplek tRNA
– asam amino pada lokasi asam amino.
4. Pengaruh Lingkungan

47
Tetrasiklin harus disimpan di tempat yang kering, terlindung dari cahaya.
Tetrasiklin apabila bereaksi dengan logam bervalensi 2 dan 3 (Ca, Mg, Fe )
maka akan membentuk kompleks yang inaktif sehingga tetrasiklin tidak
boleh diminum bersama dengan susu dan obat-obat antasida. Obat ini dalam
bentuk kering bersifat stabil, tidak demikian halnya bila antibiotika ini
berada dalam larutan air. Untuk tetrasiklin sediaan basah perlu ditambahkan
buffer. Dalam larutan tetrasiklin yang biasa digunakan untuk injeksi
mengandung buffer dengan pelarut propylen glikol pada pH 7,5, dapat tahan
1 tahun pada suhu kamar sampai 45 ̊C. Bila pH lebih tinggi dari 7,5 maka
tingkat kestabilan tetrasiklin akan menurun.
Tetrasiklin adalah salah satu antibiotik yang dapat menghambat sintesis
protein pada perkembangan organisme. Antibiotik ini diketahui dapat
menghambat kalsifikasi dalam pembentukan tulang. Tetrasiklin diketahui
dapat menghambat sintesis protein pada sel prokariot maupun sel eukariot.
Mekanisme kerja penghambatannya, yaitu tetrasiklin menghambat
masuknya aminoasil-tRNA ke tempat aseptor A pada kompleks mRNA-
ribosom, sehingga menghalangi penggabungan asam amino ke rantai
peptide.
5. Cara Pembuatan
Tetrasiklin diperolah denga cara deklorrinasi klortetrasiklina, reduksi
oksitetrasiklina, atau denganfermentasi. Tetrasiklin yang digunakan dalam
terapi diperoleh secara mikrobiologik dari filtrat biak jenis streptomyces
atau dengan cara semisintetis. Pembuatan rolitetrasiklin dimulai dari
tetrasiklin yang dengan paraformaldehid dan pirolidin akan
teraminometilasi.
Dalam larutan air lambat laun akan terurai menjadi komponen akhir
sampai terjadi Kesetimbangan. Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama
ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces
aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomyces
rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin,
tetapi juga dapat diperoleh dari spesies Streptomyceslain.Tetrasiklin
diperolah denga cara deklorrinasi klortetrasiklina, reduksi oksitetrasiklina,
atau dengan fermentasi. Biosintesis tetrasiklin bermula dari karboksilasi
asetil-KoA membentuk malonil-KoA dengan enzim asetil-KoA

48
karboksilase. Malonil-KoA kemudian bereaksi dengan 2-oksosuksinamat
menghasilkan malonamoil-KoA. 2-oksosuksinamat merupakan hasil dari
transaminasi asparagin dengan enzim asam okso-asparagintran
saminase.Malonamoil-KoA kemudian dikonversi lebih lanjut menjadi 4-
hidroksi-6-metilpretetramida melalui 6-metilpretetramida. Senyawa inilah
yang akan diubah menjadi 4-dedimethylamino-4-okso-anhidrotetrasiklin,
yang merupakan intermediat dalam menghasilkan klorotetrasiklin dan
tetrasiklin.
6. Dosis Obat
Dewasa: 4 kali sehari 250 mg - 500 mg.
e) Alkaloida Ipeka
Contoh : emetin HCL dan dehidroemetin diHCL
a. Emetin HCL
1. Struktur Kimia

Sifat Kimia
Serbuk hablur,putih atau hampir putih ,tidak berbau,rasa pahit,jika terkena
cahaya berubah menjadi kuning lemah
2. Cara penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat,tidak tembus cahaya.
3. Cara pembuatan
MetodeIsolasiAlkaloida
Umumnya isolasi bahan bakal sediaan galenik yang mengandung alkaloid
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan menarik menggunakan

49
pelarut-pelarut organik berdasarkan azas Keller serta dengan Pemurnian
alkaloida dapat dilakukan dengan cara modern yaitu dengan pertukaran ion.
4. Efek samping
serius terjadi antara lain pada lardiovaskular,saraf ototdan reaksi pada saluran
cerna.
f) Turunan Nitroimidazol
Turunan nitroimidazol dibagi menjadi dua kelompok:
a. Turunan 2-nitroimidazol,contoh :benznidazol dan misonidazol
Struktur Kimia Benznidazol

b. Turunan 5-nitroimidazol,contoh :metronidazol,nim,orazol,ornidazol


Metronidazol
1. Struktur Kimia

Sifat Fisika kimia:


Dalam perdagangan metronidazol terdapat dalam bentuk basa dan garam
hidroklorida. Sebagai basa berupa serbuk kristal berwarna putih hingga kuning
pucat. Sedikit larut dalam air dan dalam alkohol, dan mempunyai pKa 2,6.
Injeksi metronidazol jernih, tidak berwarna, larutan isotonik dengan pH 4,5 – 7,
dengan osmolarity 297-314 m Osm/L dan mengandung natrium fosfat, asam

50
sitrat dan natrium klorida. Metronidazol hidroklorida sangat larut dalam air dan
larut dalam alkohol, dalam perdagangan berupa serbuk berwarna putih.
2. Efek Samping
Mual, muntah, gangguan pengecapan, lidah kasar dan gangguan saluran
pencernaan; rash ;mengantuk (jarang terjadi), sakit kepala, pusing , ataksia, urin
berwarna gelap, erytema multiform, pruritus, urtikaria, angioedema dan
anafilaksis; juga dilaporkan abnormalitas tes fungsi hati, hepatitis, jaundice,
trombositopenia, anemia aplastic, myalgia, athralgia; pada pengobatan intensif
dan jangka panjang dapat terjadi peripheral neuropathy, transient epilepsi-form
seizure dan leukopenia.
3. Cara penyimpanan
Simpan pada suhu kamar (25 - 30°C) dalam wadah tertutup rapat dan hindarkan
dari cahaya matahari
4. Cara pembuatan
Absorbsi obat dalam saluran cerna cepat dan sempurna kadar serum tertinggi
dicapai dalam 1-2 jam setelah pemgerian secaraoral,dengan waktu paro plasma
±8 jam.
5. Dosis Obat
Dosis metrodinazole akan tergantung kepada jenis, tingkat keparahan infeksi
yang diderita, kondisi kesehatan dan respons tubuh pasien terhadap obat. Dosis
anak-anak akan disesuaikan dengan umur dan berat badan mereka juga.
Dosis untuk orang dewasa umumnya berkisar antara 200-1200 mg per hari.
Dokter yang meresepkan metronidazole akan menganjurkan dosis dan frekuensi
minum obat yang sesuai dengan kondisi Anda. Metronidazole biasanya
diresepkan untuk jangka waktu antara 3-14 hari. Jangan melebihi 4 g
metronidazole per hari.

g) Turunan 8-hidroksikuinolon
Contoh kiniofon,kliokuinol dan iodokuinol

51
Mekanisme kerja
8-Hidroksikuinolin bekerja pada amuba yang terdapat pada usus, melalui dua
mekanisme, yaitu :
1.Oksidasi oleh atom iodida
2.Pembentukan kelat dengan ion fero oleh gugus 8-Kuionolinol.
Efek samping
Efek samping turunan 8-Hidroksikuinolin adalah subacutemyclo-optic neuropathy
(SMON) dan nyeri selebral akut, termasuk agitasi dan amnesia, bila digunakan
dengan dosis besar pada waktu yang pendek. Pada dosis terapi, pemakaian jangka
panjang kemungkinan menyebabkan atropi optikyang tetap dan kebutaan. Di
beberapa negara, termasuk indonesia, kliokuinol samping di atas.
Struktur kimia kliokuinol

1.1.4 Antifungi
a. Pengertian
Antifungi adalah obat-obatan yang berdaya menghentikan pertumbuhan atau
mematikan jamur yang menghinggapi manusia.
Berdasarkan cara kerjanya, antifungi dibagi menjadi 2 jenis yaitu yang bekerja
membunuh jamur atau disebut sebagai fungisida dan penghambat pertumbuhan
jamur disebut fungistatid.
Fungi adalah anggota kelompok besar eukariotik organisme yang meliputi
mikroorganisme seperti ragi dan jamur, serta lebih akrab jamur. Kadang disebut
juga Fungi yang diklasifikasikan sebagai sebuah kerajaan yang terpisah dari
tanaman, hewan dan bakteri. Perbedaan utama adalah bahwa sel-sel jamur memiliki

52
dinding sel yang mengandung kitin, tidak seperti dinding sel tumbuhan, yang
mengandung selulosa.
Didalam tubung manusia,ada jamur yang bersifat patogen atau merugikan
manusia. Infeksi jamur pada manusia berlangsung melalui sporanya dan dapat
dibagi dalam mycosis umum dan mycosis permukaan :
1. Mycosis umum (sistemis) . Pada infeksi umum , jamur atau ragi tersebar di
tubuh atau mengakibatkan infeksi dalam organ tubuh , yang kadang-kadang
dapat membahaya kan jiwa , terutama penderita-penderita yang daya tahan
imunnya menu run akibat misalnya infeksi (AIDS) atau yang menggunakan
obat-obat yang menekan daya imunitas. Contohnya adalah actinomycosis ,
aspergillosis dan candidiasis (infeksi Candida dari khusus saluran cerna dan alat
pernapasan)
2. Mycosis permukaan (Tinea). Infeksi ini yang jauh lebih sering terjadi , terbatas
pada kulit , rambut, kuku dan mukosa. Infeksi ini mencakup dermatomycosis,
candidiasis vaginal, candidiasis , candidiasis mulut dan alat cerna. Mycosis kulit
juga dinamakan Tinea (Latin= dimakan oleh ngengat, “ moth-eaten”) di susul
dengan lokasinya, misalnya Tinea corporis , cruris, capitis dan pedis, masing-
masing berarti infeksi di tubuh, lipat paha, kepala dan kaki. Penyebabnya adalah
sering kali fungi berikut ini:
a) Dermatofit (jamur permukaan) dari suku Trichophyton (kulit , rambut, kuku),
Epidermophyton (kulit,kuku, ) dan Microsporum (kulit, rambut).
Mikroorganisme ini hidup di lapisan tanduk, kuku , serta rambut dan
memiliki enzim yang mampu melarutkan keratin (bagian utama dari jaringan
tanduk) . Infeksi terdiri dari bercak-bercak melingkar (“ringworm”) di kulit
dengan batas-batas tajam yang tertutup drngan sisik atau gelembung kecil.
Dermatofitosis (dermatomikosis) adalah infeksi jamur kronis dari kulit
rambut dan kuku berdasarkan unsure keratinnya. Jamur-jamur ini yang juga
dinamakan fungi ringworm mengakibatkan “kutu air” , panu, kurap, dan kuku
kapur.
b) Candida albicans (dahulu disebut Monili) adalah suatu jenis ragi yang sering
kali menghinggapi mukosa mulut , bronchia dan vagina.
c) Pityrosporum ovale, yang berperan pada ketombe dan Malassezia furfur
penyebab panu. (Drs.Tan Hoan Tjay dan Drs. Kirana Raharja.2007.Obat-
Obat Penting.ed.6 depkes RI . Jakarta)

53
b. Obat Antifungi
Antifungi adalah obat-obatan yang berdaya menghentikan pertumbuhan atau
mematikan jamur yang menghinggapi manusia. Berdasarkan cara kerjanya,
antifungi dibagi menjadi 2 jenis yaitu yang bekerja membunuh jamur atau disebut
sebagai fungisida dan penghambat pertumbuhan jamur disebut fungistatid.
Penggolongan obat antifungi terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. Antibiotik (Griseofulvin,Nyastatin)
2. Asam asam organic ( Asam salisilat)
3. Derivat Imidazol ( Ketokonazol , mikonazol)

Uraian Obat
a) Griseofulvin
1. Struktur Obat

Griseofulvin dihasilkan oleh Penicilium griseofulvin dan pada penggunaan


oral berkhasiat fungistatis terhadap banyak dermatofit. Namun zat ini tidak
aktif terhadap Candida, Pityriasis versicolor, ragi dan bakteri.
2. Sifat Fisikokimia
Griseofulvin berwarna putih atau putih krem, rasa pahit, termostabil. ;Dalam
perdagangan obat ini tersedia untuk penggunaan secara oral sebagai
Griseofulvin Microsize dan Griseofulvin Ultramicrosize. ;Griseofulvin
Microsize mengandung partikel berukuran diameter 4 µm dan Griseofulvin
Ultramicrosize mengandung partikel berukuran diameter < 1 µm;Larut dalam
etanol, metanol, aseton, benzen, kloroform,etil asetat dan asam asetat; Praktis
tidak larut dalam air, petroleum eter.

54
3. Mekanisme kerja
Griseofulvin menunjukan efek antijamur dengan membatasi pertumbuhan
jamur, yaitu dengan menghambat mitosis jamur. Senyawa ini mengikat
protein mikrotubuli dalam sel, kemudian merusak struktur spindle mitotic
dan menghentikan metafasa pembelahan sel jamur.
4. Sifat Obat
Griseofulvin berwarna putih atau putih cream , mempunyai rasa pahit dan
merupakan zat yang termostabil. Griseofulvin merupakan antibiotic yang
bersifat fungistatid.
5. Pengaruh Lingkungan
Griseofulvin harus disimpan dalam suhu kamar (di bawah 30O C dan di
tempat yang kering). Sediaan griseofulvin harus disimpan pada suhu kurang
dari 40˚C. Tablet Griseofulvin Microsize dan Griseofulvin Ultramicrosize
harus disimpan dalam wadah tertutup rapat. ;Sediaan griseofulvin
mempunyai waktu kadaluarsa 2-5 tahun sesuai tanggal kadaluwarsa yang
tercantum dari masing-masing produsen obat.
6. Cara Pembuatan
Diisolasi dari jalur tertentu Penicilium griseofulvum , efektif pada pemberian
secara oral , dan hanya bekerja pada jamur yang tumbuh aktif.
7. Efek samping
Griseofulvin kadang-kadang menimbulkan efek samping antara lain urtikaria,
sakit kepala, ketidaknyaman lambung, granulositopenia, dan leucopenia.
8. Dosis Obat
Dewasa, pada umumnya 4 kali sehari 1 tablet sudah cukup. Untuk kasus
tertentu mungkin diperlukan dosis awal yang lebih tinggi yaitu 8 tablet
sehari. Anak-anak, sehari 10 mg per kg berat badan. Lama pengobatan
dilakukan paling sedikit 4 minggu. Untuk kasus tertentu misalnya infeksi
kuku, pengobatan dapat berlangsung selama 6 - 12 bulan. Terapi dihentikan
sekurang-kurangnya 2 minggu setelah infeksi hilang.

55
b) Nystatin
1. Struktur Obat

Nistatin berasal dari Streptomyces noursei ; namanya diambil dari New York
State Departement Health (1951) dan memiliki sturuktur kimia yang
menyerupai amfoterisin B.
2. Sifat Fisikokimia
Tiap mg nistatin mengandung tidak kurang dari 4400 unit aktivitas. Obat ini
bersifat higroskopis, serbuk berwarna kuning hingga coklat bercahaya,
dengan bau seperti sereal, sangat sedikit larut dalam air (efektif dalam bentuk
suspensi), sedikit larut dalam alkohol, metanol, n-propil alkohol, dan n-butil
alkohol; tidak larut dalam kloroform, eter dan benzen.
3. Mekanisme kerja
Nystatin memiliki aktivitas antifungi (anti jamur), yaitu dengan mengikat
sterol (terutama ergosterol) dalam membran sel fungi. Nistatin tidak stabil
melawan organism (contohnya : bakteri) yang tidak mempunyai sterol pada
membrane selnya. Hasil dari ikatan ini membuat membrane tidak dapat
berfungsi lagi sebagai rintangan yang selektif (selective barrier) dan kalium
serta komponen sel yang lainnya akan hilang. Aksi utama nistatin adalah
melawan Candida (Monilia) sp.
4. Pengaruh Lingkungan
Sediaan nistatin dapat menjadi rusak oleh panas , cahaya, kelembaban atau
udara. Nistatin suspense oral dan tablet harus disimpan dalam wadah yang
tertutup rapat, tidak tembus cahaya. Tablet oral dan suspense oral : simpan
pada suhu kamar yang terkontrol 15˚C hingga 25˚C. Paparan tablet terhadap
suhu lebih dari 40˚C dan penyimpanan suspense oral pada suhu dingin harus

56
dihindari . Serbuk nistatin harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, kedap
cahaya dan disimpan pada suhu 2-8˚C. Penyiapan suspense oral nistatin yang
tidak mengandung pengawet, harus segera digunakan sesudah pencampuran.
Sediaan melalui vagina : simpan dalam refrigerator : lindungi dari
temperature ekstrim , udara lembab dan cahaya.
5. Cara Pembuatan
Nistatin di isolasi dari Streptomyces noursei , digunakan untuk pengobatn
infeksi Candida sp, pada kulit, membrane mukosa , saluran cerna dan vagina.
6. Efek samping
Nistatin pada penggunaan oral berupa oral berupa mual, muntah, diare pada
dosis tinggi ; sensitisasi dan iritasi oral ; rash (termasuk urtikaria) dan jarang
terjadi sindrom Stevens-Johnson.
c) Asam Salisilat
1. Struktur kimia

Sifat kimia
Pemerian obat Tidak berwarna menjadi kuning pada larutan dengan bau
kenari pahit, titik lebur 1-2˚C, dan memiliki titik didih 197˚C. Asam organis
ini berkhasiat fungisid terhadap banyak fungi pada konsentrasi 3-6% dalam
salep. Di samping itu , zat ini berkhasiat bakteriostatis lemah dan berdaya
keratolis , yaitu dapat melarutkan lapisan tanduk kulit pada konsetrasi 5-10%.
Asam salisilat merupakan turunan dari senyawa aldehid. Senyawa ini juga
biasa disebut o-hidroksibensaldehid, o-formilfenol atau 2-formilfenol.
Senyawa ini stabil, mudah terbakar dan tidak cocok dengan basa kuat,
pereduksi kuat, asam kuat, dan pengoksidasi kuat.

57
2. Mekanisme kerja
Menghambat sintesis Prostaglan dengan menghambat kerja enzim
siklooksigenase pada pusat termoregulator dihipothalamus dan perifer.
Salisilat dudah digunakan lebih dari 100 tahun
3. Sifat
Telah digunakan secara luas dalam terapi dermotologis sebagai suatu
agen keratolitik. Digunakan pada bagian luar tubun yang pada kulit sebagai
antiseptik lemah serta keratolitikun (melarutkan sel-sel kulit mati). Agen ini
berupa bubuk berwarna putih yang mudah larut dalam alkohol tetapi sukar
larut dalam air. Asam salisilat merupakan zat anti akne sekaligus keratolitik
yang lazim diberikan secara topikal. Penggunaanya dalam kosmetik anti akne
atau karatolitik merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan kosmetika
tersebut umpamanya dalam kosmetika perawatan kulit yang berjerawat.
Asam salisilat berkhasiat keratolotis dan sering digunakan sebagai obat
ampu terhadap kutil kulit, yang berciri penebalan eidermis setempat dan
disebabkan oleh infeksi dengan virus papova. Asam salisilat sangat iritatif,
sehingga hanya digunakan sebagai obat luar. Derifatnya yang dapat dipakai
secara sistemik adalah ester salisilat dan asam organik dengan subtitusi pada
gugus hidroksil misalnya asetosal.
4. Pengaruh Lingkungan
Disimpan dalam wadah tertutup baik
5. Cara Pembuatan
Dibuat dengan cara esterifikasi pada tahun 1860.
6. Efek samping
Gejala saluran cerna lebih menonjol pada intoksikasi asam salisilat. Efek
terhadap saluran cerna, perdarahan lambung yang berat dapat terjadi pada
dosis besar dan pemberian contoh kronik. Salisilisme dan kematian terjadi
setelah pemakaian secara topikal. Gejala keracunan sistemik akut dapat
terjadi setelah penggunaan berlebihan asam salisilat di daerah yang luas pada
kulit.
7. Dosis Obat
Dosis umum pemakaian obat oles asam salisilat adalah 1-2 kali per hari.
Pemakaian ini tergantung pada jenis dan keparahan kondisi yang diobati.

58
d) Ketokonazol
1. Struktur Kimia

Senyawa Kimia
Ketokonazol berupa serbuk putih hingga sedikit abu-abu dan praktis tidak
larut dalam air. Ketokonazol mempunyai pKas 2.9 hingga 6.5;Larut dalam
DMSO atau kloroformKetokonazol adalah fungistatikum imidazol pertama
yang digunakan per oral (1981). Spektrum kerjanya mirip dengan mikonazol
dan meliputi banyak fungi patogen ( ragi, dermatofit, termasuk Pityrosporum
ovale)
2. Mekanisme Kerja
Ketokonazol berkerja dengan menghambat enzim cytochrom P.450 jamur
dengan mengganggu sintesa ergosterol yang merupakan komponen penting
dari membran sel jamur
3. Sifat Obat
Ketokonazol bersifat lipofilik yang mengarah pada akumulasi dalam jaringan
lemak. Yang kurang beracun dan lebih efektif triazole senyawa flukonazol
dan itrakonazole ketokonazole sebagian besar telah digantikan untuk
penggunaan internal. Ketokonazol terbaik sangat diserap di asam tingkat,
sehingga antacid atau penyebab lain menurunnya kadar asam lambung akan
menurunkan penyerapan obat ketika diambil secara lisan.
4. Pengaruh Lingkungan
Simpan pada temperature 15 – 30˚C dan di hindarkan dari kelembaban (
Tablet ketoconazol harus dilindungi dari kelembaban dan disimpan dalam
wadah tertutup rapat pada suhu 15 -25˚C).
5. Cara Pembuatan
Ketokonazol adalah suatu derivate imidazol – dioxolan sintesis memiliki
akitifitas antimikotik yang paten terhadap dermatoksifit

59
6. Efek Samping
Mual, mutah, nyeri abdomen; sakit kepala; ruam, urticaria, pruritus ; jarang
terjadi angioedema, trombositopenia, paraesthesia , fotofobia, pusing ,
alopecia, ginecomastiadan oligosperma ; kerusakan berat pada hati , ;resiko
hepatitis lebih tinggi pada pemakaian lebih dari 14 hari.
7. Dosis Obat
Dewasa
Infeksi kulit, gastrointestinal dan sistemik : 1 tablet (200 mg) sekali sehari
pada waktu makan. Apabila tidak ada reaksi dengan dosis ini, dosis
ditingkatkan menjadi 2 tablet (400 mg sehari). Kandidosis vagina : 2 tablet
(400 mg) sekali sehari pada waktu makan.
Anak-anak
Tidak boleh digunakan untuk anak di bawah umur 2 tahun. Anak dengan
berat badan kurang dari 15 kg : 20 mg 3 kali sehari pada waktu makan. Anak
dengan berat badan 15-30 kg : 100 mg sekali sehari pada waktu makan.
Anak dengan berat badan lebih dari 30 kg : sama dengan dewasa.
e) Mikonazol
1. Struktur Kimia

Mikonazol (USP 29) serbuk putih atau hampir berwarna putih. Dapat
menunjukkan terjadinya polimorfisme. Titik leleh78˚ hingga 88˚. Tidak larut
dalam air, larut 1 bagian dalam 9,5 bagian dalam alkohol, larut 1 bagian
dengan 2 bagian kloroform, 1 bagian dalam 15 eter, 1 bagian dalam 4 bagian
isopropil alkohol, 1 dalam 5.3 metil alkohol dan 1bagian dalam 9 bagian
propilen glikol, mudah larut dalam aseton dan dimetilformamid.
Penyimpanan : pada temperatur 25˚ dan terlindung dari cahaya. Mikonazol
nitrat , sintesis turunan dari 1-phenethyl-imidazole. Adalah antijamur

60
spectrum luas dan bacreicidal agen. Ini menggabungkan aktivitas antijamur
terhadap Common dermathophytes, ragi dan jamur dengan berbagai aktivitas
antibakteri terhadap beberapa bakteri gram positif dan cocci Miconazole telah
terbukti efektif dalam mycoises sekunder infeksi yang kambuh atau resisten
dengan pengobatan lainnya. Tidak ada perlawanan terhadap Mikonazole.
2. Mekanisme Kerja
Mikanozol berkerja dengan menghambat enzim cytochrom P.450 jamur
dengan mengganggu sintesa ergosterol yang merupakan komponen penting
dari membran sel jamur
3. Sifat Obat
Bakterisid pada dosis terapi terhadap sejumlah kuman Gram positif, kecuali
basil – basil Dodrelen yang terdapat dalam vagina. Larut dalam air,bersifat
amfoter artinya dapat berfungsi baik sebagai asam dan basis.
4. Pengaruh Lingkunan
Sediaan mikonazol harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat pada
suhu 15-30˚C
5. Cara Pembuatan
Mikonazol adalah suatu derivate imidazol – dioxolan sintesis memiliki
akitifitas antimikotik yang paten terhadap dermatoksifit.
6. Efek samping
Pada penggunaan oral : mual, muntah, dan diare. Dapat terjadi reaksi alergi,
dan juga hepatitis. Pada penggunaan topikal : iritasi lokal dan reaksi
sensitivitas.
7. Dosis Obat
Untuk pencegahan dan pengobatan Oral : (Dewasa) 5-10 mL setelah makan 4
kali sehari ; tempatkan didekat luka pada mulut sebelum ditelan. (Anak) usia
dibawah 2 tahun diberikan 2.5 mL 2 kali sehari ; 2-6 tahun 5 mL 2 hari sekali
; diatas 6 tahun 5 mL 4 kali sehari ; pengobatan dilanjutkan selama 48 jam
setelah luka sembuh. Untuk luka terlokalisasi : usapkan pada area yang
terinfeksi dengan menggunakan jari yang bersih 4 kali sehari selama 5-7 hari
; pengobatan dilanjutkan hingga 48 jam setelah luka sembuh.;Untuk
pengobatan tinea versicolor, tinea pedis, tinea cruris atau tinea corporis krim
mikonazol dioleskan 1 kali sehari.

61
1.1.5 Antitrikomoniasis
a. Pengertian
Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
parasit Trichomonas vaginalis. Trichomonas vaginalis, organisme bersel tunggal
yang memiliki ekor seperti cambuk.
Parasit ini paling sering menyerang wanita, namun pria dapat terinfeksi dan
menularkan ke pasangannya lewat kontak seksual. Vagina merupakan tempat
infeksi paling sering pada wanita, sedangkan uretra (saluran kemih) merupakan
tempat infeksi paling sering pada pria. (Prawirohardjo, Sarwono. 1999)
Trikomoniasis pada saluran urogenital dapat menyebabkan vaginitis dan sistitis.
Walaupun sebagian besar tanpa gejala, akan tetapi dapat menimbulkan masalah
kesehatan yang tidak kurang pentingnya, misalnya perasaan dispareunia, kesukaran
melakukan hubungan seksual yang dapat menimbulkan ketidakserasian dalam
keluarga.
Penularan umumnya melalui hubungan kelamin tetapi dapat juga melalui
pakaian, handuk, atau karena berenang. Oleh karena itu trikomoniasis ini terutama
ditemukan pada orang dengan aktivitas seksual tinggi, tetapi dapat juga ditemukan
pada bayi dan penderita setelah menopause. Trikomoniasis terdapat baik pada
wanita maupun pria, namun penderita wanita lebih banyak dibandingkan pria. Pada
pria dapat menyebabkan uretritis dan prostatitis yang kira-kira merupakan 15%
kasus uretritis nongonore.
Trichomonas Vaginalis hanya dapat hidup pada pH > 5,5 – 7,5. Pada biakan
parasit mati pada pH < 4,9. Ini sebabnya parasit tidak dapat hidup di secret vagina
yang asam (pH 3,8 – 4,4). Infeksi terjadi secara langsung waktu bersetubuh melalui
bentuk Trofozoid. ( Prawirohardjo, 1997 )
Faktor Predisposisi :
1) pH lingkungan 4,9-7,5, seperti pada kondisi: Haid ,Hamil,Pencucian vagina
2) Aktivitas seksual tinggi dan bergonta – ganti pasangan.
3) Wanita lebih banyak dari pria. Wanita setelah menopause
4) Sanitasi buruk

62
b. Obat Antitrikomoniasis
Senyawa yang digunakan untuk pengobatan trikomoniasis. Suatu infeksi parasit
pada usus atau saluran genital, yang disebabkan oleh flagelata, seperti Trichomonas
vaginalis, T.tenax, dan Pentatrichomonas homisis.
Pengobatan
1. Direkomendasikan : metronidazol 2 gram per oral dosis tunggal. Kesembuhan
82-88%. Bila pasangan seksual diobati bersamaan : kesembuhan > 95%.
2. Rejimen alternatif : metronidazol 2 x 500 mg/hari selama 7 hari.
3. Bila gagal : obati ulang dengan metronidazol 2 x 500 mg/hari selama 7 hari.
4. Bila tetap gagal : metronidazol 2 gram sehari, dosis tunggal selama 3-5 hari.
Penatalaksanaan
1. Pengobatan dapat topical maupun sistemik :
a) Topikal
1) Bahan cairan berupa irigasi, misalnya hidrokarbon peroksida 1-2% dan
larutan asam laktat.
2) Bahan berupa suposituria, bubuk yang bersifat trikomoniasidal.
3) Gel atau krim yang bersifat trikomoniasidal
b) Sistemik
Golongan antibiotika (Contoh : tetrasiklin, natamisin, dan pentamisin).
Uraian Obat
a) Tetrasiklin
1. Struktur Obat

Sifat Kimia
Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, garam Na dan garam
HCl nya mudah larut dalam air. Bentuk basa dan garam HCl stabil dalam

63
keadaan kering. Tetrasiklin cepat berkurang potensinya dalam larutan.
Umumnya tetrasiklin berupa kristal kuning yang amfoter.
2. Sifat Obat
Tetrasiklin merupakan salah satu obat antimikroba yang menghambat sintesis
protein mikroba. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis
berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan
mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri atas atas dua subunit, yang
berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S.
untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu pada
pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70S.
3. Mekanisme kerja
Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya.
Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotic ke dalam ribosom
bakteri gram-negatif, pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal
hidrofilik,ke dua ialah system transport aktif. Setelah masuk maka antibiotic
berikatan dengan ribosom 30S dan menghalangi masuknya komplek tRNA –
asam amino pada lokasi asam amino.
4. Pengaruh Lingkungan
Tetrasiklin harus disimpan di tempat yang kering, terlindung dari cahaya.
Tetrasiklin apabila bereaksi dengan logam bervalensi 2 dan 3 (Ca, Mg, Fe )
maka akan membentuk kompleks yang inaktif sehingga tetrasiklin tidak
boleh diminum bersama dengan susu dan obat-obat antasida. Obat ini dalam
bentuk kering bersifat stabil, tidak demikian halnya bila antibiotika ini berada
dalam larutan air. Untuk tetrasiklin sediaan basah perlu ditambahkan buffer.
Dalam larutan tetrasiklin yang biasa digunakan untuk injeksi mengandung
buffer dengan pelarut propylen glikol pada pH 7,5, dapat tahan 1 tahun pada
suhu kamar sampai 45 ̊C. Bila pH lebih tinggi dari 7,5 maka tingkat
kestabilan tetrasiklin akan menurun.
Tetrasiklin adalah salah satu antibiotik yang dapat menghambat sintesis
protein pada perkembangan organisme. Antibiotik ini diketahui dapat
menghambat kalsifikasi dalam pembentukan tulang. Tetrasiklin diketahui
dapat menghambat sintesis protein pada sel prokariot maupun sel eukariot.
Mekanisme kerja penghambatannya, yaitu tetrasiklin menghambat masuknya

64
aminoasil-tRNA ke tempat aseptor A pada kompleks mRNA-ribosom,
sehingga menghalangi penggabungan asam amino ke rantai peptide.
5. Cara Pembuatan
Tetrasiklin diperolah denga cara deklorrinasi klortetrasiklina, reduksi
oksitetrasiklina, atau denganfermentasi. Tetrasiklin yang digunakan dalam
terapi diperoleh secara mikrobiologik dari filtrat biak jenis streptomyces atau
dengan cara semisintetis. Pembuatan rolitetrasiklin dimulai dari tetrasiklin
yang dengan paraformaldehid dan pirolidin akan teraminometilasi.
Dalam larutan air lambat laun akan terurai menjadi komponen akhir
sampai terjadi Kesetimbangan. Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama
ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces
aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomyces
rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin,
tetapi juga dapat diperoleh dari spesies Streptomyceslain.Tetrasiklin
diperolah denga cara deklorrinasi klortetrasiklina, reduksi oksitetrasiklina,
atau dengan fermentasi. Biosintesis tetrasiklin bermula dari karboksilasi
asetil-KoA membentuk malonil-KoA dengan enzim asetil-KoA karboksilase.
Malonil-KoA kemudian bereaksi dengan 2-oksosuksinamat menghasilkan
malonamoil-KoA. 2-oksosuksinamat merupakan hasil dari transaminasi
asparagin dengan enzim asam okso-asparagintran saminase.Malonamoil-KoA
kemudian dikonversi lebih lanjut menjadi 4-hidroksi-6-metilpretetramida
melalui 6-metilpretetramida. Senyawa inilah yang akan diubah menjadi 4-
dedimethylamino-4-okso-anhidrotetrasiklin, yang merupakan intermediat
dalam menghasilkan klorotetrasiklin dan tetrasiklin.
6. Dosis Obat
Dewasa: 4 kali sehari 250 mg - 500 mg.
Berdasarkan waktu paronya,turunan tetrasiklin dibagi menjadi tiga kelompok:
1. Tetrasiklin dengan masa kerja pendek
2. Tetrasiklin dengan masa kerja sedang
3. Tetrasiklin dengan masa kerja panjang
b) Golongan obat Nitromidazol seperti :
1) Metronidazol : dosis tunggal 2gr atau 3 x 500mg/hari selama 7 hari.
2) Nimorazol : dosis tunggal 2gr
3) Tinidazol : dosis tunggal 2gr

65
4) Imidazol : dosis tunggal 1.5 gr
Uraian Obat
a. Metronidazol
1. Struktur Kimia

Struktur Kimia
Metronidazole adalah antibakteri dan antiprotozoa sintetik derivat
nitroimidazoi yang mempunyai aktifitas bakterisid, amebisid dan
trikomonosid. Dalam sel atau mikroorganisme metronidazole mengalami
reduksi menjadi produk polar. Hasil reduksi ini mempunyai aksi
antibakteri dengan jalan menghambat sintesa asam nukleat. Metronidazole
efektif terhadap Trichomonas vaginalis, Entamoeba histolytica, Gierdia
lamblia. Metronidazole bekerja efektif baik lokal maupun sistemik
2. Sifat Fisikokimia
Dalam perdagangan metronidazol terdapat dalam bentuk basa dan garam
hidroklorida. Sebagai basa berupa serbuk kristal berwarna putih hingga
kuning pucat. Sedikit larut dalam air dan dalam alkohol, dan mempunyai
pKa 2,6. Injeksi metronidazol jernih, tidak berwarna, larutan isotonik
dengan pH 4,5 – 7, dengan osmolarity 297-314 m Osm/L dan
mengandung natrium fosfat, asam sitrat dan natrium klorida. Metronidazol
hidroklorida sangat larut dalam air dan larut dalam alkohol, dalam
perdagangan berupa serbuk berwarna putih.
3. Efek Samping
Mual, muntah, gangguan pengecapan, lidah kasar dan gangguan saluran
pencernaan; rash ;mengantuk (jarang terjadi), sakit kepala, pusing ,
ataksia, urin berwarna gelap, erytema multiform, pruritus, urtikaria,
angioedema dan anafilaksis; juga dilaporkan abnormalitas tes fungsi hati,
hepatitis, jaundice, trombositopenia, anemia aplastic, myalgia, athralgia;

66
pada pengobatan intensif dan jangka panjang dapat terjadi peripheral
neuropathy, transient epilepsi-form seizure dan leukopenia.
4. Cara penyimpanan
Simpan pada suhu kamar (25 - 30°C) dalam wadah tertutup rapat dan
hindarkan dari cahaya matahari
5. Cara pembuatan
Absorbsi obat dalam saluran cerna cepat dan sempurna kadar serum
tertinggi dicapai dalam 1-2 jam setelah pemgerian secaraoral,dengan
waktu paro plasma ±8 jam.
6. Dosis Obat
Dosis metrodinazole akan tergantung kepada jenis, tingkat keparahan
infeksi yang diderita, kondisi kesehatan dan respons tubuh pasien terhadap
obat. Dosis anak-anak akan disesuaikan dengan umur dan berat badan
mereka juga.
Dosis untuk orang dewasa umumnya berkisar antara 200-1200 mg per
hari. Dokter yang meresepkan metronidazole akan menganjurkan dosis
dan frekuensi minum obat yang sesuai dengan kondisi Anda.
Metronidazole biasanya diresepkan untuk jangka waktu antara 3-14 hari.
Jangan melebihi 4 g metronidazole per hari.

b. Nimorazole
1. Struktur Kimia

Nimorazole merupakan antibiotika golongan Azol yang terbaru. Selain


dalam sediaan tunggal dalam bentuk tablet oral (diminum) juga ada

67
kombinasinya (Chloramphenicol dan Nystatin) dalam bentuk vaginal
tablet.
2. Dosis
Melaksanakan simultan pengobatan mitra seksual. Dosis untuk orang
dewasa - 500 mg 2 kali sehari untuk 6 hari atau 2 g 1 Sekali sehari selama
1-2 hari. Setelah menyelesaikan kursus, ketika bakteriologis menabung
pemulihan gejala klinis untuk beberapa hari.
3. Efek samping
Pusing, mengantuk, polyneuropathy, terjadinya hal, eksaserbasi penyakit
mental, pencernaan yg terganggu (mual, muntah, mulas, epigasgtrium),
pelanggaran hati, reaksi alergi (ruam kulit, gatal).
4. Pengaruh Lingkungan
Simpan pada suhu kamar (25 - 30°C) dalam wadah tertutup rapat dan
hindarkan dari cahaya matahari

68
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dalam makalah ini adalah Kemoterapi dapat didefinisikan
sebagai obat – obatan kimiawi yang digunakan untuk memberantas penyakit infeksi
akibat mikroorganisme seperti bakteri, fungi, virus, dan protozoa (plasmodium,
amuba, trichomonas dll), juga terhadap infeksi oleh cacing tanpa merusak tuan
rumahnya.
Antiparasitics adalah kelas obat yang diindikasikan untuk pengobatan penyakit
parasit seperti nematoda, cestodes, trematoda, infeksi protozoa, dan amuba.
Macam-macam dari kemoterapika antiparasit adalah :
1. Antelmintik
Obat-obat antelmintik dan perlakuannya :
a) Piperazine : Obat ini harus terlindung dari cahaya sehingga wadah yang
digunakan harus kedap udara, terlindung dari udara dan di simpan ditempat
kering dibawah suhu 30oC
b) Dietilkarbamazin sitrat disimpan dalam wadah tertutup rapat.
c) Pirantel pamoat Obat ini harus terlindung dari sinar.
d) Tetramisol Hcl disimpan dalam fiber drum dengan berat 25 kg
e) Albendazole : obat ini harus disimpan ditempat yang sejuk dan tempat yang
kering dan terhindar dari cahaya matari langsung.
f) Obat prazikuantel sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup rapat dan tidak
tembus cahaya.
g) Mebendazole : Stabil dalam keadaan terbuka. disimpan dalam tempat tertutup
baik pada suhu 15-25˚C
2. Antimalaria
Penyimpanan Obat-obat antimalaria :
a) Kuinin : kuinin disimpan dalam tempat yang rapat dan terlindung oleh cahaya,
sehingga sebaiknya quinin disimpan pada suhu kurang dari 40OC, lebih baik
apabila disimpan pada suhu antara 15-30OC (McEvoy, 2002).
b) Klorokuin : Tablet klorokuin fosfat sebaiknya disimpan pada wadah tertutup
pada suhu 25ºC, masih bisa stabil pada suhu 15-30ºC. Injeksi kloroquin
hidroklorida sebaiknya disimpan pada suhu kurang dari 30ºC.

69
c) Meflokuin : sebaiknya di simpan di dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
sinar dan kelembaban.
d) Proguanil : sebaiknya di simpan di dalam wadah tertutup baik, di tempat yang
kering terlindung dari sinar dan kelembaban.
e) Primakuin : harus disimpan dalam wadah yang tertutup baik, tahan terhadap
cahaya serta disimpan dalam suhu kurang dari 40°C diutamakan antara suhu 15-
30°C.
3. Antiamuba
Obat-obat antiamuba dan cara penyimpanannya :
a) Klorokuin : Tablet klorokuin fosfat sebaiknya disimpan pada wadah tertutup
pada suhu 25ºC, masih bias stabil pada suhu 15-30ºC. Injeksi kloroquin
hidroklorida sebaiknya disimpan pada suhu kurang dari 30ºC.
b) Eritromisin :disimpan pada suhu kamar (25 - 30oC) terlindung dari
cahaya.Simpan di tempat sejuk dan kering
c) Tetrasiklin : Dalam wadah tertutup rapat,tidak tembus cahaya
d) Emetin HCL : Dalam wadah tertutup rapat,tidak tembus cahaya.
e) Metronidazole : Simpan pada suhu kamar (25 - 30°C) dalam wadah tertutup
rapat dan hindarkan dari cahaya matahari
4. Antifungi
Obat-obat antifungi dan penyimpanannya :
a) Griseofulvin : harus disimpan dalam suhu kamar (di bawah 30O C dan di tempat
yang kering)
b) Nistatin : Tablet oral dan suspense oral : simpan pada suhu kamar yang
terkontrol 15OC hingga 25 C. Paparan tablet terhadap suhu lebih dari 40OC dan
penyimpanan suspense oral pada suhu dingin harus dihindari . Serbuk nistatin
harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, kedap cahaya dan disimpan pada
suhu 2-8OC.
c) Asam salisilat : Disimpan dalam wadah tertutup baik
d) Ketokonazole : Simpan pada temperature 15 – 300C dan di hindarkan dari
kelembaban
e) Mikonazole : Simpan pada suhu kamar dibawah 30OC
5. Antitrikomoniasis
Obat-obat antitrikomoniasis dan penyimpanannya :
a) Tetrasiklin : Dalam wadah tertutup rapat,tidak tembus cahaya

70
b) Metronidazol : Injeksi metronidazol harus disimpan pada 15°C hingga 30°C dan
dilindungidari cahaya.
c) Nimorazole :Simpan pada suhu kamar (25 - 30°C) dalam wadah tertutup rapat
dan hindarkan dari cahaya matahari

B. SARAN
Penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik dan saran
sangat diharapkan untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya.

71
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Informasi Obat Albendazole. http://www.dechacare.com/Albendazole-P570-


1.html. [16-03-2015]

Anonim. Informasi Obat Levamisol. http://www.informasiobat.com/levamisol. [ 16-03-


2015]

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta:Depkes RI

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta:Depkes RI

Dynanti,Putri.2013.Obat-ObatAntelmintik.
http://putriiidynanti02.blogspot.com/2013/04/obat-obat-antelmintik_28.html. [16-
03-2015]

Fahmi, Sjaiful. 2001. Penyakit Menular Seksual, Edisi 2. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Haryanto.1999. MALARIA epidemiologi, patogenesis, manifestasi klinis dan penanganan.


EGC : Jakarta

Mandals, dkk. 2006. Penyakit Infeksi, Edisi 6. Jakarta : Erlangga

McEvoy, G. K., 2004, AHFS Drug Information,American Society of Health System


Pharmacists,US.

Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan, Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Siswandono dan Bambang, Soekardjo. 2008. Kimia Medisinal. Surabaya : AUP

Syamsudin, 2005, Mekanisme Kerja Obat Antimalaria, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia
3(1): 37-40.

Tintusfar.2013.Kemoterapikaantiparasit.https://tintusfar.files.wordpress.com/2013/06/kem
oterapika-antiparasit-poltekes-kemenkes-ri.pdf.[14-03-2015]

Tjay, Tan Hoan dan Kirana, Rahardja. 2008. Obat-Obat Penting. Jakarta : Elex Media
Komputindo

72

You might also like