You are on page 1of 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan
sakit ringan (Depkes RI, 2005). (Menurut Astuti, 2012) imunisasi tetanus toxoid adalah
imunisasi yang diberikan kepada ibu hamil untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum.
Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian
dimurnikan. Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung toksoid tetanus yang telah
dimurnikan yang terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml
digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 IU.
Vaksin TT dipergunakan untuk pencegahan tetanus pada bayi yang baru lahir dengan
mengimunisasi wanita usia subur dan juga untuk pencegahan tetanus

Manfaat Imunisasi TT
1. Melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum (BKKBN, 2005; Chin,
2000). Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi
berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf pusat (Saifuddin dkk, 2001).
2. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka (Depkes RI, 2000) Kedua
manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari program imunisasi
secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal dan tetanus neonatorum (Depkes, 2004).

Jumlah dan Dosis Pemberian Imunisasi


Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali (BKKBN, 2005; Saifuddin dkk, 2001),
dengan dosis 0,5 cc di injeksikan intramuskuler/subkutan dalam (Depkes RI, 2000).
1. Kemasan
a) 1 bok vaksin terdiri dari 10 vial.
b) 1 vial berisi 10 dosis.
c) Vaksin TT berbentuk cairan.
2. Jarak pemberian imunisasi TT1 dan TT2
Jarak pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan TT2 adalah minimal 4 minggu
(Saifuddin dkk, 2001; Depkes RI, 2000).
3. Jadwal pemberian
a) TT 1, diberikan dengan dosis 0,5 cc.
b) TT 2, jarak pemberian 4 minggu setelah TT 1, dapat memberikan perlindungan
selama 3 tahun, dosis pemberian 0,5 cc.
c) TT 3, jarak pemberian 6 bulan setelah TT 2, masa perlindungan 5 tahun, dosis
pemberian 0,5 cc.
d) TT 4, jarak pemberian 1 tahun setelah TT 3, masa perlindungan 10 tahun, dosis
pemberian 0,5 cc.
e) TT 5, jarak pemberian 1 tahun setelah TT 4, masa perlindungan 25 tahun, dosis
pemberian 0,5 cc.

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS IMUNISASI PADA


IBU HAMIL

A. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo pengetahuan merupakan hal yang diketahui oleh orang atau
responden yang berhubungan dengan sehat dan sakit atau kesehatan, seperti mengenai
penyakit (penyebab, cara penularan, cara pencegahan), gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan,
kesehatan lingkungan, keluarga berencana, dan sebagainya. Pengetahuan merupakan hasil
tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, raba dan rasa.

Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo dan Wawan Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan, yaitu
1) Tahu (know)
Kemampuan mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2) Memahami (comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
mengintepretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (application)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi sebenarnya.
4) Analisis (analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek dalam komponen–
komponen, tetapi masih di dalam suatu strukur organisasi, dan berkaitan satu sama
lain.
5) Sintesis (synthesis)
Suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi formulasi
yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
suatu materi atau objek.

Pengukuran Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, jenis penelitian, pengetahuan tentang kesehatan dibagi menjadi
2 , yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif pada umumnya mencari
jawaban atas kejadian/fenomena yang menyangkut berapa banyak, berapa sering, berapa
lama, dan sebagainya, maka biasanya menggunakan metode wawancara dan angket.
1. Wawancara tertutup dan wawancara terbuka, dengan menggunakan instrumen (alat
pengukur& pengumpulan data) kuesioner. wawancara tertutup adalah wawancara
dengan jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan telah tersedia dalam opsi
jawaban, responden tinggal memilih jawaban yang dianggap mereka paling benar atau
paling tepat, sedangkan wawancara terbuka, yaitu pertanyaan - pertanyaan yang
diajukan bersifat terbuka, dan responden boleh menjawab sesuai dengan pendapat
atau pengetahuan responden sendiri.
2. Angket tertutup atau terbuka. Seperti halnya wawancara, angket juga dalam bentuk
tertutup dan terbuka. Instrumen atau alat ukurnya seperti wawancara, hanya jawaban
responden disampaikan lewat tulisan. Metode pengukuran melalui angket ini seriing
disebut “self administered” atau metode mengisi sendiri.

Dalam Buku yang ditulis oleh Notoadmojo, penelitian kualitatif bertujuan untuk
menjawab bagaimana suatu fenomena itu terjadi atau mengapa terjadi. Untuk metode
pengukuran yang dilakukan untuk mengukur pengetahuan dalam penelitian kualitatif
dapat dijabarkan dalam dua hal yaitu wawancara mendalam dan diskusi kelompok
terfokus:
A. Wawancara mendalam
Peneliti mengajukan suatu pertanyaan sebagai pembuka, jawaban
responden akan diikuti pertanyaan selanjutnya dan terus menerus sehingga
diperoleh informasi dari responden dengan sejelas – jelasnya.
B. Diskusi Kelompok Terfokus (DKT) atau “Focus group discussion”
Menggali informasi dari beberapa orang responden sekaligus dalam
kelompok, peneliti mengajukan pertanyaan yang akan memperoleh jawaban
yang berbeda dari semua responden dalam kelompok tersebut. Jumlah
kelompok dalam diskusi kelompok terfokus antara 6-10 orang.

Pengukuran Tingkat Pengetahuan


Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui diberikan penilaian:
a) Tingkat pengetahuan baik : skor 76% - 100%
b) Tingkat pengetahuan cukup : skor 56% - 75%
c) Tingkat pengetahuan kurang : skor < 56%

Pengetahuan ibu cukup dan baik disebabkan karena ibu aktif mengikuti kegiatan
posyandu dan mengikuti penyuluhan tentang kesehatan khususnya imunisasi TT serta
mempunyai teknologi yang canggih seperti Hp, TV, radio, dan lain-lain sehingga
pengetahuan ibu cukup dan baik. Kurangnya pengetahuan disebabkan karena
ketidakmampuan seseorang dalam mengakses informasi sehingga menjadi sekumpulan
persepsi terhadap suatu objek tertentu.

B. Pendidikan

Pendidikan Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha


sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut H. Fuad Ihsan menjelaskan bahwa dalam pengertian yang sederhana dan
umum makna pendidikan sebagai “Usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai
dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan kebudayaan”. Usaha-usaha yang
dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskan
kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang
terjadi dalam suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan
hidupnya.
Disamping itu John Dewey menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah proses
pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional
kearah alam dan sesama manusia”. Sedangkan menurut J.J. Rousseau menjelaskan
bahwa “Pendidikan merupakan memberikan kita pembekalan yang tidak ada pada masa
kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkanya pada masa dewasa”.
Pendidikan yang rendah yang dimiliki oleh sebagian besar responden pada penelitian
ini menunjukkan hasil adanya hubungan antara tingkat pendidikan dan pelaksanaan
imunisasi Tetanus Difteri. Responden yang tidak melakukan Imunisasi Tetanus Difteri
saat kehamilan adalah responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah, sedangkan
responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi melakukan imunisasi Tetanus
Difteri, karena pengalaman yang mereka miliki lebih banyak dan luas yang diperoleh
saat di bangku pendidikan dan pengalaman yang diceritakan oleh teman sekolah yang
memiliki pengetahuan yang baik mengenai kesehatan ibu hamil dengan melakukan
imunisasi Tetanus Difteri saat kehamilan.
Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Wirda pada tahun 2012
tentang hubungan jenis pendidikan dengan pelaksanaan imunisasi Tetanus Toksoid saat
kehamilan, responden yang memiliki tingkat pendidikan semakin tinggi maka
pengetahuan yang dimiliki tentang imunisasi Tetanus Toksoid juga baik dan benar,
sehingga responden memiliki kesadaran untuk melakukan imunisasi Tetanus Toksoid
untuk mencegah penyakit tetanus kepada ibu dan calon anak yang akan dilahirkannya.

C. Status Ekonomi
Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat,
status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat
yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan,
pendapatan dan sebagainya. Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk
gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga memadai akan menunjang tumbuh kembang
anak. Karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun
sekunder.

Jenis-Jenis Kelas Status Sosial Ekonomi


Dikalangan para ahli sosiologi kita menjumpai keanekaragaman dalam penentuan
jumlah lapisan sosial ekonomi. Sejumlah ilmuwan sosial membedakan menjadi tiga kelas
atau lebih, yakni:
1) Kelas atas, kelas ini ditandai oleh besarnya kekayaan, pengaruh baik dalam sektor-
sektor masyarakat perseorangan ataupun umum, berpenghasilan tinggi, tingkat
pendidikan yang tinggi, dan kestabilan kehidupan keluarga.
2) Kelas menengah, kelas ini di tandai oleh tingkat pendidikan yang tinggi, penghasilan
dan mempunyai penghargaan yang tinggi terhadap kerja keras, pendidikan, kebutuhan
menabung dan perencanaan masa depan, serta mereka dilibatkan dalam kegiatan
komunitas.
3) Kelas bawah, kelas ini biasanya terdiri dari kaum buruh kasar, penghasilannya pun
relatif lebih rendah sehingga mereka tidak mampu menabung, lebih berusaha
memenuhi kebutuhan langsung daripada memenuhi kebutuhan masa depan,
berpendidikan rendah, dan penerima dana kesejahteraan dari pemerintah.

Rendahnya ekonomi ibu dapat berpengaruh terhadap status imunisasi TT. Ekonomi rendah
bisa menyebabkan ibu tidak bisa mendapat imunisasi TT karena ibu tidak punya biaya
untuk membayarnya. Rendahnya ekonomi akan menyebabkan seseorang tidak bisa membeli
media elektronik atau media massa sehingga informasi yang didapatkan kurang. menurut
pendapat Novitasari (2012) yang mengatakan rendahnya ekonomi seseorang, akan
berdampak pada daya beli pada seseorang tersebut.

D. Pendidikan
Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2007) yang mengatakan pengetahuan
dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya yaitu pendidikan. Pendidikan mempengaruhi
proses belajar, makin tinggi pendidikan seorang makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi. Kurangnya pengetahuan ibu tentang imunisasi Tetanus Toksoid
mengakibatkan ibu kurang mengetahui bahaya dari penyakit tetanus yang dapat
membahayakan ibu dan janin.
Pendidikan yang rendah menyebabkan tingkat kemampuan ibu untuk menerima
penyuluhan menjadi terbatas sehingga pengetahuan ibu juga kurang. Ibu dengan
pendidikan dasar mempunyai pengetahuan cukup karena ibu rutin mengikuti kegiatan
posyandu di desa tiap bulan, ikut penyuluhan, dan ibu memperoleh informasi kesehatan
khususnya imunisasi TT dari Televisi maupun media elektronik lainnya sehingga ibu
mau melakukan imunisasi TT.
Kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi Tetanus Toksoid (TT) dapat
disebabkan oleh kemampuan ibu dalam menyerap pengetahuan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT). Semakin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang
rendah akan menghambat perkembangan sikap dan perilaku seseorang terhadap nilai-
nilai kesehatan.

E. Antenatal Care
Pemeriksaan kehamilan yang merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya
koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Pada hakikatnya pemeriksaan
kehamilan bersifat preventif care dan bertujuan mencegah hal - hal yang tidak diinginkan
bagi ibu dan janin.
Perawatan antenatal care (ANC) telah dilatih untuk imunisasi tetanus. Vaksin,
peralatan dan persediaan (kulkas, jarum suntik, jarum, dll.) diperlukan untuk melakukan
imunisasi tetanus sudah tersedia di fasilitas kesehatan, khususnya di layanan ANC.
Sistem pemantauan vaksinasi tetanus yang efektif sudah ada, termasuk daftar imunisasi,
kartu vaksinasi pribadi dan catatan kesehatan ibu. Semua ibu hamil dikeluarkan kartu
imunisasi pribadi, yang seharusnya tersedia untuk referensi pada setiap kunjungan ANC
dan setiap kontak lainnya dengan kesehatan sistem sepanjang hidup.
Kegiatan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya imunisasi tetanus dilakukan. Tetanus maternal dan neonatal termasuk dalam
sistem surveilans nasional. Dalam layanan ANC, periksa status imunisasi wanita hamil
(baik berdasarkan riwayat atau dengan kartu), terlepas dari apakah ada niat untuk
melanjutkan kehamilan.
Mengelola toksoid tetanus jika wanita memenuhi syarat untuk itu yaitu: Jika wanita
tersebut belum pernah divaksinasi sebelumnya, atau jika status imunisasi tidak diketahui,
berikan dua dosis TT/Td satu bulan sebelum kelahiran, dan dosis selanjutnya sesuai tabel
1.
Jika wanita tersebut memiliki 1-4 dosis toksoid tetanus sebelumnya, berikan satu
dosis TT/Td sebelum persalinan (Total lima dosis melindungi sepanjang tahun masa
subur).

Tabel 1. Jadwal imunisasi tetanus toksoid untuk wanita usia subur dan wanita hamil
tanpa eksposur sebelumnya ke TT, Td atau DTP a

Dosis TT atau Td Kapan memberi Jangka waktu perlindungan


(menurut kartu yang diharapkan
atau sejarah)

1 Pada kontak pertama atau sedini Tidak ada


mungkin pada kehamilan

2 Setidaknya 4 minggu setelah 1-3 tahun


TT1

3 Setidaknya 6 bulan setelah TT2 Setidaknya 5 tahun


atau selama berikutnya
kehamilan

4 Setidaknya satu tahun setelah Setidaknya 10 tahun


TT3 atau selama berikutnya
kehamilan

5 Setidaknya satu tahun setelah Untuk semua tahun usia subur


TT4 atau selama berikutnya dan
kehamilan mungkin lebih lama

Sumber: Informasi inti untuk pengembangan kebijakan imunisasi. Pembaruan 2002 .Geneva. World
Health Organization, 2002 (dokumen WHO/ V & B / 02.28), halaman 130.

Tabel 2 Pedoman imunisasi tetanus toxoid pada wanita yang diimunisasi selama masa
bayi, masa kecil atau remaja

Umur vaksinasi Imunisasi sebelumnya Imunisasi yang Disarankan


akhirnya (berdasarkan catatan Saat ini kontak / kehamilan
tertulis) Nanti (pada interval
setidaknya satu tahun)

Masa bayi 3 DTP 2 dosis TT / Td 1 dosis TT / Td


(minimal 4 minggu
interval antara dosis)

Masa kecil 4 DTP 1 dosis TT / Td 1 dosis TT /Td

Usia Sekolah 3 DTP + 1DT /Td 1 dosis TT / Td 1 dosis TT /Td

Usia Sekolah 4 DTP +1 DT/ Td 1 dosis TT / Td Tidak ada

Masa remaja 4 DTP + 1 DT pada 4 Tidak ada Tidak ada


- 6 tahun + 1 TT/ Td
pada 14-16 tahun

Diadaptasi dari: Galazka AM. Dasar imunologis untuk seri imunisasi. Modul 3: tetanus. Jenewa,
Organisasi Kesehatan Dunia, 1993 (WHO / EPI / GEN / 93.13), halaman 17.

Untuk wanita yang akan dilindungi selama kehamilan, dosis terakhir toksoid tetanus harus
diberikan setidaknya dua minggu sebelum kelahiran. Catat dosis yang diberikan pada daftar
imunisasi tetanus toxoid standar dan secara pribadi kartu imunisasi atau catatan kesehatan
ibu. Kartu imunisasi pribadi harus disimpan dengan wanita itu.

F. Usia
Usia dapat diartikan sebagai jumlah hari, bulan, tahun yang telah dilalui sejak lahir
sampai waktu tertentu. Umur bisa juga diartikan sebagai satuan waktu yang mengukur
waktu keberadaan suatu benda atau makhluk yang hidup maupun yang mati
(Notoatmodjo, 2007).
Menurut penelitian pada tahun 2015, usia ideal wanita untuk hamil adalah pada
rentang usia 20-35 tahun (Retnowati, 2010). Usia ≥20 tahun merupakan usia yang tepat
dalam menganalisis dan menerima suatu informasi dibandingkan dengan usia
pertengahan. Semakin dewasa usia yang dimiliki oleh seseorang maka akan semakin
lebih matang dan lebih baik juga orang tersebut dalam berpikir dan bertindak. Ibu dengan
usia produktif merupakan ibu dalam kelompok usia produktif, dimana seseorang dituntut
untuk mempersiapkan dan mengatur segala kebutuhan khususnya dalam menjaga
kesehatan diri dan bayi yang dikandungnya seperti mengikuti imunisasi Tetanus Difteri
ketika ibu hamil.

G. Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang dimiliki oleh responden. Hasil penelitian menjukan
bahwa paritas tidak memiliki hubungan dengan pelaksanaan imunisasi Tetanus Difteri.
Jumlah anak dalam keluarga tidak mempengaruhi ibu hamil dalam pelaksanaan
imunisasi Tetanus Difteri saat kehamilannya.Wijayanti (2013), yang menyatakan bahwa
ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan kelengkapan imunisasi Tetanus
Toksoid. Hasil penelitian menunjukan bahwa kelompok paritas lebih banyak mengetahui
manfaat imunisasi tetanus toksoid terkait dengan pengalamannya terdahulu yang sudah
beberapa kali mengalami kehamilan dan persalinan, sedangkan paritas yang rendah
belum mengerti pentingnya imunisasi Tetanus Toksoid.

You might also like