Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Amnion manusia pertama kali dapat diidentifikasi pada sekitar hari ke-7 atau
ke-8 perkembangan mudigah. Pada awalnya sebuah vesikel kecil yaitu amnion,
Gambar 1. Kantung amnion pada hari ke-10 ditampakkan pada gambar sebelah kiri
dan di sebelah kanan merupakan kantung amnion pada hari ke-12 yang
selanjutnya akan tumbuh menekan mudigah dikutip dari Cunningham
Cairan amnion pada keadaan normal berwarna putih agak keruh karena
adanya campuran partikel solid yang terkandung di dalamnya yang berasal dari
lanugo, sel epitel, dan material sebasea. Volume cairan amnion pada keadaan aterm
adalah sekitar 800 ml, atau antara 400 ml -1500 ml dalam keadaan normal. Pada
kehamilan 10 minggu rata-rata volume adalah 30 ml, dan kehamilan 20 minggu 300
1
ml, 30 minggu 600 ml. Pada kehamilan 30 minggu, cairan amnion lebih
Cairan amnion diproduksi oleh janin maupun ibu, dan keduanya memiliki
peran tersendiri pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan awal, cairan amnion
sebagian besar diproduksi oleh sekresi epitel selaput amnion. Dengan bertambahnya
usia kehamilan, produksi cairan amnion didominasi oleh kulit janin dengan cara
difusi membran. Pada kehamilan 20 minggu, saat kulit janin mulai kehilangan
permeabilitas, ginjal janin mengambil alih peran tersebut dalam memproduksi cairan
amnion. Pada kehamilan aterm, sekitar 500 ml per hari cairan amnion di sekresikan
dari urin janin dan 200 ml berasal dari cairan trakea. Pada penelitian dengan
menggunakan radioisotop, terjadi pertukaran sekitar 500 ml per jam antara plasma
Pada kondisi dimana terdapat gangguan pada ginjal janin, seperti agenesis
polihidramnion.
merupakan perpanjangan dari matriks ekstraseluler dan di sana terjadi difusi dua
arah antara janin dan cairan amnion. Pada usia kehamilan 8 minggu, terbentuk uretra
dan ginjal janin mulai memproduksi urin. Selanjutnya janin mulai bisa menelan.
Eksresi dari urin, sistem pernafasan, sistem digestivus, tali pusat dan permukaan
plasenta menjadi sumber dari cairan amnion. Telah diketahui bahwa cairan amnion
berfungsi sebagai kantong pelindung di sekitar janin yang memberikan ruang bagi
2
janin untuk bergerak, tumbuh meratakan tekanan uterus pada partus, dan mencegah
Cairan amnion juga berperan dalam sistem imun bawaan karena memiliki
peptid antimikrobial terhadap beberapa jenis bakteri dan fungi patogen tertentu.
Cairan amnion adalah 98% air dan elektrolit, protein , peptide, hormon, karbohidrat,
kehamilan. Beberapa tahun belakangan, sejumlah protein dan peptide pada cairan
amnion diketahui sebagai faktor pertumbuhan atau sitokin, dimana kadarnya akan
berubah-ubah sesuai dengan usia kehamilan. Cairan amnion juga diduga memiliki
Volume cairan amnion pada setiap minggu usia kehamilan bervariasi, secara
umum volume bertambah 10 ml per minggu pada minggu ke-8 usia kehamilan dan
kemudian akan menurun secara bertahap sampai volume yang tetap setelah usia
saat usia kehamilan 12 minggu sampai 400 ml pada pertengahan gestasi dan 1000 –
1500 ml pada saat aterm. Pada kehamilan postterm jumlah cairan amnion hanya 100
penelitian dengan 705 pengukuran cairan amnion secara individual. Variasi terbesar
terdapat pada usia kehamilan 32-33 minggu. Pada saat ini, batas normalnya adalah
3
Gambar 2. Grafik yang menunjukkan perubahan volume cairan amnion sesuai
dengan penambahan usia gestasi
dikutip dari Gilbert
Terdapat 3 cara yang sering dipakai untuk mengetahui jumlah cairan amnion,
dengan teknik single pocket ,dengan memakai Indeks Cairan Amnion (ICA), dan
Manning dan Platt pada tahun 1981 sebagai bagian dari pemeriksaan biofisik,
polihidramnion.
metode pengukuran cairan ketuban dengan teknik Indeks Cairan Amnion (ICA)
memiliki korelasi yang lemah dengan volume amnion sebenarnya (R2 dari 0.55, 0.30
dan 0.24) dan dua dari tiga penelitian ini menunjukkan bahwa teknik single pocket
4
Kelebihan cairan amnion seperti polihidramnion, tidak mempengaruhi fetus
secara langsung, namun dapat mengakibatkan kelahiran prematur. Secara garis besar,
dan tungkai janin, dimana keduanya memerlukan cairan amnion untuk berkembang.
Urin Janin
Sumber utama cairan amnion adalah urin janin. Ginjal janin mulai memproduksi urin
sebelum akhir trimester pertama, dan terus berproduksi sampai kehamilan aterm.
Wladimirof dan Campbell mengukur volume produksi urin janin secara 3 dimensi
setiap 15 menit sekali, dan melaporkan bahwa produksi urin janin adalah sekitar 230
ml / hari sampai usia kehamilan 36 minggu, yang akan meningkat sampai 655
yang dilakukan Wladimirof dan Campbell, namun dengan cara setiap 2 sampai 5
menit, dan menemukan volume produksi urin janin sebesar 1224 ml/hari. Pada tabel
5
menunjukkan rata-rata volume produksi urin per hari yang didapatkan dari beberapa
penelitian. Jadi, produksi urin janin rata-rata adalah sekitar 1000-1200 ml/ hari pada
kehamilan aterm.
Cairan Paru
Cairan paru janin memiliki peran yang penting dalam pembentukan cairan amnion.
memproduksi cairan sampai sekitar 400 ml/hari, dimana 50% dari produksi tersebut
ditelan kembali dan 50% lagi dikeluarkan melalui mulut. Meskipun pengukuran
secara langsung ke manusia tidak pernah dilakukan, namun data ini memiliki nilai
yang representratif bagi manusia. Pada kehamilan normal, janin bernafas dengan
gerakan inspirasi dan ekspirasi, atau gerakan masuk dan keluar melalui trakea, paru-
paru dan mulut. Jadi jelas bahwa paru-paru janin juga berperan dalam pembentukan
cairan amnion.
Gerakan menelan
Pada manusia, janin menelan pada awal usia kehamilan. Pada janin domba,
Sherman dan teman-teman melaporkan bahwa janin domba menelan secara bertahap
Banyak teknik berbeda yang dicoba untuk mengukur rata-rata volume cairan
pengukuran yang tepat sangat sulit untuk dilakukan. Pritchard meneliti proses
menelan pada janin dengan menginjeksi kromium aktif pada kompartemen amniotik,
6
usia kehamilan. Penelitian seperti ini tidak dapat lagi dilakukan pada masa sekarang
ini karena faktor etik, namun dari penelitian di atas jelas bahwa kemampuan janin
menelan tidak menghilangkan seluruh volume cairan amnion dari produksi urin dan
paru-paru janin, karena itu, harus ada mekanisme serupa dalam mengurangi volume
cairan amnion.
Absorpsi Intramembran
ketidaksesuaian antara produksi cairan amnion oleh ginjal dan paru janin, dengan
konsumsinya oleh proses menelan. Jika dihitung selisih antara produksi dan
konsumsi cairan amnion, didapatkan selisih sekitar 500-750 ml/hari, yang tentu saja
Dengan ditemukan adanya absorbsi intramembran ini, tampak jelas bahwa terdapat
7
keseimbangan yang nyata antara produksi dan konsumsi cairan amnion pada
kehamilan normal.
2.2 AMNIOSINTESIS
abnormalitas kromosom, penyakit genetik dan infeksi pada fetus. Waktu pelaksanaan
amniosintesis dini, yaitu pada usia kehamilan 10-14 minggu. Namun, karena
potensial tinggi untuk menjadi PROM (Prematur Ruptur Of Membran), infeksi dan
yang dilakukan pada trimester II tidak menunjukkan resiko yang signifikan terhadap
terjadinya ELBW (Extremely Low Birth Weight, Less Than 1000 gr) maupun
2014: 231-232)
menjadi lebih sulit, lebih sedikit cairan yang didapat dikeluarkan (biasanya 1ml
untuk setiap minggu gestasi). Karena sebab-sebab yang belum sepenuhnya dipahami,
8
amniosintesis dini menimbulkan angka kematian janin dalam angka penyulit yang
secara bermakna lebih tinggi dari amniosintesis biasa. Pada sebuah uji coba acak
multisentra baru-baru ini, angka abortus spontan setelah amniosintesis dini adalah
2,5 persen dibandingkan dengan 0,7 persen pada amniosintesis trimester kedua.
Komplikasi lainnya adalah clubfoot (tapiles) janin, yang terjadi pada 1 hingga 1,4
persen setelah amniosintesis tradisional. Oleh karena itu, banyak sentra tidak lagi
kedalam kantong amnion, sembari menghindari plasenta, tal pusat dan janin. Aspirat
oleh sel-sel ibu, kemudian diambil sekitar 20 ml cairan untuk analisis, dan jarum
dikeluarkan. Tempat pungsi diamati apakah ada perdarahan, dan pasien diperlihakan
denyut jantung janinnya. Angka kematian janin setelah amniosintesis adalah 0,5
persen atau kurang (1 dari 200). Komplikasi minor jarang terjadi dan mecakup
kebocoran air ketuban dan bercak perdarahan pervaginam yang sifatnya sementara
pada 1 hingga 2 prsen dan korioaminionitis pada kurang dari per 1000 wanita
diperiksa. Cedera akibat jarum pada janin jarang terjadi. (Kenneth J Leven, 2013
Hal: 96)
9
1. Menetukan maturitas janin yaitu dengan memeriksa bilirubin, kreatinin, sel yang
a. Pada kehamilan lebih dari 37 minggu, bilirubin dalam air ketuban sudah lenyap
c. Jumlah sel-sel yang tercat lipid (berwarna orange pada pengecatan nile blue sulfate)
3. Determinasi seks.
berikut:
terhadap sel tersebut. Jika sel tidak dapat tumbuh, maka amniosintesis ini gagal.
Tingkat keberhasilan dari kultur sel ini adalah 1:500. Tingginya resiko kegagalan ini,
e. Diagnosis neural tube deffect, namun penggunaan amniosintesis untuk diagnosis ini
sudah banyak ditinggalkan, karena ada metode deteksi lain yang minim intervensi,
10
g. Tindakan amniosintesis untuk pemeriksaan DNA dapat memberikan hasil yang
cepat.
Sampling (CVS) dapat digunakan sebagai metode diagnosis Down Syndrome dan
kelainan genetik lainnya. CVS adalah pengamblan sampel sel janin yang berasal dari
Down Syndrome lebih dari 99%. Mekanisme pemeriksaannya adalah sel yang
ukuran kromosom dan model ikatannya. Terdapatnya extra copy dari kromosom 21
(kelainan genetik yang paling sering terjadi) (Bayu Irianti, 2014, Hal; 232-233)
hasil tes amniosentesis akan negatife dan dapat disimpulkan bahwa janin atau bayi
itu berarti janin atau bayi mungkin memiliki kelainan dan gangguan ksehatan
1. Keguguran
11
keguguran, terutama jika dilakukan sebelum usia kehamilan 15 minggu. Untuk
menurunkan risiko ini, amniosentesis dilakukan oleh dokter yang berkompetensi dan
berpengalaman.
mengarahkan kepada keguguran. Bisa jadi disebabkan oleh infeksi, perdarahan, atau
sesudahnya. Keguguran yang terkait prosedur jarang terjadi setelah 3 minggu pasca
amniosentesis.
2. Infeksi
Infeksi bisa, jarang, terjadi setelah amniosentesis. Sekitar 1 dari 1.000 ibu hamil
a. Perlukaan pada usus dengan jarum yang digunakan pada prosedur, sehingga kuman
b. Kuman yang ada di kulit (perut) ikut masuk bersama jarum ke dalam rongga perut
atau rahim.
c. Kuman yang ada di alat USG atau jeli USG, ikut masuk ke dalam rongga perut.
Gejala bisa termasuk demam, nyeri pada perut, konstraksi rahim. Namun, infeksi
biasanya tidak terjadi jika prosedur untuk mencegah infeksi dilakukan dengan benar.
Terdapat juga risiko cedera pada janin dengan jarum yang digunakan melakukan
telah menurunkan kemungkinan komplikasi ini dan saat ini sangat jarang. Cedera
12
pada plasenta juga dimungkinkan, namun ini umumnya tidak menyebabkan masalah
Jika golongan darah ibu adalah rhesus negatif, dan golongan darah bayi rhesus
positif, maka ada risiko kemungkinan ibu akan membentu antibodi terhadap sel-sel
darah bayi setelah prosedur amniosentesis. Ini berarti ada kemungkinan bayi akan
mengalami penyakit rhesus. Sehingga, jika Anda memiliki rhesus negatif, maka
2.3 AMNIOINFUSI
fisiologis atau Ringer laktat ke dalam kavum uteri untuk menambah volume cairan
amnion. Tindakan ini dilakukan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat
berkurangnya volume cairan amnion, seperti deselearasi variabel berat dan sindroma
Ruptur membran dini menempatkan bayi pada resiko kompresi tali pusat dan
pusat dengan menambahkan cairan ke dalam kavum uteri. Terlalu sedikit penelitian
mengalami ruptur membran dini. Membran yang mengelilingi bayi dan cairan dalam
uterus biasanya ruptur selama persalinan. Jika terjadi ruptur membran dini (sebelum
usia kehamilan 37 minggu) bayi mempunyai resiko tinggi untuk mengalami infeksi.
Kemungkinan terjadinya kompresi tali pusat juga lebih tinggi, yang dapat
13
mengurangi aliran nutrisi dan oksigen dari ibu ke bayi. Cairan tambahan dapat
dimasukkan melalui serviks ibu atau perut ibu ke dalam uterus, inilah yang disebut
Indeks Cairan Ketuban sebelum amnioinfusi adalah 6,2 ± 3,3 cm. Angka
1. Deselerasi variabel
paling sering dijumpai selama persalinan. Perubahan denyut jantung janin tersebut
terjadi sebagai respons terhadap berkurangnya aliran darah di dalam tali pusat.
Deselerasi variabel merupakan refleks vagal yang disebabkam oleh kompresi tali
pusat yang terjadi akibat lilitan tali pusat di leher janin, terjepitnya tali pusat oleh
bagian ekstremitas janin, atau tali pusat yang terjepit di antara badan janin dan
dinding uterus. Gambaran spesifik dari deselerasi variabel berupa penurunan denyut
jantung janin, akibat kontraksi, yang gambarannya bervariasi dalam hal bentuk
Berdasarkan besar dan lamanya penurunan denyut jantung janin, yang terjadi,
1. Deselerasi variabel derajat ringan, bila penurunan denyut jantung janin, mencapai 80
2. Deselerasi variabel derajat sedang, bila penurunan denyut jantung janin, mencapai
14
3. Deselerasi variabel derajat berat, bila penurunan denyut jantung janin, sampai di
variabilitas denyut jantung janin tetap baik dan stabil, atau hanya berubah sedikit,
ibu dan pemberian oksigen untuk menghilangkan kompresi pada tali pusat dan
Pada keadaan deselerasi variabel yang berat dan menetap, keadaan janin akan
semakin memburuk. Bila keadaan ini tidak dapat dikoreksi, maka tindakan
ketika bayi yang baru lahir menghirup campuran cairan mekonium dan ketuban
selama persalinan. Mekonium adalah bahan yang mengisi saluran usus janin selama
kehamilan dan terbentuk dari cairan ketuban tertelan dan sel usus mati. Meskipun
steril, terhirup mekonium sangat mengiritasi paru-paru bila bayi bernapas pertama
kali. Hal ini dapat menyebabkan penyumbatan parsial atau lengkap dari saluran
terjadi pada waktu bayi dilahirkan dan bernafas pertama kali. Pada keadaan
oligohidramnion dan kompresi tali pusat, aspirasi mekonium terjadi akibat hipoksia
15
dan hiperkapnia pada janin. Keadaan ini akan merangsang janin melakukan gerakan
nafas (gasping).
Resiko aspirasi mekonium cukup tinggi pada janin dengan mekonium yang
kental, terutama bila janin mengalami hipoksia. Mekonium yang encer tidak
karena mekonium tidak diencerkan oleh cairan amnion. Secara teoritis, amnioinfusi
akan menambah volume cairan amnion yang sedikit, melindungi tali pusay dari
kompresi, dan mengencerkan serta mengeluarkan mekonium yang terhisap oleh janin
sedang dalam persalinan karena tidak memerlukan panduan ultrasound dan kateter
Cairan NaCl fisiologis atau Ringer laktat dimasukkan melalui jarum spinal
yang ditusukkan ke dalam kantung amnion yang terlihat dengan ultrasonografi. Pada
cara transservikal, cairan dimasukkan melalui kateter yang dipasang ke dalam kavum
uteri melalui serviks uteri. Lebih dipilih ringer laktat daripada NaCl 0,9 % karena
16
Walau bagaimanapun, untuk mendapatkan konsentrasi elektrolit dalam batas normal
alat kardiotokografi (KTG) untuk melihat perubahan pada denyut jantung janin.
Mula-mula dimasukkan 250 ml bolus cairan NaCI atau Ringer laktat selama
20-30 menit. Kemudian dilanjutkan dengan infus 10-20 ml/jam sebanyak 600 ml.
Jumlah tetesan infusi disesuaikan dengan perubahan pada gambaran KTG. Apabila
maksimal cairan yang dimasukkan adalah 800-1000 ml. Apabila setelah 800-1000
dianggap gagal.
Banyak protokol yang berbeda-beda dari berbagai institusi dan tidak ada
protokol yang telah terbukti menjadi protokol terbaik. Suatu survei dari bagian
cairan ( 50 - 1000 mL) yang diikuti oleh pemasukan cairan secara konstan, (2) bolus
serial ( 200 - 1000 mL diatur tiap 20 menit sampai empat jam), dan (3) pemasukan
uterus. Bila tonus meningkat, infusi dihentikan sementara sampai tonus kembali
normal dalam waktu 5 menit. Bila tonus uterus terus meningkat sampai 15-30
17
2.3.4 Kontraindikasi
1. Amnionitis
2. Polihidramnion
3. Uterus hipertonik
4. Kehamilan kembar
6. Kelainan uterus
8. Malpresentasi janin
18
BAB II
KESIMPULAN
diaspirasi dari dalam kantong amnion untuk keperluan analisa dan pemberian
dengan memeriksa bilirubin, kreatinin, sel yang tercat lipid dan analisis
masih terdapat resiko yang berkaitan dengan prosedur tindakan. Kematian janin
19
DAFTAR PUSTAKA
Irianti, Bayu, Dkk. 2014. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta: CV Sagung
Seto.
Kusmiyanti, Yuni, dkk. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitra Maya.
Leven, Kenneth J, dkk. 2013. Obstetri William. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
http://dokter.legawa.com/?p=290 (dr. I Putu Cahya Legawa) (diakses pada tgl 16
Februari 2016 pukul 16:25 WIB)
http://www.infosehatkeluarga.com/amniosentesis-diagnosa-kelainan-dan-gangguan-
kesehatan-janin-dalam-kandungan/ ((Summase, S.pd) (Diakses pada tanggal 16
Februari 2016 pukul 16:40 WIB)
20