You are on page 1of 7

PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON

Volume 1, Nomor 2, April 2015 ISSN: 2407-8050


Halaman: 330-336 DOI: 10.13057/psnmbi/ m010227

Potensi pengembangan tanaman obat lokal skala rumah tangga untuk


mendukung kemandirian pangan dan obat di Samarinda, Kalimantan
Timur
Development potential of local traditional medicinal plants at a scale of home-based industry to
support medicine and food self-sufficiency in Samarinda, East Kalimantan

SUMARMIYATI♥, SRI WULAN PAMUJI RAHAYU


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Timur. Jl. P.M. Noor, Sempaja, Samarinda 75119, Kalimantan Timur. Tel. +62-541-220857,

email: marmoet.99@gmail.com

Manuskrip diterima: 5 Desember 2014. Revisi disetujui: 30 Januari 2015.

Abstrak. Sumarmiyati, Rahayu SP. 2015. Potensi pengembangan tanaman obat lokal skala rumah tangga untuk mendukung
kemandirian pangan dan obat di Samarinda, Kalimantan Timur. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1 (2): 330-336. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi ternyata tidak mampu begitu saja menghilangkan keberadaan pengobatan tradisional. Saat ini pengobatan
dengan cara-cara tradisional semakin popular baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Penggunaan tumbuhan obat secara tradisional
semakin disukai karena pada umumnya tidak menimbulkan efek sampingan seperti halnya obat-obatan dari bahan kimia. Ketahanan
pangan merupakan masalah pokok yang menjadi perhatian serius di Kota Samarinda seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah
penduduk, konversi lahan pertanian, serta dinamika perubahan iklim global yang berpengaruh terhadap dunia pertanian. Upaya
membangun ketahanan dan kemandirian pangan terutama obat pada skala rumah tangga dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya
yang tersedia diantaranya melalui pemanfaatan pekarangan. Tulisan ini bertujuan mengulas potensi dan kendala pemanfaatan
pekarangan khususnya dalam berbudidaya tanaman obat skala rumah tangga di Kota Samarinda untuk mendukung ketahanan pangan
dan obat pada skala rumah tangga. Kendala terkait masalah sosial budaya, ekonomi, belum membudayanya budidaya tanaman obat di
lahan pekarangan, kurangnya teknologi budidaya pekarangan dan pengolahan hasil pertanian serta belum berorientasi pasar merupakan
masalah yang harus segera diatasi untuk mewujudkan kemandirian pangan.

Kata kunci: tanaman obat, skala rumah tangga, ketahanan pangan

Abstract. Sumarmiyati, Rahayu SP. 2015. Development potential of local traditional medicinal plants at a scale of home-based
industry to support medicine and food self-sufficiency in Samarinda, East Kalimantan. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1 (2): 330-336.
The advancement in science and technology has not eliminated the existence of traditional medicine. Traditional medicine has been
getting both nationally and internationally more popular. The use of traditional medicine plants is preferable to the artificial ones
because of its minimal or no side effect. With the increasing population, land conversion, and climate change that potentially have
negative impact on agriculture, food security is one of main concerns in Samarinda. To improve food security and self-sufficiency,
home-based medicine can be developed using available resources, for example house yards. The aim of the study is to review the
potential and constrains of backyard utilization for medicinal plant cultivation in Samarinda. Problems related to social and cultural
aspects, economic situation, lack of knowledege about traditional medicine, lack of cultivation technology and market orientation must
be resolved to achieve the food self-sufficiency.

Keywords: medicinal plants, household, food self sufficiency

PENDAHULUAN memperhatikan pedoman, norma, standar dan kriteria yang


telah ditetapkan pemerintah pusat (Mayrowani dan Ashari
Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan 2011)
bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia dan
Ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun memiliki peran yang penting dalam pembangunan kualitas
mutunya, aman, merata dan terjangkau. Pemerintah Sumber Daya Manusia. Oleh karena itu, ketersediaan
provinsi, kabupaten/kota dan pemerintah desa pangan menjadi hal yang cukup penting dalam pemenuhan
melaksanakan kebijakan ketahanan pangan dan kebutuhan dasar manusia tersebut. Sedangkan menurut
bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan ketahanan FAO (1996), ketahanan pangan merupakan sebuah keadaan
pangan di wilayahnya masing-masing dengan dimana semua orang, pada setiap waktu memiliki akses
SUMARMIYATI & RAHAYU – Pengembangan tanaman obat lokal skala rumah tangga 331

fisik dan ekonomi yang cukup, aman, bermutu, bergizi, dan tanaman obat yang diusahakan beranekaragam dengan
sesuai dengan preferensinya sehingga memiliki kualitas berbagai pola tanam. Penentuan petani sampel dengan
hidup yang sehat dan produktif. Kualitas hidup sehat dan metode acak sederhana dengan 30 sampel petani. Data
produktif ini tentunya sangat penting untuk diperhatikan yang dikumpulkan merupakan data primer dan sekunder.
bukan hanya ketersediaan pangan saja. Menurut Saliem Data primer diperoleh dari petani tanaman obat dengan
(2002) kualitas pangan yang memadai dan tingkat harga cara wawancara dan pengamatan langsung di pekarangan
yang terjangkau oleh penduduk merupakan beberapa petani. Data sekunder diperoleh dari Dinas atau instansi
sasaran dan target yang ingin dicapai dalam penyusunan terkait serta karya ilmiah publikasi terkait dengan
dan perumusan kebijaksanaan pangan nasional. permasalahan tersebut.
Sejalan dengan budaya untuk kembali ke alam (back to
nature) menyebabkan meningkatnya kesadaran masyarakat
akan bahaya bahan-bahan kimia yang terkandung dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
obat-obatan sintetis. Saat ini pola hidup sehat yang akrab
lingkungan telah menjadi trend baru meninggalkan pola Keadaan umum wilayah Kota Samarinda
hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami. Pembentukan Pemerintah Kota Samarinda didasarkan
Pola hidup sehat saat ini telah melembaga secara pada UU Nomor 27 tahun 1959. Berdasarkan PP 21 tahun
internasional yang mengisyaratkan akan jaminan produk 1987 kota Samarinda terbagi menjadi 4 (empat) kecamatan
makanan dan obat aman di konsumsi, kandungan nutrisi dan tahun 1997 dimekarkan menjadi 6 kecamatan dan 42
tinggi dan ramah lingkungan ( Mayrowani 2012) kelurahan. Berdasarkan Perda kota Samarinda nomor 01
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tahun 2006 tentang pembentukan kelurahan dalam wilayah
tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek kota Samarinda dan berdasarkan peraturan walikota
moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan Samarinda Nomor 10 tahun 2006 tentang penetapan 11
setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan kelurahan baru hasil dari pemecahan/pemekaran dalam
tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan wilayah kota Samarinda, dengan demikian berdasarkan
tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kini pasal 3 peraturan walikota nomor : 10 tahun 2006 jumlah
digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau kelurahan dalam wilayah kota Samarinda setelah
masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat pemekaran menjadi 53 kelurahan.
tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut Kota Samarinda memiliki luas wilayah 71.800 Ha atau
beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkab efek 718 Km². Ketinggian Kota Samarinda berada di antara 0-
samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh. 200 mdpl (di atas permukaan laut). Sebesar 294.86 km²
Beberapa industri obat-obatan herbal khas Kalimantan wilayah Kota Samarinda berada pada ketinggian 7-25 m
Timur sudah banyak berkembang saat ini. Bagian dari obat dpl dengan persentase sebesar 41.07 % dari seluruh
tradisional yang bisa dimanfaatkan adalah akar, rimpang, wilayah Kota Samarinda. Hampir 32.45 % berada pada
batang, buah, daun dan bunga. Bentuk obat tradisional ketinggian 25-100 mdpl, dan sebesar 24.15 % pada
yang banyak dijual dipasar dalam bentuk kapsul, serbuk, ketinggian 0-7 m dpl. Kota Samarinda terletak diantara
cair, simplisia dan tablet. 117°03'00"- 117°18'14" LS dan 00°19'02"- 00°42'34"BT
Tulisan ini merupakan ulasan dengan menggabungkan (BPS Kalimantan Timur 2013)
hasil penelitian yang sudah ada dengan data yang Pada dasarnya jenis-jenis tanah di Kota Samarinda
didapatkan dari pengamatan langsung di lokasi (menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor dan
pengambilan sampel. Pengumpulan data primer dan Pandananya menurut Soil Taxonomy) terdiri dari: Podsolik
sekunder di laksanakan pada bulan Oktober 2014. (Ultisol), Alluvial (Entisol), Gambut, dan Asosiasi
Keanekaragaman tanaman obat yang dibudidayakan oleh Podsolik. Persentasi jenis tanah di wilayah Kota Samarinda
warga masyarakat dicatat jenis dan kegunaannya, serta dapat disajikan pada Tabel 1.
penggunaan lahan berdasarkan strata luas pekarangan yang Suhu minimum di Kota Samarinda berkisar antara 23,9
diusahakan. Tulisan ini dibuat dengan untuk memberikan C dan suhu maksimum berkisar 32,9 C. Kelembaban udara
gambaran potensi, peluang, kendala, pengembangan terendah rata-rata 77% dan kelembaban tertinggi sekitar
tanaman obat skala rumah tangga dengan memanfaatkan 86%. Kota Samarinda yang beriklim tropis dengan hujan
lahan pekarangan yang tersedia untuk mendukung sepanjang tahun dengan rata-rata curah hujan 201,7
kemandirian tanaman pangan dan obat di Kota Samarinda, mm/tahun (BPS Kalimantan Timur 2013)
Kalimantan Timur.

BAHAN DAN METODE Tabel 1. Persentase jenis tanah Kota Samarinda

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2014 di Jenis tanah Presentase %


Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda, Kalimantan Podsolik 57,57 %
Timur. Lokasi yang dipilih merupakan daerah yang
Gambut 24,68 %
dijadikan Model Optimalisasi Pemanfaatan Lahan
Asosiasi Podsolik 12,58 %
Pekarangan dengan jumlah rumah tangga yang
berusahatani paling banyak. Keadaan pertanaman jenis Aluvial (Entisol) 5,28 %
332 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (2): 330-336, April 2015

Pertanian lahan pekarangan Kota Samarinda hingga sarjana. Di wilayah berpenduduk cukup padat
Pekarangan sering disebut sebagai lumbung hidup, daerah perkotaan, kaum perempuan yang melaksanakan
warung hidup atau apotik hidup karena sebagai penyedia usahatani pekarangan kebanyakan memiliki latar belakang
bahan pangan ( beras, jagung, umbi-umbian), sayuran yang pekerjaan sebagai PNS, pegawai swasta, buruh dan ibu
bermanfaat memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga, serta rumah tangga. Sedangkan untuk wilayah berpenduduk agak
tanaman obat-obatan yang sangat bermanfaat dalam jarang termasuk pedesaan, pekerjaan kaum perempuan
menyembuhkan penyakit secara tradisional. pelaksana usaha tani lahan pekarangan umumnya petani
Menurut Arifin et al. (2008) pekarangan sebagai lahan yang mengusahakan budidaya sayuran di sawah dan kebun.
yang berada di sekitar rumah dengan batas dan pemilikan Menurut Sukiyono et al. (2008) peranan anggota rumah
yang jelas merupakan lahan yang potensial sebagai salah tangga, termasuk wanita/istri dalam mempertahankan
satu lahan untuk produksi pertanian, sumber plasma nutfah pangan bagi rumah tangga tidak terlepas dari atribut yang
dan sebagai ruang terbuka hijau yang dapat menyerap melekat pada anggota rumah tangga seperti faktor umur,
karbon secara efektif. Pemberdayaan pekarangan yang pendidikan, pengalaman, perilaku, dan faktor-faktor ini
didasari oleh kearifan lokal diperkirakan dapat diandalkan juga terkait dengan jumlah tanggungan rumah tangga, luas
sebagai lahan produktif baik untuk subsisten maupun lahan garapan, serta orientasi produksi. Tidak kalah
berskala ekonomis. Karena itu pekarangan berperan dalam pentingnya adalah status wanita itu sendiri baik dalam
ketahanan pangan masyarakat selain untuk konservasi masyarakat maupun rumah tangga.
keragaman jenis biologi. Peranan kaum wanita khususnya di rumah tangga
Pola penggunaan tanah di Kota Samarinda mengikuti maupun di lingkungan sosialnya merupakan salah satu
pola penyebaran penduduk yang ada. Akumulasi penduduk modal dalam upaya pengembangan tanaman obat skala
sebagai besar terdapat pada lokasi-lokasi yang rumah tangga. Curahan waktu yang dimliki kaum
dikembangkan oleh pemerintah seperti: pusat perdagangan, wanita/istri dalam mengelola budidaya tanaman obat di
pusat industri dan lokasi transmigrasi dimana daerah- pekarangan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil
daerah tersebut sudah mempunyai transportasi yang dari produk tanaman obat. Kondisi ini juga sangat
memadai. Penggunaan tanah di Kota Samarinda yang dipengaruhi oleh keadaan jumlah anggota keluarga dan
paling luas adalah lahan bukan sawah sebesar 39.338 ha kepemilikan anak yang masih kecil akan sangat
atau 54.79% dari luas Kota Samarinda, diikuti rumah berpengaruh terhadap minat dan kontinuitas dalam
bangunan dan halaman sekitar sebesar 22.896 ha atau memanfaatkan pekarangan untuk budidaya tanaman.
31.89% (Bappeda Samarinda 2013). Tingkat pengetahuan dan pendidikan juga merupakan
Pemanfaatan lahan pekarangan di Kota Samarinda faktor penentu keberhasilan dalam pengembangan tanaman
sudah mengalami peningkatan dengan adanya kegiatan obat skala rumah tangga. Sikap terbuka dan mau belajar
yang mendorong ke arah pemanfaatan pekarangan. Salah memiliki peranan pentig dalam pengembangan dan
satu program Kementerian Pertanian antara lain Model pemasyarakatan pentingnya penggunaan tanaman obat
Kawasan Rumah Pangan Lestari, P2KP, Clean Green sebagai salah satu bentuk kemandirian pangan. Peran
Health (CGH) yang mendorong masyarakat untuk berperan wanita/istri ini dapat maksimal dengan adanya kelompok
aktif dalam memanfaatkan lahan pekarangan secara yang menaungi mereka diantaranya adalah kelompok
optimal dengan budidaya tanaman obat, pangan dan wanita tani (KWT), kelompok dasa wisma, kelompok
sayuran. Masyarakat perdesaan di kota Samarinda sudah posyandu, kelompok arisan tiap rukun tetangga(RT) dan
mengenal dan memanfaatkan lahan pekarangan sejak kelompok ibu-ibu pengajian. Organisasi dan kelompok-
jaman dahulu. Secara turun temurun masyarakat khususnya kelompok tersebut menjadi sarana dalam pembelajaran dan
yang mempunyai pekarangan baik sempit maupun luas saling bertukar informasi terkait dengan teknis budidaya,
memanfaatkan pekarangannya untuk ditanami berbagai penanganan pasca panen, isu-isu tentang dunia kesehatan
macam tanaman yang dapat dikonsumsi maupun digunakan dan pemanfaatan tanaman obat herbal sebagai bahan obat
sebagai sumber tanaman obat keluarga. Budaya ini alami yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Demikian
tentunya merupakan salah satu modal untuk pengembangan juga diseminasi teknologi pertanian kepada petani menurut
tanaman obat sebagai sumber pangan sekaligus sumber Nuryanti dan Swastika (2011) akan lebih efisien jika
obat bagi kebutuhan keluarga sehari-hari. dilakukan pada kelompok tani, karena dapat menjangkau
petani yang lebih banyak dalam satuan waktu tertentu.
Keadaan masyarakat dan karakteristik petani di Kota Kelompok Tani dianggap sebagai organisasi yang efektif
Samarinda untuk memberdayakan petani, meningkatkan produktivitas,
Usaha tani lahan pekarangan di Kota Samarinda banyak pendapatan, dan kesejahteraan petani dengan bantuan
dilakukan oleh kaum perempuan atau ibu rumah tangga. fasilitas pemerintah melalui program dari berbagai
Kaum laki-laki biasanya bekerja di sektor swasta, kebijakan pembangunan pertanian. Adanya pembelajaran
sedangkan petani banyak mengusahakan tanaman yang terus menerus dan berkelanjutan di berbagai
perkebunan, tanaman pangan, dan hortikultura. Dari hasil kelompok masyarakat petani akan meningkatkan
pengamatan di lokasi sampel di daerah pedesaan dan pengetahuan sehingga dapat mengubah pola pikir warga
perkotaan Kecamatan Samarinda Utara diketahui bahwa masyarakat di Kota Samarinda untuk mencintai lingkungan
wanita yang terlibat untuk usaha tani lahan pekarangan di dan memanfaatkan pekarangan sebagai sumber pangan dan
Kota Samarinda mulai dari umur 20 hingga 60 tahun obat bagi setiap keluarga.
dengan tingkat pendidikan mulai dari tidak bersekolah
SUMARMIYATI & RAHAYU – Pengembangan tanaman obat lokal skala rumah tangga 333

Model budidaya eksisting tanaman obat skala rumah Penanaman. Bibit yang ditanam di lapangan
tangga merupakan bibit yang sehat dan seragam pertumbuhannya.
Budidaya tanaman obat skala rumah tangga dilakukan Sebelum ditanam sebaiknya bibit atau rimpang dicelupkan
dengan memanfaatkan kondisi pekarangan yang masih kedalam larutan air kelapa untuk perlakuan benih dengan
tersisa. Lahan pekarangan banyak dimanfaatkan oleh petani tujuan menekan patogen penyebab penyakit yang mungkin
untuk ditanami berbagai macam tanaman selain tanaman terbawa bibit dan akan berkembang di lapangan. Bibit
obat keluarga, sayuran, buah dan tanaman pangan sejenis tanaman ditanam pada lubang tanam yang telah disiapkan
umbi-umbian. Budidaya tanaman obat skala rumah tangga dan ditutup dengan tanah halus. Tanah disekitar pangkal
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, terutama batang dipadatkan dengan cara ditekan-tekan agar media
sebagai obat, jamu, dan minuman herbal. Pola budidaya semai dan media baru menyatu.
tanaman obat yang dilakukan oleh masyarakat petani di Pemupukan. Pupuk yang diberikan pada tanaman obat
Kota Samarinda umumnya mengacu pada kondisi luas dapat berupa pupuk organik dan pupuk anorganik.
lahan yang tersedia. Petani dengan pekarangan luas Pemupukan pada tanaman obat secara umum dilakukan
menanam tanaman obat dengan ditanam langsung dalam dalam tiga tahap. Petama pada saat pengolahan tanah atau
bedengan maupun guludan. Pada kondisi lahan yang sempit sebagai pupuk dasar, kedua pada saat benih ditanam aau
tanpa pekarangan model budidaya yang diterapkan adalah sebelum benih/bibit ditanam. Ketiga, pupuk yang diberikan
dengan memanfaatkan pot atau polibag untuk menanam merupakan pupuk susulan. Pemberian pupuk yang biasa
berbagai jenis tanaman obat. dilakukan petani adalah pada pagi hari atau sore hari
Teknik budidaya tanaman obat skala rumah tangga sampai matahari mulai terbenam.
yang dilakukan oleh warga masyarakat Kota Samarinda Penyiangan. Penyiangan dilakukan untuk mengen-
dilakukan dengan cara-cara sederhana. Warga masyarakat dalikan gulma dan tanaman pengganggu. Pengendalian
atau petani memanfaatkan benih atau bibit yang ada gulma dilakukan pada masa sepertiga sampai setengah dari
disekitar rumah untuk dikembangkan di kebun atau umur tanaman. Pengendalian gulma dilakukan secara
pekarangan masing-masing. Model budidaya yang kultur teknis dengan pengaturan jarak tanam. Secara
dilakukan petani dengan lahan cukup luas disekitar mekanis dengan pembabatan, dan secara kimia
pekarangan dilakukan dengan menanam langsung jenis- menggunakan herbisida.
jenis tanaman obat dalam bedengan-bedengan ataupun Pembumbunan. Pembubunan dilakukan untuk mem-
ditanam di tanah tanpa dibuat bedengan. Sunanto et al. perkokoh tanaman agar tidak mudah rebah, menutupi
(2007) berpendapat bahwa pola tanam yang tepat akan bagian tanaman di dalam tanah. Tanah yang digunakan
memberikan pendapatan maksimal. Pada umumnya petani untuk pembubunan dapat diambil dari sekitar tanaman.
telah mempunyai pola tanam tertentu sesuai dengan Pembubunan juga dilakukan untuk mendekatkan unsur hara
keadaan lingkungan fisik, sosial, dan ekonominya. Usaha dari tanah di sekitar tanaman. Pembubunan biasanya
budidaya tanaman pada umumnya dimulai dengan dilakukan sesuai dengan tingkat erosi tanah di bawah
persiapan lahan, pembenihan atau pembibitan, penanaman, tanaman.
pemeliharaan, dan panen. Berikut adalah teknik budidaya Penyiraman atau pengairan. Penyiraman dilakukan
existing tanaman obat skala rumah tangga: untuk memenuhi kebutuhan air tanaman obat dilakukan
penyiraman dengan gembor, selang atau alat lain untuk
Budidaya pada lahan pekarangan luas lahan pada skala yang luas. Penyiraman dilakukan dengan
Persiapan dan pengolahan lahan. Pengolahan tanah memperhatikan kebutuhan air bagi tanaman. Pemberian air
tahap pertama dilakukan dengan membabat rumpu-rumput pada tanaman yang berlebihan dapat mengakibatkan
atau gulma. Tahap berikutnya adalah dengan membongkar kebusukan pada akar tanaman.
tanah-tanah dengan cangkul menjadi bongkahan dengan Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian
pertikel-partikel kecil. Struktur tanah yang gembur dan hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan baik
remah akan mempermudah akar tanaman mendapatkan zat pestisida kimiawi maupun nabati, dengan memperhatikan
hara yang dibutuhkan. Tempat penanaman obat dilakukan kondisi dan tingkat serangan hama dan penyakit yang
dibedengan-bedengan. Bedengan disesuaikan dengan luas menyerang tanaman.
pekarangan rumah yang tersedia. Bedengan yang baik Panen dan pasca panen. Panen tanaman obat tidak
dibuat memanjang dengan arah timur-barat. Setelah seluruhnya bergantung pada umur tanaman, tetap
bedengan selesai dibuat, kemudian dibuat lubang-lubang didasarkan pada pemanfaatannya, karena hampir semua
tanam atau alur-alur tanam. Jarak tanam disesuaikan bagian tanaman obat dapat dimanfaatkan maka waktu
dengan kebutuhan dari tanaman yang akan ditanam atau panen juga beragam, tergantung jenis tanamannya ada yang
disesuaikan dengan jarak tanam, tingkat kesuburan tanah dipanen pada masa vegetatif dan ada yang dipanen pada
dan jenis tanaman obat yang akan ditanam. periode generatif (biji, bunga, dan buah).
Persiapan bibit. Perbanyakan tanaman obat dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu secara vegetatif dan Budidaya tanaman obat pada lahan dengan pekarangan
generatif. Perbanyakan secara generatif dengan sempit
menggunakan biji dan secara vegetatif dengan cara Budidaya tanaman obat pada lahan sempit dilakukan
sambung, okulasi, setek, rimpang dan tunas. Tempat dengan cara menggunakan media pot maupun polibag.
persemaian Teknik budidaya yang biasa diterapkan oleh masyarakat
sangat sederhana yaitu menggunakan media tanah dengan
334 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (2): 330-336, April 2015

campuran bahan-bahan organik seperti pupuk kompos, Jenis komoditas tanaman obat di lahan pekarangan
kotoran ternak, bokashi, serbuk gergaji dan lain-lain. dan pemanfaatannya
Persiapan media tanam. Media tanam yang digunakan Jenis tanaman obat yang banyak dikembangkan di lahan
adalah tanah yang subur, tanah yang baik dan subur dapat pekarangan warga masyarakat di Kota Samarinda adalah
terlihat dari tekstur tanah yang gembur dan komposisinya jenis-jenis tanaman obat yang mempunyai khasiat sebagai
seimbang antara tanah liat, pasir, remah, serta banyak obat dan biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan
memiliki kandungan unsur hara. Apabila media tanah sehari-hari seperti jenis tanaman obat yang bisa digunakan
subur, sebenarnya sudah tidak begitu di perlukan lagi sebagai bumbu dapur banyak diminati oleh para kaum
penambahan media lain. Akan tetapi untuk lebih wanita/istri. Dari hasil pengamatan (Tabel 2) yang
memastikan kesuburan dan kegemburan tanah, maka dilakukan di pekarangan warga di lokasi sampel ditemukan
diperlukan penambahan media lain misalnya media pasir 60 jenis tanaman obat yang memiliki fungsi berbeda-beda.
dan pupuk. Struktur tanah di Kota Samarinda relatif kurang Ada jenis tanaman yang merupakan tanaman yang jarang
subur sehingga perbandingan pupuk kandang/kompos dibudidayakan namun tumbuh di lahan pekarangan antara
dengan tanah yang biasa digunakan adalah 2:1, dua bagian lain seperti akar wangi, tunjuk langit, akar kuning, dan
pupuk/kompos dan satu bagian lagi tanah. Tanah kemudian tahongai. Jenis tanaman yang di budidayakan masing-
dimasukan dalam pot-pot atau polibag. massing rumah sangat bervariasi tergantung dari kebutuhan
Penanaman. Bibit tanaman obat yang sudah tumbuh dan tingkat kesukaan terhadap jenis tanaman obat untuk
dengan tinggi sekitar 10 cm dimasukan dalam polibag, pot, dibudidayakan.
maupun karung bekas yang sudah terisi tanah dengan
campuran pupuk kandang/kompos. Benih atau bibit Peluang pengembangan tanaman obat
tanaman obat dimasukan dalam polibag pada lubang tanam, Industri berbasis pertanian sangat berperan
lalu ditutup menggunakan media tanah yang ada menggerakkan ekonomi rakyat. Kegiatan agro industri
disekitarnya serta sedikit dipadatkan. Setelah proses tidak hanya menghasilkan barang jadi, tetapi juga dapat
penanaman selesai, media tanah disiram menggunakan air berfungsi sebagai pemasok bahan baku (input) bagi
agar media tanam dapat menyerap air sehingga bibit bisa perusahaan menengah dan besar. Gerakan roda ekonomi
lebih cepat tumbuh karena mendapatkan air yang cukup. agro-industri dengan skala usaha mikro dan kecil dapat
Setelah ditanam, sebaiknya tanaman obat diletakan pada mendorong berkembangnya usaha besar yang diharapkan
tempat naungan sampai tanaman dapat beradaptasi dengan dapat membuka peluang kesempatan kerja (Pasaribu 2011)
lingkungan. Pengembangan agroindustri tanaman obat (biofarmaka)
Pemeliharaan. Tanaman obat yang sudah ditanam di kota Samarinda memiliki prospek yang bagus untuk
dalam pot, polibag, maupun karung bekas dipelihara dan dikembangkan karena di daerah ini jenis tanaman obat
dijaga ketersediaan airnya dengan penyiraman yang teratur banyak ditemukan dan memiliki jenis dan manfaat yang
agar dapat tumbuh dengan baik. Untuk mempertahankan sangat bervariasi. Saat ini petani banyak menjual tanaman
unsur hara dalam media tanam, maka dilakukan obat dalam bentuk segar. Jika diolah dalam bentuk lain
pemupukan secara teratur selama 3-4 kali sampai panen. misalnya simplisia atau dalam bentuk serbuk tentunya akan
Penyiangan untuk mengendalikan gulma dilakukan dengan menaikan nilai tambah (value added) sehingga harga
cara mekanis dengan mencabut gulma yang tumbuh juanya juga lebih tinggi. Oleh karena itu perlu untuk
disekitar tanaman. dikembangkan usaha-usaha pengolahan tanaman obat
Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dalam rangka mendorong agroindustri perdesaan untuk
dan penyakit dilakukan jika terjadi serangan. Pada tanaman mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan terutama
obat biasanya jarang dijumpai serangan hama dan penyakit. obat-obatan.
Jika terjadi serangan hama dan penyakit maka dapat Unit pengolahan hasil produk hortikultura terutama
dikendalikan baik secara mekanis, pestisida nabati dan obat-obatan di Kota Samarinda yang menerapkan Good
secara kimiawi dengan menggunakan pestisida kimiawi. Manufacturing Practise dan keamanan pangan masih
Selain hal tersebut menjaga kelembaban tanah dan sangat sedikit, sehingga perlu adanya dukungan dan
perakaran dijaga agara tidak terlalu lembab karena dapat bimbingan dari pemerintah terkait dengan pengembangan
menyebabkan tumbuhnya jamur dan bakteri yang dapat produk obat-obatan. Produk obat-obatan (biofarmaka)
menimbulkan kerusakan pada tanaman. dengan bahan baku tanaman obat lokal spesifik lokasi
Pemanenan dan pasca panen. Panen tanaman obat Kalimantan Timur dapat menjadi salah satu produk
dilakukan berdasarkan pada pemanfaatannya, karena unggulan yang dapat meningkatkan nilai tambah dan nilai
hampir semua bagian tanaman obat dapat dimanfaatkan jual sehingga meningkatkan kesejahteraan petani.
maka waktu panen juga beragam, tergantung jenis Tumbuhan tanaman obat yang berasal dari hutan dapat
tanamannya ada yang dipanen pada masa vegetatif dan ada dibudidayakan di tingkat petani sehingga menjadi salah
yang dipanen pada periode generatif (biji, bunga, dan satu sumber pasokan obat. Bahan baku produk obat-obatan
buah). Panen dilakukan dengan mengambil langsung ini dapat ditingkatkan produksinya melalui pemanfaatan
bagian tanaman yang akan dimanfaatkan dan digunakan dan optimalisasi lahan pekarangan untuk budidaya tanaman
sebagai bahan obat. Bagia tanaman yang dipanen kemudian obat.
dijemur dan dikemas sesuai dengan kebutuhannya apakah
digunakan sebagai sumber bibit lagi, atau diolah menjadi
simplisia, minuman herbal, dan lain-lain.
SUMARMIYATI & RAHAYU – Pengembangan tanaman obat lokal skala rumah tangga 335

Tabel 2. Jenis komoditas tanaman obat potensial yang ditanam di pekarangan rumah

Nama ilmiah Nama lokal Kegunaan


Ageratum conyzoides Bandotan Tumor rahim, sakit tenggorokan
Aloe vera Lidah buaya Penyubur rambut, bisul, sembelit
Alpinia galanga L. Lengkuas Reumatik, bronkitis
Ananas comosus Nanas Sembelit, cacingan, ketombe
Andrographis paniculata Sambiloto Diabetes, paru, demam
Anredera cordifolia Binahong Radang ginjal, sesak nafas
Apium graveolens Seledri Migrain, diare
Averrhoa bilimbi Belimbing wuluh Hipertensi, Diabetes
Averrhoa carambola Belimbing manis Sariawan, hipertensi,
Azadirachta indica Mimba Diabetes, antifungi, hipertensi
Carica papaya Pepaya Imunitas, sembelit, luka
Catharanthus roseus L. Tapak dara Hipertensi
Centella asiatica Pegagan Asma, diuretik, hipotensi
Cinnamomum burmanni Kayu manis Anti infeksi, kolesterol, rematik
Citrus aurantifolia Jeruk nipis Amandel, malaria, demam
Citrus sinensis Jeruk limau Jerawat, diabetes, demam
Curcuma aeruginosa Temu hitam Menambah nafsu makan
Curcuma heyneana Temu giring Cacingan, lulur, bau badan
Curcuma longa L. Kunyit Haid tidak lancar, amandel
Curcuma xanthorrhiza Temulawak Menambah nafsu makan
Curcuma zedoaria Kunyit putih Anti radang, tumor, kanker
Cymbopogon nardus Sereh wangi Bahan sabun, minyak urut
Eleutherine americana Merr Bawang Tiwai Diabetes, kolesterol
Euphorbia hirta Patikan Kebo Bronkitis, asma, radang usus
Fibraurea chloroleuca Akar kuning Kuning, malaria
Gomphrena globosa L Bunga kenop Asma, diuretik, luka korengan
Gynura procumbens Sambung Nyawa Hipertensi, jantung, diabetes
Gynura pseudochina Daun dewa Anti kanker, hipertensi
Helianthus annus Bunga matahari Disentri, sakit kepala, sembelit
Hibiscus rosasinensis Kembang sepatu Sariawan, demam
Impatiens balsamina Pacar air Peluruh haid, bisul, anti radang
Jasminum sambac Bunga melati Sesak nafas, demam, sakit mata
Kaempferia galanga L. Kencur Batuk, radang lambung
Kaempferia pandurata Temu kunci Panas dalam, masuk angin
Kleinhovia hospita Tahongai Kanker, diabetes
Mimosa pudica Putri malu Batu saluran kencing, batuk
Mirabilis jalapa Bunga pukul empat Amandel, batuk berdarah, bisul
Morinda citrifolia Mengkudu Demam, hipertensi, hepatitis
Nothopanax scutellarium Mangkokan Menyuburkan rambut, luka, radang
Orthosiphon stamineus Kumis kucing Batu ginjal, radang kandung kemih
Persea gratissima Avokad Hipertensi, kulit kering
Phaleria macrocarpa Mahkota Dewa Asam urat, jantung, kanker
Physalis angulata Ciplukan Diabetes, ayan, borok
Physalis peruviana L. Ciplukan Diabetes, paru-paru, ayan
Piper betle L Sirih Keputihan, sifilis, diare
Piper crocatum Sirih merah Kanker, jantung, sakit gigi
Piper nigrum Lada Impotensi, rematik, malaria
Platigo mayor L Daun sendok Hepatitis, luka berdarah, bisul
Pluchea indica Beluntas Bau badan, keputihan, demam
Pluchea indica Delima Sariawan, radang gusi, luka
Portulaca oleraceae Krokot Jantung, stroke
Psidium quajava Jambu biji Diare, maag, masuk angin
Rosa sinensis Bunga mawar Jerawat, perwatan kulit
Sauropus androgynus Katuk Pelancar asi,
Strobilanthes crispus Keji beling Kencing batu, batu ginjal
Syzygium polyanthum Salam Kencing manis, kolesterol,diare
Talinum paniculatum Gingseng Stamina, penambah air susu
Tinospora crispa L. Brotowali Demam, luka, reumatik
Vetiveria zizanioide Akar wangi Tonik, nyeri otot, anti radang
Zingiber officinale Var. rubrum rhizoma Jahe Merah Pegal-pegal, encok, masuk angin
336 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (2): 330-336, April 2015

Keberhasilan pengembangan agroindustri holtikultura teknologi pengolahan hasil, pasca panen dan
tanaman obat-obatan di Kalimantan Timur dapat terukur pemasarannya, (viii) pendampingan kelompok tani
melalui beberapa indikator. Mulai dari terserapnya tenaga termasuk KWT, Ibu-ibu PKK, kelompok Dasa Wisma, RT
kerja, terbukanya peluang pengolahan hasil hingga dan lain-lain, belum berjalan maksimal sehingga
meningkatnya daya saing serta nilai tambah produk berbengaruh rendahnya pengetahuan dan transfer teknologi
berbasis Good Manufacturing Product. Selain itu, mampu di tingkat bawah, (ix) kondisi iklim, karakteristik lahan
memenuhi bahan baku industri pengolahan dan pekarangan yang termasuk lahan kering dengan intensitas
terpenuhinya pasar domestik, ekspor. Untuk memenuhi hujan rendah, kekurangan air dibeberapa daerah juga
target tersebut diupayakan salah satunya melalui berpengaruh terhadap keberlanjutan usaha tani budidaya
pemanfaatan lahan pekarangan berbasis komoditas tanaman obat di lahan pekarangan di Kota Samarinda.
tanaman obat-obatan lokal yang diharapkan dapat
mempunyai nilai jual yang tinggi yang dapat mengangkat KESIMPULAN
kesejahteraan petani.
Menurut Syukur (2005) beberapa peluang dan Agroindustri tanaman obat di Provinsi Kalimantan
tantangan pengembangan agroindustri tanaman obat antara Timur mempunyai peluang untuk dikembangkan pada
lain yaitu: (i) Sebagian masyarakat belum terbiasa lahan pekarangan mengingat sumberdaya yang tersedia
mengkonsumsi tanaman obat secara langsung. Hal ini dapat cukup luas, kondisi iklim cukup sesuai, teknologi budidaya
diatasi melalui industri farmasi, makanan dan minuman tanaman obat cukup tersedia, sumber daya manusia cukup
yang mengandung herbal menyehatkan tubuh, dengan terampil, tersedianya pasar yang cukup luas baik dalam dan
produk seperti minuman jus, cairan di botol, tablet, oles, luar negeri. Pengembangan agroindustri tanaman obat di
balsam, sabun, pasta dan lain-lain. (ii) Ekspor bahan obat- Provinsi Kalimantan Timur harus mengedepankan nilai
obatan ke luar negeri juga menjanjikan mengingat pasar tambah produk tanaman obat dengan penerapan Good
luar negeri untuk bahan baku obat sangat besar, sementara Manufacturing Practise dan keamanan pangan. Peningkatan
Indonesia kaya akan bahan baku tersebut. Dengan nilai jual suatu produk tanaman obat dapat meningkatkan
demikian sangat memungkinkan untuk memenuhi kesejahteraan petani dan kemandirian pangan terutama obat
kebutuhan dalam dan luar negeri. (iii) Berbisnis tanaman dapat terpenuhi.
obat tidak serumit tanaman sayuran, buah atau lainnya.
Tanaman obat tidak membutuhkan bahan-bahan kimia baik
untuk pemupukan maupun untuk mengendalikan hama dan DAFTAR PUSTAKA
penyakit. (iv) Ekpor bahan baku yang berasal dari tanaman
obat atau produk siap pakai yang dikemas sudah banyak Arifin HS, Munandar A, Mugnisyah WQ, Arifin NHS, Budiarti T,
dilakukan oleh para pebisnis obat yang berasal dari bahan Pramukanto Q. 2008. Revitalisasi pekarangan sebagai agroekosistem
dalam mendukung ketahanan pangan di wilayah perdesaan. Prosiding
alami. Ke depan bisnis obat dari bahan alami akan menjadi Semiloka Nasional, IPB, 22-23 Desember. Bogor.
kebutuhan utama dalam dunia pengobatan, baik dalam Bappeda Samarinda. 2013. Profil Daerah Samarinda 2013. Bappeda Kota
maupun luar negeri. Samarinda, Samarinda. bappeda.samarinda kota.go.id. [10 Desember
2014]
BPS Kalimantan Timur. 2013. Kalimantan Timur Dalam Angka 2013.
Kendala pengembangan tanaman obat lokal skala BPS Provinsi Kalimantan Timur, Samarinda.
rumah tangga Mayrowani H, Ashari. 2011. Pengembangan agroforestry untuk
Pengembangan budidaya tanaman obat lokal di lahan mendukung ketahanan pangan dan pemberdayaan petani sekitar
pekarangan Kota Samarinda, Kalimantan Timur banyak hutan. Forum Penelitian Agro Ekonomi 29 (2): 86.
Mayrowani H. 2012. Pengembangan pertanian organik di Indonesia.
menemui kendala diantaranya adalah (i) kondisi sosial Forum Penelitian Agro Ekonomi 30 (2): 92-93.
budaya warga masyarakat kelompok warga masyarakat Nuryanti S, Swastika DKS. 2011. Peran kelompok tani dalam penerapan
yang heterogen dengan latar belakang suku-suku yang teknologi pertanian. Forum Penelitian Agro Ekonomi 29 (2): 116-117.
beragam, dan belum membudayanya kegiatan budidaya Pasaribu SM. 2011. Pengembangan agro-industri perdesaan dengan
pendekatan One Village One Product (OVOP). Forum Penelitian
tanaman obat di pekarangan secara optimal dan intensif, Agro Ekonomi 29 (1): 6.
(ii) kondisi sumber daya alam yang tidak mendukung Saliem HPS. 2002. Analisis permintaan pangan di Kawasan Timur
seperti kepemilikan lahan yang tidak jelas, (iii) budaya Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi. 20 (2): 65.
lebih mengutamakan lahan non pekarangan untuk Sukiyono K, Cahyadinata I, Sriyoto. 2008. Status wanita dan ketahanan
pangan rumah tangga nelayan dan petani padi di Kabupaten Muko-
mendapatkan uang, sebagian besar petani memandang Muko Provinsi Bengkulu. Jurnal Agro Ekonomi 26: 2.
lahan pekarangan kurang memberikan manfaat dibanding Sunanto, Yusmasari, Sahardi. 2007. Analisis efisiensi usaha tani sayuran
lahan sawah dan kebun (iv) kebutuhan bibit yang terbatas, dan jaringan tataniaganya di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan.
(v) kurang tersedianya teknologi budidaya tanaman obat Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 10 (3):
182.
yang spesifik di lokasi lahan pekarangan warga, (vi) kurang Syukur. 2005. Pembibitan Tanaman Obat. Penebar Swadaya. Jakarta
tersedianya bibit tanaman obat, (vii) kurang tersedianya

You might also like