You are on page 1of 44

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker payudara merupakan jenis tumor ganas yang hingga kini

masih menjadi pembunuh nomor satu bagi perempuan. Hal ini dibuktikan

dengan adanya diagnosis baru yang dicatat oleh WHO bahwa kasus kanker

hampir 1,7 juta pada tahun 2012, ini mewakili sekitar 12% dari semua

kasus kanker baru dan 25% dari semua kanker pada wanita. WHO (Word

Health Organization) tahun 2010 memperkirakan bahwa angka kejadian

kanker payudara adalah 11 juta dan tahun 2030 akan bertambah menjadi

27 juta kematian akibat kanker (WHO, 2010).


Proyeksi data WHO tahun 2012 memperkirakan prediksi

peningkatan substantif 19,3 juta kasus kanker per tahun pada tahun 2025

ke depan, sehingga menyebabkan pertumbuhan dan penuaan global

populasi semakin pesat. Lebih dari 50% semua kanker (56,8%) yang

menyebabkan kematian itu akibatnya (64,9%) pada tahun 2012 terjadi

perkembangan wilayah di dunia dan membuat proporsi ini akan meningkat

lebih lanjut pada tahun 2025. Pada tahun 2012 terdiagnosis 1,7 juta

perempuan menderita kanker payudara dari 6,3 juta wanita (World Health

Organization (WHO, 2012).


Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research

on Cancer (IARC) diketahui pada tahun 2012, terdapat 14.067.894 kasus

baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia.

Kanker payudara menduduki posisi yang tertinggi yaitu sebesar 43,3%

1
2

kasus baru dan 12,9% kasus kematian. Dengan kata lain insiden kanker

payudara sebesar 40 per 100.000 perempuan di dunia.

Berdasarkan hasil penelitian American Cancer Society menunjukan ,

sekitar 1,3 juta wanita terdiagnosis menderita kanker payudara, dan setiap

tahunnya 465.000 wanita meninggal karena payudara (Rasjidi, 2009).

Insiden Kanker payudara yang sebelumnya banyak menyerang perempuan

paruh baya, kini mulai menjangkiti anak muda. Kejadian kanker payudara

sebanyak 1.677.00 kasus. Kanker payudara lebih banyak ditemukan di

negara berkembang dibanding dengan di negara maju dengan jumlah kasus

883.000 di negara berkembang dan 794.000 di negara maju. Di negara

berkembang kanker payudara merupakan penyebab kematian pada wanita

sebanyak 324.000 kematian dan penyebab kematian kedua di negara maju

dengan jumlah kematian 198.000 (WHO, 2012).

Laporan dari Western Breast Services Alliance, fibroadema

umumnya terjadi pada wanita dengan umur antara 15 dan 25 tahun. Fakta

lain menunjukkan bahwa sekitar 85% kaum wanita menemukan benjolan

di payudaranya sendiri melalui perabaan.

Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia tahun 2007

diketahui bahwa kanker payudara menempati urutan pertama pasien rawat

inap 16,85% dan pasien rawat jalan 21,69% (Kemenkes, 2010).

berdasarkan hasil penelitian Summarny (2002) menunjukan prevalensi

kasus tumor di Indonesia sebanyak 5,03 %. Provinsi tertinggi yaitu

Yogyakarta 9,66% dan Jawa Tenggah 8,06%. Menurut jenis dan lokasi
3

tumor, kanker payudara menunjukan nilai risiko 15,6% (95% CI : 17,1%).

Penderita kanker stadium awal akan mempunyai peluang hidup sejumlah

100%, pada penderita kanker stadium dua memiliki peluang hidup

sejumlah 70-80%, pada penderita kanker stadium tiga mempunyai peluang

hidup lebih kecil yaitu hanya sebesar 40-20%, sehingga, semakin cepat

ditangani, maka peluang untuk hidup dan sembuh juga semakin besar.
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) untuk mendeteksi kanker

payudara adalah cara termudah dan termurah mengetahui adanya benjolan

yang kemungkinan besar berkembang menjadi kanker ganas. SADARI

atau periksa payudara sendiri dengan rutin merabanya merupakan langkah

penting untuk deteksi dini kanker payudara. Kebiasaan karena mudah,

murah, cepat, dan efektif untuk semankin “mengenal” dan menyadari jika

terdapat suatu hal yang tidak normal pada payudara (Summarny, 2002).
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Septiani (2012) dengan

melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) akan menurunkan

tingkat kematian akibat kanker payudara sampai 20%, namun wanita yang

melakukan SADARI masih rendah (25%-30%). Hasil penelitian diperoleh

data 84,3% tidak melakukan SADARI, 51% berusia lebih dari 15 tahun,

sebanyak 98% berpengetahuan baik tentang SADARI, 52% responden

bersikap positif, responden yang terpapar informasi dari media massa dan

elektronik 19%, sedangkan untuk dukungan orang tua terhadap responden

lebih dari setengahnya dikategorikan buruk (tidak mendukung) yakni

sebanyak 62% dan selebihnya sebanyak 38% terkategorikan baik.


Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi Bengkulu (2015)

didapatkan bahwa pemeriksaa leher rahim dan payudara pada perempuan


4

usia 30-50 tahun yaitu Kabupaten Seluma sebanyak 216 perempuan

(0.91%) Rejang Lebong 433 perempuan (1 %), Muko-muko 498

perempuan (2%), Lebong 218 (2%) Bengkulu Tengah 409 perempuan

(3%) dan kota Bengkulu 326 (1%), berdasarkan data didapatkan bahwa

pemeriksaan terendah didapatkan di Seluma.


Di Kabupaten Seluma sekolah yang memiliki jumlah siswa

terbanyak terdapat di sekolah SMA N 3 seluma dengan jumlah siswa

sebanyak 494 orang, sekolah tersebut merupakan sekolah favorit di

Kabupaten Seluma, namun saat dilakukan survey awal tentang

keterpaparan siswa tentang SADARI hampir 80 % atau 395 siswa

menyatakan tidak tahu, dan 20 % atau 99 siswa lagi mengatakan tahu,

namun hanya mendapat informasi dari beberapa media seperti televisi,

handphone, hal ini menjadi suatu keprihatinan dimana SMA 3 Seluma

merupakan SMA favorit namun berada di pinggiran kota yang

menyebabkan SMA ini kurang terapar terhadap usaha dalam

meningkatkan status kesehatan


Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Seluma menunjukkan

bahwa dari 216 perempuan yang melakukan pemeriksaan leher rahim

jumlah terbanyak terdapat di air periukan dengan jumlah 70 atau 32%

dengan rincian yang mengalami benjolan di payudara positif sebanyak 5

orang atau 0.7% dan tumor jinak sebayak 27 orang atau 38, 5%.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Meryanna R.

Simanjuntak (2009) berjudul Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap

Pengetahuan tentang Periksa Payudara Sendiri dengan subjek penelitian

mahasiswi Psikologi dengan jumlah sampel 54mahasiswi dapat ditarik


5

kesimpulan yaitu sebagai berikut : Pengetahuan tentang Periksa Payudara

Sendiri pada mahasiswi Psikologi FK UNS sebelum diberi pendidikan

kesehatan memiliki rata-rata nilai (mean) 13,63 dan jumlah subjek yang

dikategorikan baik sebanyak 28 mahasiswi (52%). Pengetahuan tentang

Periksa Payudara Sendiri pada mahasiswi Psikologi FK UNS setelah

diberi pendidikan kesehatan memiliki rata-rata nilai (mean) 17,72 dengan

jumlah subjek yang dikategorikan baik sebanyak 30 mahasiswi (55%).

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Dwi Sri Handayani

(2008) menunjukkan tingkat pengetahuan terbanyak pengetahuan cukup.

Sikap terbanyak dari responden adalah sikap mendukung. Perilaku dari

responden terbanyak perilaku benar. Ada hubungan antara Tingkat

pengetahuan dengan perilaku responden dalam melakukan pemeriksaan

payudara sendiri dan ada hubungan antara Sikap dengan perilaku

responden dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri.


Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh I Dewa Ayu Rai

Suastina (2013) menunjukkan pengetahuan mahasiswi tentang adanya

pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswi

tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara di SMA Negeri 1

Manado dengan teridentifikasinya pendidikan kesehatan dan tingkat

pengetahuan serta dengan teranalisisnya pengaruh antara pendidikan

kesehatan terhadap tingkat pengetahuan menunjukkan bahwa sebagian

siswa yang dikategorikan baik sebanyak 79 orang (81,4%), sedangkan

yang dikategorikan kurang ada 6 orang (6,2%).


6

Upaya deteksi dini kanker payudara adalah upaya yang dilakukan

untuk mengenali adanya kanker payudara saat masih berukuran kecil dan

sebelum sel kanker payudara tersebut menyebar, SADARI adalah suatu

upaya untuk mengetahui adanya adanya kemungkinan terkena kanker

payudara.

Pemeriksaan SADARI pada remaja putri merupakan suatu upaya

dalam mendeteksi lebih awal adanya kejadian kanker payudara, namun

tidak semua remaja putri melakukan SADARI dikarenakan banyak faktor

antaralain pengetahuan yang kurang, sikap yang tidak mendukung bahkan

media pun mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan SADARI

(Septiani, 2012)

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003) perilaku seseorang

dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : faktor predisposisi, faktor pendukung,

dan faktor pendorong. Faktor predisposisi mencakup pengetahuan, sikap,

kepercayaan dan tradisi. Faktor pendukung terdiri dari tersedianya sumber-

sumber atau fasilitas kesehatan, sementara itu faktor pendorong adalah

sikap dan perilaku petugas kesehatan.

Intervensi yang baik berupa pelatihan dan pemberia informasi

pendidikan kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan

dan sikap tentang SADARI (Retnowati, 2007). Menurut Notoatmodjo

(2003), perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap

positif, maka perilaku akan bersifat langgeng, sebaliknya apabila perilaku

tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan


7

berlangsung lama. Makin tinggi pendidikan, makin mudah seseorang

menerima pengetahuan (Irmayanti, 2007). Pendidikan juga merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, karena dapat

membuat seseorang untuk lebih mudah mengambil keputusan dan

bertindak. Menurut Gibbon et al (1998),

Terbentuknya perilaku dapat terjadi karena proses kematangan dan

dari proses interaksi dengan lingkungan. Perubahan bisa terjadi setiap saat,

dan merupakan proses yang dinamik serta tidak dapat dielakkan. Di dalam

proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang berasal dari dalam diri itu sendiri. Factor-faktor

tersebut antara lain: susunan syaraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, dan

belajar.

Dari fenomena di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “pengaruh Sikap dan pengetahuan dengan Perilaku

SADARI Pada Siswa SMA Negeri 3 Kabupaten Seluma tahun 2016.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka masalah

penelitian ini adalah tingginya angka kejadian kanker payudara sehingga

peneliti ingin mengetahui pengaruh sikap dan pengetahuan dengan

perilaku SADARI pada siswa SMA Negeri 3 Kabupaten Seluma tahun

2016.

C. Tujuan penelitian
a. Tujuan Umum
8

Mengetahui pengaruh sikap dan pengetahuan dengan perilaku

SADARI pada siswa SMA Negeri 3 Kabupaten Seluma tahun 2016.

b. Tujuan Khusus

1) Mengetahui distribusi frekuensi sikap, pengetahuan dan perilaku

tentang SADARI pada siswi SMA Negeri 3 Kabupaten Seluma

tahun 2016.

2) Mengetahui pengaruh sikap dengan perilaku SADARI pada siswi

SMA Negeri 3 Kabupaten Seluma tahun 2016.

3) Mengetahui pengaruh pengetahuan dengan perilaku SADARI pada

siswi SMA Negeri 3 Seluma Tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Praktisi Kesehatan

Bagi pelayanan kesehatan, hasil penelitian dapat dimanfaatkan

sebagai masukan dalam menyusun program promosi kesehatan dengan

mengarahkan masyarakat khususnya wanita untuk lebih memahami

mengenai deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI).

b. Bagi Akademik

Sebagai tambahan kepustakaan dan sebagai referensi yang nantinya

akan berguna bagi mahasiswa dan institusi.

c. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan hasil penelitian ini merupakan salah satu sarana dalam

mengembangkan dan menyempurnakan penelitian yang akan datang.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Pemeriksaan Payudara Sendiri
a. Pengertian Sadari
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah pengembangan

kepedulian seorang wanita terhadap kondisi payudaranya sendiri.

Tindakan ini dilengkapi dengan langkah-langkah khusus untuk

mendeteksi secara awal penyakit kanker payudara. Kegiatan ini


10

sangat sederhana dan dapat dilakukan oleh semua wanita tanpa perlu

merasa malu kepada pemeriksa, tidak membutuhkan biaya, dan bagi

wanita yang sibuk hanya perlu menyediakan waktuna selama kurang

lebih lima menit. Tidak diperlukan waktu khusus, cukup dilakukan

saat mandi atau pada saat sedang berbaring. SADARI sebaiknya

mulai dilakukan saat seorang wanita telah mengalami menstruasi.

Tingkat sensitivitasnya (kemampuannya untuk mendeteksi kanker

payudara) dalah sekitar 20-30% (Nisman, 2011)

Menurut Depkes RI (2009) pengertian SADARI adalah

pemeriksaan payudara yang dilakukan sendiri dengan belajar melihat

dan memeriksa payudaranya sendiri setiap bulan. Dengan melakukan

pemeriksaan secara teratur akan diketahui adanya benjolan atau

masalah lain sejak dini walaupun masih berukuran kecil sehingga

lebih efektif untuk diobati.

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) Untuk mendeteksi


9
kanker payudara adalah cara termudah dan termurah mengetahui

adanya benjolan yang kemungkinan besar berkembang menjadi

kanker ganas. SADARI atau periksa payudara sendiri dengan rutin

merabanya merupakan langkah penting untuk deteksi dini kanker

payudara. Kebiasaan karena mudah, murah, cepat, dan efektif untuk

semangkin “mengenal” dan menyadari jika terdapat suatu hal yang

tidak normal pada payudara.


11

Kemungkinan timbulnya benjolan pada payudara sebenarnya

dapat diketahui secara cepat dengan pemeriksaan sendiri. Istilah ini

disebut dengan SADARI, yaitu pemeriksaan payudara sendiri.

Sebaiknya pemeriksaan sendiri ini dilakukan secara berkala, yaitu

satu bulan sekali. Ini dimaksudkan agar yang bersangkutan dapat

mengantisipasi secara cepat jika ditemukan benjolan pada payudara

(Mardiana, 2009).

Untuk menemukan gejala awal kanker payudara dapat di deteksi

sendiri oleh kaum wanita, jadi tidak perlu seorang ahli untuk

menemukan awal kanker payudara. Secara rutin wanita dapat

melakukan metode SADARI dengan cara memijat dan meraba

seputar payudara untuk mengetahui ada atau tidaknya benjolan di

sekitar payudara sendiri (setiati, 2009)

Sebaiknya jangan tunggu ada benjolan di payudara karena jika

hal itu sudah terjadi, maka kemungkinan menderita kanker payudara

stadium 1 lebih besar. Pemeriksaan melalui ultrasonografi dan

mamografi harus dilakukan secara berkala. Untuk wanita yang

berusia 50 tahun ke atas, disarankan setiap tahun. Sementara yang

berumur di bawah itu, bisa tiga tahun sekali. Meski begitu, jika ada

benjolan, yang terdeteksi kanker payudara dari lima wanita yang

merasa ada benjolan paling hanya satu (Olfah dkk, 2013).

b. Tujuan SADARI
12

Tujuan SADARI adalah untuk mendeteksi terjadinya kanker

payudara dengan mengamati payudara dari depan, sisi kiri dan sisi

kanan, apakah ada benjolan, perubahan warna kulit, puting bersisik

dan pengeluaran cairan atau nanah dan darah, kanker payudara

merupakan jenis kanker dengan jumlah kasus terbanyak di dunia,

sekaligus penyebab kematian terbesar (Olfah dkk, 2013).

Tujuan utama deteksi dini kanker payudara adalah untuk

menemukan kanker dalam stadium dini sehingga pengobatannya

menjadi lebih baik. Ternyata 75-85% keganasan kanker payudara

ditemukan pada saat dilakukan pemeriksaan payudara sendiri.

Deteksi dini dilakukan dengan melakukan “pemeriksaan

payudara sendiri” atau yang dikenal dengan SADARI. Ini adalah

pemeriksaan yang mudah dilakukan oleh setiap wanita untuk

mencari benjolan atau kelainan lainnya. Dengan posisi tegak

menghadap kaca dan berbaring, dilakukan pengamatan dan

perabaaan payudara secara sistematis. Pemeriksaan SADARI di

lakukan secara rutin setelah haid, sekitar 1 minggu setelah haid dan

bila sudah menopause (Purwoastuti, 2008).

c. Manfaat SADARI

Manfaat pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah

untuk mendeteksi sedini mungkin adanya kelainan pada payudara

karena payudara pada hakikatnya dapat diketahui secara dini oleh


13

para wanita usia subur. Setiap wanita mempunyai bentuk dan

ukuran payudara yang berbeda, bila wanita memeriksa payudara

sendiri secara teratur, setiap bulan setelah haid, wanita dapat

merasakan bagaimana payudara wanita yang normal. Bila ada

perubahan tentu wanita dapat mengetahuinya dengan mudah

(Manuaba, 2010).

d. Cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

Pemeriksaan payudara sendiri hendaknya dilakukan setiap

bulan jika wanita itu sudah berumur 20 tahun. Bila ada hal-hal yang

luar biasa dan mencurigakan hendaknya memeriksakan ke dokter.

Menurut Olfah et al. (2013) pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) di lakukan dalam 2 cara, yaitu:

a) Melihat perubahan di hadapan cermin

Lihat pada hadapan cermin, bentuk dan keseimbangan

bentuk payudara (simetris atau tidak) adapun tata cara

pelaksanaannya adalah:

1. Melihat perubahan bentuk dan besarnya payudara,

perubahan putting susu, serta payudara di depan kaca.

Sambil berdiri tegak depan cermin, posisi kedua lengan

lurus ke bawah disamping badan.

2. Pemeriksaan payudara dengan tangan diangkat di atas

kepala. Dengan maksud untuk melihat retraksi kulit atau

perletakan tumor terhadap otot atau fascia dibawahnya.


14

3. Berdiri tegak di hadapan cermin dengan tangan disamping

kanan dan kiri. Miringkan dada ke kanan dan kiri untuk

melihat perubahan pada payudara.

4. Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak

pinggung atau menekan pinggul dimaksudkan untuk

menegangkan otot di daerah axilla.

b) Melihat perubahan bentuk payudara dengan berbaring

1. Persiapan

Dimulai dari payudara kanan. Baring menghadap kekiri

dengan membengkokkan kedua lutut. Letakkan bantal atau

handuk mandi yang telah dilipat di bawah bahu sebelah

kanan untuk menaikkan bagian yang akan diperiksa.

Kemudian letakkan tangan kanan di bawah kepala. Gunakan

tangan kiri untuk memeriksa payudara kanan. Gunakan

telapak jari-jari untuk memeriksa sembarangan benjolan atau

penebalan. Periksa payudara dengan menggunakan vertical

strip dan circular.

2. Pemeriksaan payudara dengan Vertical Strip

Di bagian atas ke bra-line di bagian bawah, dan garis

tengah antara kedua payudara ke garis tengah bagian ketiak.

Gunakan tangan kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak.

Kemudian putar dan tekan kuat untuk merasakan benjolan.

Kebawah bra line dengan putaran ringan dan tekan kuat di


15

setiap tempat. Di bagian bawah bra line, bergerak kurang

lebih 2 cm kekiri dan terus kearah atas menuju tulang

selangkang dengan memutar dan menekan. Bergeraklah ke

atas dan ke bawah mengikuti pijatan dan meliputi seluruh

bagian yang ditunjuk.

3. Pemeriksaan payudara dengan cara memutar

Berawal dari bagian atas payudara, buat putaran yang

besar. Bergeraklah sekeliling payudara dengan

memperhatikan benjolan yang luar biasa. Buatlah sekurang-

kurangnya tiga putaran kecil sampai ke putting payudara.

Lakukan sebanyak 2 kali, sekali dengan tekanan ringan dan

sekali dengan tekanan kuat. Jangan lupa periksa bagian

bawah areola mammae.

4. Pemeriksaan cairan di putting payudara

Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara untuk

melihat adanya cairan abnormal dari puting payudara.

5. Memeriksa ketiak

Letakkan tangan kanan ke samping dan rasakan ketiak

dengan teliti, apakah teraba benjolan abnormal atau tidak.

e. Waktu Dilakukan SADARI

Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dilakukan sebulan

sekali. Para wanita yang sedang haid sebaiknya melakukan


16

pemeriksaan pada hari ke-5 sampai ke-7 setelah masa haid

bermula, ketika payudara mereka sedang mengendur dan terasa

lebih lunak. Para wanita yang telah berusia 20 tahun di anjurkan

untuk mulai melakukan SADARI bulanan, dan harus melakukan

pemeriksaan mamografi setahun sekali bila mereka telah memasuki

usia 40 tahun. Wanita sebaiknya melakukan SADARI sekali dalam

satu bulan. Jika wanita menjadi familiar terhadap payudaranya

dengan melakukan SADARI secara rutin maka dia akan lebih

mudah mendeteksi keabnormalan pada payudaranya. Selain

SADARI, deteksi dini untuk yang berusia diatas 39 tahun adalah

lakukan mammogram secara rutin. (Pamungkas, 2011)

Pemeriksaan payudara sendiri bisa dilakukan setiap saat

yang penting adalah kesadaran untuk memeriksa bagian-bagian

payudara yang mungkin dijumpai suatu benjolan yang tidak lazim

(Trihartono, 2009). Pemeriksaan payudara sendiri tidak lebih dari

2-3 menit (Rasjidi, 2010)..

D. Fakto Risiko Kanker Payudara

Menurut Mulyani (2013), Nisman (2011), Olfah dkk (2013),

Andrews (2010) Hampir seluruh faktor resio kanker payudara

berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan estrogen yang tidak

terpakai dan tersisa dalam tubuh ataupun estrogen yang tidak tidak

diimbangi dengan progesteron. Faktor risiko adalh setiap faktor yang


17

meneybabkan seseorang atau sekelompok orang mempunyai kemungkinan

lebih besar menderita, cedera, atau komplikasi. Banyak faktor yang

diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap kanker payudara sebagai

berikut:

1. Faktor reproduksi

Beberapa faktor reproduksi yang berhubungan denga risiko terjadinya

kanker payudara adalah nuliparitas (wanita yang belum melahirkan)

dan kehamilan pertama pada umur tua (kehamilan pertama diatas 30

tahun). Hal ini dikaitkan dengan fungsi payudara yang berfungsi

optimal, demikian juga hormon-hormon yang berperan pada prose

menyusui. Beberapa penelitian menunjukkan hasil bahwa menyusui

dapat mengurangi risiko terkena kanker payudara. Faktor reproduksi

lain yang mungkin berperan adalah menarche (menstruasi pertama)

pada umur muda dan menopause (berhentinya menstruasi) pada umur

lebih tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur.

Diperkirakan hanya kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada

masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor

terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan yang terjadi pada payudara

2. Riwayat Kesehatan Personal

Apabila seseorang pernah mempunyai riwayat kanker payudara pada

salah satu payudaranya maka individu ini mempunyai risiko lebih

tinggi untuk terkena pada payudara satunya

3. Lokasi Geografis dan ras


18

Eropa Barat dan Amerika utara : lebih dari 6-10 kali keturunan

Amerika utara perempuan Afrika-Amerika sebelum usia 40 tahun

4. Status Perkawinan

Perempuan tidak menikah 50% lebih sering terkena kanker payudara.

5. Paritas

Wanita yang melahirkan anak pertama setelah usia 30 tahun atau yang

belum pernah melahirkan memiliki resiko lebih besar daripada yang

melahirkan anak pertama di usia belasan tahun

6. Riwayat Menstruasi

Wanita yang mengalami menstruasi pertama (menarche) pada usia

kurang dari 12 tahun memiliki resiko 1,7 hingga 3,4 kali lebih besar

daripada wanita dengan menarche yang datang pada usia lebih dari 12

tahun. Wanita dengan menopause terlambat yaitu pada usia lebih dari

50 tahun memiliki resiko 2,5 hinga 5 kali lebih tinggi

7. Riwayat keluarga

Wanita yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara

berisiko 2-3 kali lebih besar, sedangkan apabila yang terkena bukan

saudara perempuan maka risiko menjadi 6 kali lebih tinggi

8. Obesitas

Setiap penambahan 10 kg maka 80% lebih besar terkena kanker

payudara.

9. Penyakit Payudara Lainnya


19

Wanita yang mengalami hiperplasia duktus dan lobules dengan atipia

memiliki risiko 8 kali lebih besar kanker payudara.

10. Terpajan Radiasi

Peningkatan resiko untuk setiap radiasi pada peempuan muda dan anak-

anak bermanifestasi setelah usia 30 tahun. Terpapar unsur radiasi,

apalagi dalam waktu lama selama atau sesudah pubertas, meningkatnya

terjadinya risiko, kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang

dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan erat

dengan dosis atau lama terpapar dan umur saat terjadinya paparan

11. Penggunaan hormon estrogen dan progestin

Seorang wanita yang mendapatkan terapi penggantian hormon estrogen

saja atau estrogen plus progestin selama lima tahun atau lebih setelah

menopause akan miliki peningkatan risiko mengembangkan kanker

payudara

12. Mengkonsumsi Alkohol

Wanita yang sering mengkonsumsi alkohol akan berisko terkena kanker

payudara karena alkohol menyebabkan perlemakan hati, sehingga hati

bekerja lebih keras dan sehingga lebih sulit memproses estrogen agar

keluar dari tubuh

13. Mengkonsumsi Makanan Siap Saji

Mengkonsumsi junk food secara berlebihan dari usia dini dapat

membuat gemuk tubuh, sehingga meningkatkan risiko terkena kanker

payudara, lemak tubuh akan meningkat apalagi tidak diimbangi dengan


20

olahraga sehingga akan berlanjut pada resistansi insulin sehingga

keinginan untuk mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat yang

mengandung gula menjadi meningkat. Insulin yang dihasilakan

bertambah seiring dengan pertambahan berat badan. Lemak pada tubuh

yang lebih banyak akan berlanjut lebih banyak pula kadar estrogen

sehingga pertumbuhan payudara dan menstruasi lebih cepat.

14. Aktivitas fisik

Penelitian terbaru dari Women’s Health Intiative menemukan

bahwa aktifitas fisik pada wanita menopause yang berjalansekitar 30

menit perhari diaitkan dengan penurunan 20 persen risiko kanker

payudara. Namun, pengurangan risiko terbesar diantara wanita yang

berberat badan normal. Dampak aktifitas fisik tidak ditemukan di

kalangan wanita yang klebihan berat badan atau obesitas. Namun,

aktifitas fisik yang dikombinasi dengan diet dapat menurunkan berat

badan sehingga pada akhirnya menurunkan juga risiko kanker payudara

dan berbagai penyakit lain. Selain itu, merokok dan kebiasaan makan

yang tidak baik juga dapat meningkatkan resiko kanker payudara.

E. Upaya Pencegahan Kanker Payudara

Menurut Mulyani (2013) dan Olfah dkk (2013) Pencegahan

kanker payudara bertujuan untuk menurunkan insidensi kanker

payudara dan secara tidak langsung akan menurunkan angka kematian

akibat kanker payudara itu sendiri. Pencegahan yang paling efektif bagi

kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi


21

dini, begitu pula pada kanker payudara. Adapun strategi pencegahan

yang dilakukan antara lain berupa :

a. Pencegahan primer

Merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena

dilakukan pada orang yang sehat melalui upaya untuk

menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko.

Pencegahan primer dapat berupa deteksi dini, SADARI serta

melaksanakan pola hidup sehat untuk mencegah penyakit kanker

payudara.

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan ini dilakukan terhadap individu yang memiliki

risiko untuk terkena kanker payudara. Pada setiap wanita yang

normal serta memiliki siklus haid normal, mereka merupakan

populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan ini dilakukan

dengan melakukan deteksi dini berupa skrining melalui

mammografi yang diklaim memiliki akurasi 90% tetapi

keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang

sehat itu tidak baik karena payudara. Sehingga mammografi

dengan pertimbangan.

c. Pencegahan tertier

Pada pencegahan tertier ini biasanya diarahakan pada individu

yang telah positif menderita kanker payudara. Dengan

penangganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan


22

stadium kanker dengan tujuan untuk mengurangi kecacatan dan

memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini

berperan penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan

mencegah komplikasi penaykit serta meneruskan pengobatan

(Mulyani, 2013).

Menurut Sjamsuhidajat (2005), pengobatan kanker payudara terdiri

dari:

1) Pembedahan

Bedah kuratif yang mungkin dilakukan ialah mastektomi

radikal dan bedah konservatif merupakan eksisi tumor luas.

Terapi kuratif dilakukan jika tumor terbatas pada payudara dan

tidak ada infiltrasi ke dinding dada dan kulit mamma atau

infiltrasi dari kelenjar limfe ke struktur sekitarnya.

2) Radioterapi

Radioterapi untuk kanker payudara biasanya digunakan

sebagai terapi kuratif dengan mempertahankan mamma, dan

sebagai terapi tambahan.

3) Kemoterapi

Merupakan terapi sistemik yang digunakan bila ada

penyebaran sisitemik dan sebagai terapi ajuvan. Kemoterapi

ajuvan diberikan.

2. Pengetahuan
a) Pengertian Pengetahuan
23

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

dapat diukur dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi

materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden

(Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan (Notoatmodjo, 2007) yaitu :

1) Tahu (Know)

Merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. “Tahu“ diartikan

sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang

termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar.


24

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi yang sebenarnya.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek kedalam komponen – komponen tetapi masih didalam satu

struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungan bagian–bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru, atau dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi – formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau obyek yang didasarkan pada suatu

kriteria.

b) Hal-hal Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan


25

Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan

sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai

suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat

mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman -pemahaman baru.

1) Usia

Umur memengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya

semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif

dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan

persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain

itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu

untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan

kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.

2. Status pernikahan

Pernikahan dikenali sebagai hubungan antara pria dan wanita yang

memberikan hubungan seksual, keturunan, membagi peran antara suami

istri. Pernikahan sebagai iktan yang bersifat kontrol sosial antara pria dan

wanita yang didalamnya diatur mengenai hak dan kewajiban, kebersamaan

emosional, juga aktivitas seksual, ekonomi dengan tujuan membentuk

keluarga serta mendapatkan kebahagiaan ketuhanan Yang Maha Esa.

Status pernikahan mahasiswi yang diukur dari nikah atau belum menikah
26

melihat pengetahuan SADARI pemahaman dari Mahasiswi dengan cara

pengalaman yang menikah lebih luas dapat pengetahuan daripada

mahasiswi yang belum menikah. Pengalaman dapat diperoleh dari

pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Semakin banyak

pengalaman, semakin banyak pengetahuan seseorang.

3. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga

terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.

4.Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak

akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

5. Budaya.

Tingkah laku manusia atau kelompok dalam memenuhi kebutuhan

hidup yang meliputi sikap dan kepercayaan. biasanaya berdasarkan garis

keturunan yang dianggap sama identitas suku ditandai oleh pengakuan dari

orang lain akan citi khas kelompok tersebut seperti kesamaan budaya,

bahasa, agama, perilaku, dan ciri-ciri biologi.


27

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.

Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu

fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial

ekonomi iniakan memengaruhi pengetahuan seseorang.

6) Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang menambah pengetahuan

yang bersifat informal.

7) Sosial Ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup

akan dapat menambah tingkat pengetahuan.

Menurut Notoadmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil dari

“tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

suatu obyek tertentu. Indikator pengetahuan tentang kanker payudara

diantaranya yaitu mempunyai kemampuan menjelaskan tentang kanker

payudara, memiliki kemampuan memberikan contoh tanda dan gejala

kanker payudara, memiliki kemampuan untuk berperilaku baik sesuai pola

hidup sehat, mempunyai kemampuan menganalisis faktor – faktor risiko


28

kanker payudara, mempunyai kemampuan menghubungkan antara gejala

dan pengobatan/pencegahan, mempunyai kemampuan menilai tanda –

tanda kanker payudara sehingga seseorang dapat melakukan pencegahan

terhadap kanker payudara

3. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon tertutup dari seseorang terhadap

suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang ada dalam

kehidupan sehari-hari merupakan reksi yang bersifat emosional terhadap

stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan

tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap tersebut

merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah

laku yang terbuka (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Allport (1954, dalam Notoatmodjo, 2003) sikap itu terdiri

dari 3 komponen pokok yaitu:

1. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek,

artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran

seseorang terhadap objek.


2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya

bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang

tersebut terhadap objek.


29

3. Kecenderungan untuk bertindak, artinya sikap merupakan komponen

yang mendahului tindakan atau perlaku terbuka. Sikap adalah

ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan).

Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap

yang utuh. Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo,2005).

a. Tingkatan Sikap
1. Menerima (receiving)

Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan

atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu

benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Brigham (dalam Dayakisni dan Hudiah, 2003) ada

beberapa ciri atau karakteristik dasar dari sikap, yaitu :


30

a) Sikap disimpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku.

b) Sikap ditujukan mengarah kepada objek psikologis atau kategori,

dalam hal ini skema yang dimiliki individu menentukan bagaimana

individu mengkategorisasikan objek target dimana sikap diarahkan.

c) Sikap dipelajari.

d) Sikap mempengaruhi perilaku. Memegang teguh suatu sikap yang

mengarah pada suatu objek memberikan satu alasan untuk

berperilaku mengarah pada objek itu dengan suatu cara tertentu

Menurut Azwar (2007) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang

dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga

agama, serta faktor emosi dalam diri individu.

a. Pengalaman pribadi

Middlebrook (dalam Azwar, 2007) mengatakan bahwa tidak adanya

pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek psikologis,

cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Sikap akan

lebih mudah terbentuk jika yang dialami seseorang terjadi dalam situasi yang

melibatkan faktor emosional. Situasi yang melibatkan emosi akan menghasilkan

pengalaman yang lebih mendalam dan lebih lama membekas. .

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis

atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini

antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk

menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.


31

c. Pengaruh Kebudayaan

Burrhus Frederic Skinner, seperti yang dikutip Azwar sangat menekankan

pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi

seseorang. Kepribadian merupakan pola perilaku yang konsisten yang

menggambarkan sejarah penguat (reinforcement) yang kita alami (Hergenhan

dalam Azwar, 2007). Kebudayaan memberikan corak pengalaman bagi individu

dalam suatu masyarakat. Kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap

individu terhadap berbagai masalah.

d. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu sistem

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya

meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh

dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat

keagamaan serta ajaran-ajarannya. Konsep moral dan ajaran agama sangat

menetukan sistem kepercayaan sehingga tidaklah mengherankan kalau

pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperanan dalam

menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. Apabila terdapat sesuatu

hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya orang akan mencari

informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya atau mungkin juga orang

tersebut tidak mengambil sikap memihak. Dalam hal seperti itu, ajaran

moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau lembaga agama sering

kali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap.


32

f. Faktor Emosional

Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi

sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara

dan segera berlalu begitu frustrasi telah hilang akan tetapi dapat pula

merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau

pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat

dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan

pendapat responden (Notoatmodjo, 2003). Untuk menilai sikap diukur

dengan skala Likert. Yang dijabarkan menjadi komponen yang dapat diukur

dengan skor : Untuk pernyataan positif yaitu : Sangat setuju (SS) : Nilai 5

Setuju (S) : Nilai 4 Ragu-ragu (RR) : Nilai 3 Tidak Setuju (TS) : Nilai

Sangat tidak setuju : Nilai 1. Untuk pertanyaan negative yaitu : Sangat

setuju (SS) : Nilai 1 Setuju (S) : Nilai 2 Ragu-ragu (RR) : Nilai 3 Tidak

Setuju (TS) : Nilai 4 Sangat tidak setuju : Nilai 5.

Kemudian skore skala liekert dikonversi ke dalam skor T, dengan rumus :

x  x
T = 50 + 10 
 S 

Keterangan :

x : Skor responden pada skala sikap yang hendak dirubah menjadi skor T

x : Mean skor pada kelompok


33

S : Standar deviasi

Selanjutnya skor T responden dibandingkan dengan mean T (50) lalu

dikategorikan sesuai dengan pertimbangan penelitian sebagai berikut :

Skor T > mean T : Favorable/Possitif

Skor T ≤ mean T : Unfavorable/Negatif (Azwar, 1998).

Faktor Eksternal yang mempengaruhi sikap


1. Sosial Budaya

Faktor sosial budaya adalah tindakan dan perbuatan manusia yang di

pengaruhi dan dilatarbelakangi oleh aspek-aspek budaya masyarakat.

Kebudayaan adalah hasil cipta, karsa dan karya manumur yang didapatkan

dengan belajar, diturunkan secara turun-temurun ke generasi penerus dan

dipertahankan oleh pendukung-pendukungnya. Sementara nilai-nilai sosial

budaya yang terbentuk sejak masa kanak-kanak akan mempengaruhi sikap

seseorang dalam menggunakan sarana kesehatan. Aspek-aspek sosial budaya

yang dimiliki berupa sistem nilai yang menyangkut keyakinan/pandangan

hidup, kepercayaan, kebiasaan, adat dan istiadat dan sebagainya yang

merupakan pedoman hidup kelompok masyarakat (Depkes RI,2002).

2. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan mencakup fasilitas-fasilitas waktu, tempat, tenaga

dan sebagainya. Menurut teori Green (1990) tersedianya fasilitas, sarana atau

prasarana kesehatan merupakan faktor pendukung atau yang memfasilitasi

terbentuknya prilaku kesehatan yang positif (Notoatmodjo, 2003). Pengaruh

sarana kesehatan terhadap perilaku dapat bersifat positif dan negative.


34

Misalnya tersedianya Puskesmas yang dekat dengan tempat tinggal

masyarakat akan mendukung terbentuknya prilaku masyarakat dan

mendorong pasien datang ke Puskesmas untuk memeriksakan kesehatannya

(Notoatmodjo, 2003), dalam hal ini termasuk pemeriksaan kesehatan terhadap

kekambuhan penyakit stroke.

3. Perilaku Petugas Kesehatan


Menurut Green (dalam Notoatmodjo, 2003), perilaku patugas

merupakan salah satu faktor yang berbungan dengan terbentuknya perilaku

seseorang, yaitu sebagai faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang

terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain,

yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.


Seseorang tidak tidak mau ke Puskesmas untuk memeriksakan

kesehatannya bukan hanya disebabkan orang tersebut tidak tahu pelayanan

yang diberikan Puskesmas tetapi dapat juga disebabkan karena patugas yang

kurang ramah, tidak terampil atau tokoh-tokoh masyarakat di daerah tersebut

tidak pernah mengnjungi Puskesmas tersebut.


4. Perilaku
a. Pengertian

Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman

serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk

pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan

respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar

maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan :

berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai

dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat di rumuskan sebagai bentuk


35

pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang

menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat

dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak tampak, seperti pengetahuan, persepsi,

atau motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku ke dalam

tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar

dengan istilah knowledge, attitude, practice (Sarwono, 2004)

Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun

tidak langsung. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri

(Notoadmodjo, 2003)

Ensiklopedi Amerika, perilaku di artikan sebagai suatu aksi-reaksi

organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu

yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan.

Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu

(Notoadmodjo, 2003)

Di Indonesia istilah perilaku kesehatan sudah lama dikenal dalam 15

tahun akhir-akhir ini konsep-konsep di bidang perilaku yang berkaitan dengan

kesehatan ini sedang berkembang dengan pesatnya, khususnya dibidang

antropologi medis dan kesehatan masyarakat. Istilah ini dapat memberikan

pengertian bahwa kita hanya berbicara mengenai prilaku yang secara sengaja

dilakukan dalam kaitanya dengan kesehatan. Kenyataanya banyak sekali

prilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, bahkan seandainya seseorang


36

tidak mengetahuinya, atau melakukanya dengan alasan yang sama sekali

berbeda (menurut Gochman,1988 yang dikutip Lukluk A, 2008).

b. Proses Pembentukan Perilaku

Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Menurut Abraham

Harold Maslow, manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yakni Kebutuhan

fisiologis/biologis, yang merupakan kebutuhan pokok utama, yaitu H2,

H2O, cairan elektrolit, makanan dan seks. Apabila kebutuhan ini tidak

terpenuhi akan terjadi ketidakseimbangan fisiologis. Misalnya, kekurangan

O2 yang menimbulkan sesak nafas dan kekurangan H2O dan elektrolit

yang menyebabkan dehidrasi.Kebutuhan rasa aman

c. Bentuk Perilaku

Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap

rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut.

Secara garis besar bentuk perilaku ada dua macam, yaitu :

1. Perilaku Pasif (respons internal) Perilaku yang sifatnya masih

tertutup, terjadi dalam diri individu dan tidak dapat diamati secara

langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum ada tindakan yang nyata.

2. Perilaku Aktif (respons eksternal) Perilaku yang sifatnya terbuka,

perilaku aktif adalah perilaku yang dapat diamati langsung, berupa

tindakan yang nyata, Menurut Notoatmodjo (2003), rangsangan yang

terkait dengan perilaku kesehatan terdiri dari empat unsur, yaitu sakit

dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan.


37

B. Konsep Teori

Predisposing Factor
- Pengetahuan
- Sikap
- Kepercayaan
- Tradisi

Enabling Factor
Perilaku
- Fasilitas Kesehatan
- Petugas Kesehatan Sadari

Reinforcemen Factor
- Lingkungan (teman
sebaya, pacar, orang tua,

Lawrance Green (1980), Sjamsuhidajat (2003), Mulyani, (2013) dkk.


38

C. Hipotesis

Ha : Ada pengaruh sikap, pengetahuan terhadap perilaku siswa dalam melakukan

SADARI di SMAN 3 Seluma Tahun 2016

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kuantitatif dengan

rancangan deskritif analitik. Rancangan penelitian menggunakan pendekatan

Cross Sectional, yaitu rancangan yang digunakan untuk mengetahui pengaruh

antara variabel independent dan variabel dependent pada objek penelitian

dalam waktu yang bersamaan (Alimul, 2003).

Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut :


Bagan 3.1 Model Rancangan Penelitian
Perilaku Baik

Tidak Perilaku Kurang


Sikap
mendukung
Perilaku Baik
Mendukung
ng
Perilaku Kurang

Faktor-
faktor
yang
mempeng Perilaku Baik
aruhi
perilaku Baik
SADARI Perilaku Kurang

Perilaku Baik
39

Pengetahuan Cukup
Perilaku Kurang

Perilaku Baik
Kurang

33 Perilaku Kurang

B. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan 3 variabel yakni sikap, pengarauh dan

perilaku SADARI. Variabel independen dan dependen dapat dilihan pada

bagan di bawah ini:

Variabel Independen Variabel Dependen


- Sikap
- Pengetahuan Perilaku SADARI

Bagan 3.1 Variabel Penelitian

01 X 02

Pra Pankes Post

- Pengetahuan - Pengetahuan

- Sikap - Sikap

- perilaku - perilaku
40

C. Definisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Hasil ukur Skala


ukur

1. Pengetahu merupakan hasil dari Kuesioner 0. Kurang : <50 Nominal


an “tahu” dan ini terjadi 1. cukup:<50-75
setelah orang 2.Baik :>75
melakukan
penginderaan terhadap
suatu obyek tertentu.
Penginderaan terjadi
melalui panca indera
manusia

2. Sikap Reaksi, respon, Kuesioner 0 = Unfavorable Ordinal


tanggapan siswa jika skor T ≥
terhadap SADARI yang mean T
diukur dengan Skala
likert 1 = Favorable
jika skor T ≤
mean T

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian (Arikunto,

2002) Pada penelitian ini populasinya adalah semua siswa SMA N 3

Seluma dengan jumlah 265 siswa


41

2. Sampel

Sampel adalah objek yang akan diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel diambil dengan teknik

accidental sample sebanyak 30 orang

E. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMAN 3 Seluma pada bulan Desember

2016 sampai Januari 2017

F. Pengumpulan Data

1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

responden baik secara observasi dan kuesioner, yaitu data tentang

pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam tindakan SADARI.

G. Instrumen dan Bahan Penelitian

1. Alat pengumpul data

Alat yang digunakan sebagai pengumpul data dalam penelitian ini

berupa kuesioner tentang karakteristik responden. Kuesioner yang

digunakan merupakan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan sikap,

pengetahuan dan perilaku SADARI.

2. Alat dan Bahan Penelitian


42

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengumpulan data dari

penelitian ini adalah lembar kuisioner.

H. Pengolahan data

Pengolahan data yang telah dikumpulkan dilakukan dengan komputer,

melalui beberapa tahap antara lain :


1) Editing (Pemeriksaan Data)
Tahapan ini dilakukan untuk memeriksa apakah data telah

terkumpul sudah dirasakan lengkap atau belum, kemudian memeriksa

setiap halaman kuisioner apakah telah diterima semua, bagaimana cara

mengisinya, kelengkapan pengisiannya, dan pengelompokan jawaban.


2) Coding (Pengkodean Data)
Merupakan kegiatan merubah data dari bentuk huruf menjadi data

berbentuk angka atau bilangan. Hal ini untuk mempermudah saat analisa

dan juga mempercepat pada saat entry data.


3) Entry data (Memasukkan Data)
Tahap memasukkan data kedalam komputer sesuai dengan

variabel yang sudah ada. Selanjutnya data yang diperoleh akan dianalisis

sesuai jenis dan kegunaan data.


4) Cleanning
Pada tahap ini dilakukan kegiatan pengecekan, pembersihan,

kalau ada ditemui kesalahan pada saat entry data, sehingga dapat

diperbaiki dan nilai-nilai (score) yang ada disesuaikan dengan hasil

pengumpulan data.

I. Analisa Data
43

Data yang sudah diperoleh akan diolah secara manual dengan

melakukan pengkodean dan penilaian. Setiap item judul observasi di rata-

ratakan. Selanjutnya dilakukan analisis secara univariat dan bivariat.


1. Analisa Univariat
Analisa univariat (analisa persentase) yaitu analisis yang

dilakukan dengan statistik deskriptif digunakan untuk mendapatkan

gambaran distribusi frekuensi serta menggambarkan variabel dependen

dan independen.

Dengan rumus :

P= X 100 %

Keterangan :
P : proporsi / jumlah presentase
F : jumlah responden setiap kategori
N : jumlah sampel (Arikunto, 1998)
Dari rumus diatas proporsi yang di dapat dalam bentuk

presentase-presentase yang dapat diinterpretasikan dengan menggunakan

skala :

0% : tidak satupun dari responden


1-25% : sebagian kecil dari responden
26-49% : hampir sebagian dari responden
50% : setengah dari respoden
51-75% : sebagian besar dari responden
76-99% : hampir seluruh dari responden
100% : seluruh responden
44

2. Analisa Bivariat
Yaitu analisis untuk melihat pengaruh antara variabel independen

(sikap dan pengetahuan) dengan variabel dependen (perilaku SADARI).

Analisa data dilakukan dengan uj Chi-square menggunakan

komputerisasi, dengan derajat kepercayaan 95 % dengan α : 0.05 dengan

keputusan :
1) Jika P ≤ 0.05, maka Ha diterima dan H0 ditolak, artinya ada

pengaruh antara sikap dan pengetahuan terhadap perilaku SADARI

di SMA Negeri 3 Seluma 2016


2) Jika P > 0.05, maka Ha ditolak atau H0 diterima, artinya tidak ada

pengaruh antara sikap dan pengetahuan terhadap perilaku SADARI

di SMA Negeri 3 Seluma 2016.

You might also like