You are on page 1of 5

Pembahasan

Menurut Skiner (1938) perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus /
rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2005). Menurut (Sutjipto Ketua YKPJ, di RS.Dharmais 2010)
“deteksi dini kanker payudara penting mengingat ditemukannya penderita penyakit kanker payudara
pada usia 15 tahun. Demikian juga menurut WHO, 2004 lebih dari 50% perempuan yang terdiagnosa
penyakit kanker payudara tidak pernah melakukan penapisan, hanya 20% sampai 30% wanita
melakukan SADARI, (4,1%) yang melakukan secara teratur setiap bulannya. Pada penelitian ini,
sebanyak (87%) responden

berperilaku negatif dan sebanyak (13%) terkategorikan positif. Ini menunjukkan masih rendahnya
siswa yang berperilaku SADARI, padahal Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh
kanker payudara lebih sedikit pada perempuan yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan
Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya responden yang ikut penelitian ini
berumur lebih dari 15 tahun (51%), dan setengahnya (49%) berumur kurang atau sama dengan 15
tahun. Analisis hubungan antara umur dengan perilaku SADARI menunjukkan bahwa 43 orang dari
51 responden yang berumur > 15 tahun (84,3%) memiliki perilaku SADARI yang negatif, demikian
pula sebanyak 44 orang dari 49 responden yang berumur < 15 tahun (89,8%) memiliki perilaku
SADARI yang negatif. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,605 > 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan perilaku SADARI
pada siswa SMAN 62 Jakarta tahun 2012. Selain itu diperoleh nilai OR sebesar 1,637 artinya siswa
yang berumur lebih dari 15 tahun memiliki peluang 1,637 kali untuk melakukan SADARI dibanding
siswa yang berumur kurang atau sama dengan 15 tahun.

Hal ini sejalan dengan penelitian Yuniarti (2005) pada perawat wanita di RS. Dharmais menyatakan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan perilaku deteksi dini, begitu pula
dengan penelitian Imeldyanti (2010) pada siswa SMUN 2 Pasar Kemis menyatakan tidak ada
hubungan yang bermakna antara umur dengan perilaku deteksi dini kanker payudara.

Umur dianggap faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap penyakit, baik gejala dan
keseriusannya (Lewin, 1954), sedangkan menurut Green (1980) umur termasuk dalam faktor
predisposisi terjadinya perubahan perilaku yang mana dikaitkan dengan pematangan fisik dan psikis
seseorang. Dalam penelitian kesehatan umur selalu dihubungkan dengan angka kesakitan dan
kematian terutama pada penelitian epidemiologi (Notoatmodjo, 1997).

Menurut Bloom (1908) Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya) (Notoatmodjo,
2005). Keinginan untuk melakukan pendeteksian dini salah satunya SADARI sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan responden mengenai hal yang berhubungan dengan pendeteksian dini kanker payudara
khususnya SADARI. Oleh karena itu pengetahuan yang ada dalam diri siswa perempuan akan sangat
menentukan bagaimana mereka menerapkannya dalam bentuk perilaku.

Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan tinggi mengenai deteksi
dini kanker payudara SADARI adalah (86,7%) dan hanya sebanyak 2 orang yang terkategorikan
berpengetahuan rendah memiliki perilaku SADARI yang negatif. Berdasarkan hasil uji statistik
diperoleh nilai p = 1,000 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan perilaku SADARI pada siswa SMAN 62 Jakarta tahun 2012.
Nilai odds rasio tidak bisa dihitung dikarenakan frekuensi responden yang berpengetahuan kurang dan
berperilaku positif bernilai 0 (tidak ada).

Sejalan dengan hasil study yang dilakukan WHO dan para ahli pendidikan kesehatan, terungkap
memang benar bahwa pengetahuan masyarakat tentang kesehatan sudah tinggi, tetapi praktik mereka
masih rendah. Hal ini berarti bahwa perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan tidak diimbangi dengan peningkatan atau perubahan perilakunya (Notoatmodjo, 2005).

Menurut Campbell (1950) “An individual’s attitude is syndrome of response consistency with regard
to object”, bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek,
sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain
(Notoatmodjo, 2005). Begitu juga menurut Nurul (2008) sikap adalah suatu bentuk dari perasaan,
yaitu perasaan mendukung atau memihak (favorable) pada suatu objek. Umumnya individu tersebut
akan memiliki sikap yang searah dengan orang lain yang dianggap penting.

Pada penelitian ini sebanyak (82,7%) responden bersikap positif dan memiliki perilaku SADARI yang
negatif, demikian pula sebanyak (91,7%) responden yang bersikap negatif, memiliki perilaku
SADARI yang negatif pula. Sedangkan hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang
bermakna antara sikap dengan perilaku siswa dalam melakukan pendeteksian dini yaitu SADARI.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti (2005), menunjukkan tidak ada hubungan yang
bermakna antara sikap dengan perilaku SADARI pada perawat.

Dari hasil penelitian, analisis hubungan antara keterpaparan media tentang perilaku SADARI dengan
perilaku SADARI menunjukkan sebanyak (78,9%) responden yang terpapar media, memiliki perilaku
SADARI yang negatif, demikian pula sebanyak (88,9%) responden yang tidak terpapar media
memiliki perilaku SADARI yang negatif. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,435 >
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keterpaparan
media dengan perilaku SADARI pada siswa SMAN 62 Jakarta tahun 2012. Paparan informasi
mengenai SADARI melalui media cetak dan elektronik tidak berhubungan dengan perilaku SADARI
kemungkinan diakibatkan oleh pemanfaatan kedua media tersebut yang lebih jarang digunakan oleh
siswi. Menurut pandangan peneliti, saat ini kebanyakan siswi untuk mengakses informasi lebih sering
menggunakan media internet dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Selain itu, media
internet juga menyuguhkan informasi yang unsure penyampaiannya sama seperti media cetak
sehingga dapat disimpan dan dibaca dalam waktu beberapa kali, serta seperti media elektronik yang
menampilkan gambar bergerak maupun suara (Vardiansyah, 2004) yang dikutip dari Sari (2011).
Faktor ini dapat menjelaskan mengapa dari hasil penelitian ditemukan ada hubungan yang signifikan
antara paparan

berperilaku negatif dan sebanyak (13%) terkategorikan positif. Ini menunjukkan masih rendahnya
siswa yang berperilaku SADARI, padahal Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh
kanker payudara lebih sedikit pada perempuan yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan
Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya responden yang ikut penelitian ini
berumur lebih dari 15 tahun (51%), dan setengahnya (49%) berumur kurang atau sama dengan 15
tahun. Analisis hubungan antara umur dengan perilaku SADARI menunjukkan bahwa 43 orang dari
51 responden yang berumur > 15 tahun (84,3%) memiliki perilaku SADARI yang negatif, demikian
pula sebanyak 44 orang dari 49 responden yang berumur < 15 tahun (89,8%) memiliki perilaku
SADARI yang negatif. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,605 > 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan perilaku SADARI
pada siswa SMAN 62 Jakarta tahun 2012. Selain itu diperoleh nilai OR sebesar 1,637 artinya siswa
yang berumur lebih dari 15 tahun memiliki peluang 1,637 kali untuk melakukan SADARI dibanding
siswa yang berumur kurang atau sama dengan 15 tahun.

Hal ini sejalan dengan penelitian Yuniarti (2005) pada perawat wanita di RS. Dharmais menyatakan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan perilaku deteksi dini, begitu pula
dengan penelitian Imeldyanti (2010) pada siswa SMUN 2 Pasar Kemis menyatakan tidak ada
hubungan yang bermakna antara umur dengan perilaku deteksi dini kanker payudara.

Umur dianggap faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap penyakit, baik gejala dan
keseriusannya (Lewin, 1954), sedangkan menurut Green (1980) umur termasuk dalam faktor
predisposisi terjadinya perubahan perilaku yang mana dikaitkan dengan pematangan fisik dan psikis
seseorang. Dalam penelitian kesehatan umur selalu dihubungkan dengan angka kesakitan dan
kematian terutama pada penelitian epidemiologi (Notoatmodjo, 1997).

Menurut Bloom (1908) Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya) (Notoatmodjo,
2005). Keinginan untuk melakukan pendeteksian dini salah satunya SADARI sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan responden mengenai hal yang berhubungan dengan pendeteksian dini kanker payudara
khususnya SADARI. Oleh karena itu pengetahuan yang ada dalam diri siswa perempuan akan sangat
menentukan bagaimana mereka menerapkannya dalam bentuk perilaku.

Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan tinggi mengenai deteksi
dini kanker payudara SADARI adalah (86,7%) dan hanya sebanyak 2 orang yang terkategorikan
berpengetahuan rendah memiliki perilaku SADARI yang negatif. Berdasarkan hasil uji statistik
diperoleh nilai p = 1,000 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan perilaku SADARI pada siswa SMAN 62 Jakarta tahun 2012.
Nilai odds rasio tidak bisa dihitung dikarenakan frekuensi responden yang berpengetahuan kurang dan
berperilaku positif bernilai 0 (tidak ada).

Sejalan dengan hasil study yang dilakukan WHO dan para ahli pendidikan kesehatan, terungkap
memang benar bahwa pengetahuan masyarakat tentang kesehatan sudah tinggi, tetapi praktik mereka
masih rendah. Hal ini berarti bahwa perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan tidak diimbangi dengan peningkatan atau perubahan perilakunya (Notoatmodjo, 2005).

Menurut Campbell (1950) “An individual’s attitude is syndrome of response consistency with regard
to object”, bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek,
sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain
(Notoatmodjo, 2005). Begitu juga menurut Nurul (2008) sikap adalah suatu bentuk dari perasaan,
yaitu perasaan mendukung atau memihak (favorable) pada suatu objek. Umumnya individu tersebut
akan memiliki sikap yang searah dengan orang lain yang dianggap penting.

Pada penelitian ini sebanyak (82,7%) responden bersikap positif dan memiliki perilaku SADARI yang
negatif, demikian pula sebanyak (91,7%) responden yang bersikap negatif, memiliki perilaku
SADARI yang negatif pula. Sedangkan hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang
bermakna antara sikap dengan perilaku siswa dalam melakukan pendeteksian dini yaitu SADARI.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti (2005), menunjukkan tidak ada hubungan yang
bermakna antara sikap dengan perilaku SADARI pada perawat.

Dari hasil penelitian, analisis hubungan antara keterpaparan media tentang perilaku SADARI dengan
perilaku SADARI menunjukkan sebanyak (78,9%) responden yang terpapar media, memiliki perilaku
SADARI yang negatif, demikian pula sebanyak (88,9%) responden yang tidak terpapar media
memiliki perilaku SADARI yang negatif. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,435 >
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keterpaparan
media dengan perilaku SADARI pada siswa SMAN 62 Jakarta tahun 2012. Paparan informasi
mengenai SADARI melalui media cetak dan elektronik tidak berhubungan dengan perilaku SADARI
kemungkinan diakibatkan oleh pemanfaatan kedua media tersebut yang lebih jarang digunakan oleh
siswi. Menurut pandangan peneliti, saat ini kebanyakan siswi untuk mengakses informasi lebih sering
menggunakan media internet dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Selain itu, media
internet juga menyuguhkan informasi yang unsure penyampaiannya sama seperti media cetak
sehingga dapat disimpan dan dibaca dalam waktu beberapa kali, serta seperti media elektronik yang
menampilkan gambar bergerak maupun suara (Vardiansyah, 2004) yang dikutip dari Sari (2011).
Faktor ini dapat menjelaskan mengapa dari hasil penelitian ditemukan ada hubungan yang signifikan
antara paparan

You might also like