“Setiap generasi muda akan melampaui pendahulu mereka” – Hatake Kakasi.
Panduan kata-kata yang terikat dalam suatu kalimat tersebut mengingatkan penulis kepada usia bangsa yang beberapa pekan lalu merayakan ke 73 kalinya. Tak lama lagi usia bangsa ini menginjak satu abad, pertanyaan yang singgah di benak tentunya benarkah generasinya sudah memberikan hasil lebih ketimbang pendahulunya?. Apakah generasi muda telah menjalankan perannya masing-masing dengan benar?. Apakah generasi hari ini sudah andil dalam pencapaian emas Indonesia?. Jawaban ada pada pelaku sekaligus peranan yang sudah dibuktikan. Agent of change, merupakan amanah yang berat bila di embankan ke pundak-pundak generasi yang beberapa dekade kedepan akan jadi penentu cepat lambatnya kemajuan negeri yang terbentang lebih dari 17000 pulau ini. Betapa tidak, mengingat segenap perjuangan para pahlawan di medan perang dahulu dengan berbagai cara, membuat amanah seperti itu terasa menghantui. Pahlawan dahulu yang rela habis-habisan untuk memperjuangkan merah putih dengan semangat juang yang berapi-api. Bermodalkan sebilah bambu runcing, ranting pohon, batu-batu jalanan, tak enggan mereka bersimbah darah demi kemerdekaan bangsa. Lebih dari itu, banyak diantara mereka yang harus berpisah dengan anak isteri guna jadi prajurit berani mati, tak sedikit dari mereka yang pulang nama, berkirim salam dengan sanak saudara untuk terakhir kalinya. Setiap sudut negeri, setiap sudut kota, setiap sudut dusun dan desa-desa hanya ada satu teriakan yang sama, yaitu takbir dan merdeka. Tak ayal, berabad jatuh bangun di tanah sendiri demi cita-cita mulia untuk anak dan generasi selanjutnya, akhirnya Yang Maha Kuasa ridha atas semuanya. Hingga sekumpulan pejuang daerah, nasional, itelektual muda dan tua, aparat keamanan dari prajurit hingga penguasa berhasi mengerahkan seluruh tenaga untuk kemerdekaan bangsa. Banyak sungguh pelajaran yang dapat ditarik dari perjuangan pahlawan bangsa ini, yang telah mewarnai langit biru Indonesia. Sehingga tak harus ada yang dilupakan dalam album-album hitam putih guna semangat generasi berikutnya. Generasi muda adalah gambaran untuk masa depan bangsa. Selaku mahasiswa, penulis merasa begitu dekat dengan hal itu. Karena pendidikan di bangku kuliah tidaklah lama. Sehingga memaksa fikiran untuk memulai melakukan sesuatu, hal itu adalah perubahan ke arah yang lebih baik disetiap kondisi dan waktu. Berkiblat kepada sejarah, Indonesia memiliki buku-buku dan saksi nyata yang bisa membuktikan bahwa Indonesia memiliki pahalawan yang hebat. Akankah generasi muda terkhususnya mahasiswa dapat melebihi hal itu? Jawabannya adalah abstrak, karena ini hal yang begitu sulit untuk digambarkan. Jika ya, sampai hari ini masih ada mahasiswa yang apatis bahkan tak sedikitpun peka terhadap kegiatan non akademik. Hari-harinya di isi dengan lembaran doa IPK tertinggi. Namun jika dikatakan tidak, masih banyak mahasiswa yang mau korban waktu dan tenaga untuk turun kejalan guna memperpanjang lidah masyarakat. Bahkan berita terpanas hari ini adalah, datang dari saudara kita yaitu mahasiswa Universtas Sumatera Utara (USU). Mereka turun ke jalan untuk menuntut hak-hak rakyat, mempertanyakan keadilan, memprotes aturan yang meruncing kebawah dan menyampaikan segenap aspirasi tentunya. Dengan ini maka, “apa kabar kalian disana, ananda saudara kami?”, adalah pertanyaan yang layak dilayangkan kepada seluruh penyandang status yang sama. Kejadian tersebut dan beberapa comment nya, sudah memberikan sedikitnya gambaran bagaimana keadaan bangsa dan mahasiswa “zaman now”. Bahkan lebih dari itu, sudah terlihat jua secuil kondisi masyarakat dan wakil-wakilnya di seberang sana. Dapatkah generasi muda, atau mahasiswa ‘zaman now’ merubah keadaan atau bahkan melebihi apa yang dipersembahkan pahlawan dahulu? Semoga saja.
Salam Penulis, Hidup Mahasiswa!
Adek Enggar Rinjani. Mahasiswa Biologi, Universitas Andalas.