Professional Documents
Culture Documents
net/publication/303961479
CITATIONS READS
5 1,637
2 authors, including:
Syukriy Abdullah
Syiah Kuala University
63 PUBLICATIONS 94 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Dana Aspirasi Anggota Dewan: Peluang dan Tantangan ke Depan. View project
a b c d a c View project
All content following this page was uploaded by Syukriy Abdullah on 14 June 2016.
Abstrak
Abstract
A. Pendahuluan
Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD)
merupakan dokumen penting dalam pengelolaan keuangan daerah
di Indonesia. APBD harus ditetapkan dengan peraturan daerah
sebelum tahun pelaksanaannya dimulai.Oleh karena penyusunan
rencana kerja yang akan dibiayai dari APBD dilakukan setahun
sebelum pelaksanaannya, maka kemungkinan besar akan terjadi
penyesuaian selama pelaksanaannya. Perubahan atau revisi terhadap
anggaran yang sedang dilaksanakan pada tahun berjalan merupakan
fenomena yang biasa dalam penganggaran di pemerintahan. Secara
formal, penyusunan anggaran dan perubahannya diatur dalam
peraturan perundang-undangan terkait keuangan negara dan
daerah. Pengaturan tersebut bersifat mengikat dan pelaksanaannya
akan diawasi dan dipertanggungjawabkan melalui pelaporan
keuangan dan kinerja (Halim & Abdullah, 2006).
Perubahan anggaran dilakukan untuk menyesuaikan antara
target dan alokasi dengan perkembangan terkini di lapangan.
Misalnya karena terjadi perubahan asumsi yang mempengaruhi
estimasi penerimaan dan pengeluaran, sehingga dengan adanya
penyesuaian maka target yang telah ditentukan sebelumnya
dapat tercapai seperti yang diharapkan (Bland & Rubin, 1997);
(Dougherty, et al. 2003); (Forrester& Mullins, 1992). Namun,
pada praktiknya penyesuaian ini tidak selalu sesuai dengan
konsep ideal karena adanya masalah keagenan (agency problems)
pada para pembuat kebijakan anggaran (budget actors) (Halim &
Abdullah, 2006).
B. Pembahasan
1. Landasan Teori dan Hipotesis Penelitian
a. Hubungan Keagenan dalam Penganggaran di Pemerintahan
Daerah
Menurut Moe (1984), di pemerintahan terdapat hubungan
principal-agent relationships yang bisa ditelusuri melalui proses
anggaran diantarapara piha, yakni: pemilih-legislatur, legislatur-
2. Metode Penelitian
a. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kabupaten/
kota di Indonesia yang berjumlah 410 Kabupaten dan 98 kota yang
tersedia di internet, dengan tahun pengamatan yang diambil adalah
tahun 2012. Pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling
dengan kriteria dalam sebagai berikut:
Syukriy Abdullah dan Riza Rona
1. Kabupaten/kota yang mempublikasikan data APBD yang
sudahmengalami
sudah mengalamiperubahan
perubahandan
dantersedia internet untuk
tersediadidiinternet untuk
tahunanggaran
tahun anggaran2012;
2012;
2.2. Kabupaten/kota
Kabupaten/kotayang yang memiliki
memiliki data
data SiLPA,
SiLPA, PAD, PAD,
DBH, DBH,
dan
dan Belanja
Belanja Modal; Modal;
dan dan
3.3. Kabupaten/kota
Kabupaten/kotayang yangbukan
bukandaerah
daerahpemekaran.
pemekaran.
Setelah dilakukan
Setelah dilakukan penyaringan
penyaringan sesuai
sesuai kriteria
kriteria diatas,
diatas,
kabupaten/kota sebagai
kabupaten/kota sebagai sampel diperoleh 30 (tiga (tiga publuh)
publuh)
pemerintah daerah,
pemerintah daerah, seperti yang tercantum pada Tabel 3.1.
Tabel 1
Pemilihan Sampel
No. Jumlah Kab/kota Total
1. Total kab/kota Tahun 2012 508
2. Data yang tidak lengkap (478)
3. Kab/kota yang menjadi sampel 30
Sumber: Data diolah, 2013.
b. Operasionalisasi Variabel Penelitian
b. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian
Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini
ini adalah Belanja Modal dan variabel bebas (independent
adalah Belanja
variables) Modal
terdiri dari dan
Sisa variabel
Anggaran,bebas (independent
Pendapatan variables)
Sendiri, dan
terdiri dari Sisa Anggaran, Pendapatan Sendiri,
Dana Perimbangan. Belanja Modal merupakan pengeluaran dan Dana
Perimbangan.
dalam anggaranBelanja Modal merupakan
untuk memperoleh pengeluaran
aset tetap dana selainnyadalam
yang
anggaran untuk memperoleh aset tetap dana selainnya
memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Pengukuran yang
memberi
untuk manfaat
variabel lebihmodal
belanja dari satu periode akuntansi.
menggunakan Pengukuran
angka selisih antara
untuk variabel belanja modal menggunakan angka
anggaran belanja modal dalam APBD murni (awal) dengan selisih antara
anggaran belanja
anggaran belanja modal
modaldalam
dalamAPBDAPBDsetelah
murniperubahan,
(awal) dengan
yang
diambil dari Perda tentang Perubahan APBD (APBD-P) tahun
anggaran
192 2012. Iqtishadia, Vol. 7, No.1, Maret 2014
Sisa Anggaran adalah sisa lebih perhitungan anggaran
tahun sebelumnya (SiLPA), yang merupakan selisih lebih
Pengaruh Sisa Anggaran, Pendapatan Sendiri dan Dana Perimbangan....
C. Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
pertama, secara bersama-sama, perubahan anggaran sisa anggaran,
perubahan anggaran pendapatan asli daerah, dan perubahan
anggarandana bagi hasil berpengaruh terhadap perubahan
belanja modal. Kedua, secara parsial, perubahan sisa anggaran
dan perubahan dana bagi hasil berpengaruh terhadap perubahan
belanja modal. Ketiga, perubahan anggaran PAD tidak berpengaruh
terhadap perubahan anggaran belanja modal.
Beberapa kelemahan dalam penelitian ini adalah: pertama,
sampel tidak banyak dan hanya menggunakan data untuk tahun
anggaran 2012. Hal ini disebabkan sulitnya memperoleh data dari
APBD dan perubahan APBD di internet.Kedua, nilai koefisien
korelasi (R) determinasi relatif kecil, sehingga masih ada variabel
lain yang memiliki pengaruh signifikan belum tercakup dalam
model penelitian ini. Ketiga, studi ini menggunakan pengukuran
(proxy) yang relatif sederhana, yakni selisih angka dalam APBD
setelah perubahan dengan APBD awal. Padahal di dalam angka-
angka tersebut tersembunyi beberapa hal yang bersifat latent,
seperti “titipan” dari politisi dan “mark-up” untuk mendanai
pembayaran yang secara normatif tidak boleh dilakukan.
Rekomendasi yang dapat diberikan untuk studi selanjutnya
adalah, pertama, memperbesar sampel penelitian dengan cara
menambah periode anggaran amatan (pooling data), sehingga
variasi data antar-tahun dapat terlihat. Kedua, menambah variabel
baru, misalnya dengan memasukkan faktor incrementalism atau
budget ratcheting. Ketiga, membuat operasionalisasi variabel
penelitian yang lebih detail dan rigid. Pengukuran untuk belanja
modal masih bersifat umum, sementara sebenarnya belanja
Daftar Pustaka
Cornia, Gary C., Ray D. Nelson & Andrea Wilko. (2004). “Fiscal
Planning, Budgeting, and Rebudgeting Using Revenue
Semaphores”. Public Administration Review 64(2).
Fjeldstad, Odd-Helge and Joseph Semboja. (2000). “Dilemmas
of Fiscal Decentralisation: A Study of Local Government
Taxation in Tanzania”. Forum for Development Studies 27(1)
Forrester, John P. (1991). “Budgetary Constraints and Municipal
Revenue Forecasting”. Policy Sciences 24(4).
_________ & Daniel R. Mullins. (1992). Rebudgeting: The
Serial Nature of Municipal Budgetary Processes. Public
Administration Review 52(5).
Fozzard, Adrian. (2001). “The Basic Budgeting Problem:
Approaches to Resource Allocation in the Public Sector
and Their Implications for Pro-Poor Budgeting”. Center
for Aid and Public Expenditure, Overseas Development
Institute (ODI). Working paper.
Halim, Abdul. (2002). “Analisis Varian Pendapatan Asli Daerah
dalam Laporan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia”. Disertasi.
Yogyakarta: Program Doktor Universitas Gadjah Mada.
_________ dan Syukriy Abdullah. (2006). “Hubungan dan
Masalah Keagenan di Pemerintahan Daerah: Sebuah
Peluang Penelitian Anggaran dan Akuntansi”. Jurnal
Akuntansi Pemerintah 2(1).
Isaksen, Jan. (2005). “The Budget Process and Corruption”.
Working Paper No.U4 ISSUE 3:2005.U4 Anti-Corruption
Resource Centre.Web: www.u4.no.
Lee, Tanya M. & Elizabeth Plummer. (2007). “Budget Adjustments
in Response to Spending Variances: Evidence of Ratcheting
of Local Government Expenditures”. Journal of Management
Accounting Research 19.
Mauro, Paolo. (1998). “Corruption and the Composition of
Government Expenditure”. Journal of Public Economics 69.