Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui rencana perawatan dari kasus yang sudah disediakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Peningkatan Fungsi Bicara / Fonetik Alat bicara dibagi dalam dua bagian.
Pertama, bagian yang bersifat statis, yaitu gigi, palatum dan tulang alveolar.
Kedua yang bersifat dinamis, yaitu lidah, bibir, vulva, tali suara dan mandibula.
Alat bicara yang tidak lengkap dan kurang sempurna dapat mempengaruhi suara
penderita, misalnya pasien yang kehilangan gigi depan atas dan bawah.
Kesulitan bicara dapat timbul, meskipun hanya bersifat sementara. Dalam hal ini
geligi tiruan dapat meningkatkan dan memulihkan kemampuan bicara, artinya ia
mampu kembali mengucapkan kata-kata dan berbicara dengan jelas, terutama
bagi lawan bicaranya.
3. Perbaikan dan Peningkatan Fungsi Pengunyahan. Jika ada gigi yang hilang
otomatis pola kunyah terganggu, atau terselipnya makanan di bagian yang tidak
bergigi
4. Pelestarian Jaringan mulut yang masih tinggal. Pemakaian geligi tiruan
berperan dalam mencegah atau mengurangi efek yang timbul karena kehilangan
gigi.
5. Pencegahan Migrasi Gigi . Bila sebuah gigi dicabut atau hilang, gigi
tetangganya dapat bergerak memasuki ruang kosong tadi. Migrasi seperti ini
pada tahap selanjutnya menyebabkan renggangnya gigi lain. Dengan demikian
terbukalah kesempatan makanan terjebak disitu, sehingga mudah terjadi
akumulasi plak interdental. Hal ini menjurus kepada peradangan jaringan
periodontal serta dekalsifikasi permukaan proksimal gigi. Membiarkan ruang
bekas gigi begitu saja akan mengakibatkan pula terjadinya overerupsi gigi
antagonis dengan akibat serupa. Bila overerupsi ini sudah demikian hebat
sehingga menyentuh tulang alveolar pada rahang lawannya, maka akan terjadi
kesulitan untuk pembuatan protesa di kemudian hari.
7. Manfaat Psikologik.
Terutama kehuilangan gigi depan dapat membawa dampak psikologik pada
penderita yaitu karena estetika terganggu. Terutama berhubungan dengan profesi
penderita yang harus selalu berhadapan dengan khalayak ramai, misal penyiar tv
atau guru dan lain-lain.
Mahkota Penuh
Yaitu mahkota yang meliputi seluruh permukaan mahkota gigi dan bertujuan
untuk mengembalikan bentuk anatomi, fungsi dan estetik dan biasanya dibuat
dari bahan metal aloi
Indikasi :
1.Karies yang besar
2.Restorasi yang meluas
3.Fraktur gigi
4.Kebutuhan untuk memperbaiki kontur
5. Pada gigi yang mengalami perubahan warna.
Mahkota Sebagian
Mahkota sebagian merupakan salah satu jenis mahkota tuang ekstra koronal
yangmeliputi daerah proksimal, oklusal dan lingual/palatinal , kecuali daerah
bukal/labialyang tidak dipreparasi. Restorasi ini terbuat dari bahan logam
seluruhnya dan dapatdigunakan sebagai mahkota, tapi pada umumnya digunakan
sebagai retainer GTJ. Jenismahkota sebagian merupakan restorasi yang lebih
konservatif dibandingkan denganmahkota penuh, oleh karena membutuhkan
sedikit saja pembuangan struktur jaringan gigi penyangga yang sehat.
Indikasi
1. Korona yang cukup tebal, besar dan bentuk Square ( tidak konis)
2. Karies atau restorasi yang terdapat pada struktur mahkota dangkal atau
minimal
3. Panjang gigi harus cukup untuk menempatkan retensi di proksimal ( minimal
4mm ).
4. Pasien yang mempunyai hygiene mulut baik
5. Bebas karies atau frekuensi karies rendah
Kontra Indikasi
1. Korona yang tipis , bentuk gigi konis
2. Frekuensi karies tinggi
3. Oral hygiene jelek
4. Gigi pendek ( kurang dari 4 mm )
5. Gigi penyangga yang mempunyai karies atau tambalan besar di
daerah bukal/labial
2.8 Akibat kehilangan gigi
Pada kasus ini, gigi tiruan jembatan akan dibuatkan, namun gigi tetangga telah
bermigrasi kedaerah gigi yang hilang tersebut. Menurut Prayitno (1991), bila
sebuah gigi condong dapat menyukarkan arah pasang jembatan dengan full crown
sebagai retainer, arah pasang dalam keadaan itu sebaiknya dibuat tegak lurus
terhadap bidang oklusal. Jika daam hal itu terlalu banyak jaringan keras gigi yang
harus dibuang, maka sebaiknya dibuatkan mahkota teleskop sebagai retainer.
Gigi yang condong dapat disebabkan oleh hilangnya gigi tetangganya, sehingga
gigi miring ke arah ruang gigi yang missing. Tapi bila kecondongan itu tidak
banyak, enamel gigi tetangga yang miring tersebut dapat dikorbankan, tetapi bila
harus membuang lebih dari 50% ketebalan enamel, lebih baik dibuatkan mahkota
teleskop saja.
Mahkota teleskop adalah mahkota yang terdiri atas suatu selungkup dari logam
yang akan disemen dahulu pada tempatnya. Diatasnya kemudian dibuatkan
mahkota penuh tuangan yang pada gilirannya disemen juga pada tempatnya,
diselungkup tadi. Dalam penerapannya sebagai retainer, selungkup logamnya
terlebih dahulu diberi bentuk preparasi mahkota penuh tuangan yang poros
preparasinya disesuaikan dengan poros preparasi gigi penyangga yang lain.
Sistem teleskop ini dapat juga diterapkan pada bagian pontik jembatan. Maka
bagian teleskop yang menyerupai preparasi mahkota penuh diikutkan pada salah
satu retainer jembatan itu, sedang bagian lain dari teleskop (pontik teleskop)
diikutkan pada retainer satunya
2. Erupsi berlebih.
Bila gigi sudah tidak memiliki antagonis lagi, maka akan terjadi erupsi berlebih
(over eruption). Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa atau disertai pertumbuhan
tulang alveolar. Bila hal ini terjadi tanpa disertai pertumbuhan tulang alveolar,
maka struktur periodontal akan mengalami kemunduran sehingga gigi mulai
extrusi. Bila terjadinya hal ini disertai pertumbuhan tulang alveolar berlebih, maka
akan menimbulkan kesulitan jika pada suatu hari penderita perlu dibuatkan geligi
tiruan lengkap.
Mereka yang sudah kehilangan banyak gigi, apalagi yang belakang, akan
merasakan betapa efisiensi kunyahnya menurun. Pada kelompok orang yang
dietnya cukup lunak, hal ini mungkin tidak terlalu berpengaruh, maklum pada
masa kini banyak jenis makanan yang dapat dicerna hanya dengan sedikit proses
pengunyahan saja.
Bila penderita sudah kehilangan sebagian gigi aslinya, maka gigi yang masih ada
akan menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi pembebanan
berlebih. Hal ini mengakibatkan kerusakan membaran periodontal dan lama
kelamaan gigi tadi manjadi goyang dan akhirnya terpaksa dicabut.
6. Kelainan bicara
Kehilangan gigi depan atas dan bawah seringkali menyebabkan kelainan bicara,
karerna gigi ± khususnya yang depan ± termasuk bagian organ fonetik.
7. Memburuknya Penampilan
Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan tetangganya,
demikian pula gigi yang kehilangan lawan gigitnya. Adanya ruang interproksimal
tidak wajar ini, mengakibatkan celah antar gigi mudah disisipi makanan. Dengan
sendirinya kebersihan mulut jadi terganggu dan mudah terjadi plak. Tahap
berikutnya terjadi karies gigi. Pada tahap berikut terjadinya karies gigi dapat
meningkat.
9. Atrisi
Pada kasus tertentu dimana membran periodontal gigi asli masih menerima beban
berlebihan, tidak akan mengalami kerusakan, malahan tetap sehat. Toleransi
terhadap beban ini bisa berwujud atrisi pada gigi- gigi tadi, sehingga dalam jangka
waktu panjang akan terjadi pengurangan dimensi vertikal wajah pada saat keadaan
gigi beroklusi sentrik.
Bila ada gigi yang hilang, ruang yang ditinggalkannya akan ditempati jaringan
lunak pipi dan lidah. Jika berlangsung lama, hal ini akan menyebabkan kesukaran
adaptasi terhadap geligi tiruan yang kemudian dibuat, karena terdesaknya kembali
jaringan lunak tadi dari tempat yang ditempati protesis. Dalam hal ini, pemakaian
geligi tiruan akan dirasakan sebagai suatu benda asing yang cukup mengganggu.
BAB III
PEMBAHASAN
Kasus :
Ibu Wati usia 45 tahun datang bersama anaknya usia 14 tahun ke praktek
dokter gigi untuk dibuatkan gigi palsu. Dari anamnesis Ibu wati, gigi depan atas
sudah di tambal tapi sering lepas dan memperbaiki fungsi pengunyahan pada gigi
belakang yang ompong, sedangkan pada anaknya mengalami kecelakaan sejak 1
bulan yang lalu sehingga gigi depan atas patah dan ompong dibuatkan gigi tiruan
yang tidak bisa dilepas dengan bahan yang bagus. Pemeriksaan intra oral anaknya,
gigi 11 fraktur 2/3 mahkota, gigi 21 missing, pemeriksaan radiografi gigi terlihat
foramen apikal belum tertutup dan bentuk akar normal. Pemeriksaan ekstra oral
pada Ibu Wati, dokter gigi melakukan pemeriksaan pada TMJ dan kelenjar
Submandibularis. Pemeriksaaan intra oral ibu Wati,gigi 11 karies bagian mesial
dari distal, tes vitalitas (-),perkusi(+), gigi 14,15,38,48 missing, sisa akar gigi 47,
kalkulus pada gigi sisa. Pemeriksaan radiografi gigi 11 terlihat radiolusen pada
periapikal.
3.1 Terminologi
1. Fraktur : keretakan atau keadaan patah
2. Pemeriksaan Intra Oral : pemeriksaan dari bagian rongga mulut yang
meliputi mukosa (bibir, mulut, palatum, gingiva) dan gigi
3. Pemeriksaan Ekstra Oral : pemeriksaan dari bagian tubuh penderita di
luar mulut (muka, kepala, leher)
4. Tes vital : Tes yang digunakan untuk mengetahui apakah gigi masih vital
atau non vital
5. Tes perkusi : Merupakan indikator yang baik keadaan periapikal. Respon
yang positif menandakan adanya inflamasi periapikal
3.2 Diagnosa dan Rencana Perawatan
I. Pasien 1 ( ibu Wati)
A. Gigi 11
Hasil pemeriksaan = non-vital, tes perkusi positif, radiografi : terlihat radiolusen
pada periapikal.
Diagnosa = abses periapikal
Rencana perawatan = perawatan saluran akar untuk mengeluarkan abses dan
mensterilkan gigi
Pemasangan gigi tiruan mahkota penuh dengan pasak
dengan bahan porcelein fused to metal
B. Gigi 14,15
C. Gigi 47
D. Gigi 38 dan 48
Hasil pemeriksaan : missing
Rencana perawatan :
KESIMPULAN
DARI KASUS DIATAS RENCANA
PERAWATAN YANG DIBERIKAN PADA PASIEN
DISESUAIKAN DENGAN INDIKASI DAN
KEBUTUHAN PASIEN SEHINGGA PASIEN
MENDAPATKAN KEMBALI FUNGSI DAN
ESTETIS PADA RONGGA MULUT.