You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berkurangnya jumlah gigi di dalam mulut dari jumlah yang seharusnya oleh
karena berbagai faktor, sehingga fungsi gigi hilang. Kehilangan gigi dapat
disebabkan oleh beberapa faktor seperti lubang besar, traumatik, penyakit jaringan
pendukung gigi. Kehilangan gigi dalam jangka waktu yang lama, akan
menyebabkan perubahan susunan gigi, kontak gigi sehingga makanan akan sering
menyangkut. Seiring bertambahnya usia, semakin besar pula kerentanan
seseorang untuk kehilangan gigi. Hal itu berdampak pada meningkatnya
kebutuhan akan gigi tiruan.
Gigi tiruan berfungsi untuk meningkatkan kemampuan dalam mengunyah,
berbicara dan memberikan dukungan untuk otot wajah. Meningkatkan penampilan
wajah dan senyum. Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu gigi tiruan penuh ( Full Crown) dan gigi tiruan sebagian (Partial
Crown). Gigi tiruan sebagian dapat dibagi lagi menjadi gigi tiruan lepasan
/Removable (yang dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien) dan gigi tiruan cekat/
Fixed/ GTC (yang disemenkan ke gigi pasien secara permanen). Gigi tiruan cekat
atau disingkat dengan GTC diklasifikasikan menjadi dua yaitu crown dan bridge.
Secara keseluruhan gigi tiruan cekat dapat bertujuan untuk mencapai pemulihan
kembali keadaan-keadaan yang abnormal pada pengunyahan, pemugaran dari
sebagian atau seluruh alat pengunyahan termasuk bagian yang mengalami
kerusakan, pencegahan terjadinya kerusakan selanjutnya pada gigi-gigi lainnya
dan jaringan lunak sekitarnya, keadaan yang menjamin keutuhan alat
pengunyahan untuk waktu yang selama mungkin
Gigi dapat hilang karena karies yang melanjut, penyakit periodontal atau
kerusakan karena trauma. Gigi yang hilang harus segera diganti untuk menjaga
kesehatan mulut. Berdasarkan latar belakang di atas, kami membahas mengenai
kasus gigi tiruan, dengan diawali dalam menegakkan diagnosa, dan rencana
perawatannya.
1.2 Rumusan Masalah
Ibu Wati usia 45 tahun dating bersama anaknya usia 14 tahun ke praktek
dokter gigi untuk dibuatkan gigi palsu. Dari anamnesis Ibu wati, gigi depan atas
sudah di tambal tapi sering lepas dan memperbaiki fungsi pengunyahan pada gigi
belakang yang ompong, sedangkan pada anaknya mengalami kecelakaan sejak 1
bulan yang lalu sehingga gigi depan atas patah dna ompong dibuatkan gigi tiruan
yang tidak bisa dilepas dengan bahn yng bagu. Pemeriksaan intra oral anaknya,
gigi 11 fraktur 2/3 mahkota, gigi 21 missing,pemeriksaan radiografi gigi terlihat
foramen apikal belum tertutup dan bentuk akar normal. Pemeriksaan ekstra oral
pada Ibu Wati, dokter gigi melakukan pemeriksaan pada TMJ dan kelenjar
Submandibularis. Pemeriksaaan intra oral ibu Wati,gigi 11 karies bagian mesial
dari distal, tes vitalitas (-),perkusi(+), gigi 14,15,38,48 missing, sisa akar gigi 47,
kalkulus pada gigi sisa. Pemeriksaan radiografi gigi 11 terlihat radiolusen pada
periapikal.

1. Apa rencana perawatan pada pasien di atas ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui rencana perawatan dari kasus yang sudah disediakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gigi Tiruan


Menurut Glossary of Prosthodontics (dalam Rahmawan, 2008)) gigi tiruan
adalah bagian prostodonsia yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang
hilang atau seluruh gigi asli yang hilang dengan gigi tiruan dan didukung oleh
gigi, mukosa atau kombinasi gigi-mukosa ada yang dapat dan ada yang tidak
dapat dipasang dan dilepas oleh pasien.
Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
gigi tiruan penuh ( Full Crown) dan gigi tiruan sebagian (Partial Crown). Gigi
tiruan sebagian dapat dibagi lagi menjadi gigi tiruan lepasan /Removable (yang
dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien) dan gigi tiruan cekat/ Fixed/ GTC (yang
disemenkan ke gigi pasien secara permanen). Gigi tiruan cekat atau disingkat
dengan GTC diklasifikasikan menjadi dua yaitu crown dan bridge.
Crown Prosthetic adalah cabang ilmu prothesa yang mempelajari tentang
penggantian gigi asli sebagian atau seluruhnya dengan satu crown pengganti.
Crown adalah suatu restorasi berupa crown penuh atau sebagian dari satu gigi
yang terbuat dari logam, porselen, akrilik atau kombinasi.
Bridge / Jembatan adalah disebut juga fixed partial denture yaitu suatu
prothesa (geligi tiruan) yang menggantikan kehilangan satu atau lebih gigi asli
yang terbatas dan tertentu, dilekatkan secara permanen dengan semen didukung
sepenuhnya oleh 1 atau lebih gigi atau akar gigi yang telah dipersiapkan.
Menurut Martanto (1981) ada beberapa istilah dalam ilmu mahkota dan
jembatan yaitu :
1. Mahkota (Crown) adalah suatu restorasi berupa mahkota penuh atau
sebagian dari suatu gigi yang dibuat dari logam, porselen, atau
kombinasi.
2. Jembatan (Bridge) adalah prothesa (geligi tiruan) yang menggantikan
kehilangan satu atau lebih gigi asli yang terbatas dan tertentu, dilekatkan
secara permanen dengan semen didukung sepenuhnya oleh 1 atau lebih
gigi atau akar gigi yang telah dipersiapkan.
3. Jembatan Lepas (Removable Bridge) adalah protesa sebagian dimana daya
kunyah seluruhnya didukung oleh gigi-gigi asli yang masih ada dan
dilekatkan padanya dengan pengait/ attachment lain yang memungkinkan
jembatan ini dibuka-pasang
4. Geligi Tiruan Sebagian (Partial Denture) adalah protesa yang mengganti
satu atau lebih dari suatu gigi yang disangga sebagian besar oleh gusi.
Protesa ini dipertahankan pada tempatnya dengan cangkolan atau
attachment lainnya.

2.2 Tujuan Perawatan Gigi Tiruan Jembatan


Menurut Prayitno (dalam Taqwim 2008), tujuan dari perawatan gigi
tiruan jembatan yaitu :
1. Mencari Keserasian oklusi.
Harus ada keserasian geligi terhadap sendi temporomandibula. Ini terjadi kalau
mandibula dapat menutup langsung dalam oklusi sentris tanpa danya kontak
prematur mandibula. Jadi terdapat keserasian antara geligi dengan sendi dan otot
kunyah. Keadaan seperti ini disebut keserasian oklusi.

2. Peningkatan Fungsi Bicara / Fonetik Alat bicara dibagi dalam dua bagian.
Pertama, bagian yang bersifat statis, yaitu gigi, palatum dan tulang alveolar.
Kedua yang bersifat dinamis, yaitu lidah, bibir, vulva, tali suara dan mandibula.
Alat bicara yang tidak lengkap dan kurang sempurna dapat mempengaruhi suara
penderita, misalnya pasien yang kehilangan gigi depan atas dan bawah.
Kesulitan bicara dapat timbul, meskipun hanya bersifat sementara. Dalam hal ini
geligi tiruan dapat meningkatkan dan memulihkan kemampuan bicara, artinya ia
mampu kembali mengucapkan kata-kata dan berbicara dengan jelas, terutama
bagi lawan bicaranya.

3. Perbaikan dan Peningkatan Fungsi Pengunyahan. Jika ada gigi yang hilang
otomatis pola kunyah terganggu, atau terselipnya makanan di bagian yang tidak
bergigi
4. Pelestarian Jaringan mulut yang masih tinggal. Pemakaian geligi tiruan
berperan dalam mencegah atau mengurangi efek yang timbul karena kehilangan
gigi.

5. Pencegahan Migrasi Gigi . Bila sebuah gigi dicabut atau hilang, gigi
tetangganya dapat bergerak memasuki ruang kosong tadi. Migrasi seperti ini
pada tahap selanjutnya menyebabkan renggangnya gigi lain. Dengan demikian
terbukalah kesempatan makanan terjebak disitu, sehingga mudah terjadi
akumulasi plak interdental. Hal ini menjurus kepada peradangan jaringan
periodontal serta dekalsifikasi permukaan proksimal gigi. Membiarkan ruang
bekas gigi begitu saja akan mengakibatkan pula terjadinya overerupsi gigi
antagonis dengan akibat serupa. Bila overerupsi ini sudah demikian hebat
sehingga menyentuh tulang alveolar pada rahang lawannya, maka akan terjadi
kesulitan untuk pembuatan protesa di kemudian hari.

6. Peningkatan Distribusi Beban Kunyah. Hilangnya sejumlah besar gigi


mengakibatkan bertambah beratnya beban oklusal pada gigi yang masih tinggal.
Keadaan ini memperburuk kondisi periodontal, apalagi bila sebelumnya sudah
ada penyakit periodontal. Akhirnya gigi jadi goyang dan miring, terutama ke
labial untuk gigi depan atas. Bila perlekatan periodontal gigi-gigi ini kuat, beban
berlebih tadi akan menyebabkan abrasi berlebih pula pada permukaan
oklusal/insisal atau merusak restorasi yang dipakai. Pembuatan restorasi pada
kasus seperti ini menjadi rumit dan perlu waktu lama. Overerupsi gigi pada
keadaan tertentu dapat pula mengakibatkan terjadinya kontak oklusi premature
atau interfernsi oklusal. Pola kunyah jadi berubah, karena pasien berusaha
menghindari kontak prematur ini. Walaupun beban oklusal sekarang berkurang.
Perubahan pola ini mungkin saja menyebabkan disfungsi otot kunyah.

7. Manfaat Psikologik.
Terutama kehuilangan gigi depan dapat membawa dampak psikologik pada
penderita yaitu karena estetika terganggu. Terutama berhubungan dengan profesi
penderita yang harus selalu berhadapan dengan khalayak ramai, misal penyiar tv
atau guru dan lain-lain.

8. Pemulihan Fungsi Estetik


Alasan utama seorang pasien mencari perawatan prostodontik biasanya karena
masalah estetik, baik yang disebabkan hilangnya, berubah bentuk, susunan,
warna maupun berjejalnya gigi geligi. Nampaknya banyak sekali pasien yang
dapat menerima kenyataan hilangnya gigi, dalam jumlah besar sekalipun,
sepanjang penampilan wajahnya tidak terganggu. Penderita dengan gigi depan
malposisi,pr otr usif atau berjejal dan tak dapat diperbaiki dengan perawatanort
odonti k, tetapi tetap ingin memperbaiki penampilan wajahnya, biasanya
dibuatkan suatu geligi tiruani mi di at yang dipasang langsung segera setelah
pencabutan gigi

2.4 Indikasi dan Kontra Indikasi Umum Gigi Tiruan Jembatan


Menurut Prayitno (1991) terdapat beberapa indikasi dan kontraindikasi dalam
perawatan gigi tiruan jembatan yaitu :
1. Usia penderita : 20 s/d 50 tahun
Kontra indikasi untuk usia dibawah 20 tahun karena:
- Foramen apikal yang masih terbuka dan bisa fraktur
- Saluran akar masih lebar sehingga preparasi terbatas
- Proses pertumbuhan masih aktif dapat dilihat pertumbuhan gigi dengan
rontgen
- Dapat menghambat pertumbuhan tulang
Kontraindikasi untuk usia diatas 50 tahun karena:
- Sudah terjadi resesi gingiva dan terlihat servikal gigi
- Terjadi perubahan jaringan pendukung & resobsi tulang alveolar secara
fisiologis
- Kelainan jaringan yang bersifat patologis
2. Sikap Penderita & kondisi psikologis
Yang terpenting dalam menentuan dibuat tidaknya suatu jembatan pada
seorang penderita adalah sikapnya terhadap pearwatan gigi serta motivasinya.
Watak pasien terbagi dalam tahap-tahap psikologis saat anamnesa yaitu:
- Klas 1 : filosofi (pasien kooperatif)
- Klas 2 : Pasien banyak bicara dan ingin tahu (exciting)
- Klas 3 : Histerical
- Klas 4 : Indeferen (acuh tak acuh, pada pasien ini harus banyak komunikasi)
3. Kondisi keuangan, pendidikan & pekerjaan]
Keuangan dapat juga menjadi pertimbangan. Pada umumnya gigi tiruan
lepasan lebih murah dibanding jembatan, tingkat pendidikan, wawasan dan
intelektualitas berpengaruh dalam merencanakan suatu perawatan.
4. Penyakit sistemik
Pada penderita dengan epilepsi sebaiknya direncanakan pembuatan jembatan
daripada gigi tiruan lepasan, sebab kemungkinan dapat terjadi fraktur pada
gigi tiruan lepasan tersebut, dan kemungkinan dapat tertelan, bila penyakit
sedang kambuh. Penyakit sistemik lainnya seperti penyakit jantung.
5. Kondisi Periondisium
Harus dipastikan melalui hasil foto rontgen tidak ada kelainan.
Indikasi khusus:
1. Gigi penyangga:
- Vital & non vital dengan perawatan saluran akar
- Jaringan periodontal sehat
- Bone support baik
- Bentuk akar yang panjang
- Posisi dan inklinasi yang baik dalam lengkung rahang
- Bentuk dan besar anatomis gigi normal
- Mahkota gigi punya jaringan email dan dentin yang sehat
2. Gigi antagonis:
- Oklusi normal
3. Gigi tetangga :
- Tidak mengalami rotasi, migrasi, miring
2.5. Tipe Bridge
1. Fixed-fixed bridge : kedua konektor bersifat rigid dapat digunakan untuk gigi
anterior dan posterior.
2. Fixed movable bridge : salah satu konektor bersifat rigid disemenkan dan
konektor lainnya non rigid (semi fixed-fixed bridge) tanpa disemenkan dapat
digunakan untuk gigi anterior dan posterior
3. Cantilever bridge :
a. Kaku : Jembatan cantilever kaku mempunyai pontik yang kokoh bersatu
hanya pada satu ujungnya dengan retainer atau beberapa retainer (yang
dapat dihubungkan menjadi satu)
b. Lengan spring yang diperpanjang : mempunyai pontik yang dipasang
pada salah satu ujung dari lengan spring logam yang panjang dimana
ujung yang lainnya dihubungkan degan retainer (atau beberapa retainer
yang berhubungan).
4. Compound bridge jembatan yang terdiri atas kombinasi berbagai tipe
jembatan. Pada gambar dibawah jembatan cekat-cekat mempunyai ekstensi
cantilever mesial yang kaku

2.6 Komponen Gigi Tiruan Jembatan


Menurut Allan & Foreman (1994), suatu jembatan terdiri dari 4 bagian yaitu :
1. Penyangga (Abutment) disebut pendukung retainer, dapat bervariasi
tergantung faktor seperti membran periodontal, panjang & jumlah akar.
Penyangga yang berada di antara 2 penyangga lainnya disebut intermediate
abutment.
2. Retainer merupakan restorasi (mahkota, inlay, pasak/dowel) yang
menghubungkan jembatan dengan penyangga
3. Pontik/Dummy adalah gigi buatan pengganti dari gigi yang hilang, dapat
dibuat dari porselen,akrilik atau logam atau kombinasi.
Beberapa macam bentuk pontik :
 Suddle pontik : Disain menyerupai gigi asli yang menggantikan
seluruh gigi yang hilang tanpa mengubah bentuk anatomi
 Ridge lap pontik : Bentuk pontik berkontak dengan dasar mukosa
bagian labial atau bukan saja atau bagian palatal atau lingual
menggantung
 Hygiene pontik : Menggantung atau tidak berkontak
 Conical pontik : bentuk dan dasar pontik yang berkontak dengan
mukosa lebih kecil dari pada ridge lap pontik
4. Penghubung (Joint atau Connector) adalah alat yang mencekatkan pontik ke
retainer. Dapat bersifat kaku (rigid) yaitu disolder atau yang tidak kaku (non-
rigid) seperti kunci-kunci atau stressbreaker (alat penyerap daya untuk
mengurangi beban yang harus dipikul oleh penyangga)
5. S (Sadel) : daerah antara gigi-gigi abutment. Yang terutama adalah tulang
alveolar yg ditutupi jar.lunak. tulang alveolar akan berubah kontur selama
beberapa bulan setelah hilangnya gigi. Kontur dan tekstur sadel akan
mempengaruhi desain pontik

2.7 Mahkota Tiruan

Restorasi mahkota bertujuan untuk memperbaiki atau membangun kembali


permukaanstruktur gigi asli yag rusak karena karies, trauma atau kelainan
bawaan. Kesuksesanrestorasi gigi dengan pembuatan mahkota tergantung dari
rencana perawatan, yangdidasarkan pada pemilihan bahan restorasi dan desain
restorasi yang cocok bagi pasien

 Mahkota Penuh
Yaitu mahkota yang meliputi seluruh permukaan mahkota gigi dan bertujuan
untuk mengembalikan bentuk anatomi, fungsi dan estetik dan biasanya dibuat
dari bahan metal aloi

Indikasi :
1.Karies yang besar
2.Restorasi yang meluas
3.Fraktur gigi
4.Kebutuhan untuk memperbaiki kontur
5. Pada gigi yang mengalami perubahan warna.

 Mahkota Sebagian
Mahkota sebagian merupakan salah satu jenis mahkota tuang ekstra koronal
yangmeliputi daerah proksimal, oklusal dan lingual/palatinal , kecuali daerah
bukal/labialyang tidak dipreparasi. Restorasi ini terbuat dari bahan logam
seluruhnya dan dapatdigunakan sebagai mahkota, tapi pada umumnya digunakan
sebagai retainer GTJ. Jenismahkota sebagian merupakan restorasi yang lebih
konservatif dibandingkan denganmahkota penuh, oleh karena membutuhkan
sedikit saja pembuangan struktur jaringan gigi penyangga yang sehat.

Indikasi
1. Korona yang cukup tebal, besar dan bentuk Square ( tidak konis)
2. Karies atau restorasi yang terdapat pada struktur mahkota dangkal atau
minimal
3. Panjang gigi harus cukup untuk menempatkan retensi di proksimal ( minimal
4mm ).
4. Pasien yang mempunyai hygiene mulut baik
5. Bebas karies atau frekuensi karies rendah
Kontra Indikasi
1. Korona yang tipis , bentuk gigi konis
2. Frekuensi karies tinggi
3. Oral hygiene jelek
4. Gigi pendek ( kurang dari 4 mm )
5. Gigi penyangga yang mempunyai karies atau tambalan besar di
daerah bukal/labial
2.8 Akibat kehilangan gigi

Akibat kehilangan gigi tanpa penggantian menurut Aryanto (dalam


Rahmawan, 2008) adalah :

1. Migrasi dan Rotasi Gigi

Hilangnya kesinambungan pada lengkung gigi dapat menyebabkan pergeseran,


miring atau berputarnya gigi. Karena gigi ini tidak lagi menempati posisi yang
normal untuk menerima beban yang terjadi pada saat pengunyahan, maka akan
mengakibatkan kerusakan struktur periodontal. Gigi yang miring lebih sulit
dibersihkan, sehingga aktivitas karies dapat meningkat.

Pada kasus ini, gigi tiruan jembatan akan dibuatkan, namun gigi tetangga telah
bermigrasi kedaerah gigi yang hilang tersebut. Menurut Prayitno (1991), bila
sebuah gigi condong dapat menyukarkan arah pasang jembatan dengan full crown
sebagai retainer, arah pasang dalam keadaan itu sebaiknya dibuat tegak lurus
terhadap bidang oklusal. Jika daam hal itu terlalu banyak jaringan keras gigi yang
harus dibuang, maka sebaiknya dibuatkan mahkota teleskop sebagai retainer.

Gigi yang condong dapat disebabkan oleh hilangnya gigi tetangganya, sehingga
gigi miring ke arah ruang gigi yang missing. Tapi bila kecondongan itu tidak
banyak, enamel gigi tetangga yang miring tersebut dapat dikorbankan, tetapi bila
harus membuang lebih dari 50% ketebalan enamel, lebih baik dibuatkan mahkota
teleskop saja.

Mahkota teleskop adalah mahkota yang terdiri atas suatu selungkup dari logam
yang akan disemen dahulu pada tempatnya. Diatasnya kemudian dibuatkan
mahkota penuh tuangan yang pada gilirannya disemen juga pada tempatnya,
diselungkup tadi. Dalam penerapannya sebagai retainer, selungkup logamnya
terlebih dahulu diberi bentuk preparasi mahkota penuh tuangan yang poros
preparasinya disesuaikan dengan poros preparasi gigi penyangga yang lain.

Sistem teleskop ini dapat juga diterapkan pada bagian pontik jembatan. Maka
bagian teleskop yang menyerupai preparasi mahkota penuh diikutkan pada salah
satu retainer jembatan itu, sedang bagian lain dari teleskop (pontik teleskop)
diikutkan pada retainer satunya

2. Erupsi berlebih.

Bila gigi sudah tidak memiliki antagonis lagi, maka akan terjadi erupsi berlebih
(over eruption). Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa atau disertai pertumbuhan
tulang alveolar. Bila hal ini terjadi tanpa disertai pertumbuhan tulang alveolar,
maka struktur periodontal akan mengalami kemunduran sehingga gigi mulai
extrusi. Bila terjadinya hal ini disertai pertumbuhan tulang alveolar berlebih, maka
akan menimbulkan kesulitan jika pada suatu hari penderita perlu dibuatkan geligi
tiruan lengkap.

3. Penurunan Efisiensi Kunyah

Mereka yang sudah kehilangan banyak gigi, apalagi yang belakang, akan
merasakan betapa efisiensi kunyahnya menurun. Pada kelompok orang yang
dietnya cukup lunak, hal ini mungkin tidak terlalu berpengaruh, maklum pada
masa kini banyak jenis makanan yang dapat dicerna hanya dengan sedikit proses
pengunyahan saja.

4. Gangguan pada Sendi Temporo-mandibula.

Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan berlebih (over closure), hubungan


rahang yang eksentrik akibat kehilangan gigi, dapat menyebabkan gangguan pada
struktur sendi rahang.

5. Beban Berlebih pada Jaringan Pendukung.

Bila penderita sudah kehilangan sebagian gigi aslinya, maka gigi yang masih ada
akan menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi pembebanan
berlebih. Hal ini mengakibatkan kerusakan membaran periodontal dan lama
kelamaan gigi tadi manjadi goyang dan akhirnya terpaksa dicabut.
6. Kelainan bicara

Kehilangan gigi depan atas dan bawah seringkali menyebabkan kelainan bicara,
karerna gigi ± khususnya yang depan ± termasuk bagian organ fonetik.

7. Memburuknya Penampilan

Menjadi buruknya penampilan karena kehilangan gigi depan akan megurangi


daya tarik wajah seseorang, apalagi dari segi pandang manusia modern.

8. Terganggunya Kebersihan Mulut .

Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan tetangganya,
demikian pula gigi yang kehilangan lawan gigitnya. Adanya ruang interproksimal
tidak wajar ini, mengakibatkan celah antar gigi mudah disisipi makanan. Dengan
sendirinya kebersihan mulut jadi terganggu dan mudah terjadi plak. Tahap
berikutnya terjadi karies gigi. Pada tahap berikut terjadinya karies gigi dapat
meningkat.

9. Atrisi

Pada kasus tertentu dimana membran periodontal gigi asli masih menerima beban
berlebihan, tidak akan mengalami kerusakan, malahan tetap sehat. Toleransi
terhadap beban ini bisa berwujud atrisi pada gigi- gigi tadi, sehingga dalam jangka
waktu panjang akan terjadi pengurangan dimensi vertikal wajah pada saat keadaan
gigi beroklusi sentrik.

10. Efek Terhadap Jaringan Lunak Mulut

Bila ada gigi yang hilang, ruang yang ditinggalkannya akan ditempati jaringan
lunak pipi dan lidah. Jika berlangsung lama, hal ini akan menyebabkan kesukaran
adaptasi terhadap geligi tiruan yang kemudian dibuat, karena terdesaknya kembali
jaringan lunak tadi dari tempat yang ditempati protesis. Dalam hal ini, pemakaian
geligi tiruan akan dirasakan sebagai suatu benda asing yang cukup mengganggu.
BAB III
PEMBAHASAN

Kasus :

Ibu Wati usia 45 tahun datang bersama anaknya usia 14 tahun ke praktek
dokter gigi untuk dibuatkan gigi palsu. Dari anamnesis Ibu wati, gigi depan atas
sudah di tambal tapi sering lepas dan memperbaiki fungsi pengunyahan pada gigi
belakang yang ompong, sedangkan pada anaknya mengalami kecelakaan sejak 1
bulan yang lalu sehingga gigi depan atas patah dan ompong dibuatkan gigi tiruan
yang tidak bisa dilepas dengan bahan yang bagus. Pemeriksaan intra oral anaknya,
gigi 11 fraktur 2/3 mahkota, gigi 21 missing, pemeriksaan radiografi gigi terlihat
foramen apikal belum tertutup dan bentuk akar normal. Pemeriksaan ekstra oral
pada Ibu Wati, dokter gigi melakukan pemeriksaan pada TMJ dan kelenjar
Submandibularis. Pemeriksaaan intra oral ibu Wati,gigi 11 karies bagian mesial
dari distal, tes vitalitas (-),perkusi(+), gigi 14,15,38,48 missing, sisa akar gigi 47,
kalkulus pada gigi sisa. Pemeriksaan radiografi gigi 11 terlihat radiolusen pada
periapikal.

3.1 Terminologi
1. Fraktur : keretakan atau keadaan patah
2. Pemeriksaan Intra Oral : pemeriksaan dari bagian rongga mulut yang
meliputi mukosa (bibir, mulut, palatum, gingiva) dan gigi
3. Pemeriksaan Ekstra Oral : pemeriksaan dari bagian tubuh penderita di
luar mulut (muka, kepala, leher)
4. Tes vital : Tes yang digunakan untuk mengetahui apakah gigi masih vital
atau non vital
5. Tes perkusi : Merupakan indikator yang baik keadaan periapikal. Respon
yang positif menandakan adanya inflamasi periapikal
3.2 Diagnosa dan Rencana Perawatan
I. Pasien 1 ( ibu Wati)
A. Gigi 11
Hasil pemeriksaan = non-vital, tes perkusi positif, radiografi : terlihat radiolusen
pada periapikal.
Diagnosa = abses periapikal
Rencana perawatan = perawatan saluran akar untuk mengeluarkan abses dan
mensterilkan gigi
Pemasangan gigi tiruan mahkota penuh dengan pasak
dengan bahan porcelein fused to metal
B. Gigi 14,15

Hasil pemeriksaan : missing

Rencana perawatan : pemasangan fixed-fixed bridge menggunakan abutment pada


gigi 13 dan 16

C. Gigi 47

Hasil pemeriksaan : sisa akar

Rencana perawatan : sisa akardiekstraksi kemudian dipasangkan kantiliver

D. Gigi 38 dan 48
Hasil pemeriksaan : missing
Rencana perawatan :

E. Kalkulus pada gigi sisa dibersihkan agar dapat meningkatkan OH pasien.

II. Pasien 2 (anak ibu Wati)


a. Gigi 21
Hasil pemeriksaan : missing
Rencana perawatan : pemasangan dental bridge dengan gigi 11 dan
gigi 22 sebagai penyokong
b. Gigi 11
Hasil pemeriksaan : fraktur 2/3 mahkota , radiografi: foramen apikal
belum tertutup
Perawatan: di restorasi sehingga dapat dijadikan penyokong dental
bridge gigi 21

KESIMPULAN
DARI KASUS DIATAS RENCANA
PERAWATAN YANG DIBERIKAN PADA PASIEN
DISESUAIKAN DENGAN INDIKASI DAN
KEBUTUHAN PASIEN SEHINGGA PASIEN
MENDAPATKAN KEMBALI FUNGSI DAN
ESTETIS PADA RONGGA MULUT.

You might also like