Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
5. Bagaimana cara kerja yang dilakukan?
6. Apa saja bahan-bahan yang digunakan?
7. Apa servikal line yang digunakan?
1.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gigi tiruan jembatan adalah gigi tiruan yang menggantikan kehilangan
satu atau lebih gigi-geligi asli yang dilekatkan secara permanen dengan semen
serta didukung sepenuhnya oleh satu atau beberapa gigi, akar gigi yang telah
dipersiapkan.
3
2.3. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi pembuatan gigi tiruan jembatan adalah sebagai berikut.
1. Kehilangan satu atau lebih gigi geligi asli
2. Gigitan dalam (deep bite)
3. Gigi penyangga memerlukan restorasi
4. Diastema abnormal, besarnya ruangan protesa kurang dari normal
5. Gigi penyangga memerlukan penanggulangan berupa stabilisasi atau
splint
6. Terdapat diastema pasca perawatan.
Kontraindikasi untuk embuatan gigi tiruan jembatan adalah:
- OH yg tdk terpelihara
- Physical handicap
- Indeks karies yg tinggi
- Cross-bite, malposisi, progeni
- Migrasi atau ekstrusi yg parah
4
Gambar 2. Gigi Tiruan Jembatan (Bridge).
1. Retainer
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yg menghubungkan gigi
tiruan tersebut dengan gigi penyangga. Fungsinya:
a. Memegang/menahan (to retain) supaya gigi tiruan tetap stabil di
tempatnya.
b. Menyalurkan beban kunyah (dari gigi yang diganti) ke gigi
penyangga.
Macam-macam retainer:
a. Extra Coronal Retainer
Yaitu retainer yang meliputi bagian luar mahkota gigi, dapat
berupa:
1) Full Veneer Crown Retainer
Indikasi
- Tekanan kunyah normal/besar
- Gigi-gigi penyangga yang pendek
- Intermediate abutment pasca perawatan periodontal
- Untuk gigi tiruan jembatan yang pendek maupun panjang
Keuntungan
- Indikasi luas
- Memberikan retensi dan resistensi yg terbaik
- Memberikan efek splinting yg terbaik
Kerugian:
- Jaringan gigi yg diasah lebih banyak
5
- Estetis kurang optimal (terutama bila terbuat dari all metal)
Keuntungan
- Pengambilan jaringan gigi lebih sedikit
- Estetis lebih baik daripada FVC retainer
Kerugian:
- Indikasi terbatas
- Kesejajaran preparasi antar gigi penyangga sulit
- Kemampuan dalam hal retensi dan resistensi kurang
6
- Pembuatannya sulit (dlm hal ketepatan).
7
4) Dowel retainer
Adalah retainer yang meliputi saluran akar gigi, dengan sedikit
atau tanpa jaringan mahkota gigi dengan syarat tidak sebagai
retainer yang berdiri sendiri.
Indikasi:
a. Gigi penyangga yang telah mengalami perawatan syaraf
b. Gigi tiruan pendek
c. Tekanan kunyah ringan
d. Gigi penyangga perlu perbaikan posisi/inklinasi
Keuntungan:
• Estetis baik
• Posisi dapat disesuaikan
Kerugian:
Sering terjadi fraktur akar
2. Konektor
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan
pontik dengan retainer, pontik dengan pontik atau retainer dengan
retainer sehingga menyatukan bagian-bagian tersebut untuk dapat
berfungsi sebagai splinting dan penyalur beban kunyah.
Terdapat 2 macam konektor, yakni:
1. Rigid connector
2. Non Rigid Connnector
3. Pontik
8
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi
asli yang hilang dan berfungsi untuk mengembalikan:
9
untuk jembatan anterior dan berfungsi hanya sebagai bahan
pelapis estetis saja.
4) Kombinasi Logam dan Porselen
Pontik ini merupakan kombinasi logam dan porselen dimana
logam akan memberikan kekuatan sedangkan porselen pada
jenis pontik ini memberikan estetis. Porselen pada bagian
labial/bukal dapat dikombinasikan dengan logam yang bertitik
lebur tinggi (lebih tinggi dari temperature porselen). Tidak
berubah warna jika dikombinasikan dengan logam, sangat
keras, kuat dan kaku dan mempunyai pemuaian yang sama
dengan porselen. Porselen ditempatkan pada bagian
labial/bukal dan daerah yang menghadap linggir, sedangkan
logam ditempatkan pada oklusal dan lingual. Pontik ini dapat
digunakan pada jembatan anterior maupun posterior.
5) Kombinasi Logam dan Akrilik
Pada kombinasi logam dan akrilik ini, akrilik hanya berfungsi
sebagai bahan estetika sedangkan logam yang memberi
kekuatan dan dianggap lebih dapat diterima oleh gingival
sehingga permukaan lingual/palatal dan daerah yang
menghadap gusi dibuat dari logam sedangkan daerah
labial/bukal dilapisi dengan akrilik.
10
Gambar 7. Pontik Sanitary
11
Gambar 9. Pontik Conical Root.
4. Penyangga (Abutment)
Sesuai dgn jumlah, letak dan fungsinya dikenal istilah:
1. Single abutment hanya mempergunakan satu gigi penyangga
2. Double abutment bila memakai dua gigi penyangga
3. Multiple abutment bila memakai lebih dari dua gigi penyangga
4. Terminal abutment
5. Intermediate/pier abutment
6. Splinted abutment
7. Double splinted
12
Gambar 11. Contoh Gambar Intermediet/ Pier Abutment
13
Gambar 13. Gigi yang Memanjang (elongation/extrusion).
14
6. Kegoyangan gigi
7. Frekwensi karies
8. Discoloration
15
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Skenario
Putra mahasiswa co ass di RSGM Baiturrahmah bagian prostodontia,
melakukan indikasi dan rencana perawatan pasien perempuan usia 32 tahun
denagan keluhan rasa tidak nyaman pada gigi tiruan sejak 4 bulan yang lalu
dan terasa sakit warna gigi porselen mengganggu penampilan. Pemeriksaan
intraoral terlihat gigi 11 dengan mahkota tiruan dengan bahan porcelein fused
to metal dan warna mahkota tiruan terlihat tidak sama dengan gigi sebelahnya
serta bagian proximal dari margin crown tidak rapat dengan cervical line.
Gigi 21 missing dengan ridge alveolar bentuk oval. Pemeriksaan radiografi
pada gigi 11 terlihat gambaran radiolusen pada periapikal dengan diagnosa
klinis abses peripikal. Putra sudah diizinkan pembimbing untuk pembuatan
gigi tiruan jembatan dengan bahan porselen yang tepat sesuai kasus. Putra
melanjutkan dengan mempersiapkan alat preparasi gigi penyangga dan pasien
dilakukan preparasi. Putra melihatkan hasil preparasi pada pembimbing dan
menginstruksikan perbaikan preparasi karena belum terpenuhinya prinsip
prinsip preparasi dan letak servikal line belim memenuhi syarat, putra disuruh
koreksi lagi hasil preparasi, setelah diperbaiki putra sudah dibolehkan untuk
mencetak, dan hasil cetakan sudah dilihatkan kepada pembimbing tapi batas
batas cetakan gigi yang dipreparasi tidak akurat karena daerah servikal tidak
terlihat. Putra menyelesaikan tahap kerja untuk mendapatkan model kerja
yang akurat dengan menggunakan gips sesuai klasifikasi ADA. Sebelum
melakukan order ke laboratorium dilakukan penentuan gigitan kerja dan
warna gigi disesuaikan dengan warna gigi aslinya. Pasien dipulangkan dalam
keadaan nyaman setelah pemasanga gigi tiruan jembatan sementara.
16
3.2 Terminologi
1. Preparasi adalah pembuangan jaringan yang telah lemah dari gigi dan
membentuk gigi yang masih sehat sedemikian rupa sehingga dapat menerima
restorasi permanen atau sementara.
2. Radiolusen adalah lolosnya sebagian sinar x. Pada radiografi daerah
radiolusen akan tampak lebih gelap dari pada daerah radiopaq
3. cervical line adalah batas antara jaringan sementum dan email yang
merupakan pertemuan antara mahkota dan akar gigi.
4. Abses adalah rongga patologis yang bersi pus yang merupakan hasil dari
reaksi inflamasi pertahanan tubuh seperti makrofag leukosit netrofil dan
bakteri. Abses periapikal adalah suatu kondisi yang dapat ditemukan pada
gigi dimana terjadinya pembentukan pus setempat diujung akar gigi dan
jaringan tulang disekitarnya
5. Ridge alveoar yaitu linggir sisa, tulang alveolar yang masih tersisa setelah
gigi hilang.
6. Proximal adalah permukaan gigi yang berhadapan dengan permukaan gigi
tetangga dalam satu lengkung gigi.
17
3.4 Analisis masalah
1. Skema pemeriksaan
2. Diagnosa Kasus
~ Untuk gigi 11 terdapat abses
Dengan keadaan gigi
Warna crown berbeda dari gigi tetangga
Gigi non vital
Margin crown tidak rapat
~ Untuk gigi 21 missing
Dengan keadaan ridge alveolar berbentuk oval
18
4. Prinsip Preparasi
1. Mepertahankan struktur bangun gigi (biologis)
2. Retensi dan resistensi (mekanis)
3. Mempertahankan struktur gigi eksternal (estetis)
5. Cara Kerja
Pembuatan gigi tiruan jembatan ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu sebagai
berikut.
1. Preparasi
Preparasi merupakan suatu tindakan pengerindaan atau pengasahan
gigi untuk tujuan menyediakan tempat bagi bahan restorasi
mahkota tiruan atau sebagian pegangan gigi tiruan jembatan.
Tujuan preparasi:
Menghilangkan daerah gerong
Memberi tempat bagi bahan retainer atau mahkota
Menyesuaikan sumbu mahkota
Memungkinkan pembentukan retainer sesuai bentuk
anatomi
Membangun bentuk retensi
Menghilangkan jaringan yang lapuk oleh karies jika ada
a. Persyaratan preparasi
1. Kemiringan dinding-dinding aksial
Preparasi dinding aksial yang saling sejajar terhadap poros
gigi sulit untuk menentukan arah pemasangan. Disamping itu,
semen juga sulit keluar dari tepi retainer sehingga jembatan
tidak bisa duduk sempurna pada tempatnya. Untuk itu, dibuat
kemiringan yang sedikit konus ke arah oklusal. Craige (1978)
mengatakan bahwa kemiringan dinding aksial optimal berkisar
10-15 derajat. Sementara menurut Martanto (1981), menyatakan
bahwa kemiringan maksimum dinding aksial preparasi 7 derajat.
Sedangkan Prayitno HR (1991) memandang kemiiringan
19
dinding aksial preparasi 5-6 derajat sebagai kemiringan yang
paling ideal. Kemiringan yang lebih kecil sulit diperoleh karena
dapat menyebabkan daerah gerong yang tidak terlihat dan
menyebabkan retainer tidak merapat ke permukaan gigi. Retensi
sangat berkurang jika derajat kemiringan dinding aksial
preparasi meningkat.
Kegagalan pembuatan jembatan akibat hilangnya retensi
sering terjadi bila kemiringan dinding aksial preparasi melebihi
30 derajat. Preparasi gigi yang terlalu konus mengakibatkan
terlalu banyak jaringan gigi yang dibuang sehingga dapat
menyebabkan terganggunya vitalitas pulpa seperti
hipersensitifitas, pulpitis, dan bahkan nekrose pulpa.
Kebanyakan literatur mengatakan kemiringan dinding aksial
preparasi berkisar 5-7 derajat, namun kenyataaannya sulit
dlicapai karena faktor keterbatasan secara intra oral.
2. Ketebalan preparasi
Jaringan gigi hendaklah diambil seperlunya karena dalam
melakukan preparasi kita harus mengambil jaringan gigi
seminimal mungkin. Ketebalan preparasi berbeda sesuai dengan
kebutuhan dan bahan yang digunakan sebagai retainer maka
ketebalan pengambilan jaringan gigi berkisar antara 1-1,5 mm
sedangkan jika menggunakan logam porselen pengambilan
jaringan gigi berkisar antara 1,5 – 2 mm.
Pengambilan jaringan gigi yang terlaluy berlebihan dapat
menyebakan terganggu vitalitas pulpa seperti hipersensitivitas
pulpa, pulpitis, dan nekrosis pulpa. Pengamnbilan jaringan yang
terlalu sedikit dapat mengurangin retensi retainer sehingga
menyebabkan perubahan bentuk akibat daya kunyah.
3. Kesejajaran preparasi
Preparsi harus membentuk arah pemasangan dan pelepasan yang
sama antara satu gigi penyangga dengan gigi penyangga lainnya.
20
Arah pemasangan harus dipilih yang paling sedikit
mengorbankan jaringan keras gigi, tetapi dapat menyebabkan
jembatan duduk sempurna pada tempatnya.
21
Pengurangan bagian proksimal membentuk konus dengan
kemiringan 5-100.
22
menyempit pada daerah proksimal dan akhirnya hilang
sama sekali pada daerah palatinal/lingual
2. Pencetakan
Sebelum pencetakan dilakukan, keadaan geligi dan jaringan lunak
sekitarnya perlu dicek, apakah semua dalam keadaan sehat dan
bebas dari radang. Terdapat berbagai macam bahan cetakan,
seperti: hidrokoloid, rubber base, polysulfide rubber base, silicon
rubber base, dan polyeter rubber base.
23
A B
24
Die siap digunakan setelah mengolesinya dengan “die spacer”. Die
spacer berfungsi sebagai
- Menutup pori stone gips, sehingga memudahkan melepas pola
malam yang telah dibuat
- Mempekeras permukaan die
- Melindungi batas servikal
- Sebagai kompensasi kontraksi logam dan ruangan untuk
sementasi
c. REMOVABLE DIE
Merupakan die yang terletak pada model kerja dan dapat dilepas
dari model kerja.
Cara membuat removable die :
SISTEM DI-LOK TRAY
Suatu bentuk kotak untuk tempat model kerja.5 Dasar
model kerja dikecilkan sampai masuk di-lok tray kemudian dibuat
undercut berupa groove memanjang sesuai lengkung gigi. Model
kerja ditanam pada Di-lok tray dengan stone. Kemudian dipisah
dengan gergaji dari gigi tetangga halus sampai 2-3 mm dari dasar
stone. Die dapat dilepas dan disatukan lagi
A B
25
Gambar 17 (A), (B). Removable Die Menggunakan Dowel Pin.
Persiapan :
- Dowel pin dengan cakram retensi/paper clips
- Penjepit rambut atau jarum pentul
- Stone gips dua warna
- Sticky wax dan lampu spiritus
- Vaselin dan kuas
- Gergaji die/triplek
Kepala dowel pin mempunyai retensi harus berada dalam cetakan
negatif tanpa menyentuh bidang oklusal (difiksasi dengan wax
pada penjepit rambut). Lakukan pengecoran I sampai batas garis
horizontal (± 3 mm diatas servikal). Buat retensi dengan bur bulat
kedalaman ± 2 mm di sisi bukal dan lingual untuk keperluan
stabilisasi. Kemudian buat bulatan wax dg diameter ± 3 mm
dilekatkan diujung pin. Olesi permukaan gigi yang dipreparasi
dengan vaseline.
- Boxing dan pembuatan basis
Dengan menggunakan selembar wax cetakan diboxing
hingga setinggi ujung pin yang telah diberi bulatan wax. Aduk gips
putih kemudian tuangkan kedalam cetakan yang telah diboxing
setelah keras kemudian dilepas dari cetakan.
4. Pembuatan Pola Lilin
Yang diartikan dengan pola lilin atau wax-pattern ialah: suatu
model dari retainer atau restorasi yang dibuat dari lilin yang
kemudian direproduksi menjadi logam atau akrilik.5
- Tujuan pembuatan pola lilin :
26
Mendapatkan retainer atau restorasi yang tepat, pas dan
mempunyai adaptasi yang sempurna dengan preparasi.
Memperoleh bentuk anatomi.
Menghasilkan suatu coran (casting) yang merupakan
reproduksi yang tepat (bentuk dan ukuran) dari pola lilin
itu.
Mencapai hubungan yang tepat dengan gigi sebelahnya dan
gigi lawan.
Langsung (direct).
Tidak langsung (indirect).
Langsung - tidak langsung (direct – indirect).
- Lilin pola
Lilin pola sebagai model di kedokteran gigi mempunyai sifat
sanggup dibentuk dalam seadaan plastis pada suhu antara cair
dan kaku.
27
Bersifat kohesif jika dilunakan.
Dapat dipotong atau di ukir tanpa patah atau rempil.
Menguap habis jika dibakar/dipanasi suhu tertentu.
28
ialah kecembungan permukaan bukal dan lingual, bentuk dan ukuran
bonjolan-bonjolan (cusp) dan letaknya daerah kontak diproksimal.
Dalam teknik langsung, penempatan saluran logam atau sprue dapat
dilakukan di luar atau di dalam mulut. Sedikit lilin ditambahkan kepada
pola di tempat di mana sprue akan dilekatkan, dengan demikian pada
waktu sprue pin yang panas di tempatkan, lilin tambahan ini akan
mengalir menghubungkan pola dengan sprue pin dan pola tidak
terganggu.
5. Pontik
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan
gigi asli yang hilang dan berfungsi untuk mengembalikan fungsi
kunyah dan bicara, estetis comfort (rasa nyaman), serta
mempertahankan hubungan antar gigi tetangga mencegah
migrasi / hubungan dengan gigi lawan ektrusi
6. Penyemenan jembatan
Penyemenan jembatan berarti melekatkan jembatan dengan semen
pada gigi penyangga di dalam mulut. Persiapan gigi penyangga
sebelum penyemenan perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk
mencegah perubahan relasi oklusal dan tepi gingiva, yang mungkin
juga disebabkan tekanan hidrolik yang mengganggu pulpa. Hal
tersebut harus dihindari oleh operator.
Semen yang digunakan untuk melekatkan jembatan ialah zinc
phosphate semen, semen silikofosfat, semen alumina EBA, semen
29
polikarboksilat, serta semen resin komposit. Pemilihan dilakukan
berdasarkan sifat biologic, biofisik serta pengaruh pada estetiknya.
Tata cara penyemenan dengan menggunakan zinc phosphate
cement :
1. Bubuk semen serta cairan diletakkan diatas glass pad
2. Campurkan bubuk pada cairan sedikit demi sedikit, di aduk
merata sampai 90 detik.
3. Adukan diratakan melebar pada kaca seluas mungkin
4. Adonan kemudian diisikan kedalam pemaut meliputi dinding
dalamnya tpis-tipis dan merata, sedang lekuk pada preparasi
(bila ada) diisi juga dengan adonan semen.
5. Jembatan kemudian ditempatkan pada penyangganya didalam
mulut dan ditekan dengan jari secara kuat ; dapat juga dipakai
pemakai kayu untuk lebih menekan jembatan pada tempatnya.
6. Pasien diminta menggigit keras pada jembatannya, untuk
mengecek apakah oklusi sudah baik.
7. Pasien diminta membuka mulut sebentar dan diminta menggigit
gulungan kapas, yang diletakkan pada oklusal gigi geligi.
8. Setelah semen keras, kelebihan semen dihilangkan dengan
scaller.
9. Sekali lagi, oklusi diperiksa dan sebelum pasien pulang,
operator perlu memberitahu cara membersihkan jembatan
tersebut.
30
tanpa kesalahan perlu digunakan tiga parameter yaitu hue, chroma, dan value yang
menjadi standard untuk menggambarkan warna gigi.
1. Hue
Hue berhubungan terhadap karakteristik warna yang memberikan
suatu identifikasi dan perbedaan dari suatu warna terhadap warna yang
lainnya. Merah adalah hue, demikian juga kuning, biru dan warna lain
yang telah diketahui namanya.
Salah satu warna dapat dicampur dengan warna lain sebagai warna
tambahan dan dapat dicapai dalam variasi warna yang berkelanjutan dari
satu warna terhadap warna yang lainnya. Contohnya, merah dan kuning
dicampur dalam suatu proporsi untuk mendapatkan seluruh hue dari merah
sampai orange ke kuning. Kemudian Munsell menggunakan symbol untuk
mendesain 10 sektor hue yaitu R, YR, Y, GY, G, BG, B, PB, P, dan PR. R
untuk merah, YR untuk merah-kuning, Y untuk kuning, GY untuk kuning-
ungu, G untuk hijau, BG untuk hijau-biru, B untuk biru, PB untuk biru-
ungu dan P untuk ungu.
2. Chroma
Chroma adalah suatu kualitas yang membedakan warna yang kuat
dari satu warna yang lemah. Chroma merupakan intensitas warna yang
memisahkan hue dari value. Chroma menunjukkan sejumlah warna dalam
hue, dihubungkan sebagai lingkaran dari pusat seperti jari-jri dalam
kumparan.
Chroma berhubungan dengan banyaknya pigmen yang ada pada
warna yang digambarkan pada awalnya. Jika warna memiliki konsentrasi
yang kuat pada pigmen hue, maka warnanya kuat. Skala chrome dari /0
untuk abu-abu netrak ke /10, /12, /14 dan seterusnya.
3. Value.
Value adalah kualitas warna yang digambarkan dengan istilah
gelap dan terang yang berhubungan dengan pencahayaan. Hal ini
merupakan tingkat kecerahan. Value merupakan parameter fotometrik
31
yang diasosiasikan dengan pemantulan total yaitu kecerahan atau
kegelapan warna. Hue yang diukur dari putih absolute atau hitam absolute
disebut value.
Value menunjukkan tingkat kecerahan atau kegelapan warna yang
dihubungkan dengan skala abu-abu normal yang meluas dari hitam
absolute ke putih absolute. Symbol 0 untuk hitam absolute, symbol 10
untuk putih absolute, symbol 5 untuk abu-abu sedang dan semua warna
chromatic antara hitam absolute dan putih absolute. Hitam dan putih
disebut warna netral karena tidk memiliki hue.
Warna hitam dan putih dihasilkan dari pancaran cahaya objek yang
tidak dapat diabsorbsi pada posisi spectrum tetapi direfleksikan keseluruh
pancaran cahaya. Objek yang direfleksikan dari banyak pancaran cahaya
adalah warna putih sebaliknya objek yang sedikit pancaran cahaya dalah
hitam.
Prosedur:
Teknik ini menggunakan beberapa shade guide yang disusun berdasarkan
hue, chrome, value cincin tabung enamel dan dentine yang merupakan standard
satuan shade guide yang berasal dari pabrik. Pemilihan warna dengan system
Munsell dimulai denagn langkah hue, value, dan chroma.
1. Langkah Hue
Langkah dalam memilih hue adalah
a. Hal penting pertama kali dalam memilih warna gigi adalah ketika
pasien duduk pertama kali dikursi unit, pilih sumber cahaya dari
berbagai cahaya yang berada disekeliling pasien.
b. Perhatikan sekeliling mulut secara misalnya mahkota gigi, akhiran
servikal dan tepi insisal. Buat taksiran umum hue, gigi umumnya
coklat, kuning, atau abu-abu.
c. Gunakan shade guide yang disusun berdasarkan hue yaitu shade
guide yang memiliki 4 warna dasar yaitu A, B, C, dan D. A
menunjukkan warna kecoklatan, B warna kekuningan, C warna
32
keabu-abuan dan D warna semu merah jambu. Lampu dihidupkan
pada jarak 20 cm dari lengkung gigi dan shade guide disusun
dengan 4 warna dasar, masing-masing 2 diseberang dan 2
diseberangnya.
d. Mata operator kemudian diistirahatkan dengan melihat kea rah
latar belakang warna biru. Kuning yang umumnya warna gigi dapat
diimbangi dengan warna biru sebagai warna komplementer.
Melihat kea rah latar belakang biru kira-kira 1 menit meningkatkan
kesensitifan mata terhadap warna kuning.
e. Misalkan pilihan hue adalah A1, dan ketiga warna dasar lainnya
diletakkan di samping.
f. Jika hue telah ditetapkan, misalkan pilihan adalah A, dan ketiga
warna dasar lainnya diletakkan di samping. Menentukan hue
dilakukan dengan mengobservasi bagian servik gigi. Melihat ke
bagian servik dapat meningkatkan penerimaan chroma sementara
melihat ke insisal dapat menurunkan penerimaan chroma, sehingga
lebih sulit mendapatkan hue. Bila kaninus ada, itulah gigi yang
paling baik untuk memilih hue karena memiliki chroma yang
paling tinggi.
2. Langkah Chroma
Langkah dalam memilih chroma adalah:
a. Pilih chroma berdasarkan hue yang telah ditetapkan. Chroma dari
hue dipilih dengan membandingkan shade guide dengan bagian
tenagh gigi, bila tidak sesuai warna dasar diturunkan. Hal ini lebih
mudah karena yang ada hanya chroma yang berbeda pada hue yang
sama.
b. Gunakan shade guide yang disusun berdasarkan hue, dibagi lagi
atas chroma, misalnya A terbagi atas A1, A2, A3 dan A4 yan
memiliki hue yang sama tetapi berbeda chroma. Hal yang sama
juga untuk B, C, dan D. misalnya chroma yang dipilih adalah A2.
c. Mata istirahatkan lagi dengan melihat kea rah latar belakang warna
biru sebagai warna komplementer. Perbedaan chroma warna dasar
33
yang sama sangat dekat satu sama lain pada shade guide buatan
pabrik, dapat membingunkan dalam menyesuaikan warna. Hal ini
membuat orang melihat perbedaan hue lebih efektif karena chroma
lebih kuat. Hal ini merupakan langkah sulit sebab tidak banyak
bedanya antara warna-warna tersebut.
d. Jika chroma telah ditetapkan, pilih warna dentin dan enamel
dengan cincin warna dentin dan enamel. Sesuaikan waran dentin
dengan cincin warna dentin. Kadang-kadang perlu dilakukan
perbaikan, nomor chroma dentin yang dipilih dicatat. Gunakan
latar belakang biru lagi untuk mengistirahatkan mata.
e. Sesuaikan warna enamel dengan cincin warna enamel. Observasi
harus dilakukan pada bagian insisal gigi yang enamelnya lebih
tebal dan nomor enamel dicatat.
3. Langkah value
Langkah dalam memilih value adalah:
a. Pilih value dengan memicingkan mata. Memicinkan mata
menyebabkan rods pada mata lebih sensitive dari pada cones
terhadap warna, rods bertanggung jawab membantu menentukan
value. Hindari pertimbangan terhadap hue dan chroma.
b. Gunakan shade guide yang disusun berdasarkan value yang
merupakan buatan pabrik.
c. Value yang telah dipilih digunakan untuk memilih porselen yang
inti. Ini adalah tahap kritis untuk memilih value yang lebih penting
daripada pilihan hue. Bila value ini salah, efeknya akan kurang
baik untuk warna bagian servik gigi. Teknik ini dapat dibantu
dengan penggambaran peta corak gigi.
34
dan laboratorium, latar belakang objek seperti warna dinding, baju dan
make-up pasien serta keadaan objek.
a. Sumber cahaya.
Cahaya terdiri dari berbagai panjang gelombang yang tergantung
pada sumber cahaya. Terdapat berbagai sumber cahaya yang
menghasilakan efek yang berbeda pada suatu benda, disebut
metamerisme. Sebuah benda akan tampak berbeda jika dilihat pada
dua sumber cahaya yang berbeda, misalnya benda yang dilihat di
bawah sinar matahari akan berubah jika benda tersebut dilihat di
bawah sinar fluoresen atau lampu pijar. Cahaya lampu fluoresen
cenderung untuk menghasilakan spectrum warna biru sedangkan
lampu pijar menonjolkan spectrum warna kuning-merah, sebaiknya
membandingkan dan mengurangi pengaruh metamerisme.
Cahaya dapat bersifat alami maupun buatan, dalam setiap kategori
ada keanekaragaman baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Cahaya
alami berasal dari matahari baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kualitas warna, beraneka ragam dari kemerah-merahan
sampai putih kekuning-kuningan. Pada saat warna diseleksi pasien
harus duduk denagn kepala tegak terhadap mata operator. Mata
operator harus mampu bertahan pada pasien dan sumber cahaya
sewaktu memilih warana.
Pada waktu langit cerah akan menunjukkan cahaya dengan
komponen biru lebih besar daripada awal pagi atau lewat sore hari
dimana matahari lebih memiliki komponen kuning. Dalam pemilihan
warna yang paling baik adalah menggunakan sumber cahaya matahari,
terutama siang hari atau sore hari, saat matahari tepat diatas kepala
sehingga mengurangi pengaruh atmosfer terhadap perubahan warna.
Ketika menentukan warna pasien sebaiknya berada dekat jendela
sehingga cahaya matahari dapat berperan langsung. Ketika timbul
keraguan dalam menentukan pilihan warna, dengan melihat objek pada
cahaya berbeda baik alami maupun buatan dengan jarak yang berbeda
pula akan sangat membantu dokter gigi. Hal ini juga merupakan
35
praktek yang baik untuk memeriksa pilihan warna dengan bantuan
asisten.
b. Latar Belakang Objek
Latar belaknag terlihat sebagai suatu efek yang berarti pada warana
yang dipusatkan. Latar belakang gelap membuat warna terlihat lebih
terang daripada warna yang sama terhadap latar belakang lebih terang.
Warna gorden jendela, warna dinding praktek, lipstick pasien dapat
mempengaruhi warna yang muncul pada daerah mulut. Cahaya harus
memancar secara merata, tanpa ada bayangan bibir yang berlipstik di
dekat gigi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Salah
satu faktor mempengaruhi dalam pemilihan warna adlah penggunaan
lipstick, yang merupakan latar belakang selain garis bibir. Gigi
merupakan warna netral, sehingga gigi yang berdekatan dengan
lipstick berwarna merah akan terlihat kehijauan. Sebaiknya hapus
lipstick terlebih dahulu.
Dinding yang digunakan sebagai latar belakang sebaiknya diberi
warna dinding abu-abu netral atau warna gelap. Bagian insisal gigi
sangat dipengaruhi oleh warna gelap sebagai latar belakang, sehingga
memiliki translusensi tinggi pada enamel.
c. Keadaan objek
Warna dari suatu objek tergantung dari sifat yang dimiliki benda
tersebut, pada benda yang tembus cahaya akan mengabsorbsi cahaya
yang melaluinya, sehingga warna dari benda tersebut akan berbeda
dengan warna yang dihasilkan dari benda yang berkilat, dengan
sifatnya memantulkan memantulkan cahaya yang diterimanya. Lain
halnya dengan benda yang mempunyai permukaan bersifat fluoresen,
benda tersebut mempunyai kemampuan untuk mengabsorbsi sebagian
cahaya dan menunjukkan warna yang lebih muda daripada benda yang
opak. Beberapa bahan kedokteran gigi seperti porselen mengandung
bahan fluoresen.
Permukaan objek dan bentuk sama pentingnya dalam memilih
warna gigi, permukaan halus dapat direfleksikan lebih banyak cahaya
36
yang membelakangi operator. Kekasaran pada permukaan gigi akan
mengurangi level warna dasarnya. Karakteristik gigi yang termasuk
dalam bentuk insisal, garis retak dan stein berguna sekali dalam
menempatkan warna dan karakter gigi. Gigi asli menunjukkan
peningkatan penyerapan cahaya pada bagian insisal daripada bagian
sentral dan penurunan cahaya terhadap bagian sercikal.
37
8. Gigitan kerja yang benar
Teknik dilakukan dengan bantuan alat/bahan seperti : wax rubber base
dan polybite
Persiapan :
1. Polybite
2. Gunting
3. Polyvinyl siloxan
Cara :
1. Masukan bahan polyvinyl silokan dalam polybite
2. Masukan dalam mulut pada bagian yang dipreparasi
3. Pemeriksaan hasil cetakan untuk melihat detail cetakan
4. Memotong bagian bagian cetakan gigi yang dipreprasi
38
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gigi tiruan jembatan adalah gigi tiruan yang mengganti satu
atau lebih gigi yang hilang, dan dilekatkan ke satu atau lebih gigi asli
atau akar gigi yang bertindak sebagai penyangga. Prosedur pembuatan
gigi tiruan jembatan meliputi preparasi, pembuatan die, pemasangan
pada okludator, pembuatan mahkota akrilik/porselen, pemolesan, teknik
sementasi dan pemasangan.
Preparasi gigi penyangga merupakan tindakan yang penting
dalam perawatan gigi tiruan jembatan. Preparasi optimal harus
memenuhi aspek biologis, mekanis, dan estetik.
39
Daftar Pustaka
40