You are on page 1of 14

Anatomi Fisiologi Sistem Imunologi

Sistem Imunologi

Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang


dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan
bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri
dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika
sistem kekebalan melemah, kemampuan melindungi tubuh juga berkurang,
sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan
flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan
pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan
meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

Sistem pertahanan tubuh berfungsi melindungi tubuh dari serangan benda


asing atau bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Benda asing tersebut dapat
berupa mikroorganisme penyebab penyakit atau patogen misalnya virus, bakteri
dan jamur.

Fungsi Sistem Imun

 Pertahanan : resistensi thd agen penginvasi.

 Surveilans : mengidentifikasi & menghancurkan sel tbh sendiri yg


bermutasi dan berpotensi mjd neoplasma.

 Homeostasis : membersihkan sisa sel dan zat buangan shg tipe sel tetap
seragam dan tidak berubah.

Antigen/imunogen

 Suatu molekul atau sel yang mampu merangasang respon imun.

 Karakteristik suatu bahan berfungsi sbg antigen:

◦ Harus besar, kompleks & asing bagi penjamu

◦ Jumlahnya memadai

◦ Biasanya mrpk protein dg berat molekul >10.000 dalton

◦ Epitopnya (determinasi antigen) harus mudah di akses.


Gambar: Anatomi Sistem Immunologi

Pertahanan Tubuh Alami


• Pertahanan fisik: kulit
• Pertahanan Mekanik: rambut hidung, silia
• Pertahanan Kimia: air mata, mukus, saliva
• Pertahanan Biologis: bakteri alami
Pertahanan Tubuh oleh Sel Darah Putih
• Neutrofil, eusinofil, basofil, monosit, limfosit.
Gambar 1. Mekanisme imunitas bawaan dan imunitas adaptif (Abbas
et al., 2014). Mekanisme imunitas bawaan merupakan pertahanan awal melawan
infeksi. Sedangkan respon imun adaptif timbul setelahnya dan dimediasi oleh
limfosit dan produknya. Antibodi mengeblok infeksi dan mengeliminasi mikroba,
eradikasi mikroba ekstrasel dilakukan oleh sel T. Kinetika respon imun bawaan
dan adaptif berbeda tergantung dari jenis infeksinya.

Sistem Imun

Sistem Imun Non Spesifik Sistem Imun Spesifik


Sistem Imun Non Spesifik

Sistem imunitas non spesifik merupakan imunitas bawaan (innate imunity)


dimana respon imun terhadap zat asing dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya
tidak pernah terpapar oleh zat tersebut. Imunitas nonspesifik berperan paling awal
dalam pertahanan tubuh melawan mikroba patogen yaitu dengan menghalangi
masuknya mikroba dan dengan segera mengeliminasi mikroba yang masuk ke
jaringan tubuh. Sistem imun ini tidak membedakan mikroorganisme pathogen satu
dengan yang lainnya. Sistem Imun ini masuk ke dalam pertahanan non imun.
Imunitas non spesifik fisiologik berupa komponen normal tubuh, selalu
ditemukan pada individu sehat dan siap mencegah mikroba masuk tubuh dan
dengan cepat menyingkirkannya. Semua mekanisme pertahanan ini merupakan
bawaan (innate), artinya pertahanan tersebut secara alamiah ada dan tidak adanya
pengaruh secara intrinsik oleh kontak dengan agen infeksi sebelumnya.
Mekanisme pertahanan ini berperan sebagai garis pertahanan pertama dan
penghambat kebanyakan patogen potensial sebelum menjadi infeksi yang tampak.
Sistem imun jenis ini akan selalu memberikan respon yang sama terhadap semua
jenis agen infektif dan tidak memiliki kemampuan untuk mengenali agen infektif
meskipun sudah pernah terpapar sebelumnya. Yang termasuk dalam komponen
sistem imun nonspesifik adalah pertahanan fisik, biokimia, humoral dan seluler
a. Pertahanan fisik/mekanik
Kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin, merupakan garis
pertahanan terdepan terhadap infeksi.
b. Pertahanan biokimia
pH asam keringat, sekresi sebaseus, berbagai asam lemak yang dilepas kulit,
lizosim dalam keringat, ludah, air mata, dan air susu ibu, enzim saliva, asam
lambung, enzim proteolitik, antibodi, dan empedu dalam usus halus, mukosa
saluran nafas, gerakan silia.
c. Pertahanan humoral
Pertahanan humoral terdiri dari komplemen, protein fase akut, mediator asal
fosfolipid, sitokin IL-1, IL-6, TNF-α. Komplemen terdiri atas sejumlah besar
protein yang bila diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi dan
berperan dalam respons inflamasi. Komplemen berperan sebagai opsonin yang
meningkatkan fagositosis (Garis pertahanan kedua tubuh terhadap agen infeksius
yang terdiri dari proses penelanan dan pencernaan mikroorganisme serta toksin
setelah berhasil menembus tubuh. Fagosi utama dalam tubuh adalah neutofil dan
makrofag yang bergerak ke seluruh jaringan melalui kemotaksis), sebagai faktor
kemotaktik dan juga menimbulkan destruksi/lisis bakteri dan parasit. Protein fase
akut terdiri dari CRP, lektin, dan protein fase akut lain α1-antitripsin, amyloid
serum A, haptoglobin, C9, faktor B dan fibrinogen. Mediator asal fosfolipid
diperlukan untuk produksi prostaglandin dan leukotrien. Keduanya meningkatkan
respons inflamasi (Respon jaringan terhadap cedera akibat infeksi, terbakar, objek
asing atau toksin. Inflamasi meliputi rangkaian peristiwa kompleks yang dapat
bersifat akut dan kronik) melalui peningkatan permeabilitas vaskular dan
vasodilatasi.
d. Pertahanan seluler
Fagosit, sel NK, sel mast, dan eosinofil berperan dalam sistem imun nonspesifik
seluler. Sel-sel imun tersebut dapat ditemukan dalam sirkulasi atau
jaringan.Contoh sel yang dapat ditemukan dalam sirkulasi adalah neutrofil,
eosinofil, basofil, monosit, sel T, sel B, sel NK, sel darah merah, dan trombosit.
Contoh sel-sel dalam jaringan adalah eosinofil, sel mast, makrofag, sel T, sel
plasma, dan sel NK.

Zat Antivirus dan Antibakteri Non Spesifik

1. Interferon
Protein antivirus yang dapat disintesis oleh hampir setiap mikroorganisme.
2. Sistem Komplemen
Sekelompok protein plasma inaktif yang bersirkulasi dalam darah.

Fungsi Komplemen Sistem Imun Non Spesifik:

1.Menyebabkan lisis sel

komplemen berinteraksi satu sama lain membentuk membrane attack


complex (MAC) di permukaan sel sasaran memasukkan molekul pembuat pori
di membaran sel imunogen membran rusak air dan elektrolit masuk sel
sel pecah dan mati.
2.Pembentukan berbagai mediator imun, berperan dalam proses peradangan.

3.Opsonisasi adalah sel fagositik akan lbh mampu menelan apabila bahan
imunogen dilapisi komplemen. Contoh histamin, bradikinin

Sistem Imun Spesifik

Sistem pertahanan spesifik merupakan respon yang didapat dari stimulasi


oleh agen infektif (antigen/imunogen) dan dapat meningkat pada paparan
berikutnya. Target dari respon imun spesifik adalah antigen, yaitu suatu substansi
yang asing (bagi hospes) yang dapat menginduksi respon imun spesifik. Antigen
bereaksi dengan T-cell Receptor (TCR) dan antibodi. Antigen dapat berupa
molekul yang berada di permukaan unsur patogen maupun toksin yang diproduksi
oleh antigen yang bersangkutan. Ada tiga tipe sel yang terlibat dalam respon imun
spesifik yaitu sel T, sel B dan APC (makrofag dan sel dendritik). Respon imun
spesifik meliputi aktivasi dan maturasi sel T, sel mediator dan sel B untuk
memproduksi antibodi yang cukup untuk melawan antigen. Pada hakekatnya
respon imun spesifik merupakan interaksi antara bebagai komponen dalam sistem
imun secara bersama-sama.
Respon imun spesifik terdiri dari respon imun seluler (cell-mediated
immunity) dan respon imun humoral. Perbedaan kedua respon imun tersebut
terletak pada molekul yang berperan dalam melawan agen infektif, namun tujuan
utamanya sama yaitu untuk menghilangkan antigen. Respon imun seluler
diperlukan untuk melawan mikroba yang berada di dalam sel (intraseluler) seperti
virus dan bakteri. Respon ini dimediasi oleh limfosit T (sel T) dan berperan
mendukung penghancuran mikroba yang berada di dalam fagosit dan membunuh
sel yang terinfeksi. Beberapa sel T juga berkontribusi dalam eradikasi mikroba
ekstraseluler dengan merekrut leukosit yang menghancurkan patogen dan
membantu sel B membuat antibodi yang efektif.
Agen infektif yang berada di luar sel dapat dilawan dengan respon imun
humoral. Respon ini dimediasi oleh serum antibodi, suatu protein yang
disekresikan oleh sel B. Sel B berdiferensiasi menjadi satu klon sel plasma yang
memproduksi dan melepaskan antibodi spesifik ke dalam darah serta membentuk
klon sel B memori. Sel B menghasilkan antibodi yang spesifik untuk antigen
tertentu. Antibodi ini berikatan dengan antigen membentuk suatu kompleks
antigen-antibodi yang dapat mengaktivasi komplemen dan mengakibatkan
hancurnya antigen tersebut.

a. Sistem imun spesifik humoral


Pemeran utama dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B atau sel B.
Sel B yang dirangsang oleh benda asing akan berproliferasi, berdiferensiasi, dan
berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi. Fungsi utama
antibodi ialah pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler, virus, dan bakteri serta
menetralkan toksinnya. Bersifat tidak langsung dan dilaksanakan oleh
imunoglobulin spesifik (antibodi) yang dihasilkan sel B aktif (sel plasma) &
dibantu oleh sistem komplemen
– IgG (gama) paling banyak di tubuh, mampu menembus plasenta
melindungi tubuh dari bakteri.
– IgM paling besar bertanggung jawab dalam respon imun primer.
– IgA terdapat dalam sekresi tubuh; kolostrum, air mata, air liur,
sekresi sal nafas, GIT, sal kemih. Fungsi utama mempertahankan
permukaan mukosa terhadap virus dan bakteri.
– IgE melekat ke sel mast dan basofil, terlibat dalam reaksi
hipersensitifitas tipe I.
– IgD terdapat dalam jumlah kecil di serum, kemungkinan
mempengaruhi defisiensi limfosit B kendati peranannya belum
jelas.

b. Sistem imun seluler


Limfosit T atau sel T berperan pada sistem imun spesifik seluler. Sel T terdiri atas
beberapa subset sel dengan fungsi yang berlainan yaitu sel CD4+ (Th1, Th2),
CD8+ atau CTL atau Tc dan Ts atau sel Tr atau Th3. Fungsi utama sistem imun
spesifik seluler ialah pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus,
jamur, parasit, dan keganasan. Sel CD4+ mengaktifkan sel Th1 yang selanjutnya
mengaktifkan makrofag untuk menghancurkan mikroba. Sel CD8+ memusnahkan
sel terinfeksi. Th1 memproduksi IL-2 dan IFN-γ.Th2 memproduksi IL-4 dan IL-5.
Treg yang dibentuk dari timosit di timus mengekspresikan dan melepas TGF-β
dan IL-10 yang diduga merupakan petanda supresif. IL-10 menekan fungsi APC
dan aktivasi makrofag sedang TGF-β menekan proliferasi sel T dan aktivasi
makrofag.

Fungsi sistem imun seluler:


 Sel CD8 mematikan secara langsung sel sasaran.
 Sel T menyebabkan reaksi hipersensitifitas tipe lambat.
 Sel T memiliki kemampuan menghasilkan sel pengingat.
 Sel T sebagai pengendali CD4 dan CD8 memfasilitasi dan menekan
respon imun seluler dan humoral.

Perbedaan Respon Non Spesifik dengan Respon Spesifik


Respon Non Spesifik Respon Spesifik
Bereaksi sama terhadap semua agen Memiliki reaksi berbeda untuk
infeksi. agen infeksi yang berbeda.

Tidak memiliki memori terhadap Memiliki memori terhadap


infeksi sebelumnya. infeksi sebelumnya.

Tingkat reaksi sama pada tiap agen Tingkat reaksi akan lebih besar
infeksi yang berusaha menyerang terhadap agen infeksi yang pernah
menyerang sebelumnya.
Tahapan Aktivitas Sel PertahananTubuh dalam Menghadapi
Zat Asing:
1. Pengenalan antigen
Sel-sel darah putih akan mengenali antigen / zat asing kemudian menandai bentuk
molekul protein dan molekul lain pada permukaan sel dapat dibedakan antara sel
diri sendiri dan bukan diri sendiri (sel asing).

2. Komunikasi antar sel


Leukosit yang sudah mengenali molekul asing (misalnya berupa bakteri maupun
mikroorganisme lain) selanjutnya menginformasikan kepada sel-sel pertahanan
tubuh lain bahwa antigen telah datang. Komunikasi antar sel tersebut diperantarai
oleh sitokin (suatu protein yang disekresi oleh sel bernukleus).
3. Mengalahkan penyerang
Sel penyerang / antigen akan dilemahkan dengan protein spesifik yang diproduksi
oleh sel pertahanan tubuh yang disebut antibodi. Antibodi akan mengikat antigen
sehingga mudah dihancurkan oleh leukosit.

Respons Non Spesifik


 Pertahanan lapis pertama
• Kulit (menyekresi asam lemak dan keringat yang mengandung garam sehingga
menghambat laju bakteri).
• Membran mukosa (saluran pernapasan yang menyekresi lendir akan
memerangkap bakteri)
• Sekresi alami (liur dan air mata mengandung lisozim. Asam di lambung dapat
membunuh bakteri yang masuk lewat makanan. ASI (air susu ibu) mengandung
laktoperoksidase. Cairan sperma mengandung spermin.
• Bakteri alami (secara normal pada kulit, saluran pencernaan, dan saluran
kelamin terdapat beberapa jenis bakteri alami yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri patogen).

 Pertahanan lapis kedua


• Fagosit dan sel pembunuh alami (sdm yg mampu menghancurkan materi asing,
ex. neutrofil & monosit)
• Protein komplemen (ketika antibodi terbentuk, protein komplementer akan
menempel pd mikrob)
• Interferon (beberapa sel mensekresi interferon utk membuat sel kebal terhadap
partikel virus)
• Sitokin (pembawa pesan antarsel untuk kekebalan, bekerjasama dgn SSP &
sistem jaringan lain. Sel dapat merespons pesan jika sitokin punya reseptor yg
cocok)
• Inflamasi (reaksi akibat timbulnya infeksi dan terbukanya arteriol di sekitar
daerah yang terluka sehingga suplai darah ke daerah yang terluka meningkat.
Dikontrol oleh enzim dan beberapa komponen lainnya, seperti serotonin, platelet,
dan basofil).

Respons Spesifik
• Pertahanan lapis ketiga
melibatkan limfosit B dan limfosit T
Cara Sel B dan Sel T mengenali materi asing:
• Protein pada membran sel ditentukan oleh suatu gen yang disebut MHC (Major
Histocompatibility Complex). Protein yang dihasilkan oleh gen disebut protein
marka atau protein penanda.
• 2 macam penanda: Penanda kelas 1 di seluruh sel kecuali sel darah merah.
Penanda kelas 2 pada sel T, sel B, dan beberapa makrofag.
• Penanda MHC yang dimiliki seorang individu disebut identitas dan penanda
MHC yang tidak dimiliki seorang individu disebut nonidentitas atau materi asing.
• Sel B dan sel T akan mengenali dan mengabaikan sel yang memiliki penanda
MHC sebagai materi yang tidak berbahaya, dan mengenali agen infeksi berupa
bakteri atau virus sebagai materi asing atau nonidentitas, kemudian memicu sel B
dan sel T untuk bereaksi.
SEL B
• Memiliki imunoglobin pada permukaannya. Imunoglobin adalah protein yang
dapat mengidentifikasi antigen.
• Imunoglobin setiap jenis sel B memiliki struktur yang spesifik dan hanya
mengenali satu jenis antigen.
• Jadi, ketika sel B telah mengidentifikasi antigen, maka sel B bereplikasi dengan
cepat menghasilkan sel khusus yang disebut sel plasma, untuk menghasilkan
antibodi yang akan dilepas ke cairan tubuh.
Sel T
• Setelah menemukan antigen yang cocok, sel T bereplikasi dengan cepat dan
membentuk memori.
• Sel T tidak membentuk antibodi. Sel T bekerja sama dalam sistem imun.
Imunitas yang melibatkan sel T dan fagosit disebut imunitas tingkat sel.
• Sel T penolong (helper T cells: Th) membawa protein penanda kelas 2 akan
mengenali fagosit tersebut dan merangsang sel B untuk bereplikasi.
• Sel T sitotoksik (cytotoxic T cells: Tc) yang bertugas membunuh sel tubuh yang
terkena infeksi, dgn cara menyekresikan suatu protein yg dpt melubangi membran
sel.

Macam-Macam Imunoglobulin
Struktur & Cara Kerja Antibodi
• Produksi antibodi pada infeksi pertama kali disebut respons antibodi primer.
• Pada infeksi kedua, sistem imun merespons lebih cepat. Ini disebut
respons antibodi sekunder. Konsentrasi antibodi meningkat lebih banyak dan lebih
cepat daripada saat respons primer.
• Jumlah sel memori menurun setelah infeksi pertama, tetapi sel B memori dapat
dihasilkan dengan lebih cepat pada saat infeksi kedua.
Sumber:

http://eprints.undip.ac.id/44549/3/Dinda_Sekar_Paramitha_22010110120033_Bab2KTI.
pdf

http://fik.unissula.ac.id/wp-
content/uploads/2011/03/download_KUMPULAN%20MATERI%20KULIAH%20D3_MATE
RI%20FURA_SISTEM%20IMUN.pptx

http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=download&sub=DownloadFile&act=vie
w&typ=html&id=83388&ftyp=potongan&potongan=S1-2015-316071-introduction.pdf

You might also like