You are on page 1of 25

UNIT PELAYANAN KESEHATAN

REFERAT OBGINSOS

UNIVERSITAS ANDALAS

Oleh :

dr. Wahyuridistia Marhenriyanto


Peserta PPDS OBGIN

Pembimbing :

dr. H. Syahredi S. A., Sp.OG (K)

SUB BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI SOSIAL


PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG
2018
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
SUB BAGIAN BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI SOSIAL
FK UNAND/RS. Dr. M. DJAMIL PADANG

LEMBARAN PENGESAHAN

Nama : Wahyuridistia Marhenriyanto


Semester : VI (Enam)

Telah menyelesaikan referat : UNIT PELAYANAN KESEHATAN

Padang, September 2018


Mengetahui/Menyetujui Pembimbing
Peserta PPDS 0
Obstetri & Ginekologi

(dr. H. Syahredi S. A., Sp.OG (K))


(dr. Wahyuridistia Marhenriyanto)

Mengetahui
KPS PPDS OBGIN
FK UNAND RS. Dr. M. DJAMIL PADANG

(dr. H. Syahredi S. A., Sp.OG (K))


PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS (PPDS)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
OBSTETRI & GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS / RSUP. Dr. M. DJAMIL PADANG

Lembar Penilaian Peserta PPDS Obstetri & Ginekologi FK. Unand / RSUP Dr. M. Djamil
Padang
Nama : dr. Wahyuridistia Marhenriyanto
Semester : VI (Enam)
Materi : Referat Unit Pelayanan Kesehatan
KRITERIA
NO NILAI KETERANGAN
PENILAIAN
1
Pengetahuan

2 Keterampilan

3 Attitude

Note : NBL : 80
Padang, September 2018
Staf Penilai

dr. H. Syahredi S. A., Sp.OG (K)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari pembangunan
kesehatan. Intinya sistem kesehatan merupakan seluruh aktifitas yang
mempunyai tujuan utama untuk mempromosikan, mengembalikan dan
memelihara kesehatan. Sistem kesehatan memberi manfaat kepada
mayarakat dengan distribusi yang adil. Sistem kesehatan tidak hanya menilai
dan berfokus pada “tingkat manfaat” yang diberikan, tetapi juga bagaimana
manfaat itu didistribusikan.
Secara teori, sebuah negara dibentuk oleh masyarakat di suatu wilayah
yang tidak lain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama setiap
anggotanya dalam koridor kebersamaan. Dalam angan setiap anggota
masyarakat, negara akan melaksanakan fungsinya menyediakan kebutuhan
hidup yang berkaitan dengan hidup berdampingan dengan orang lain di
sekelilingnya. Di kehidupan sehari-hari, kebutuhan bersama itu sering kita
artikan sebagai “kebutuhan publik”. Salah satu contoh kebutuhan publik yang
mendasar adalah kesehatan. Kesehatan adalah pelayanan publik yang
bersifat mutlak dan erat kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat. Untuk
semua pelayanan yang bersifat mutlak, negara dan aparaturnya berkewajiban
untuk menyediakan layanan yang bermutu dan mudah didapatkan setiap
saat.
Salah satu wujud nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan
adalah adanya Puskesmas. Tujuan utama dari adanya Puskesmas adalah
menyediakan layanan kesehatan yang bermutu namun dengan biaya yanng
relatif terjangkau untuk masyarakat, terutama masyarakat dengan kelas
ekonomi menengah ke bawah.
Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk
pelayanan yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu
sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai peran sangat penting lainnya
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah rumah
sakit. Rumah sakit sebagai suatu lembaga sosial yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki sifat sebagai suatu
lembaga yang tidak ditujukan untuk mencari keuntungan atau non profit
organization. Walaupun demikian kita dapat menutup mata bahwa dibutuhkan
sistem informasi di dalam rumah sakit.
Rumah sakit merupakan lembaga dalam mata rantai Sistem Kesehatan
Nasional dan mengemban tugas untuk memberikan pelayanan kesehatan
kepada seluruh masyarakat, karena pembangunan dan penyelenggaraan
kesehatan di rumah sakit perlu diarahkan pada tujuan nasional dibidang
kesehatan. Tidak mengherankan apabila bidang kesehatan perlu untuk selalu
dibenahi agar bisa memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang dimaksud tentunya adalah
pelayanan yang cepat, tepat, murah dan ramah. Mengingat bahwa sebuah
negara akan bisa menjalankan pembangunan dengan baik apabila didukung
oleh masyarakat yang sehat secara jasmani dan rohani. Untuk
mempertahankan pelanggan, pihak rumah sakit dituntut selalu menjaga
kepercayaan konsumen secara cermat dengan memperhatikan kebutuhan
konsumen sebagai upaya untuk memenuhi keinginan dan harapan atas
pelayanan yang diberikan. Konsumen rumah sakit dalam hal ini pasien yang
mengharapkan pelayanan di rumah sakit, bukan saja mengharapkan
pelayanan medis dan keperawatan tetapi juga mengharapkan kenyamanan,
akomodasi yang baik dan hubungan harmonis antara staf rumah sakit dan
pasien, dengan demikian perlu adanya peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
Selain itu, tercantumnya pelayanan kesehatan sebagai hak masyarakat
dalam konstituisi, menempatkan status sehat dan pelayanan kesehatan
merupakan hak masyarakat. Fenomena demikian merupakan keberhasilan
pemerintah selama ini dalam kebijakan politik di bidang kesehatan (heath
politics), yang menuntut pemerintah maupun masyarakat untuk melakukan
upaya kesehatan secara tersusun, menyeluruh dan merata.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. SISTEM KESEHATAN NASIONAL


1. Pengertian Sistem Kesehatan
Sistem Kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan
(supply side) dan orang-orang yang menggunakan pelayanan tersebut
(demand side) di setiap wilayah, serta negara dan organisasi yang melahirkan
sumber daya tersebut, dalam bentuk manusia maupun dalam bentuk material.
Dalam definisi yang lebih luas lagi, sistem kesehatan mencakup sektor-sektor
lain seperti pertanian dan lainnya (WHO, 1996).

2. Sistem Kesehatan Nasional


Sistem kesehatan menurut WHO adalah sebuah proses kumpulan
berbagai faktor kompleks yang berhubungan dalam suatu negara, yang
diperlukan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan kesehatan
perseorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat pada setiap saat
diutuhkan.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai
upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan
kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
1945.
Sistem Kesehatan Nasional perlu dilaksanakan dalam konteks
Pembangunan Kesehatan secara keseluruhan dengan mempertimbangkan
determinan sosial, seperti: kondisi kehidupan sehari-hari, tingkat pendidikan,
pendapatan keluarga, distribusi kewenangan, keamanan, sumber daya,
kesadaran masyarakat, dan kemampuan tenaga kesehatan mengatasi
masalah tersebut.
Sistem Kesehatan Nasional disusun dengan memperhatikan pendekatan
revitalisasi pelayanan kesehatan dasar yang meliputi :
a. Cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata.
b. Pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada rakyat,
c. Kebijakan pembangunan kesehatan, dan
d. Kepemimpinan.
SKN juga disusun dengan memperhatikan inovasi/terobosan dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan secara luas, termasuk penguatan
sistem rujukan.
Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi baik untuk mencapai
tujuannya apabila terjadi Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Sinergisme
(KISS), baik antar pelaku, antar subsistem SKN, maupun dengan sistem
serta subsistem lain di luar SKN. Dengan tatanan ini, maka sistem atau
seluruh sektor terkait, seperti pembangunan prasarana, keuangan dan
pendidikan perlu berperan bersama dengan sektor kesehatan untuk
mencapai tujuan nasional.
Tujuan Sistem Kesehatan Nasional adalah terselenggaranya
pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat,
swasta, maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdaya
guna, hingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Landasan Sistem Kesehatan Nasional meliputi :
a. Landasan Idiil, yaitu Pancasila.
b. Landasan Konstitusional, yaitu UUD 1945, khususnya: Pasal 28 A, 28 H
ayat (1) dan ayat (3), serta Pasal 34 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 28 B ayat
(2), Pasal 28 C ayat (1).
c. Landasan Operasional meliputi seluruh ketentuan peraturan perundangan
yang berkaitan dengan penyelenggaraan SKN dan pembangunan
kesehatan.
Mengacu pada substansi perkembangan penyelenggaraan
pembangunan kesehatan dewasa ini serta pendekatan manajemen
kesehatan tersebut diatas, maka subsistem yang mempengaruhi pencapaian
dan kinerja Sistem Kesehatan Nasional di Indonesia meliputi :
a. Upaya Kesehatan : Upaya kesehatan di Indonesia belum terselenggara
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Penyelenggaraan
upaya kesehatan yang bersifat peningkatan (promotif), pencegahan
(preventif), dan pemulihan (rehabilitasi) masih dirasakan kurang. Untuk
dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun
seluruh potensi bangsa Indonesia.

b. Pembiayaan Kesehatan : Pembiayaan kesehatan di Indonesia masih


rendah, yaitu hanya rata-rata 2,2% dari Produk Domestik Bruto (PDB)
atau rata-rata antara USD 12-18 per kapita per tahun. Persentase ini
masih jauh dari anjuran Organisasi Kesehatan Sedunia yakni paling
sedikit 5% dari PDB per tahun. Sementara itu anggaran pembangunan
berbagai sektor lain belum sepenuhnya mendukung pembangunan
kesehatan. Pembiayaan kesehatan yang kuat, terintegrasi, stabil, dan
berkesinambungan memegang peran yang amat vital untuk
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam mencapai tujuan
pembangunan kesehatan.
c. SDM Kesehatan : Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan
sumber daya manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis
dan kualitasnya, serta terdistribusi secara adil dan merata, sesuai
tututan kebutuhan pembangunan kesehatan. Sumber Daya Manusia
Kesehatan dalam pemerataannya masih belum merata, bahkan ada
beberapa puskesmas yang belum ada dokter, terutama di daerah
terpencil. Bisa kita lihat, rasio tenaga kesehatan dengan jumlah
penduduk masih rendah. Produksi dokter setiap tahun sekitar 2.500
dokter baru, sedangkan rasio dokter terhadap jumlah penduduk 1:5000.
Produksi perawat setiap tahun sekitar 40.000 perawat baru, dengan
rasio terhadap jumlah penduduk 1:2.850. Sedangkan produksi bidan
setiap tahun sekitar 600 bidan baru, dengan rasio terhadap jumlah
penduduk 1:2.600. Namun daya serap tenaga kesehatan oleh jaringan
pelayanan kesehatan masih terbatas. Hal ini bisa menjadi refleksi bagi
Pemerintah dan tenaga medis, agar terciptanya pemerataan tenaga
medis yang memadai.
d. Sumber daya Obat, Perbekalan Kesehatan, dan Makanan meliputi
:berbagai kegiatan untuk menjamin: aspek keamanan, kemanfaatan dan
mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang beredar;
ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat, terutama obat
esensial; perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan
penyalahgunaan obat; penggunaan obat yang rasional; serta upaya
kemandirian di bidang kefarmasian melalui pemanfaatan sumber daya
dalam negeri. Industri farmasi di Indonesia saat ini cukup berkembang
seiring waktu. Hanya dalam hal ini pengawasan dalam produk dan obat
yang ada. Perlunya ada tindakan yang tegas, ketat dalam hal ini.
e. Pemberdayaan Masyarakat : Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi
optimal apabila ditunjang oleh pemberdayaan masyarakat. Ini penting,
agar masyarakat termasuk swasta dapat mampu dan mau berperan
sebagai pelaku pembangunan kesehatan. Keberhasilan pembangunan
kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari partisipasi aktif masyarakat.
Sayangnya pemberdayaan masyarakat dalam arti mengembangkan
kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat dalam mengemukakan
pendapat dan mengambil keputusan tentang kesehatan masih
dilaksanakan secara terbatas. Kecuali itu lingkup pemberdayaan
masyarakat masih dalam bentuk mobilisasi masyarakat. Sedangkan
pemberdayaan masyarakat dalam bentuk pelayanan, advokasi
kesehatan serta pengawasan sosial dalam program pembangunan
kesehatan belum banyak dilaksanakan.
f. Manajemen Kesehatan meliputi: kebijakan kesehatan, administrasi
kesehatan, hukum kesehatan, dan informasi kesehatan. Untuk
menggerakkan pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan
berdaya guna, diperlukan manajemen kesehatan.Manajemen kesehatan
sangatlah berpengaruh juga, karena dalam hal ini yang memanage
proses, tetapi keberhasilan manajemen kesehatan sangat ditentukan
antara lain oleh tersedianya data dan informasi kesehatan, dukungan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, dukungan hukum
kesehatan serta administrasi kesehatan. Jika tidak tersedianya hal ini
maka bisa jadi proses manajemen akan terhambat/ bahkan tidak
berjalan. Sebenarnya, jika kita menengok sebentar bagaimana proses
pemerintah bekerja, selalu berusaha dan berupaya yang terbaik, baik
juga tenaga medis. Hanya saja dalam prosesnya terdapat sebuah
kendala baik dalam SDM pribadi ataupun sebuah pemerintahan itu. Bisa
jadikan renungan bagaimana kita bisa membuat sebuah sistem yang
lebih baik dengan input-proses-dan output yang bisa menghasilkan
sebuah kebanggaan dan sebuah tujuan bersama.

Upaya Kesehatan dalam UU No 36 Tahun 2009 adalah :


1. Bab I pasal 1 ayat 11 – 15
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam
bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan
penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.
2. Bab VI pasal 47
Upaya Kesehatan mencakup upaya promotf, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan
berkesinambungan.

B. PENGERTIAN PELAYANAN KESEHATAN


Pengertian pelayanan kesehatan menurut para ahli dan institusi
kesehatan adalah :
1. Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo
Pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang
tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif
(peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.
2. Menurut Azwar (1996)
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri
atau secara bersama-sama dalamn suatu organisasi untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan perseorangan, keluarga kelompok, dan ataupun
masyarakat.
3. Menurut Depkes RI (2009)
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri
atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan
ataupun masyarakat.
4. Menurut Levey dan Loomba (1973)
Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri/secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah, dan mencembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, atau
masyarakat.
Jadi pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang
tujuan utamanya adalah promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan),
preventif (pencegahan),kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan)
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat, lingkungan.
Yang dimaksud sub sistem disini adalah sub sistem dalam pelayanan
kesehatan yaitu input, proses, output, dampak, umpan balik.
1. Input adalah sub elemen – sub elemen yang diperlukan sebagai masukan
untuk berfungsinya sistem.
2. Proses adalah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan
sehingga mengasilkan sesuatu (keluaran) yang direncanakan.
3. Output adalah hal-hal yang dihasilkan oleh proses.
4. Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa
waktu lamanya.
5. Umpan balik adalah hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan
untuk sistem tersebut.
6. Lingkungan adalah dunia diluar sistem yang mempengaruhi sistem
tersebut.

Contoh : Di dalam pelayanan kesehatan Puskesmas.


1. Input adalah : Dokter, perawat, obat-obatan,
2. Prosesnya : Kegiatan pelayanan puskesmas,
3. Outputnya : Pasien sembuh/tidak sembuh,
4. Dampaknya : Meningkatnya status kesehatan masyarakat,
5. Umpan baliknya : Keluhan-keluhan pasien terhadaf pelayanan,
6. Lingkungannya : Masyarakat dan instansi-instansi diluar puskemas.
Tujuan Pelayanan Kesehatan :
1. Promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan), hal ini diperlukan
misalnya dalam peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan.
2. Preventif (pencegahan terhadap orang yang berisiko terhadap penyakit),
terdiri dari :
a. Preventif primer.
Terdiri dari program pendidikan, seperti imunisasi,penyediaan nutrisi
yang baik, dan kesegaran fisik.
b. Preventif sekunder.
Terdiri dari pengobatan penyakit pada tahap dini untuk membatasi
kecacatan dengan cara mengindari akibat yang timbul dari
perkembangan penyakit tersebut.
c. Preventif tersier.
Pembuatan diagnosa ditunjukan untuk melaksanakan tindakan
rehabilitasi, pembuatan diagnosa dan pengobatan.
3. Kuratif (penyembuhan penyakit).
4. Rehabilitasi (pemulihan), usaha pemulihan seseorang untuk mencapai
fungsi normal atau mendekati normal setelah mengalami sakit fisik atau
mental, cedera atau penyalahgunaan.

C. BENTUK DAN JENIS PELAYANAN KESEHATAN


Bentuk pelayanan kesehatan adalah :
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer)
Pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat dasar
dan dilakukan bersama masyarakat dan dimotori oleh :
a. Dokter Umum (Tenaga Medis)
b. Perawat Mantri (Tenaga Paramedis)
Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan
kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang paling depan,
yang pertama kali diperlukan masyarakat pada saat mereka mengalami
gangguan kesehatan atau kecelakaan. Primary health care pada
pokoknya ditunjukan kepada masyarakat yang sebagian besarnya
bermukim di pedesaan, serta masyarakat yang berpenghasilan rendah di
perkotaan. Pelayanan kesehatan ini sifatnya berobat jalan (Ambulatory
Services). Diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan
masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau
promosi kesehatan.
Contohnya : Puskesmas, Puskesmas keliling, klinik.

2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (sekunder)


Pelayanan kesehatan sekunder adalah pelayanan yang lebih bersifat
spesialis dan bahkan kadang kala pelayanan subspesialis, tetapi masih
terbatas. Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier (secondary and
tertiary health care), adalah rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan
perawatan lebih lanjut (rujukan). Di Indonesia terdapat berbagai tingkat
rumah sakit, mulai dari rumah sakit tipe D sampai dengan rumah sakit
kelas A.
Pelayanan kesehatan dilakukan oleh:
a. Dokter Spesialis
b. Dokter Subspesialis terbatas
Pelayanan kesehatan ini sifatnya pelayanan jalan atau pelayanan
rawat (inpantient services).Diperlukan untuk kelompok masyarakat yang
memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh
pelayanan kesehatan primer.
Contoh : Rumah Sakit tipe C dan Rumah Sakit tipe D.

3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tersier)


Pelayanan kesehatan tersier adalah pelayanan yang lebih
mengutamakan pelayanan subspesialis serta subspesialis luas.
Pelayanan kesehatan dilakukan oleh:
a. Dokter Subspesialis
b. Dokter Subspesialis Luas
Pelayanan kesehatan ini sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan
atau pelayanan rawat inap (rehabilitasi). Diperlukan untuk kelompok
masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh
pelayanan kesehatan sekunder.
Contohnya : Rumah Sakit tipe A dan Rumah sakit tipe B.
Menurut pendapat Hodgetts dan Casio, jenis pelayanan
kesehatan secara umum dapat dibedakan atas dua, yaitu : (Satrianegara,
2009)

1. Pelayanan kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam
kelompok pelayanan kedokteran (medical services) ditandai dengan cara
pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau secara
bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan utamanya untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya
terutama untuk perseorangan dan keluarga.

2. Pelayanan kesehatan masyarakat


Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok
kesehatan masyarakat (public health service) ditandai dengan cara
pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam suatu
organisasi. Tujuan utamanya untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya
untuk kelompok dan masyarakat.
Tabel 1. Perbedaan Pelayanan Kedokteran dengan Pelayanan
Kesehatan Masyarakat :
No. Pelayanan Kedokteran Pelayanan Kesehatan Masyarakat
1. Tenaga pelaksaannya adalah Tenaga pelaksanaanya terutama
tenaga para dokter ahli kesehatan masyarakat
2. Perhatian utamanya adalah Perhatian utamanya pada
penyembuhan penyakit pencegahan penyakit
3. Sasaran utamanya adalah Sasaran utamanya adalah
perseorangan atau keluarga masyarakat secara keseluruhan
4. Kurang memperhatikan Selalu berupaya mencari cara yang
efisiensi efisien
5. Tidak boleh menarik perhatian Dapat menarik perhatian
karena bertentangan dengan masyarakat
etika kedokteran
6. Menjalankan fungsi Menjalankan fungsi dengan
perseorangan dan terikat mengorganisir masyarakat dan
undang-undang mendapat dukungan undang-
undang
7. Penghasilan diperoleh dari Pengasilan berupa gaji dari
imbal jasa pemerintah
8. Bertanggung jawab hanya Bertanggung jawab kepada seluruh
kepada penderita masyarakat
9. Tidak dapat memonopoli Dapat memonopoli upaya kesehatan
upaya kesehatan dan bahkan
mendapat saingan
10. Masalah administrasi sangat Mengadapi berbagai persoalan
sederhana kepemimpinan

Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan


pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah
upaya meningkatkan kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan
yang preventif mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar
dari penyakit.
Sebab itu pelayanan kesehatan masyarakat itu tidak hanya tertuju pada
pengobatan individu yang sedang sakit saja, tetapi yang lebih penting adalah
upaya-upaya pencegahan (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif).
Sehingga, bentuk pelayanan kesehatan bukan hanya puskesmas atau
balkesma saja, tetapi juga bentuk-bentuk kegiatan lain, baik yang langsung
kepada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, maupun yang
secara tidak langsung berpengaruh kepada peningkatan kesehatan.

Upaya kesehatan terbagi menjadi 2 yaitu :


a. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
UKM adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan
atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah & menanggulangi timbulnya masalah
kesehatan di masyarakat.
Jenjang : UKM Strata I, II & III.

b. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)


UKP adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan
atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah & menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan.
Jenjang : UKP Strata I, II & III.
1) Jenjang UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat)
JENJANG UKM
Strata I (Dasar) Ujung tombaknya adalah Puskesmas yang
Mendayagunakan IPTEK kesehatan didukung secara lintas sektoral dan
dasar kepada masyarakat. didirikan sekurang-kurangnya satu di
setiap kecamatan
Strata II (Lanjutan) Penanggung jawab adalah Dinas
mendayagunakan IPTEK kesehatan Kesehatan Kabupaten/Kota yang didukung
spesialistik yang ditujukan kepada secara lintas sektoral.
masyarakat
Strata III (Unggulan) Penanggung jawab adalah Dinas
Mendayagunakan IPTEK Kesehatan Kesehatan Provinsi dan Departemen
subspesialistik kepada masyarakat. Kesehatan yang didukung secara lintas
sektoral.

2) Jenjang UKP (Upaya Kesehatan Perorangan)


Jenjang UKP

Strata I (Dasar) Praktik bidan, praktik perawat, praktik


Mendayagunakan IPTEK kesehatan dokter,praktik dokter gigi, poliklinik, balai
dasar kepada perorangan. pengobatan, praktik dokter/klinik 24 jam,
praktik bersama dan rumah bersalin.
Termasuk Puskesmas
Strata II (Lanjutan) Praktik dokter spesialis, praktik dokter gigi
Mendayagunakan IPTEK kesehatan spesialis, klinik spesialis, balai pengobatan
spesialistik kepada perorangan. penyakit paru-paru (BP4), balai kesehatan
mata masyarakat (BKMM), balai kesehatan
jiwa masyarakat (BKJM), rumah sakit kelas
C dan B non pendidikan
Strata III (Unggulan) praktik dokter spesialis konsultan, praktik
Mendayagunakan IPTEK kesehatan dokter gigi spesialis konsultan, klinik
subspesialistik kepada perorangan. spesialis konsultan, rumah sakit kelas B
pendidikan dan kelas A

D. SYARAT POKOK PELAYANAN KESEHATAN


Syarat-syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah :
(Satrianegara, 2009)
1. Tersedia dan berkesinambungan
Pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia dimasyarakat serta
bersifat berkesinambungan artinya semua pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan.
2. Dapat diterima dan wajar
Artinya pelayanan kesehatan tidak bertentangan dengan keyakinan
dan kepercayaan masyarakat.
3. Mudah dicapai
Dipandang sudut lokasi untuk dapat mewujudkan pelayanan
kesehatan yang baik pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi
sangat penting.
4. Mudah dijangkau
Dari sudut biaya untuk mewujudkan keadaan yang harus dapat
diupayakan biaya pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuan
ekonomi masyarakat.
5. Bermutu
Menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa
pelayanan dan dipihak lain tata cara penyelenggaraanya sesuai dengan
kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

Pelayanan kesehatan menyeluruh dan terpadu menurut Somers adalah:


1. Pelayanan kesehatan yang memadukan berbagai upaya kesehatan
yakni peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan
penyembuhan penyakit serta pemulihan.
2. Pelayanan kesehatan yang tidak hanya memperhatikan keluhan
penderita,tapi juga latar belakang ekonomi,sosial,budaya,psikologi dan
lainnya.

E. STRATIFIKASI PELAYANAN KESEHATAN


Stratifikasi pelayanan kesehatan merupakan pengelompokan pemberian
pelayanan kesehatan berdasarkan tingkat kebutuhan subjek layanan
kesehatan.
Stratifikasi pelayanan kesehatan yang dianut oleh tiap negara tidaklah
sama. Namun secara umum stratifikasi pelayanan kesehatan dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit
ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan
mereka (promosi kesehatan). Yang dimaksud pelayanan kesehatan
tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan yang bersifat pokok (basic
health services), yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar
masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Pada umumnya pelayanan kesehatan tingkat
pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan (ambulatory/ out patient
services). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah Puskesmas,
Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan Balkesmas.
2. Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua
Yang dimaksud pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan
kesehatan yang lebih lanjut yang diperlukan oleh kelompok masyarakat
yang memerlukan rawat inap (in patient services) yang sudah tidak dapat
ditangani oleh pelayanan kesehatan primer dan memerlukan tersedianya
tenaga-tenaga spesialis. Bentuk pelayanan ini misalnya Rumah Sakit tipe
C dan D.
3. Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah
pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh kelompok masyarakat atau
pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan
sekunder, bersifat lebih komplek dan umumnya diselenggarakan oleh
tenaga-tenaga superspesialis. Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah
Rumah Sakit tipe A dan B (Azwar, 1996).

F. JENJANG PELAYANAN KESEHATAN


Berdasarkan tingkat pelayanan kesehatan maka jenjang pelayanan
kesehatan dibedakan atas lima, yaitu :
1. Tingkat rumah tangga
Pelayanan kesehatan oleh individu atau oleh keluarga sendiri.
2. Tingkat masyarakat
Kegiatan swadaya masyarakat dalam menolong mereka sendiri,
misalnya: posyandu, polindes, POD, saka bakti husada, dan lain-lain.
3. Fasilitas pelayanan tingkat pertama
Upaya kesehatan tingkat pertama yang dilakukan oleh puskesmas dan
unit fungsional dibawahnya, praktek dokter swasta, bidan swasta, dokter
keluarga dan lain-lain.
4. Fasilitas pelayanan tingkat kedua
Upaya kesehatan tingkat kedua (rujukan spesial) oleh balai: balai
pengobatan penyakit paru (BP4), balai kesehatan mata masyarakat
(BKMM), balai kesehatan kerja masyarakat (BKKM), balai kesehatan olah
raga masyarakat (BKOM), sentra pengembangan dan penerapan
pengobatan tradisional (SP3T), rumah sakit kabupaten atau kota, rumah
sakit swasta, klinik swasta, dinas kesehatan kabupaten atau kota, dan
lain-lain.
5. Fasilitas pelayanan tingkat ketiga
Upaya kesehatan tingkat ketiga (rujukan spesialis lanjutan atau konsultan)
oleh rumah sakit provinsi atau pusat atau pendidikan, dinas kesehatan
provinsi dan departemen kesehatan.

G. UPAYA PELAYANAN RUJUKAN


Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang
melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik,
terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal
dalam arti dari unit yang terkecil atau berkemampuan kurang kepada unit
yang lebih mampu atau secara horisontal atau secara horizontal dalam arti
antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.
Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan
dalam Sistem kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan.
Untuk mendapatkan mutu pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna
(efektif) dan berdaya guna (efesien), perlu adanya jenjang pembagian tugas
diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan sistem rujukan.
Dalam pengertiannya, sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu tatanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab
secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah
kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal, kepada yang
berwenang dan dilakukan secara rasional.
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari :
1. Rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit
pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas
(puskesmas pembantu) ke puskesmas induk.
2. Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam
jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat
jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke
rumah sakit umum daerah).

Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari :


1. Rujukan medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk
pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi,
diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah.
2. Rujukan kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan
dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan
pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi
ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan
masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas.

Rujukan secara konseptual terdiri atas :


1. Rujukan upaya kesehatan perorangan yang pada dasarnya menyangkut
masalah medik perorangan yang antara lain meliputi :

a. Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan


operasional dan lain-lain.
b. Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium klinik
yang lebih lengkap.
c. Rujukan ilmu pengetahuan antara lain dengan mendatangkan atau
mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan
tindakan, memberi pelayanan, ahli pengetahuan dan teknologi
dalam meningkatkan kualitas pelayanan.
2. Rujukan upaya kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut
masalah kesehatan masyarakat yang meluas meliputi :
a. Rujukan sarana berupa antara lain bantuan laboratorium dan
teknologi kesehatan.
b. Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk
penyidikan sebab dan asal usul penyakit atau kejadian luar biasa
suatu penyakit serta penanggulangannya pada bencana alam,
gangguan kamtibmas, dan lain-lain.
c. Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan
pada saat terjadi bencana, pemeriksaan bahan (spesimen) bila terjadi
keracunan masal, pemeriksaan air minum penduduk, dan
sebagainya.

Jalur rujukan terdiri dari dua jalur, yakni :


1. Rujukan upaya kesehatan perorangan
a. Antara masyarakat dengan puskesmas
b. Antara puskesmas pembantu atau bidan di desa dengan puskesmas
c. Intern petugas puskesmas atau puskesmas rawat inap
d. Antar puskesmas atau puskesmas dengan rumah sakit atau fasilitas
pelayanan lainnya.
2. Rujukan upaya kesehatan masyarakat.
a. Dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten atau kota
b. Dari puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik
intrasektoral
maupun lintas sektoral
c. Bila rujukan ditingkat kabupaten atau kota masih belum mampu
mananggulangi, bisa diteruskan ke provinsi atau pusat (Trihono,
2005).
BAB III
KESIMPULAN

1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan


pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia
dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945.
2. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu sub system dalam SKN
(Sistem Kesehatan Nasional).
3. Pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan
utamanya adalah promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan), preventif
(pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan) kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat, lingkungan.
4. Jenis pelayanan kesehatan adalah pelayanan kedokteran dan pelayanan
kesehatan masyarakat.
5. Syarat pokok pelayanan kesehatan adalah tersedia dan berkesinambungan,
dapat diterima dan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau dan bermutu.
6. Stratifikasi pelayanan kesehatan adalah :
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama.
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua.
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
7. Jenjang pelayanan kesehatan adalah :
a. Tingkat rumah tangga.
b. Tingkat masyarakat.
c. Fasilitas pelayanan tingkat pertama.
d. Fasilitas pelayanan tingkat kedua.
e. Fasilitas pelayanan tingkat ketiga.
8. Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang
melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik,
terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam
arti dari unit yang terkecil atau berkemampuan kurang kepada unit yang lebih
mampu atau secara horisontal atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit
yang setingkat kemampuannya.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Azwar, Azrul. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan : aplikasi prinsip lingkaran


pemecahan masalah. Pustaka sinar harapan. Jakarta. 1995.

Depkes RI. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta. 2009.

http://www.kebijakankesehatanindonesia.net/component/content/article/597.
memahami-sistem-kesehatan.html

Notoatmodjo, soekidjo. Sosiologi untuk kesehatan. Salemba Medika, Jakarta. 2008.

Satrianegara, M. Fais. Buku Ajar Organisasi Dan Manajemen Pelayanan Kesehatan


Serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. 2009.

You might also like