Professional Documents
Culture Documents
Klasifikasi batuan
Menurut para ahli geologi berdasarkan pada sumber atau asal (origin) batuan secara umum
Batuan beku
Batuan beku terbentuk dari pembekuan magma atau lava, yang mengalami proses pendinginan
dan membentuk Kristal secara perlahan-lahan. Batuan beku dapat ditemukan sebagai batuan
Batuan sedimen
Batuan sedimen terbentuk dari proses pengendapan material-material hasil pelapukan yang
tersusun secara berlapis menurut urutan waktu pengendapan. Batuan sedimen di bagi menjadi
Batuan metamorf
Batuan metamorf merupakan hasil dari suatu proses rekristalisasi yang terjadi pada temperatur
dan tekanan yang tinggi. Sifat-sifat dari batuan yang dihasilkan tergantung pada batuan yang
terkena metamorphose dan seberapa jauh deformasi yang berhubungan dengan prosesnya.
a) Kekerasan
Kekerasan adalah tahanan dari suatu bidang permukaan halus terhadap abrasi.Kekerasan dipakai
untuk mengukur sifat-sifat teknis dan material batuan dan dapat diklasifikasikan dalam beberapa
cara. Kekerasan batuan dapatjuga di pakai untuk menyatakan besarnya tegangan yang diperlukan
untuk menyebabkan kerusakan pada batuan. ”Moh’s test” digunakan untuk menentukan nomor
uruta macam-macam mineral, yang menyatakan kekerasan relative suatu mineral terhadap
mineral lain. Dalam skala Mohs, suatu mineral akan dapat menggores semua mineral yang
Kuat tekan
Klasifikasi Skala Mohs
batuan (MPa)
Sangat keras +7 +200
Keras 6-7 120 - 200
Lunak 2-3 10 - 30
Sangat normal 1-2 -10
b) Abrasiveness
Abrasivennes adalah suatu parameter yang mempengaruhi keausan (umur) mata bor atau batang
bor. Abrasiveness tergantung pada komposisi batuan tersebut, kandungan kuarsa dalam batuan
biasanya dianggap sebagai petunjuk yang dapat dipercaya untuk mengukur kehausan batang bor.
c) Tekstur
Tekstur menunjukkan butiran dari batuan dan dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat
porositas, density, dan ukuran butir, tekstur juga mempengaruhi kecepatan pemboran.
d) Struktur batuan
Struktur batuan seperti patahan, rekahan bidang pelapis, jenis batuan, dip, strike, semuanya
mempengaruhi kekuatan struktur batuan. Struktur batuan akan berpengaruh terhadap kelurusan
e) Breaking Characteristic
Breaking characteristic merupakan ukuran relative untuk menentukan tahanan batuan terhadap
penghancuran. Setiap jenis batuan mepunyai sifat khusus dan derajat kerusakan yang
f) Rock Drillability
Rock Drillabiliti adalah kecepatan penetrasi ( penembusan ) mata bor kedalam batuan. Rock
drillabiliti merupakan fungsi dari beberapa sifat batuan seperti : komposisi mineral, tekstur
Pekerjaan pemboran dilakukan untuk beberapa tujuan antara lain pemboran untuk lubang
ledak, pemboran air dan pemboran inti (coring). Pemboran untuk lubang ledak dan pemboran
inti dapat dilaksanakan di tambang terbuka dan tambang bawah tanah. Adapun jenis-jenis alat
bor yang digunakan banyak ragamnya, yaitu tumbuk (percussing), putar (rotary) dan kombinasi
Dalam suatu operasi peledakan batuan, kegiatan pemboran merupakan pertama kali yang
dilakukan dengan tujuan untuk membuat sebuah lubang ledak dengan geometri dan pola yang
sudah tertentu pada masa batuan, yang selanjutnya akan diisi dengan bahan peledak yang akan
diledakan.
Peledakan itu sendiri bertujuan untuk membongkar batuan atau material yang keras
operasi penggalian yang dilakukan Excavator, karna tujuan dari peledakan itu sendiri membuat
fragmentasi sehinga dapat menghasilkan rekahan pada batuan, yang dapat memudahkan dalam
Kinerja suatu mesin bor dipengaruhi oleh faktor-faktor sifat batuan yang di bor, rock
drillability, geometri pemboran, umur dan kondisi mesin bor, dan ketrampilan operator .
1. Sifat batuan
Sifat batuan yang berpengaruh pada penetrasi dan sebagai konsekuensi pada pemilihan
metode pemboran.
a. Kekerasan
Kekerasan adalah tahanan dari suatu bidang permukaan halus terhadap abrasi. Kekerasan
dipakai untuk mengukur sifat–sifat teknis dari material batuan dan juga dipakai untuk
menyatakan berapa besarnya tegangan yang diperlukan untuk menyebabkan kerusakan pada
batuan. Kekerasan merupakan suatu fungsi dari kekerasan, Komposisi butiran mineral, serta
merupakan hal yang utama harus diketahui, karna setelah mata bor menetrasi batuan, maka akan
b. Kekuatan ( Strength )
Pada prinsipnya kekuatan batuan tergantung pada komposisi mineral. Diantara mineral–
mineral yang terkandung di dalam batuan, kwarsa yang terkompak atau terkuat tekan mencapai
lebih 5,00 MPa, sehingga semakain tinggi kandungan kwarsa, akan memberikan kekuatan yang
menigkat.
c. Elastisitas
Sifat elatisiatas dinyatakan dengan modulus elatisitas atau modulus Young ( E ), dan nisbah
poisson (u) modulus elatisitas merupakan faktor kesebandingan antara tegangan normal dengan
regangan relatif, sedangkan nisbah poisson merupakan kesebandingan regangan lateral dan
reganagn aksial. Modulus elastisitas sangat tergantung pada komposisi mineralnya, porositas,
jenis perpindahan dan besarnya beban yang diterapkan. Nilai modulus elastisitas untuk batuan
yang sangat rendah, hal ini disebapkan komposisi mineral dengan tekturnya, seperti modulus
elastisitas pada arah yang sejajar bidang perlapisan selalu lebih besar dibandingkan dengan arah
tegak lurus.
d. Plastisitas
Plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang menyebabkan deformasi tetap setelah
tegangan dikembalikan kondisi awal, dimana batuan tersebut belum hancur. Sifat plastis
tergantung pada komposisi mineral penyusun batuan dan diperbaharui oleh adanya pertambahan
Abrasitas adalah sifat batuan yang menggores permukaan material lain, ini merupakan
suatu parameter yang mempengaruhi kehausan (umur) mata bor dan batang bor. Kandungan
kwarsa dari batuan biasanya petunjuk yang dipercaya untuk mengukur kehausan mata bor.
a) Kekerasan butir batuan, batuan dengan keberadaan butiran kwarsa mempunyai tingkat abrasi
yang tinggi.
b) Bentuk butir, bila bertuk butir tersebut tidak teratur atau lebih abrasive disbanding dengan
bentuk bulat.
c) Ukuran butir.
d) Porosita batuan.
e) Ketidaksamaan, batuan poli mineral sekalipun mempunyai kekerasan sama akan abrasive karena
f. Tekstur
sehingga dapat di klafikasikan berdasarkan sifat-sifat, ikatan antar butir, bobot isi, dan ukuran
butir. Tekstur juga mempengaruri pemboran. Jika butiran berbentuk lembaran, pemboran akan
lebih sulit di banding dengan permukaan bulat seperti batu pasir. Sedangkan batuan mempunyai
g. Struktur geologi
Struktur geologi seperti patahan, rekahan, kekar, bidang perlapisan berpengaruh kepada
seperti di batu gamping sering mempersulit kinerja pemboran, karena batang bor dapat terjepit.
h. Karakteristik pecahan
Karakteristik pecahan dapat seperti tingkah laku apabila batu di kenai palu. Masing–masing
tipe batuan mempunyai karakteristik pembongkaran yang benareka ragam dan derajat
2. Rock Drillability
Drilabilitas batuan adalah temperatur mudah tidaknya mata bor melakukan penetrasi ke
dalam batuan. Drilabilitas batuan merupakan fungsi dari sifat batuan seperti komposisi mineral,
Umur dan kondisi mesin bor sangat berpengaruh, karena semakin lama umur alat bor maka
4. Ketrampilan Operator
Keterampilan operator tergantung pada individu masing-masing yang dapat diperoleh dari
5. Geometri pemboran
Geometri pemboran meliputi diameter lubang ledak, kedalaman lubang ledak, kemiringan
Pemilihan diameter lubang ledak secara tepat pada suatu rancanagan peledakan
memerlukan dua bagian pernilaian. Bagian pertama yaitu mempertimbangkan dari efek lubang
ledak terhadap fragmentasi, suara ledakan, batu terbang dan getaran tanah, sedangkan yang
kedua adalah mempertimbangkan faktor ekonominya. Diamaeter lubang ledak berpengaruh pada
penutupan burden dan jumlah bahan peledak yang dipakai pada setiap lubang ledak.
Kemiringan lubang ledak secara teoritis ada dua, yaitu lubang ledak tegak dan lubang ledak
miring. Rancangan peledakan yang menerapkan lubang ledak tegak, maka gelombang tekan
yang dipantulkan oleh bidang, sehingga kehilangan gelombang tekan akan cukup besar pada
lantai jenjang bagian bawah, hal ini dapat menyebabkan timbulnya tonjolan pada lantai jenjang.
Sedangkan pada lobang ledak miring akan membentuk bidang bebas lebih luas, sehingga
mempermudah proses pecahnya batuan dan kehilangan gelombang tekan pada lantai jenjang
B = burden
L = kedalaman kolom lubang ledak
S = spacing
T = penyumbat (stemming)
H = tinggi jenjang
PC = isian utama (primary charge atau powder column)
J =subdrilling
Keuntungan dan kerugian dari penggunaan kedua sistem tersebut sebagai berikut :
(1). Fragmentasi dari hasil tumpukan peledakan yang dihasilkan lebih baik, karena ukuran burden
(2). Dinding jenjang dan lantai jenjang yang dihasilkan relatif rata.
(1). Pada pemboran lubang ledak dalam, sudut devisiasi yang dibentuk semakin besar.
(3). Kesulitan dalam penempatan sudut kemiringan yang sama antara lubang ledak, serta dibutuhkan
banyak ketelitian dalam pembuatan lubang ledak, sehingga membutuhkan pengawasan yang
ketat.
(2). Untuk tinggi jenjang sama lubang ledak akan lebih pendek jika dibanding dengan lubang ledak
miring.
(2). Kemungkinan timbulnya retakan kebelakang jenjang (back break) dan getaran tanah lebih besar.
Pola Pemboran
Pola pemboran merupaka salah satu tahapan yang penting dalam pelaksanaan oprasi
peledakan. Penerapan pola pemboran tertentu akan mempengaruhi jumlah batuan yang akan
diperoleh per meter pemboran. Secara garis besar pola pemboran yang pakai pada kegiatan
pemboran adalah :
Pola pemboran sejajar adalah pola penempatan lubang–lubang ledak yang sejajar pada
setiap kolomnya. Pada pola bujur sangkar ukuran spasi dan burden mempunyai ukuran yang
sama panjang. Pola peledakan yang tepat untuk pola ini adalah pola peledakan V delay atau
system penyalaan beruntun. Sedangkan pola pemboran empat persegi pajang dimana ukuran
spasi dalam satu baris lebih besar dari jarak burden yang membentuk pola persegi panjang
Pada pola persegi panjang daerah yang tidak terkena pengaruh ledakan cukup besar
sehingga hasil fragmentasinya kurang baik. Biasanya pola peledakan persegi panjang di
kombinasikan dengan pola peleakan baris demi baris ( delay row by row ).
selang-seling pada setiap kolomnya. Pola ini lebih dikenal pola pemboran zig-zag, pola ini pada
a) Lebih mudah dalam menentukan titik yang akan dibor, karena ukuran spasi dan burdennya sama
b) Pengaturan waktu tunda peledakan pada pola Bujur sangkar adalah V delay, sehingga hasil
a) Dapat memberikan keseimbangan tekanan yang baik sehingga batuan yang tidak terkena
b) Delay yang digunakan tidak terlalu banyak karena dalam satu baris atau row lubang ledak diberi
b) Secara teoritis, semakin banyak lubang ledak semakin banyak pula nomor delay.
a) Kesulitan dalam penempatan titik bor, karena titik bor yang dibuat tidak sejajar dengan baris
yang berlainan.
b) Hasil peledakan akan menyebar karena peledakanya serentak pada garis yang sama tapi pada
Dalam merencanakan pola pemboran yang akan digunakan dilapangan, ada beberapa
faktor yang harus dipertimbangkan, antara lain kondisi lapangan yang akan di ledakan, jenis
detonator yang akan dipakai antara lain menyangkut panjang dari detonator itu sendiri dan
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan pada jenis batuan kompak, menunjukkan bahwa
fragmentasi hasil peledakan menggunakan pola selang–seling lebih baik dari pada pola sejajar,
hal ini disebabkan energi yang dihasilkan pada pemboran selang-seling jauh lebih optimal dalm
. Burden
Burden merupakan jarak tegak lurus antara lubang tembak terhadap bidang bebas yang
paling dekat, burden merupakan dimensi yang terpenting didalam peledakan, karena burden
digunakan untuk menentukan geometri peledakan yang lainnya. Dalam menentukan burden ada
b) Besarnya burden tergantung dari karakteristik batuan, karakteristik bahan peledakan dan
parameter lainnya.
Spacing
Spasing adalah jarak antar lubang tembak dalam satu baris dan di ukur sejajar terhadap
dinding teras (jenjang), hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentapan spacing adalah :
c. Besarnya burden.
d. Delay interval.
Berdasarkan cara urutan peledakannya, pedoman penentuan spacing adalah sebagai berikut
b. Spacing = 1B, untuk peledakan berurutan dalam satu baris dengan selang waktu yang
c. Spacing = 1-2B, bila lubang–lubang dalam satu baris di ledakan secara beruntun dengan selang
d. Spacing = 1,2-1,8 B, untuk peledakan pada batuan yang terdapat “ joint ”yang letaknya tidak
f. Spacing = 1,2 -1,4 B, untuk peledakan beruntun dalam satu garis yang sama.
Subdrilling
Subdrilling adalah kelebihan panjang lubang tembak yang terdapat di bawah lantai teras
(jenjang) yang mempunyai panjang lebih kurang 0,3 B, tujuan pembuatan subdrilling adalah
untuk mendapatkan permukaan lantai teras yang baik dan tidak terjadi tonjolan ( toe ) pada
permukaan lantai tersebut setelah peledakan, sehingga kegiatan tidak mengganggu aktivitas
selanjutnya.
Pada kegiatan pemboran ada dua macam arah lobang ledak yaitu arah tegak lurus dan arah
Bila suatu jenjang dibor dengan arah lobang bor tegak lurus, maka pada ketinggian yang
sama dengan arah lobang ledak miring, mempunyai kedalaman lobang ledak yang kecil,
sehingga waktu yang digunakan untuk melakukan pemboran juga menjadi lebih singkat. Hal ini
berpengaruh terhadap waktu edar alat bor maka waktu total untuk membuat suatu lobang ledak
Sebaliknya bila suatu jenjang dibor dengan arah lobang ledak dibuat miring, maka pada
ketinggian jenjang yang sama dengan arah lobang ledak yang tegak lurus akan mempunyai
kedalaman lobang ledak yang lebih besar, sehingga waktu yang digunakan untuk pemboran
menentukan besarnya kemiringan batang bor agar sesuai dengan kemiringan lobang ledak yang
6. Merencanakan Pemboran
berikut :
1) Pembersihan atau meratakan areal, yang mana bertujuan untuk mempermudah pergerakan mesin
2) Pemasangan tanda kerja pada seam yang akan dikerjakan, berupa plang nama yang bertujuan
3) Pengukuran dan penandaan titik pemboran yang mana dilakukan oleh helper atau orang yang
membantu dalam kelancaran kegiatan pemboran, pengukuran pertama kali dari bidang bebas
atau Free.
Produktivitas mesin bor untuk menyediakan lubang ledak menyatakan berapa volume atau
berat batuan yang dapat dicakup oleh lubang ledak dalam waktu tertentu, sehingga produktivitas
mesin bor dinyatakan dalam volume atau berat persatuan waktu (m3 /jam, ton/jam). Ini dengan
anggapan bahwa seluruh volume cakupan lubang ledak itu akan terbongkar ketika diledakkan.
Produktivitas mesin bor ini sangat dipengaruhi oleh geometri dan pola pemboran, kecepatan
meliputi:
a) Diameter ()
b) Burden (B)
e) Kemiringan ()
2) Kecepatan pemboran
Kecepatan pemboran dipengaruhi oleh banyak faktor seperti : geologi, sifat fisik batuan,
penyebaran tegangan dan struktur internal, ada tiga prosedur yang dapat dipakai untuk
a. Pengujian di laboratorium.
adapun persiapan yang dilakukan untuk pengamatan siklus pemboran adalah sebagai
berikut:
1. Buatlah kesepakatan dengan Supervisor, juru ledak, dan juru bor bahwa saudara akan
3. Catat spesifikasi dan kondisi mesin bor, jenis dan diameter mata bor, dan pajang batang bor.
4. Catalah geometri, jumlah dan pola pengeboran yang akan dilakasanakan pada hari itu.
1) Waktu untuk mengambil posisi mesin bor ke titik pemboran (positioning time, Pt ).
3) Waktu untuk meniup cutting, mengangkat, melepas dan menyambung batang bor ( stoping time,
St).
4) Waktu untuk mengatasi hambatan (pindah track dan menegakan jack/kaki hidraulik ) ( delay
time, Dt).
5) Cycle time
7) Buatlah sketsa pola pengeboran yang dihasilkan ( kemudian bandingkan dengan rencana pola
Tabel 6 : Contoh tabel pola hasil pemboran dan sketsa pola pemboran
n n
Volume batuan yang akan diledakan tergantung pada burden, spasi, tinggi jenjang dan
jumlah lubang ledak yang tersedia (n). Prinsip volume yang akan diledakan adalah perkalian
burden (B), spasi (S) dan tinggi jenjang atau kedalaman lubang bor (H) yang hasilnya berupa
balok, maka volume batuan yang akan diledakan dapat dicari dengan rumus :
a) Volume peledakan perlubang = B × S × H (panduan kursus juru ledak, 2009:31)
Waktu siklus pemboran adalah waktu yang dibutuhkan mesin bor untuk menyelesaikan
Ct = Pt + Bt + St + Dt
Ctr =
Kedalaman lubang bor rata-rata
Hr =
n = Jumlah Pengamatan
Drr =
Keterangan :
Efisiensi kerja pemboran dinyatakan persen waktu produktif terhadap waktu kerja yang
terjadwal. Waktu produktif adalah waktu yang digunakan untuk kerja pemboran. Jadi efisiensi
Keterangan :
Volume setara (equivalent volume, veq) menyatakan volume batuan yang diharapkan
terbongkar untuk setiap meter kedalaman lobang ledak yang dinyatakan dalam m3 / m.
Veq =
Keterangan :
Produksi mesin bor tergantung kecepatan pemboran mesin bor, volume setara dan
penggunaan efektif mesin bor. Produksi mesin bor dinyatakan dalam m3 /jam. Maka persamaan
P = Drr x Veq x Ek x 60
Keterangan:
yang dihasilkan tersebut dapat menentukan efektifnya pekerjaan dalam kegiatan pemboran.
Keterangan :
CA : Depresiasi
Biaya Langsung :
Cm : Perawatan
Co : upah kerja
Depresiasi