You are on page 1of 13

BAB III

GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

3.1. Geologi
a) Fisiografi dan Geologi
Berdasarkan peta fisiografi daerah studi termasuk bagian dari
antiklinorium, Didalam pembagian zona merupakan sabuk komplek
perbukitan, Zona ini merupakan suatu antiklinorium dari trata Neogen
terlipat kuat dengan intrusi vulcanik dan sebagian besar lava flow.
Dari beberapa lokasi yang telah dilakukan penambangan
sebelumnya tersebut diketahui lapisan top soil memiliki kedalaman ± 1 – 2
meter, lapisan batu andesit dapat ditemukan hingga kedalaman ± 25
meter dengan diselingi oleh lapisan tanah dari permukaan.
Secara geologi, daerah ini termasuk ke dalam satuan breksi dan
lahar dari Gunung Tangkuban perahu. Pengamatan di lapangan
menunjukkan bahwa bentuk endapan adalah berlapis dengan layer
berupa indikasi sequence pengendapan hasil aktivitas vulkanik Gunung
Tangkuban Perahu. Letusan Gunung Tangkuban Perahu mengalir dari
arah selatan ke utara yang selanjutnya menuju lokasi penambangan.
Selain menunjukkan umur pengendapan, sequences yang ada
menggambarkan adanya intrusi batuan beku dan tipe endapan adalah
endapan sedimenter.
Geologi daerah studi menurut Silitonga (1973) terdiri dari produk
gunung api hasil erupsi gunung Tangkubang Perahu dan Gunungapi
Sunda. Secara stratigrafi daerah studi terdiri dari Formasi Subang, terdiri
dari batulempung/serpih kehijauan, mengandung kongkresi dan sisispan
batupasir berumur Plistosen Bawah diatas diendakan Formasi Kaliwangu,
dicirikan dengan lempung berwarna hijau, mengandung fosil moluska dan
batupasir glukonitan, Formasi Cilanang terdiri lapisan-lapisan tufaan,
diselingi oleh batupasir tufaan dan konglomerat, diatas nya diendapkan

Studi Kelayakan – IUP Dadang Subagio III - 1


batupasir tufaan, Breksi lahar dan. Lava hasil gunungapi muda, yang
terletak dibagian tengah.
Endapan lapisan batuan tersebut berasal dari erupsi gunung api,
yang terendapan di daerah tersebut, secara keseluruhan dari wilayah
penelitian memiliki kondisi lapisan yang relatif homogen.
Berdasarkan stratigrafi / susunan batuan, di lokasi tersebut
berurutan mulai dari top soil, batuan beku (andesit/porselen), kemudian
lempung.

Studi Kelayakan – IUP Dadang Subagio III - 2


Gambar 3.1 Peta Geologi Daerah Penyelidikan

Studi Kelayakan – IUP Dadang Subagio III - 3


3.2. Hidrologi
Daerah penambangan seluas kurang lebih 7,5 Hektar bukan
merupakan hulu atau sumber air sungai . Krik-krik sungai hanya terilihat di
bagian timur di luar daerah cadangan andesit berupa mata air yang
ditampung penduduk sangat kecil.
Kondisi akifer di daerah ini diduga sangat dangkal, hal ini dilihat
dari keadaan morfologi dan stratigrafi dimana daerah ini mempunyai
ketinggian 10 – 400 meter, yang sebagian kecil terdiri dari tubuh intrusi
andesit dan lempung/tufa disekitarnya.
A. Pola Aliran Sungai
Pola pengaliran sungai (drainage pattern) adalah bentuk hubungan
antara anak-anak sungai dengan sungai induknya. Pola ini tergantung
pada beberapa faktor geologi seperti jenis batuan, kemiringan lereng,
struktur geologi (lipatan, rekahan, dan patahan), serta beberapa faktor
geologi lainnya. Howard (1969) telah memisahkan pola pengaliran sungai
dalam kaitannya dengan jenis batuan dan struktur geologi yang
berkembang pada suatu daerah (Gambar 3.1)

Tabel 3.1 Klasifikasi Satuan Geomorfologi (Van Zuidam, 1983)

Bentuk Kemiringan Lereng


Satuan Geomorfologi
Morfologi (%) ()
Datar 0–5 0–3 Pedataran
Landai 5 – 15 3–9 Perbukitan Landai
Agak Landai 15 – 30 9 – 17 Perbukitan Agak Landai
Agak Curam 30 – 50 17 – 27 Perbukitan Agak Curam
Curam 50 – 70 27 – 36 Perbukitan Curam
Perbukitan Curam
Sangat Curam > 70 36 – 90
(Pegunungan)

Studi Kelayakan – IUP Dadang Subagio III - 4


Gambar 3.2 Pola Aliran Sungai (Howard, 1969)

 Pola Aliran Dendritik


Pola aliran dendritik (mendaun) mempunyai bentuk umum seperti daun,
berkembang pada satuan batuan dengan kekerasan yang relatif sama,
perlapisan batuan sedimen yang relatif datar serta tahan akan pelapukan,
kemiringan batuan landai, kurang dipengaruhi oleh struktur geologi.
 Pola Aliran Rektangular
Pada pola aliran rektangular (menyudut), induk sungai dengan
anak sungai memperlihatkan lengkungan menganan, pengontrol struktur
geologi atau sesar yang memiliki sudut kemiringan, tidak memiliki
perulangan perlapisan batuan, dan sering memperlihatkan pola pengaliran
yang tidak menerus.
 Pola Aliran Paralel
Pola aliran paralel (sejajar), mempunyai bentuk umum cenderung sejajar,
memiliki lereng sedang sampai agak curam, dipengaruhi oleh struktur
Studi Kelayakan – IUP Dadang Subagio III - 5
geologi, terdapat pada perbukitan memanjang yang dipengaruhi
perlipatan, merupakan transisi dari pola dendritik dan trelis.
 Pola Aliran Trelis
Pola aliran trelis (menangga) mempunyai bentuk memanjang searah jurus
perlapisan batuan sedimen, induk sungainya sering kali membentuk
lengkungan menganan memotong kepanjangan dari alur jalur
punggungannya. Pola ini biasanya dikontrol oleh struktur lipatan.
Berkembang pada batuan sedimen dengan kemiringan atau terlipat,
batuan volkanik, serta batuan metasedimen berderajat rendah dengan
perbedaan pelapukan yang jelas.
 Pola Aliran Radial
Pola aliran radial (memancar) mempunyai bentuk menyebar dari suatu
pusat, biasa terjadi pada kubah intrusi, kerucut vulkanik, dan bukit yang
berbentuk kerucut, serta sisa-sisa erosi. Pola ini mempunyai dua sistem,
yaitu sentrifugal dengan arah penyebaran keluar dari pusat (berbentuk
kubah), dan sentripetal dengan arah penyebaran menuju pusat
(cekungan).
 Pola Aliran Anular
Pola aliran anular (membulat) mempunyai bentuk seperti cincin yang
disusun oleh anak-anak sungai, sedangkan induk sungai memotong anak
sungai hampir tegak lurus. Mencirikan kubah dewasa yang sudah
terpotong atau terkikis, disusun oleh perselingan batuan keras dan lunak.
Juga berupa cekungan dan kemungkinan stocks.
 Pola Aliran Multibasinal
Pola aliran ini umumnya endapan permukaan berupa gumuk hasil
longsoran dengan perbedaan penggerusan atau perataan batuan dasar,
merupakan daerah gerakan tanah, vulkanisme, pelarutan gamping, serta
lelehan salju atau permafrost.
 Pola Aliran Contorted
Pola aliran ini terbentuk pada batuan metamorf dengan intrusi dike dan
vein yang menunjukan daerah yang relatif keras batuannya.

Studi Kelayakan – IUP Dadang Subagio III - 6


3.3. Geoteknik
Kajian geoteknik pada penambangan batu andesit dilakukan untuk
mendapatkan dimensi lereng yang mantap. Dadang Subagio melakukan studi
geoteknik untuk menjamin keamanan lereng. Geometri yang akan digunakan
pada penambangan batu andesit adalah sebagai berikut:

Ketinggian lereng tunggal : 5 meter


Ketinggian lereng Maksimum : 25 meter
Sudut kemiringan lereng tunggal : 80°
Lebar jenjang : 3 meter

Hasil analisis faktor keamanan lereng pada penambangan batu andesit


Dadang Subagio menunjukan nilai FK sebesar 1,5 pada kondisi jenuh air.
Kondisi tersebut merupakan kondisi paling ekstrim yang mungkin terjadi. Pada
kondisi paling ekstrim bentukan lereng yang berada pada sisi sebelah Selatan
dengan ketinggian lereng maksimal 25 meter menunjukan nilai FK yang masih
aman.

Gambar 3.3 Hasil Kajian Kemantapan Lereng

Pada Kepmen 555 Pasal 241 berisi tentang Tinggi Permukaan Kerja Dan
Lebar Teras Kerja dan menyatakan bahwa :

1. Kemiringan, tinggi dan lebar teras harus dibuat dengan


baik dan aman untuk keselamatan para pekerja agar terhindar dari
material atau benda jatuh.

Studi Kelayakan – IUP Dadang Subagio III - 7


2. Tinggi jenjang (bench) untuk pekerjaan yang dilakukan
pada lapisan yang mengandung pasir, tanahliat, kerikil dan material
lepas lainnya harus :

a. Tidak boleh lebih dari 2,5 meter apabila


dilakukan secara manual.
b. Tidak boleh lebih dari 6 meter apabila dilakukan
secara mekanik.
c. Tidak boleh lebih dari 20 meter apabila dilakukan
dengan menggunakan clamshell, dragline, bucket wheel excavator
atau alat sejenis kecuali mendapat persetujuan Kepala Pelaksana
Inspeksi Tambang.

3. Tinggi jenjang untuk pekerjaan yang dilakukan pada


material kompak tidak boleh lebih dari 6 meter, apabila dilakukan secara
manual.

4. Dalam hal penggalian dilakukan sepenuhnya dengan


alat mekanis yang dilengkapi dengan kabin pengaman yang kuat, maka
tinggi jenjang maksimum untuk semua jenis material kompak 15 meter,
kecuali mendapat persetujuan Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.

5. Studi kemantapan lereng harus dibuat apabila :

a. Tinggi jenjang keseluruhan pada sistem


penambangan berjenjang lebih dari 15 meter dan
b. Tinggi setiap jenjang lebih dari 15 meter.

6. Lebar lantai teras kerja sekurang-kurangnya 1,5 kali


tinggi jenjang atau disesuaikan dengan alat-alat yang digunakan
sehingga dapat bekerja dengan aman dan harus dilengkapi dengan
tanggul pengaman (safety berm) pada tebing yang terbuka dan diperiksa
pada setiap gilir kerja dari kemungkinan adanya rekahan atau tanda-
tanda tekanan atau tanda-tanda kelemahan lainnya.

Studi Kelayakan – IUP Dadang Subagio III - 8


3.4. Keadaan Endapan
3.4.1. Potensi Batu Andesit

Hasil pemetaan potensi batu andesit menunjukan bahwa di seluruh

daerah penelitian terdiri dari batu andesit yang mempunyai potensi untuk

dilakukan penambangan.

Gambar 3.4 Singkapan Batu Andesit di Bekas Area Penambangan

Hasil pemetaan singkapan batuan yang terdapat pada area bekas


tambang di sekitar IUP. Pemerian Andesite secara megaskopis, meliputi nama
batuan, warna, kilap, goresan, pecahan, kekerasan, dan mineral pengisi
rekahan-rekahan.

Hasil deskripsi batuan andesite tersebut adalah sebagai berikut:


 Warna : Hitam keabu-abuan
 Tekstur Batuan : Hypokristalin
 Komposisi Mineral : kuarsa, biotit

Studi Kelayakan – IUP Dadang Subagio III - 9


 Jenis Batuan : Basa
 Genesa Batuan : Lava flow

Studi Kelayakan – IUP Dadang Subagio III - 10


Gambar 3.5 Peta Geologi Lokal Daerah IUP Dadang Subagio

Studi Kelayakan – IUP Dadang Subagio III - 11


3.4.2. Kualitas Endapan Batu Andesit

Untuk mengetahui sifat dan kualitas Andesite pada lokasi IUP Bapak
dadang Subagio, maka dilakukan analisis laboratorium terhadap sampel
Andesit yang diperkirakan dapat mewakili keseluruhan wilayah, yang masing-
masing dilakukan oleh Laboratorium Institut Teknologi Bandung.
Dari hasil analisis contoh Andesite yang dilakukan pada kedua
laboratorium tersebut menunjukkan bahwa kualitas Andesit pada lokasi IUP
Dadang Subagio memiliki kandungan sebagai berikut :

Tabel 3.2 Hasil Uji Fisik Batu Andesit Dadang Subagio

N Hasil Uji
Nama Pengujian Metode Pengujian ASTM
o Batu
1 Padat (Kg/m3) 1.546
Berat Volume C.29
2 Gembur (Kg/m3) 1.338
3 Kadar Lumpur (%) 0,55 C.117
4 Soundness (%) 3,25 C.88
5 Analisa Saringan (Modulus Kehalusan) 6,93 C.136
Abrasi Los Angeles 20,4 C.131
Apparent Specific Gravity 2,777 C.127
6 Bulk Specific Gravity (Kering) 2,631 C.128
Bulk Specific Gravity (SSD) 2,683 C.129
Absorpsi Air (%) 2,006 C.130
7 Kuat Tekan (Kg/m^2) 1080 SNI 03-1974.1990 & PBI 71
8 Hardness 6 (Felspar) Skala Mohs

3.4.3. Cadangan

Cadangan merupakan sumberdaya yang telah dikaji secara teknis dan


dinyatakan layak secara ekonomis. Dalam pengkajian teknis digunakan
beberapa batasan, batasan – batasan tersebut mecakup desain penambangan,
Densitas bahan galian, faktor mining losses, dan metode estimasi yang
digunakan.
Berdasarkan hasil estimasi menggunakan metode penampang dengan
jarak antar penampang 100 meter, densitas batu andesit 1,546 ton/ m3,
pembatasan kedalaman dan luas oleh rencana akhir penambangan maka

Studi Kelayakan – IUP Dadang Subagio III - 12


jumlah cadangan yang dimiliki oleh Dadang Subagio adalah sebesar
720.410,59 Ton. (Penampang Terlampir). Berdasarkan skema hubungan antara
sumberdaya dan cadangan bahan galian yang terdapat dalam SNI 4726:2011
tentang pedoman pelaporan hasil eksplorasi dan klasifikasi sumberdaya dan
cadangan mineral dan batubara, cadangan batu andesit yang berada di area
penambangan Dadang Subagio di klasifikasikan sebagai cadangan terkira.
Setelah dilakukan perhitungan terhadap faktor kehilangan dalam proses
penambangan dan pengolahan sebesar 10 %, maka jumlah cadangan
tertambang yang berada di wilayah IUP Dadang Subagio adalah sebesar
612.349,00 Ton.

Studi Kelayakan – IUP Dadang Subagio III - 13

You might also like