You are on page 1of 14

AKUNTANSI KEUANGAN 2

EKA 328 C1
AKUNTANSI LEASING

Oleh :
Kelompok 5
1. Gabriel Gunawan (1607531012)
2. Ni Komang Ning Saniardi (1607531021)
3. Graciela Immanuelita (1607531055)
4. Putu Riska Diviana (1607531107)
5. Ni Putu Andriani Megantari (1607531108)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2017

1
1. Pengertian Leasing
Leasing adalah perjanjian kontraktual antara lessor dan lessee yang memberikan hak kepada
lessee untuk menggunakan properti tertentu yang dimiliki oleh lessor selama periode waktu
tertentu dengan membayar sejumlah uang (sewa) yang sudah ditentukan, yang pada umumnya
dilakukan secara periodik. Unsur penting dari perjanjian leasing bahwa hak kepemilikan
lessor atas propertinya yang di-lease menjadi berkurang.

Oleh karena lease adalah suatu kontrak maka perjanjian yang disetujui oleh lessor
dan lessee dapat sangat bervariasi dan hanya dibatasi oleh keinginan kedua pihak tersebut.
Durasi (jangka waktu lease) dapat bervariasi dari periode waktu yang pendek hingga seluruh
umur manfaat dari aktiva yang bersangkutan. Pembayaran sewa (rental payments) dapat
dilakukan dari tahun ke tahun dalam jumlah yang meningkat atau menurun; sementara
nilainya dapat ditetapkan terlebih dahulu atau dapat bervariasi dengan penjualan, suku bunga
utama, indeks harga konsumen atau beberapa faktor lainnya.

2. Akuntansi leasing oleh lessee

2.1 Pencatatan Lease


Jika lessee mengkapitalisasi lease maka lessee akan mencatat aktiva dan kewajiban yang
umumnya sama dengan nilai sekarang pembayaran sewa, lessor yang sudah memindahkan
secara substansial seluruh manfaat dan risiko kepemilikan, mengakui penjualan dengan
mengeluarkan aktiva dari neraca dan menggantikannya dengan piutang. Jurnal yang dibuat oleh
lessor dan lessee dengan asumsi peralatan di-lease dan dikapitalisasi adalah sebagai berikut:

Lessee Lessor
Peralatan yang di-lease RpXXX Piutang lease (bersih) RpXXX
Kewajiban lease RpXXX Peralatan RpXXX

Karena sudah mengkapitalisasi aktiva, lessee akan mencatat penyusutan. Lessor dan
lessee akan memperlakukan pembayaran lease sebagai pembayaran pokok dan bunga. Jika
kontrak lease tidak dikapitalisasi, tidak ada yang dicatat oleh lessee dan tidak ada aktiva yang
dikeluarkan dari pembukuan tersebut. Pada saat pembayaran lease dilakukan, lessee mencatat
beban sewa dan lessor mengakui pendapatan sewa.
Untuk lease yang dicatat sebagai Lease Modal (capital lease), lease harus dianggap
tidak dapat dibatalkan, dan memenuhi satu dari lebih empat kriteria berikut ini:
1. Lease mentransfer kepemilikan properti kepada lessee.
2. Lease memiliki opsi untuk membeli dengan harga khusus (bargain purchase option).
3. Jangka waktu lease sama dengan atau lebih 75% dari estimasi umur ekonomis aktiva
yang di-lease.
4. Nilai sekarang (present value) dan pembayaran lease minimum (tidak termasuk biaya
executory) sama dengan atau melebihi 90% dari nilai wajar properti yang di-lease.

2
Lease yang tidak memenuhi salah satu kriteria di atas diklasifikasikan sebagai Lease
Operasi (operating lease).
2.2 Kriteria Kapitalisasi
Keempat kriteria kapitalisasi yang berlaku untuk lease bersifat kontroversial dan sulit
diterapkan dalam praktik. Kriteria-kriteria tersebut akan dibahas berikut ini.
1. Pengujian Pengalihan Kepemilikan
Jika lease tersebut mengalihkan kepemilikan aktiva kepada lessee maka lease itu
dianggap sebagai lease modal. Kriteria ini tidak bersifat kontroversial dan mudah untuk
diterapkan.
2. Pengujian Opsi untuk Pembelian dengan Harga Khusus (Bargain Purchase Option)
Opsi pembelian khusus adalah sebuah provisi yang memungkinkan lessee untuk
membeli properti yang di-lease dengan harga yang secara signifikan lebih rendah
dibandingkan nilai wajar properti yang diharapkan pada tanggal opsi itu dapat digunakan.
Pada awal lease, perbedaan antara harga opsi dengan nilai pasar wajar yang diharapkan
harus cukup besar sehingga realisasi dari opsi bisa dipastikan secara layak.
3. Pengujian Umur Ekonomis (Pengujian 75%)
Jika periode lease sama dengan atau melebihi 75% dari umur ekonomis aktiva, di mana
sebagian besar risiko dan imbalan atas pemilikan barang dialihkan ke lessee maka perlu
dilakukan kapitalisasi. Akan tetapi, penentuan jangka waktu atau masa lease dan umur ekonomis
aktiva dapat menimbulkan masalah.
4. Pengujian Pemulihan Investasi (Pengujian 90%)
Jika nilai sekarang (present value) dari pembayaran lease minimum (minimum lease
payments) sama dengan atau melebihi 90% dari nilai pasar wajar aktiva maka aktiva yang di-
lease harus dikapitalisasi. Dasar pemikiran untuk pengujian ini bahwa jika nilai sekarang
pembayaran lease minimum tidak berbeda banyak dengan harga pasar aktiva maka secara
efektif aktiva tersebut dapat dibeli.

2.3 Aktiva Dan Kewajiban Yang Diperlakukan Secara Berbeda


Dalam transaksi lease modal, lessee menggunakan lease sebagai sumber pembiayaan.
Lessor membiayai transaksi (menyediakan modal investasi) melalui aktiva yang di-lease, dan
lessee melakukan pembayaran sewa, yang sebenarnya merupakan pembayaran cicilan. Oleh
karena itu, selama umur properti yang di-lease, pembayaran sewa kepada lessor mencakup
pembayaran pokok ditambah bunga.
Pencatatan Aktiva dan Kewajiban
Dalam metode lease modal, lessee memperlakukan transaksi lease seolah-olah aktiva
telah dibeli dalam transaksi pembiayaan di mana aktiva diperoleh dan kewajiban diakui. Oleh
karena itu, lessee mencatat lease modal sebagai aktiva dan kewajiban pada nilai terendah antara
(a) nilai sekarang (present value) dari pembayaran lease minimum (tidak termasuk cost
executory) atau (b) nilai pasar wajar aktiva yang di-lease pada awal lease. Dasar pemikiran

3
untuk pendekatan ini bahwa aktiva yang di-lease tidak boleh dicatat lebih tinggi dari nilai pasar
wajarnya.
Periode Penyusutan
Salah satu aspek yang menyulitkan akuntansi untuk penyusutan aktiva yang di-lease
yang dikapitalisasi berhubungan dengan periode penyusutan. Jika perjanjian lease
mengalihkan kepemilikan aktiva kepada lessee (Kriteria 1) atau mencakup opsi pembelian
dengan harga khusus (Kriteria 2) maka aktiva yang di-lease dengan cara yang konsisten
melalui kebijakan penyusutan norma lessee atas aktiva yang dimilikinya, dengan menggunakan
umur ekonomis aktiva. Sebaliknya, jika lease tidak mengalihkan kepemilikan atau tidak
mencakup opsi pembelian dengan harga khusus maka aktiva disusutkan selama masa lease.
Metode Bunga Efektif
Selama jangka waktu lease, metode bunga efektif digunakan untuk mengalokasikan
setiap pembayaran lease antara pokok dan bunga. Metode ini menghasilkan beban bunga
periodik yang sama dengan persentase konstan dari nilai tercatat kewajiban lease. Tingkat
diskonto yang digunakan oleh lessee untuk menentukan nilai sekarang dari pembayaran lease
minimum harus digunakan oleh lessee ketika mengaplikasikan metode bunga efektif pada lease
modal.
Konsep Penyusutan
Walaupun jumlah yang awalnya dikapitalisasi sebagai aktiva dan dicatat sebagai kewajiban telah
dihitung pada nilai sekarang yang sama, tetapi penyusutan aktiva dan pengurangan kewajiban
adalah 2 proses akuntansi yang independen selama jangka waktu lease. Lessee harus
menyusutkan aktiva yang di-lease dengan menggunakan metode penyusutan konvensional; garis
lurus, jumlah angka tahun, saldo menurun, unit produksi, dan lainnya.
2.4 Pencatatan Transaksi Leasing Pada Penyewa (lesse)
a. Operating Lease
Dalam hal sewa guna usaha diperlakukan sebagai operating lease, trasansi leasing oleh pihak
penyewa dicatat sebagai transaksi sewa-menyewa biasa. Dengan demikian pembayaran sewa
berkala dicatat debet akun Beban Sewa, dan kredit akun Kas. Apabila dalam perjanjian sewa
guna usaha ditetapkan pembayaran berkala dalam jumlah yang berbeda, beban sewa untuk
setiap periode dihitung dengan menggunakan metode Garis Lurus (Straight Line Method).
Contoh :
PT. SAMUDRA menyewa peralatan pabrik dari PT. SAKURA untuk masa sewa 5 tahun
dengan syarat sebagai berikut :
1. Sewa dibayar dimuka tiap tgl 2 Januari. Untuk tahun pertama jatuh pada tanggal 2 Januari
2001.
2. Jumlah sewa tahun pertama dan kedua masing-masing sebesar Rp. 30.000.000,00. Sementara
untuk tahun ketiga , keempat dan kelima masing-masing Rp. 20.000.000,00.

4
Dari data contoh diatas, jumlah sewa untuk masa 5 tahun adalah 2 x Rp.
30.000.000,00 + 3 x Rp.20.000.000,00. Dengan menggunakan metode garis lurus, jumlah sewa
tiap tahun adalah Rp.120.000.000,00. / 5 = Rp 24.000.000,00
Pembayaran sewa untuk tahun 2001 sebesar Rp. 30.000.000,00. dicatat dengan jurnal sebagai
berikut.
Jan. 2
Beban Sewa Rp. 24.000.000,00 -
Sewa Dibayar Dimuka Rp. 6.000.000,00 -
Kas - Rp. 30.000.00,00
Pembayaran sewa untuk tahun 2002 sebesar Rp. 30.000.000,00. dicatat dengan jurnal sama
seperti pencatatan jurnal diatas
Pembayaran sewa untuk tahun 2003 (tahun ketiga) sebesar Rp. 20.000.000,00. dicatat dengan
jurnal sebagai berikut:
Jan. 2
Beban sewa Rp. 24.000.000,00 -
Sewa dibayar Dimuka - Rp. 4.000.000,00
Kas - Rp. 20.000.000,00
Demikian pula untuk pembayaran sewa tahun keempat dan kelima, dicatat dengan jurnal seperti
ada pembayaran sewa tahun ketiga diatas, sehingga akun Sewa Dibayar Dimuka selama masa
sewa guna usaha(secara keseluruhan) akan tampak seperti dibawah ini.
Sewa Dibayar Dimuka
Jan. 2, 2001 Rp. 6.000.000,00
Jan. 2, 2002 Rp. 6.000.000,00
Jan. 2, 2003 Rp. 4.000.000,00
Jan. 2, 2004 Rp. 4.000.000,00
Jan. 2, 2005 Rp. 4.000.000,00
Pada akhir masa guna, akun Sewa Dibayar Dimuka tidak mempunyai saldo. Ada
kalanya sewa pada tahun-tahun pertama lebih kecil daripada sewa tahun-tahun terahir. Misalnya
: dari data contoh dimuka, sewa pada tahun pertama, kedua dan ketiga masing-masing sebesar
Rp.20.000.000,00. Sementara sewa untuk tahun keempat dan kalimat masing-masing
Rp.30.000.000,00. Dalam hak demikian, pembayaran sewa untuk pertama, kedua dan ketiga,
masing-masing dicatat dalam jurnal berikut :
Jan. 2
Beban sewa Rp. 24.000.000,00 -
Hutang Sewa - Rp. 4.000.000,00
Kas - Rp. 20.000.000,00
Pembayaran sewa untuk tahun keempat dan kelima, masing-masing dicatat dengan jurnal sebagai
berikut :
Jan. 2
Beban sewa Rp. 24.000.000,00 -

5
Hutang Sewa Rp. 6.000.000,00 -
Kas - Rp. 30.000.000,00
Dalam hal jatuh tempo pembayaran sewa pada saat periode akuntansi sedang berjalan,
misalnya dari data pada contoh dimuka, pembayaran sewa untuk tahun 2001 jatuh pada tgl 1 April
2001. Dalam hal demikian pada ahir periode harus dibuat penyesuaian. Jurnal penyesiaian yang
dibuat 31 Desember 2001, sebagai berikut :
Des.31 Sewa Dibayar Dimuka Rp. 6.000.000,00 -
Beban Sewa - Rp. 6.000.000,00
(mencatat sewa bulan Januari, Februari dan Maret 2002 yang telah dibayar tahun 2001)
Sehubungan dengan Pos jurnal penyesuaian di atas, pada awal periode tahun 2002, dibuat jurnal
pembalik sebagai berikut :
Jan. 2 Beban Sewa Rp. 6.000.000,00 -
Sewa Dibayar Dimuka - Rp. 6.000.000,00
2.5 Lease Modal (Capital Lease)
Apabila suatu sewa guna usaha memenuhi criteria untuk di perlakukan sebagai capital
lease, transaksi leasing dicatat oleh pihak penyewa sebagai suatu transaksi pembelian aktiva
tetap dengan syarat kredit jangka panjang. Dengan demikian dicatat debet pada akun Aktiva
Sewa Guna Usha dan kredit akun hutang.
Aktiva sewa guna asaha dinilai berdasarkan harga terendah antara harga pasar wajar,
dengan jumlah sewa terendah yang dibayar selama masa sewa guna usaha, ditambah dengan
harga beli atau nilai residu aktiva yang bersangkutan pada ahir masa sewa yang telah disepakati
bersama.
Aktiva sewa guna uasaha olek pihak penyewa harus disusutkan dengan menerapkan
metode penyusutan yang biasa digunakan. Apabila kontrak sewa guna usaha mencantumkan
adanya pengalihan hak milik, atau adanya hak bagi penyewa untuk membeli aktiva sewa guna
usahaa dan ahir masa sewa, maka usia ekonomis aktiva yang bersangkutan dijadikan dasar
untuk menentukan besarnya penyusutan. Sementara jika dalam kontrak sewa guna usaha tidak
menyebutkabn dua kriteria tersebut diatas, untuk menentukan jumlah penyusutan digunakan
masa sewa guna usaha sebagai usia penggunaan aktiva tetap yang bersangkutan.
Didalam jumlah sewa yang dibayar secara berkala, mengandung unsur harga aktiva sewa guna
usaha dan beban bunga. Oleh karena itu setiap pembayaran sewa, dipisahkan menjadi jumlah
pembayaran hutang yang merupakan sewa terendah, dan jumlah pembayaran beban bunga.
Sebagai ilustrasi pencatatan sewa guna usaha yang diperlakukan sebagai capitral lease
pada pihak penyewa, misalkan PT. GIONI menyewa peralatan dari PT JAYA SARANA.
Ketentuan sewa guna usaha, sebagai berikut :
1. Masa sewa guna usaha selama 5 tahun, dengan syarat tidak dapat dibatalkan.
2. Sewa tiap tahun Rp. 20.000.000,00. dibayar dimuka tiap tgl 1 Januari. Sewa tahun pertama
jatuh pada tgl 1 januari 2000.
3. Biaya pelaksanaan selam masa sewa (executory Cost) dibayar oleh penyewa.

6
4. Tidak mada ketentuan yang menyebutkan adanya pengalihan hak milik dan hak bagi penyewa
untuk membeli pada ahir masa sewa.
Data lain sehubungan dengan transaksi leasing di atas adalah sebagai berikut :
1. Harga pasar wajar peralatan yang disewa sebesar Rp. 82.000.000,00
2. Usia ekonomis peralatan yang bersangkutan selama 5 tahun.
3. PT. JAYA SARANA memperhitungkan bunga 122% setahun.
4. PT. GIONI menyusutkan aktiva tetap dengan metode Garis Lurus.
Untuk menentukan nilai sewa guna uasah harus dihitung dulu nilai tunai untuk tingkat
bunga 12%, masa sewa 5 tahun dengan pembayaran dimuka yaitu 4,03733. Dengan deimkian
nilai tunai sewa terendah dari data contoh diatas adalah 4,03733 X Rp. 20.000.000,00 =
Rp.80.746.600,00. Jumlah tersebut lebih besar dbanding 90% X Rp. 82.000.000,00 (harga pasar
wajar aktiva yang bersangkutan)
Hasil perhitungan diatas dijadikan dasar untuk memberlakukan sewa guna usaha pada
contoh diatas sebagai capital lease. Dengan nilai Rp. 80.746.600,00. Jumlah ini dicatat debet
pada akun Peralatan Sewa dari Lease Modal. Selanjutnya setiap ahir periode disusutkamn
(didepresiasi) dengan metode garis lurus.
2.6 Pencatatan Transaksi Leasing Pada Perusahaan Sewa Guna Usaha
2.6.1 Operating Lease
Suatu sewa guna usaha tidak memenuhi kriteria untuk diperlakukan sebagai Sewa Guna
Usaha Pembelanjaan ( Finance Lease ), Transaksi leasing oleh perusahaan sewa guna usaha
(Lessor) dicatat sebagai transaksi sewa-menyewa biasa (Operating Lease). Oleh karena itu dicatat
sebagai harta dan di informasikan dalam Neraca Sebagai aktriva yng disewa guna ushakan
Contoh :
1 Januari 2000 PT. ZODIAC menyewakan sebuah gedung untuk masa 10 Th. Pembayaran sewa
tiap 1 Januari, dengan ketentuan 5 Th pertama masing-masing Rp. 24.000.000,00 dan 5 Th
terahir masing-masing Rp. 20.000.000,00. Sewa dibayar di muka dan dimulai 1 Januari 2000,
Biaya komisi, biaya layanan hukum dan biaya langsung lainnya sebesar Rp. 10.000.000,00,
dibayar oleh PT ZODIAC. Harga perolehan gedung Rp. 360.000.000,00. usia ekonomis 25 Th
tanpa niali residu. Gedung yang bersangkutan disusutkan dengan metode Garis Lurus.
Sementara biaya langsung pertama amortisasi selama 10 th..
Masa sewa yang dari 75% dari taksiran usia ekonomis aktiva sewa guna usaha, sewa guna diatas
tidak memenuhi kriteria untuk diperlakukan sebagai Finance Leasing diatas, sebagai berikut :
1. Mencatat biaya langsung pertama untuk gedung yang disewa gunakan :
Jan 1 2000
Biaya Langsung Pertama Yang ditangguhkan Rp. 10.000.000,00 -
Kas - Rp 10.000.000,00
2. Mencatat penerimaan sewa untuk tahun pertama (2000)
Jan 1 2000
Kas Rp 24.000.000,00 -
Sewa diterima dimuka - Rp 2.000.000,00

7
Pendapatan Sewa - Rp.22.000.000,00
Pendapatan sewa dicatat menurut metode garis lurus, sehingga pendapatan sewa tiap bulan
dihitung sebagai berikut :
(5 X Rp. 24.000.000,00) + (5 X RP. 20.000.000,00) = Rp. 22.000.000,00
Kelebihan yang diterima dari jumlah diatas, yaitu sebesar Rp. 2.000.000,00. Dicatat kredit
pada akun sewa Diterima dimuka.
3. Mencatat beban penyusutan gedung yang disewa guna usahakan dan amotisasi Biaya Langsung
Pertama
Des 31 2000
Beban penyusutan Gedung Disewakan Rp 14.400.000,00 -
Akun Penyusutan Gedung yang disewakan - Rp 14.400.000,00
(Penyusutan Gedung Rp.360.000.000,00 : 25)

Des 31 2000
Beban Amortisasi Biaya Langsung Pertama Rp 1.000.000,00 -
Biaya Langsung Pertama yang ditangguhkan - Rp 1.000.000,00
(Amortisasi Biaya Langsung Pertama Rp 10.000.000,00 : 10)
Jurnal yang terahir diatas akan dibuat pada setiap akhir tahun sampai dengan akhir tahun
kesepuluh, sehingga pada ahir masa sewa akun Biaya Langsung Pertama yang Ditangguhkan tidak
mempunyai saldo.
4. Mencatat penerimaan sewa untuk tahun keenam sampai dengan tahun kesepuluh
Penerimaan sewa untuk tahun keenam sampai dengan tahun kesepuluh, masing-masing dicatat
dengan jurnal sebagai berikut :
Jan. 1
Kas Rp 20.000.000,00 -
Sewa Diterima Dimuka Rp. 2.000.000,00 -
Pendapatan sewa - Rp 22.000.000,00
Dengan pos jurnal diatas, pada akhir masa sewa akun Sewa Diterima Dimuka akan
menunujukan saldo nol (tidak bersaldo)
2.7 Sewa Guna Usaha Pembiayayan Langsung ( Direct Financing Lease)
Sewa Guna Usaha Pembiayaan Langsung Adalah apabila perusahaan sewa guna usaha
(Lessor) menyediakan atau membeli lebih dahulu aktiva sewa guna usaha yang dipesan oleh
penyewa (Lesse).
Sewa guna usaha yang diperlukan sebagai Sewa Guna Usaha Pembiayaan Langsung,
dalam neraca pihak lessor diinformasikan sebagai Piutang Pembayaran Lease, sebesar jumlah
pembayaran sewa terendah ditambah nilai residu tidak terjamin. Nilai residu tidak terjamin
adalah nilai sisa aktiva yang disewakan pada ahir masa sewa, dengan tidak ada persetujuan
yang menimbulkan hak bagi penyewa untuk membeli nilai sisa aktin\va yang bersangkutan.

8
1. Jumlah pembayaraan sewa terendah ditambah nilai residu tidak terjamin yang dicatat
sebagai Piutang Pembayran Lease, Merupakan investasi bruto.
2. Selisih antara investasi bruto dengan nilai buku (harga perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan) aktiva yang disewakan, dicatat sebagai Pendapatan Bunga yang
Ditangguhkanyang selanjutnya diamortisasi selama masa sewa menurut metode bunga
efektif.
Contoh :
PT. BIMA PERKASA pada 25 Des 2000 membeli peralatan pabrik untuk disewa guna
usahakan kepada PT PANDAWA, Harga perolehan termasuk biaya langsung pertama
berjumlah Rp. 40.373.000,00. Usia ekonomis ditaksir 5 tahun, tanpa nilai residu. Ketentuan
sewa usaha antara lain sebagai berikut :
1. Masa sewa selama 5 tahun, dengan syarat tidak dapat dibatalkan.
2. Sewa dibayar tiap tgl 31 Des, masing-masing sebesar Rp.10.000.000,00 dimulai tgl 31 Des
2000
3. Biaya pelaksanaan seperti biaya asuransi, pajak dan pemeliharaan ditanggung oleh pihak
penyewa.
Informasi lain sehubungan dengan sewa guna asaha diatas sebagai berikut :
a. Tidak ada ketentuan mengenai perpanjangan masa sewa
b. Harga perolehan aktiva sewa guna asaha sama dengan harga pasar wajar.
c. PT BIMA PERKASA memperhitungkan bunga implicit sebesar.
2.8 Penyajian Lease Pembiayaan Langsung Dalam Neraca
Lease pembiayaan langsung dalam buku besar dicatat sebagai Piutang Pembayaran Lease.
Sementara bunga efektif yang terkandung didalam sewa terendah dicatat kredit pada
akun Pendapatan Bunga yang Ditangguhkan. Selisih antara saldo akun Piutang Pembayaran Lease
(Investasi Bruto) dan saldo akun Pendapatan Bunga yang Ditangguhkanadalah sebagai investasi
saldo. Dengan demikian nilai lease pembiayaan langsung dalam neraca adalah sebesar investasi
neto
Investasi neto dari lease pembiayaan langsung yang jatuh tempo tidak lebih dari satu
tahun sejak tanggal neraca, harus diinformasikan sebagai aktiva lancar,. Sementara investasi
neto yang jatuh tempo lebih dari satu tahun sejak tgl neraca , harus diinformasikan sebagai
investasi jangka panjang.
Contoh :
Setelah sewa untuk tahun 2001 diterima pada tgl 31 Des 2000, dalam buku besar akan
menunjukan data sebagai berikut :
Saldo akun Piutang Pembayaran Lease Rp 40.000.000,00
Saldo akun Pendapatan Bunga yang Ditangguhkan Rp 9.627.000,00
Dengan demikian Investasi neto pada 31 Des 2000 Rp. 30.373.000,00
Dari jumlah diatas, akan diterima (jatuh tempo) pada tgl 31 Des 2001 sebesar Rp.
6.355.240,00. Jumlah tersebut dalam neraca 31 Des 2000 diinformasikan dalam kelompok

9
aktiva lancar. Selebihnya sebesar Rp. 24.017.760,00 (lihat table), diinformasiukan dalam
kelompok Investasi Jangka Panjang.
Dari uraian diatas, investasi neto dalam sewa guna usaha disajikan dalam neraca 31 Des 2000
sebagai berikut :
PT. BIMA PERKASA
NERACA
31 DESEMBER 2000
AKTIVA
Aktiva Lancar :
Investasi Neto Dalam
Lease Rp. 6.355.240,00
Investasi Jangka Panjang
Investasi Neto Dalam
Lease Rp.24.017.760,00
3. Akuntansi leasing oleh lessor
A. Akuntani Untuk Sewa Guna Operasi Bagi Lessor
Lessor mengaku pembayaran sebagai pendapatan ketika pembayaran diterima. Jika ada
variasi penting dalam persyaratan pembayaran, maka dipelurkan ayat jurnal untuk mencerminkan
pola garis lurus atas pengakuan pandapatan. Biaya langsung pertama yang dikeluarkan akan
ditangguhkan dan kemudian diamortisasi selama periode lease, sehingga ditandingkan dengan
pendapatan sewa.

B. Akuntansi Untuk Sewa Guna Modal Bagi Lessor


Dalam praktikk piutang biasanya oleh lessor akan dicatat sebesar jumlah kotor pembayaran
lease minimum disertai dengan perkiraan pengimbang untuk pendapatan bunga yang diterima
dimuka, dan bukan sebesar jumlah yang berlaku untuk lessee.
C. Manfaat yang di terima lessor dalam Me-lease barangnya
1. Meningkatkan Penjualan.
Dengan menawarkan produknya melalui Leasing kepada pelanggan potensial, pabrik atau
penyalur dapat meningkatkan penjualannya dalam jumlah besar. Seperti diatas para pelanggan
mungkin tidak mau atau tidak mampu membeli harta tersebut.
2. Kelangsungan Hubungan Dengan Lease.
Dalam situasi Leasing, Lessor dan Lesse tetap berhubungan selama periode tertentu,
selama masa lease belum berakhir lesse dan lessor akan selalu menjaga hubungan baik, dan
hubungan bisnis jangka panjang kerap kali dapat dibina melalui Leasing.
3. Nilai Sisa Dipertahankan.
Karena dalam transaksi leasing, status kepemilikan barang tetap menjadi hak milik dari
lessor, maka nilai asset atas barang tersebut tetap menjadi milik lessor, sehingga pada saat
kontrak lease berakhir, lessor dapat mencari calon lessee baru untuk barangnya tersebut. Dana
ketika dirasa perusahaan dari lessor perlu me re-generasi barang tersebut, lessor masih dapat
menerima uang dari penjualan barang tersebut.

10
4. Penyajian dan analisis leasing
Pencatatan Akuntansi untuk operating lease
Pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan merupakan biaya sewa yang diakui dan
dicatat berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa guna usaha, meskipun pembayaran
sewa guna usaha dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode. Sebagai contoh
misalkan sewa guna usaha untuk peralatan adalah $40.000 setahun dengan dasar tahunan.
Ayat jurnal untuk mencatat pembayaran sewa tersebut adalah sebagai berikut :
Beban sewa $40.000
Kas $40.000
Pencatatan Akuntansi untuk capital lease (finance lease)
Contoh penerapan metode capital lease adalah sebagai berikut: Lessor company dan Lessee
Company menandatangani sebuah perjanjian lease tertanggal 1 Januari 2000 yang menetapkan
bahwa Lessor Company menyewakan peralatan kepada Lessee Company dengan ketentuan
sebagai berikut :
1. Masa lease adalah lima tahun dan perjanjian tidak dapat dibatalkan dengan mengharuskan
pembayaran sewa sebesar Rp 25.981
2. Peralatan tersebut mempunyai nilai wajar sebesar Rp. 100.000 estimasi umur ekonomis
lima tahun dan tidak ada nilai residu
3. Lessee Company membayar semua biaya pelaksanaan langsung kepada pihak ketiga
kecuali pajak harta sebesar Rp 2000 per tahun yang termasuk dalam pembayaran tahunan
kepada lessor Lease tersebut tidak memuat hak opsi pembaharuan dan peralatan akan
kembali pada lessor company pada saat selesainya lease.
4. Tingkat bunga pinjaman tambahan (incremental borrowing rate) Lessee Company adalah
sebesar 11% tahun. Apabila tingkat bunga tidak diketahui maka tingkat bunga yang
digunakan harus ditentukan oleh lessee.
5. Lessee Company menyusutkan peralatan yang disewa dengan menggunakan metode garis
lurus.
6. Lessor Company menetapkan sewa tahunan untuk memperoleh tingkat hasil pengembalian
atas investasinya sebesar 10% per tahun, fakta ini diketahui oleh Lessee Company.
7. Dalam hal adanya ketentuan lain yang dipersyaratkan oleh Lessor Company maka lessee
harus menerapkannya.

11
CONTOH SOAL :
1. Sewa Guna Usaha ( Keputusan Melakukan Leasing atau Tidak )
PT. Maju Jaya membutuhkan satu unit mesin produksi seharga Rp200.000.000 dan dperkirakan
memiliki umur ekonomis 2 tahun dan tanpa nilai residu. Penyusutan menggunakan metode garis
lurus. Untuk pengadaan mesin tersebut mempertimbangkan 2 alternatif yaitu :
1. Meminjam dana kepada Bank AGM sebesar Rp200.000.000 dengan bunga per tahun 10%.
Pembayaran pokok pinjaman dilakukan pada akhir tahun ke - 2.
2. Menyewa mesin tersebut selama 2 tahun dari perusahaan leasing dengan membayar uang
sewa sebesar Rp105.000.000 / tahun. Pembayaran sewa dilakukan setiap akhir tahun.
Pertanyaan : Jika tarif pajak perusahaan sebesar 40%, apakah pengadaan mesin tersebut sebaiknya
dibeli dengan dana pinjaman atau dileasing ?
Jawab :
Arus kas jika mesin yang dibeli dengan dana pinjaman dari Bank AGM (dalam Jutaan) :
- Tahun 1 Tahun 2

Cost of Owning

Harga beli mesin (200 )

Pinjaman 200

Biaya bunga (20) (20)

Tax saving dari bunga 8 8

Pembayaran pokok pinjaman (200)

Tax saving dari penyusutan 40 40

Arus kas Keluar bersih 0 28 (172)

Tax Saving dari bunga = 40% x ( 10% x 200 Juta )


Tax Saving dari penyusutan = 40% x ( 200 juta / 2 tahun )

PV Cost of Owning = 28 Juta + -172 Juta


(1+0,06)1 (1+0,06)2
= Rp163.580.000 (-)

Arus Kas jika mesin disewa ( leasing ) :


- Tahun 1 Tahun 2

Cost of Leasing

12
Pembayaran Sewa (105) (105)

Tax Saving dari pembayaran Sewa 42 42

Arus kas Keluar bersih (63) (63)

Tax saving dari pembayaran sewa = 40% x Rp105 Juta


PV Cost of Leasing = -Rp63 Juta + -Rp63 Juta
(1 – 0,06)1 (1 – 0,06)2
= Rp137.567.000 (-)
PV Cost of Owning lebih besar dari PV Cost of Leasing, jadi dari perhitungan diatas sebaiknya
perusahaan menyewa mesin karena terdapat efisiensi arus kas keluar.
2. PT LETTU Mandiri melakukan leasing kendaraan roda 4 rincian sebagai berikut

 Harga Perolehan kendaraan Honda Rp 500.000.000


 Uang muka Rp 100.000.000
 Hak opsi Rp 10.000.000
 Masa Leasing 5 tahun
 Metode Penyusutan Garis Lurus

Diminta :

1. Hitung jumlah pembayaran & pokok pinjaman


2. Jurnal atas transaksi tersebut
3. Pembebanan atas aktiva tersebut

JAWABAN
Pokok Pinjaman = Harga perolehan – uang muka – hak opsi
= 500.000.000 – 100.000.000 – 10.000.000
= 390.000.000
Jadi jumlah pembayaran :

Tahun Pokok (390.000.000 : 5 thn) Bunga (20% x 78.000.000) Angsuran (78.000.000 +


15.600.000)
1 78.000.000 15.600.000 93.600.000
2 78.000.000 15.600.000 93.600.000
3 78.000.000 15.600.000 93.600.000
4 78.000.000 15.600.000 93.600.000
5 78.000.000 15.600.000 93.600.000
JUMLAH 390.000.000 78.000.000 468.000.000

13
JURNAL SAAT TRANSAKSI

Mobil Honda 500.000.000


Biaya bunga leasing 78.000.000
Utang leasing 468.000.000
Utang hak opsi 10.000.000
Kas/bank 100.000.000

JURNAL SAAT PEMBAYARAN UTANG


Utang leasing 468.000.000
Utang hak Opsi 10.000.000
Kas/bank 478.000.000

PENYUSUTAN AKUNTANSI MOBIL HONDA


= HARGA PEROLEHAN – NILAI SISA : UMUR EKONOMIS
= 500.000.000 – 10.000.000 : 5 TAHUN
= 98.000.000 (SETAHUN)
= 8.166.667 (SEBULAN)

14

You might also like