You are on page 1of 10

ANATOMI DAN JENIS PANGGUL

Panggul menurut Wiknjosastro (2006) anatominya dibagi dalam 4 jenis pokok. Jenis-
jenis panggul ini dengan ciri-ciri pentingnya ialah:

1. Panggul ginekoid, dengan pintu atas panggul yang bundar, atau dengan diameter
transversa yang lebih panjang sedikit dari pada diameter antero-posterior dan dengan
panggul tengah serta pintu bawah panggul yang cukup luas.
2. Panggul antropoid, dengan diameter antero-posterior yang lebih panjang dari pada
diameter transversa dan dengan arkus pubis menyempit sedikit.

3. Panggul android, dengan pintu atas panggul yang berbentuk seperti segitiga,
berhubungan dengan penyempitan kedepan, dengan spina ischiadica menonjol kedalam
dan dengan arcus pubis menyempit.
4. Panggul platipelloid, dengan diameter antero-posterior yang jelas lebih pendek dari pada
diameter transversa pada pintu atas panggul, dan dengan arcus pubis yang luas.
DEFINISI
Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah diagnosa medis digunakan ketika
kepala bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat melewati panggul ibu. Disproporsi
sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarka ketidaksesuaian antara kepala janin dan
panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik
disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarka ketidaksesuaian antara
kepala janindan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina
(Cunningham, 2004)

ETIOLOGI
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai berikut :
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
a. Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil
b. Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa
c. Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuranmuka belakang
d. Panggul corong : pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul sempit.
e. Panggul belah : symphyse terbuka
2. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya

a. Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul sempit picak
dan lain-lain
b. Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang
c. Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring
d. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
e. Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong
f. Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit miring.

3. Kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah Coxitis, luxatio, atrofia. Salah
satu anggota menyebabkan panggul sempit miring fraktura dari tulang panggul yang
menjadi penyebab kelainan panggul. Penyebab dari Cephalopelvic Disproportion
sendiri antara lain oleh karena :
a. Kapasitas panggul yang kecil atau ukuran panggul yang sempit
b. Ukuran janin yang terlalu besar atau yang paling sering menyebabkan CPD

PATOFISIOLOGI
Patofisiologi terjadinya penyakit ini berhubungan erat dengan penyabab CPD itu sendiri.
yaitu kapasitas panggul atau ukuran panggul yang sempit dan ukuran janin yang terlalu
besar.
TANDA DAN GEJALA
1. Pada palpasi abdomen, pada primipara kepala anak belum turun setelah minggu ke
36.
2. Pada anamnesa, multipara persalinan yang dulu-dulu sulit.
3. Ada kelainan letak pada hamil tua.
4. Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dan lain-lain).
5. Persalinan lebih lama dari biasanya.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi
Untuk Pelvimetri dibuat 2 buah foto
a. Foto pintu atas panggul
b. Ibu dalam posisi setengah duduk (Thoms), sehingga tabung rontgen tegak lurus diatas
pintu atas panggul
2. Foto lateral
Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horizontal pada trochanter maya
samping.
PENATALAKSANAAN
1. Persalinan Percobaan
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala
janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per
vaginan dengan selamat dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan
tes terhadap kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage karena faktor
tersebut tidak dapat diketahui sebelum persalinan. Persalinan percobaan hanya
dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa pada letak sungsang, letak dahi,
letak muka, atau kelainan letak lainnya. Ketentuan lainnya adalah umur keamilan
tidak boleh lebih dari 42 mingu karena kepala janin bertambah besar sehingga sukar
terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasentajanin yang akan menjadi
penyulit persalinan percobaan (Geadle, 2007)
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu
dapat diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah keluar
sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy
medioateral yang cukup luas, kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala
ditarik curam kebawah dengan hati-hati dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila
hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan pemutaran badan bayi di dalam rongga
panggul, sehingga menjadi bahu depan dimana sebelumnya merupakan bahu
belakang dan lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih juga belum berhasil,
penolong memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin
dengan menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri, penolong
menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu depan
diputar ke diameter miring dari panggul untuk melahirkan bahu depan.
Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of labour.
Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test of labour
sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour karena baru dimulai pada
pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam kemudian. Saat ini test of labour jarang
digunakan karena biasanya pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan
pangul sempit dan terdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini.
Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan per
vaginam atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan
percobaan dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya,
keadaan ibu atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah pembukaan
lengkap dan ketuban pecah kepala tidak masuk PAP dalam 2 jam meskipun his
baik, serta pada forceps yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan seksio sesarea
(Saifuddin,2008)

2. Sectio Caesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan
kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat
dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti
primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki.
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu)
dilakukan karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk
menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per
vaginum belum dipenuhi.

3. Simfisiotomi

Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada
simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
4. Kraniotomi
Dilakukan Pada janin yang meninggal.
KOMPLIKASI
Apabila persalinan dengan disproporsisefalo pelvik dibiarkan berlangsung sendiri tampa
bilamana perlu. Pengambiilan tindakan yang tepat, timbulnya bahaya bagi ibu dan janin

Bahaya Bagi Ibu

1. Partus lama yang sering disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil dapat
menimbulkan dehidrasi serta asidosis dan infeksi intrapartum
2. Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan dapat timbul
regangan segmen bawah uerus dan pembentukan lingkaranretrasi patologik (Bandl).
Keadaan ini terkenal dengan ruptura uteri mengancam. Apabila tidak segera diambil
tindakan untuk mengurangi regangan, akan timbul ruptur uteri
3. Dengan persalinan tidak maju karena disproporsi sefalo pelvik jalan lahir pada suatu
tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang panggul. Hal ini
meninbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat terjadinya Iskemia dan kemudian
nekrosis pada tempat tersebut. Beberapa hari post partum akan terjadi fistula vesiko
servikalis, atau fitula vesiko vaginalis atau fistula rekto vaginalis.

Bahaya Bagi Janin


1. Partus lama dapat meningkatkan kematian Perinatal, apabila jika ditambah dengan
infeksi intrapartum
2. Prolasus Funikuli, apabila terjadi, mengandung bahaya yang sangat besar bagi janin
dan memerlukan kelahiranya dengan apabila ia masih hidup.
3. Dengan adanya disproporsi sefalopelvik kepala janin dapat melewati rintangan pada
panggul dengan mengadakan moulage dapat dialami oleh kepala janin tampa akibat
yang jelek sampai batas – batas tertentu. Akan tetapi apabila batas – batas tersebut
dilampaui, terjadi sobekan pada tentorium serebelli dan pendarahan intrakrahial.
4. Selanjutnya tekanan oleh promontorium atau kadang – kadang oleh simfiksi pada
panggul picak menyababkan perlukaan pada jaringan diatas tulang kepala janin,
malahan dapat pula meninbulakan fraktur pada Osparietalis.

PROGNOSIS
Prognosis pada CPD tergantung pada berbagai faktor yaitu :
1. Bentuk Panggul
2. Ukuran Panggul
3. Pergeseran sendi-sendi panggul
4. Besarnya Kepala dan Kemampuan Kepala untuk moulage
5. Presentasi dan Posisi Kepala
6. His Ibu
PEMERIKSAAN FISIK

Pada Perkiraan Kapasitas Panggul Sempit


Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan anamnesa.
Misalnya pada tuberculosis vertebra, poliomyelitis, kifosis. Pada wanita dengan tinggi
badan yang kurang dari normal ada kemungkinan memiliki kapasitas panggul sempit,
namun bukan berarti seorang wanita dengan tinggi badan yang normal tidak dapat
memiliki panggul sempit. Dari anamnesa persalinan terdahulu juga dapat diperkirakan
kapasitas panggul. Apabila pada persalinan terdahulu berjalan lancar dengan bayi berat
badan normal, kemungkinan panggul sempit adalah kecil ( Israr, 2008)

Pengukuran panggul (pelvimetri)


Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk memperoleh
keterangan tentang keadaan panggul. Melalui pelvimetri dalama dengan tangan dapat
diperoleh ukuran kasar pintu atas dan tengah panggul serta memberi gambaran jelas pintu
bawah panggul. Adapun pelvimetri luar tidak memiliki banyak arti.

Pelvimetri radiologis
Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai tingkat
ketelitian yang tidak dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini dapat memberikan
pengukuran yang tepat dua diameter penting yang tidak mungkin didapatkan dengan
pemeriksaan klinis yaitu diameter transversal pintu atas dan diameter antar spina
iskhiadika. Tetapi pemeriksaan ini memiliki bahaya pajanan radiasi terutama bagi janin
sehingga jarang dilakukan.

Pelvimetri dengan CT scan


Pelvimetri dengan CT scan dapat mengurangi pajanan radiasi, tingkat keakuratan
lebih baik dibandingkan radiologis, lebih mudah, namun biayanya mahal. Selain itu juga
dapat dilakukan pemeriksaan dengan MRI dengan keuntungan antara lain tidak ada radiasi,
pengukuran panggul akurat, pencitraan janin yang lengkap. Pemeriksaan ini jarang
dilakukan karena biaya yang mahal. Dari pelvimetri dengan pencitraan dapat ditentukan
jenis panggul, ukuran pangul yang sebenarnya, luas bidang panggul, kapasitas panggul,
serta daya akomodasi yaitu volume dari bayi yang terbesar yang masih dapat dilahirkan
spontan. Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan
pemeriksaan dengan metode Osborn dan metode Muller Munro Kerr. Pada metode Osborn,
satu tangan menekan kepala janin dari atas kearah rongga panggul dan tangan yang lain
diletakkan pada kepala untuk menentukan apakah kepala menonjol di atas simfisis atau
tidak. Metode Muller Munro Kerr dilakukan dengan satu tangan memegang kepala janin
dan menekan kepala ke arah rongga panggul, sedang dua jari tangan yang lain masuk ke
vagina untuk menentukan seberapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut dan ibu jari
yang masuk ke vagina memeriksa dari luar hubungan antara kepala dan simfisis
(oxom,2010)

Diagnosa Panggul Sempit dan CPD apabila :


1. Pemeriksaan Umum
Perlu curiga panggul sempit/ abnormal bila :
a. Adanya penyakit tulang dan sendi
b. Bentuk badan tidak normal (kyphosis, scoliosis)
c. Wanita pendek (TB < 145 cm)
d. Anamnesa pada persalinan yang dahulu
e. Janin belum masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu (primipara), 38 mg
(multipara)
2. Pelvimetri (klinis dan radiologik)
a. Kesempitan PAP bila C.Vera < 10 cm dan diameter transversa < 12 cm
b. Kesempitan rongga panggul bila Diameter Interspinarum < 9,5 cm
c. Kesempitan PBP bila Arcus Pubis < 90 cm
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk.2010 . Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC

Gleadle J. 2010. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga

Mochtar R.2011. Sinopsis obstetric. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran : EGC

Nurarif,A.H & Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis & NANDA NIC – NOC, Jilid 1. Jogjakarta : MediAction

Saifuddin AB.2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta: BP

Oxorn H, Forte WR. 2010 Ilmu kebidanan patologi dan fisiologi persalinan. Yogyakarta:

Yayasan Essentia Medica.

Winkjosastro H.2011. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: YBP-SP

You might also like