You are on page 1of 30

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit

kedalam tubuh seseorang. Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab

kesakitan dan kematian di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bagi penderita, selain

menyebabkan penderitaan fisik, infeksi juga menyebabkan penurunan kinerja dan

produktifitas, yang pada gilirannya akan mengakibatkan kerugian materil yang berlipat-lipat.

Bagi Negara, tingginya kejadian infeksi di masyarakat akan menyebabkan penurunan

produktifitas nasional secara umum, sedangkan dilain pihak juga menyebabkan peningkatan

pengeluaran yang berhubungan dengan upaya pengobatannya.

Sebagaimana diketahui, infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur, dan

dapat terjadi di masyarakat (community acquired) maupun di rumah sakit (hospital acquired).

Pasien yang sedang dalam perawatan di rumah sakit memiliki resiko tertular infeksi lebih

besar dari pada di luar rumah sakit. Lingkaran infeksi dapat terjadi antara pasien,

lingkungan/vektor, dan mikroba.

Sebagaimana uraian diatas, maka dalam makalah ini kami akan membahas mengenai

salah satu masalah yang diakibatkan oleh terjadinya inveksi terhadap jaringan otak oleh virus,

bakteri, cacing, protozoa, jamur, atau ricketsia, yang biasa disebut dengan ensefalitis.

Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing,

protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000). Ada banyak tipe-tipe dari

ensefalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi yang disebabkan oleh virus-

virus. Ensefalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan

peradangan dari otak.


Dengan gejala-gejala seperti panas badan meningkat, sakit kepala, muntah-muntah

lethargi, kaku kuduk, gelisah, serta gangguan pada penglihatan, pendengaran, bicara dan

kejang. Virus atau bakteri memasuki tubuh melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna,

setelah masuk ke dalam tubuh, virus dan bakteri akan menyebar ke seluruh tubuh dengan

beberapa cara. Salah satunya adalah pada jaringan otak yang nantinya akan menyebabkan

ensefalitis.

Berdasarkan faktor penyebab yang sering terjadi maka ensefalitis diklasifikasikan

menjadi enam tipe, yaitu : ensefalitis supurativa, ensefalitis siphylis, ensefalitis virus,

ensefalitis karena fungus, ensefalitis karena parasit, dan riketsiosa serebri. Adapun

pelaksanaan yang bisa dilakukan untuk menangani masalah ensefalitis adalah dengan

pemberian antibiotik, isolasi untuk mengurangi stimuli dari luar, terapi anti mikroba,

mengontrol terjadinya kejang dan lain-lain.

Encephalitis Herpes Simplek merupakan komplikasi dari infeksi HSV ( Herpes Simplek

Virus ) yang mempunyai mortalitas dan morbiditas yang tinggi terutama pada neonates. EHS

(Encephalitis Herpes Simplek ) yang tidak diobati sangat buruk dengan kematian 70-80%

setelah 30 hari dan meningkat menjadi 90% dalam 6 bulan. Pengobatan dini dengan asiklovir

akan menurunkan mortalitas menjadi 28%. Gejala sisa lebih sering ditemukan dan lebih berat

pada kasus yang tidak diobati. Keterlambatan pengobatan yang lebih dari 4 hari memberikan

prognosis buruk, demikian juga koma, pasien yang mengalami koma seringkali meninggal

atau sembuh sengan gejala sisa yang berat

2. Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan ensefalitis ?


b. Apa saja yang bisa menjadi faktor penyebab, tanda dan gejala, serta proses terjadinya

ensefalitis ?

c. Bagaimana penatalaksanaan terhadap pasien dengan masalah ensefalitis ?

d. Asuhan keperawatan apa saja yang bisa dilakukan terhadap pasien dengan masalah

ensefalitis ?

e. Apa yang dimaksud dengan legal etis dalam keperawatan serta prinsip-prinsip apa saja

yang harus dipegang sebagai seorang perawat?

3. Tujuan

Tujuan Umum

a. Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai ensefalitis serta mampu menerapkan

asuhan keperawatan yang dilakukan pada masalah ensefalitis.

Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari ensefalitis.

b. Mahasiswa mampu mengetahui faktor penyebab, tanda dan gejala, serta proses terjadinya

ensefalitis.

c. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien dengan

masalah ensefalitis.

d. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan yang bisa dilakukan terhadap pasien

dengan masalah ensefalitis.

e. Mahasiswa mampu memahami pengertian dari legal dan etis dalam keperawatan serta

mengetahui prinsip-prinsip yang harus dipegang sebagai seorang perawat profesional.


BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing,

protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000).

Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis,

kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini

disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang

menyebabkan peradangan dari otak.

Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro

organisme lain yang non purulent.

Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang

ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari

penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri).

Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic

meningoencephalitis juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang sistem kekebalan

tubuhnya kurang. Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan

menyebabkan kematian.

B. ETIOLOGI

Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis, misalnya bakteria,

protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab ensefalitis adalah

Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis

bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000). Penyebab lain dari
ensefalitis adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak dan chicken

pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat

terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik atau

vaksinasi terdahulu.

Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah:

a. Infeksi virus yang bersifat endemik

· Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.

· Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis, Eastern equine

encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian spring summer encephalitis, Murray valley

encephalitis.

b. Infeksi virus yang bersifat sporadik : Rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster,

Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain yang dianggap

disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.

c. Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela, pasca-vaksinia,

pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang mengikuti infeksi traktus

respiratorius yang tidak spesifik. (Robin cit. Hassan, 1997).


C. PATOFISIOLOGI

D. TANDA DAN GEJALA

Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang sama dan

khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum,gejala berupa trias

ensepalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun, sakit kepala, kadang

disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen,dapat terjadi gangguan pendengaran

dan penglihatan. (Mansjoer,2000).

Adapun tanda dan gejala ensefalitis sebagai berikut :

1. Suhu yang mendadak naik,seringkali ditemukan hiperpireksia

2. Kesadaran dengan cepat menurun

3. Muntah
4. Kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching saja (kejang-kejang di

muka)

5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misal

paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya (hassan,1997).

Inti dari sindrom ensefalitis adalah adanya demam akut, demam kombinasi tanda dan

gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia hemiparesis dengan asimetri

refleks tendon dan tanda babinski, gerakan infolunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot

wajah.

Pemeriksaan penunjang :

Secara klinik dapat di diagnosis dengan menemukan gejala klinik tersebut diatas:

1. Biakan : dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk

mendapatkan hasil yang positif. Dari likuor atau jaringan otak. Akan dapat gambaran

jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.

2. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi henaglutinasi dan uji

teutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM

dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.

3. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan leukosit.

4. Fungsi lumbal likuor serebospinalis sering dalam batas normal. Kadang- kadang

ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.

5. EEG / Electroencephalography EEG sering menunjukan aktivitas listrik yang

merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun, adanya kejang,koma,tumor,infeksi

sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas

listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan. (Smeltzer,2002).


6. CT Scan, pemeriksaan CT Scan otak sering kali di dapat hasil normal, tetapi bisa juga

didapat hasil edema diffuse.

E. MANIFESTASI KLINIS

Adapun gejala-gejala yang mungkin timbul pada masalah ensefalitis adalah :

a. Panas badan meningkat.

b. Sakit kepala.

c. Muntah-muntah lethargi.

d. Kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.

e. Gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku.

f. Gangguan penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang.

Klasifikasi

Ensefalitis diklasifikasikan menjadi :

Ensefalitis Supurativa

a. Patogenesis

Peradangan dapat menjalar ke jaringan otak dari otitis media, mastoiditis, sinusitis, atau

dari piema yang berasal dari radang, abses di dalam paru, bronkiektasi, empiema,

osteomeylitis cranium, fraktur terbuka, trauma yang menembus ke dalam otak dan

tromboflebitis. Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema,

kongesti yang disusul dengan pelunakan dan pembentukan abses. Disekeliling daerah yang

meradang berproliferasi jaringan ikat dan astrosit yang membentuk kapsula. Bila kapsula

pecah terbentuklah abses yang masuk ventrikel.

b. Manifestasi Klinis

Secara umum gejala yang timbul dapat berupa trias ensefalitis seperti :
 Demam.

 Kejang.

 Kesadaran menurun.

 Bila ensefalitis berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala infeksi

umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan intrakranial yaitu nyeri kepala yang kronik

dan progresif, muntah, penglihatan kabur, kejang, dan kesadaran menurun.

 Pada pemeriksaan mungkin terdapat edema papil.

 Tanda-tanda defisit neurologis tergantung pada lokasi dan luas abses.

c. Terapi pada ensefalitis supurativa adalah dengan pemberian:

 Ampisillin 4 x 3-4 g per oral selama 10 hari.

 Cloramphenicol 4 x 1g/24 jam intra vena selama 10 hari.

Ensefalitis Siphylis

a. Patogenesis

Disebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi terjadi melalui permukaan tubuh

umumnya sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi melalui epithelium yang terluka, kuman

tiba di sistem limfatik, melalui kelenjar limfe kuman diserap darah sehingga terjadi

spiroketemia. Hal ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi susunan saraf pusat.

Treponema pallidum akan tersebar diseluruh korteks serebri dan bagian-bagian lain susunan

saraf pusat.

b. Manifestasi Klinis

Adapun gejala ensefalitis sifilis terdiri dari dua bagian yaitu :

1) Gejala-gejala neurologis

a) Kejang-kejang yang datang dalam serangan-serangan.

b) Afasia.
c) Apraksia.

d) Hemianopsia.

e) Penurunan kesadaran

f) Pupil Agryll- Robertson.

g) Nervus opticus dapat mengalami atrofi.

h) Pada stadium akhir timbul gangguanan-gangguan motorik yang bersifat

progresif.

2) Gejala-gejala mental

a) Timbulnya proses dimensia yang progresif.

b) Intelgensia yang mundur perlahan-lahan yang mula-mula tampak pada kurang

efektifnya kerja.

c) Daya konsentrasi mundur.

d) Daya ingat berkurang.

e) Daya pengkajian terganggu.

c. Terapi pada ensefalitis siphylis

1) Penisillin G 12-24 juta unit/hari dibagi 6 dosis selama 14 hari.

2) Penisillin prokain G 2,4 juta unit/hari intra muskular + probenesid 4x500mg

oral 14 hari.

3) Bila alergi pada penisilin, maka bisa diberikan :

a) Tetrasiklin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari.

b) Eritromisin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari.

c) Cloramfenicol 4 x 1 g intra vena selama 6 minggu.

d) Seftriaxon 2 g intra vena/intra muscular selama 14 hari.

Ensefalitis Virus
Adapun virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia adalah sebagai berikut

a. Virus RNA

 Paramikso virus : virus parotitis, irus morbili.

 Rabdovirus : virus rabies.

 Togavirus : virus rubella flavivirus (virus ensefalitis Jepang B, virus dengue).

 Picornavirus : enterovirus (virus polio, coxsackie A, B, echovirus).

 Arenavirus: virus koriomeningitis limfositoria.

b. Virus DNA

 Herpes virus : herpes zoster-varisella, herpes simpleks, sitomegalivirus, virus

Epstein-barr Poxvirus : variola, vaksinia.

 Retrovirus: AIDS.

c. Manifestai Klinis

 Demam.

 Nyeri kepala

 Vertigo.

 Nyeri badan.

 Nausea.

 Kesadaran menurun.

 Kejang-kejang.

 Kaku kuduk.

 Hemiparesis dan paralysis bulbaris.

d. Terapi pada ensefalitis karena virus

1) Pengobatan simtomatis
a) Analgetik dan antipiretik : Asam mefenamat 4 x 500 mg.

b) Anticonvulsi : Phenitoin 50 mg/ml intravena 2 x sehari.

2) Pengobatan antivirus diberikan pada ensefalitis virus dengan penyebab herpes zoster-

varicella.

3) Asiclovir 10 mg/kgBB intra vena 3 x sehari selama 10 hari atau 200 mg peroral tiap 4

jam selama 10 hari.

Ensefalitis Karena Parasit

a. Malaria Serebral

Plasmodium falsifarum penyebab terjadinya malaria serebral. Gangguan utama terdapat

didalam pembuluh darah mengenai parasit. Sel darah merah yang terinfeksi plasmodium

falsifarum akan melekat satu sama lainnya sehingga menimbulkan penyumbatan-

penyumbatan. Hemorrhagic petechia dan nekrosis fokal yang tersebar secara difus ditemukan

pada selaput otak dan jaringan otak.

Gejala-gejala yang timbul adalah demam tinggi, kesadaran menurun hingga koma.

Kelainan neurologik tergantung pada lokasi kerusakan-kerusakan yang terjadi.

b. Toxoplasmosis

Toxoplasma gondii pada orang dewasa biasanya tidak menimbulkan gejala-gejala

kecuali dalam keadaan dengan daya imunitas menurun. Didalam tubuh manusia parasit ini

dapat bertahan dalam bentuk kista terutama di otot dan jaringan otak.

c. Amebiasis

Amuba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung ketika berenang di air

yang terinfeksi dan kemudian menimbulkan meningoencefalitis akut.

Gejala-gejalanya adalah demam akut, nausea, muntah, nyeri kepala, kaku kuduk dan

kesadaran menurun.
d. Sistiserkosis

Cysticercus cellulosae ialah stadium larva taenia. Larva menembus mukosa dan masuk

kedalam pembuluh darah, menyebar ke seluruh badan. Larva dapat tumbuh menjadi

sistiserkus, berbentuk kista di dalam ventrikel dan parenkim otak. Bentuk rasemosanya

tumbuh didalam meninges atau tersebar didalam sisterna. Jaringan akan bereaksi dan

membentuk kapsula disekitarnya. Gejala-gejala neurologik yang timbul tergantung pada

lokasi kerusakan yang terjadi.

e. Terapi pada ensefalitis karena parasit

· Malaria serebral : Kinin 10 mg/KgBB dalam infuse selama 4 jam, setiap 8 jam hingga

tampak perbaikan.

· Toxoplasmosi

a) Sulfadiasin 100 mg/KgBB per oral selama 1 bulan.

b) Pirimetasin 1 mg/KgBB per oral selama 1 bulan.

c) Spiramisin 3 x 500 mg/hari.

· Amebiasis : Rifampicin 8 mg/KgBB/hari.

Ensefalitis Karena Fungus

Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain : candida albicans, Cryptococcus

neoformans, Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus dan Mucor mycosis. Gambaran yang

ditimbulkan infeksi fungus pada sistem saraf pusat ialah meningo-ensefalitis purulenta.

Faktor yang memudahkan timbulnya infeksi adalah daya imunitas yang menurun.

a. Terapi pada ensefalitis karena fungus

 Amfoterisin 0,1- 0,25 g/KgBB/hari intravena 2 hari sekali minimal 6 minggu.

 Mikonazol 30 mg/KgBB intra vena selama 6 minggu.

Riketsiosis Serebri
Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat menyebabkan

Ensefalitis. Di dalam dinding pembuluh darah timbul noduli yang terdiri atas sebukan sel-sel

mononuclear, yang terdapat pula disekitar pembuluh darah di dalam jaringan otak. Didalam

pembuluh darah yang terkena akan terjadi trombosis.

Gejala-gejalanya ialah nyeri kepala, demam, sukar tidur, kemudian mungkin

kesadaran dapat menurun. Gejala-gejala neurologik menunjukan lesi yang tersebar.

a. Terapi pada riketsiosis serebri

1) Cloramphenicol 4 x 1 g intra vena selama 10 hari.

2) Tetrasiklin 4x 500 mg per oral selama 10 hari.

F. KOMPLIKASI

Angka kematian untuk ensefalitis ini masih tinggi, berkisar antara 35-50 %, dari pada

penderita yangb hidup 20-40 % mempunyai komplikasi atau gejala sisa berupa paralitis.

Gangguan penglihatan atau gejala neurologik yang lain. Penderita yang sembuh tanpa

kelainan neurologik yang nyata,dalam perkembangan selanjutnya masih mungkin menderita

retardasi mental, gangguan tingkah laku dan epilepsi.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Biakan :

· Dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk mendapatkan

hasil yang positif.

· Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat gambaran jenis

kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.

· Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif .

· Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur positif.
b. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji

neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM dapat

dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.

c. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.

d. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang

ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.

e. EEG/ Electroencephalography EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang

merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor, infeksi

sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik

berbeda dari pola normal irama dan kecepatan. (Smeltzer, 2002).

f. CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa pula

didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti Ensefalitis herpes simplex, ada

kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal dan lobus frontal (Victor, 2001).

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan yang dilakukan pada ensefalitis antara lain :

a. Isolasi : isolasi bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan

pencegahan.

b. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur. Obat yang mungkin dianjurkan oleh dokter :

· Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.

· Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.

· Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral acyclovir secara signifikan

dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir diberikan secara

intravena dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari untuk

mencegah kekambuhan (Victor, 2001).


· Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara polifragmasi.

c. Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial : manajemen edema otak

· Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan : jenis dan jumlah cairan yang diberikan

tergantung keadaan anak.

· Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dalam pipa giving set untuk

menghilangkan edema otak.

· Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk menghilangkan

edema otak.

d. Mengontrol kejang : Obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas kejang.

Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal.

· Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali.

· Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis yang sama.

· Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip dengan

dosis 5 mg/kgBB/24 jam.

e. Mempertahankan ventilasi : Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai kebutuhan (2-

3l/menit).

f. Penatalaksanaan shock septik.

g. Mengontrol perubahan suhu lingkungan.

h. Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh yang

mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher, ketiak, selangkangan,

daerah proksimal betis dan di atas kepala. Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2

mg/kgBB/hari dan phenergan 4 mg/kgBB/hari secara intravena atau intramuscular dibagi

dalam 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan antipiretikum seperti asetosal atau parasetamol

bila keadaan telah memungkinkan pemberian obat per oral (Hassan, 1997).
I. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS ENCEPHALITIS

PENGKAJIAN

1. Identitas
 Ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.
 Keluhan utama
 Panas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun.
 Riwayat penyakit sekarang
 Mula-mula anak rewel ,gelisah ,muntah-muntah ,panas badan meningkat kurang
lebih 1-4 hari , sakit kepala.
 Riwayat penyakit dahulu
 Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita
penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung,telinga dan tenggorokan.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
 Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh : Herpes
dll. Bakteri contoh : Staphylococcus Aureus,Streptococcus , E , Coli ,dll.
 Imunisasi
 Kapan terakhir diberi imunisasi DTP
 Karena ensefalitis dapat terjadi post imunisasi pertusis.
 POLA-POLA FUNGSI KESEHATAN
 Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
 Kebiasaan
 sumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur ,kebiasaan buang air besar di
WC,lingkungan penduduk yang berdesaan (daerah kumuh)
 Status Ekonomi
 Biasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah.
 Pola Nutrisi dan Metabolisme
 Menyepelekan anak yang sakit ,tanpa pengobatan yang semPemenuhan Nutrisi
 Biasanya klien dengan gizi kurang asupan makana dan cairan dalam jumlah kurang
dari kebutuhan tubuh.,
 Pada klien dengan Ensefalitis biasanya ditandai
 Dengan adanya mual, muntah, kepalah pusing, kelelahan.
 .
 Status Gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh.
 Postur tubuh biasanya kurus ,rambut merah karena kekurangan vitamin A,berat
badan kurang dari normal.
 Menurutrumus dari BEHARMAN tahun 1992 ,umur 1 sampai 6 tahun
 Umur (dalam tahun) x 2 + 8
 Tinggi badan menurut BEHARMAN umur 4 sampai 2 x tinggi badan lahir.
 Perkembangan badan biasanya kurang karena asupan makanan yang bergizi
kurang.
 Pengetahuan tentang nutrisi biasanya pada orang tua anak yang kurang
pengetahuan tentang nutrisi.
 Yang dikatakan gizi kurang bila berat badan kurang dari 70% berat badan normal.

2. Pola Eleminasi
 Kebiasaan Defikasi sehari-hari
Biasanya pada klien Ensefalitis karena klien tidak dapat melakukan mobilisasi maka dapat
terjadi obstivasi.
 Kebiasaan Mictrie sehari-hari
Biasanya pada klien Ensefalitis kebiasaan miksi normal frekuensi normal.
 Jika kebutuhan cairan terpenuhi.
Jika terjadi gangguan kebutuhan cairan maka produksi irine akan menurun ,konsentrasi
urine pekat.

 Pola tidur dan istirahat


Biasanya pola tidur dan istirahat pada klien Ensefalitis biasanya tidak dapat dikaji karena
klien sering mengalami apatis sampai koma.

3. Pola Aktivitas

a Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan karena klien Ensefalitis mengalami
kelemahan penurunan kesdaran.
b Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerak dilakukan latihan
positif.
Upaya pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada klien gizi buruk maka dilakukan
latihan pasif sesuai ROM

 Kekuatan otot berkurang karena klien Ensefalitis dengan gizi buruk .


Kesulitan yang dihadapi bila terjadi komplikasi ke jantung ,ginjal ,mudah terkena
infeksi ,anemia berat,aktifitas fagosit turun ,Hb turun ,punurunan kadar albumin serum
,gangguan pertumbuhan.
4. Pola Hubungan Dengan Peran
Interaksi dengan keluarga / orang lain biasanya pada klien dengan Ensefalitis
kurang karena kesadaran klien menurun mulai dari apatis sampai koma.
 Pola Persepsi dan pola diri
Pada klien Ensenfalitis umur > 4 ,pada persepsi dan konsep diri
Yang meliputi Body Image ,self Esteem ,identitas deffusion deper sonalisasi belum bisa
menunjukkan perubahan.
 Pola sensori dan kuanitif
a. Sensori
Daya penciuman
Daya rasa
Daya raba
Daya penglihatan
Daya pendengaran
Tidak dapat di evaluasi

5. Pola Reproduksi Seksual


Bila anak laki-laki apakah testis sudah turun ,fimosis ada/tidak.
Pola penanggulangan Stress
Pada klien Ensefalitis karena terjadi gangguan kesadaran :
 Stress fisiologi ( anak hanya dapat mengeluarkan
 air mata saja ,tidak bisa menangis dengan
 keras (rewel) karena terjadi afasia.
 Stress Psikologi tidak di evaluasi

6. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Anak umur 18 bulan belum bisa dikaji.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM / PEMERIKSAAN PENUNJANG

Gambaran cairan serebrospinal dapat dipertimbangkan meskipun tidak begitu membantu.


Biasanya berwarna jernih ,jumlah sel 50-200 dengan dominasi limfasit. Kadar protein
kadang-kadang meningkat, sedangkan glukosa masih dalam batas normal.

Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difus (aktifitas lambat bilateral).Bila


terdapat tanda kli1nis flokal yang ditunjang dengan gambaran EEG atau CT scan dapat
dilakukan biopal otak di daerah yang bersangkutan. Bila tidak ada tanda klinis flokal, biopsy
dapat dilakukan pada daerah lobus temporalis yang biasanya menjadi predileksi virus Herpes
Simplex.

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG SERING TERJADI


1. Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi
2. Resiko
3. Resiko terjadi kontraktur b/d spesifik berulang

DIAGNOSA KEPERAWATAN I.

Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan tubuh terhadap infeksi turun
 Tujuan:
- tidak terjadi infeksi
 Kriteria hasil:
- Masa penyembuhan tepat waktu tanpa bukti penyebaran infeksi
endogen

 Intervensi
Pertahanan teknik aseptic dan teknik cuci tangan yang tepat baik petugas atau
pengunmjung. Pantau dan batasi pengunjung.
1. menurunkan resiko px terkena infeksi sekunder . mengontrol penyebaran Sumber
infeksi, mencegah pemajaran pada individu yang mengalami nfeksi saluran nafas
atas.
2. Abs. suhu secara teratur dan tanda-tanda klinis dari infeksi.
3. Deteksi dini tanda-tanda infeksi merupakan indikasi perkembangan
Meningkosamia Berikan antibiotika sesuai indikasi
4. Obat yang dipilih tergantung tipe infeksi dan sensitivitas individu.

DIAGNOSA KEPERAWATAN II
Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umum
 Tujuan :
Tidak terjadi trauma

 Kriteria hasil :
Tidak mengalami kejang / penyerta cedera lain

 Intervensi :
1. Berikan pengamanan pada klien dengan memberi bantalan,penghalang tempat tidur
tetapn terpasang dan berikan pengganjal pada mulut, jalan nafas tetap bebas.
Melindungi px jika terjadi kejang , pengganjal mulut agak lidah tidak
Tergigit.
Catatan: memasukkan pengganjal mulut hanya saat mulut relaksasi.
Pertahankan tirah baring dalam fase akut.
1. Menurunkan resiko terjatuh / trauma saat terjadi vertigo.
Kolaborasi.
Berikan obat sesuai indikasi seperti delantin, valum dsb.
2. Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang.
Abservasi tanda-tanda vital
3. Deteksi diri terjadi kejang agak dapat dilakukan tindakan lanjutan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN III

Resiko terjadi kontraktur b/d spesifik berulang

 Tujuan :
Tidak terjadi kontraktur
 Ktiteria hasil :
Tidak terjadi kekakuan sendi
Dapat menggerakkan anggota tubuh
 Intervensi
Berikan penjelasan pada ibu klien tentang penyebab terjadinya spastik ,
Terjadi kekacauan sendi.
R/ . Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mengerti dan mau
Membantu program perawatan .
Lakukan latihan pasif mulai ujung ruas jari secara bertahap
R/ Melatih melemaskan otot-otot, mencegah kontraktor
Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam
R/ Dengan melakukan perubahan posisi diharapkan peR/usi ke
Jaringan lancar, meningkatkan daya pertahanan tubuh .
Observasi gejala kaerdinal setiap 3 jam
R/ Dengan melakukan observasi dapat melakukan deteksi dini bila
Ada kelainan dapat dilakukan inteR/ensi segera
Kolaborasi untuk pemberian pengobatan spastik dilantin / valium sesuai
Indikasi
R/ Diberi dilantin / valium , kejang / spastik hilang
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK ENCEPHALITIS

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : .An.A
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat tgl.lahir : Lamongan, 4 Desember 1999
Umur : 18 Bulan
Anak ke : I (Pertama)
Nama ayah : Tn.T
Nama Ibu : Ny. U
Pendidikan ayah : SMP
Pendidikan ibu : SMP
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Geger Turi,Lamongan
MRS : 10 Juli 2001
Diagnosa medis : Encephalitis
Sumber informasi : ayah, Ibu dan status rekam medis klien

II.Riwayat Keperawatan
1.Keluhan Utama : Kejang-kejang

2.Riwayat penyakit sekarang :


Anak demam (suhu 40oC) disertai muntah-muntah sering,2 hari sebelumnya di-rawat
rumah sakit Muhamadiyah Lamongan,selama dirumah sakit Muhamadi-yah anak
mengalami kejang sebanyak 5 kali dengan lama kejang ± 10 menit setiap kali kejang serta
mata melihat terus keatas,kedua telapak kaki kaku setalah kejang, anak tidak sadarkan diri
selama 4 hari dirawat diRS.Muhamadiyah panas terus tinggi (> 38oC) selama 7 hari
kemudian berangsur turun, anak kemudian dirujuk keRSDS setelah dirawat selama 14 hari
di RS.Muhamadiyah,lamongan.

3.Riwayat penyakit dahulu :


Anak sudah 4 kali sebelum dirawat diRS dengan keluhan muntah-muntah disertai badan
panas. Sejak umur 1 bulan anak sering sakit flu/batuk dan pilek juga sering muntah

4.Riwayat penyakit keluarga :


Tak ada keluarga yang menderita sakit paru,jantung,hipertensi,DM atau seperti yang
dialami klien.

5.Riwayat kehamilan :
Kehamilan/prenatal :
Ibu tidak prnah sakit selama kehamilan,kontrol teratur kePuskesmas serta men-dapat
vitamin,tidak menggunakan obat-obatan dan jamu.
Kelahiran/Natal :
Kehmilan 9 bulan/aterm,BB= 3 kg,lahir spontan ditolong oleh bidan dipoliklinik
RS,langsung menangis.
Pasca kelahiran/post natal :
ASI terus diberikan didampingi PASI sampai sebelum anak sakit.anak diasuh oleh ayah
dan ibunya, anak sering sakit flu,pilek dan batuk.

6.Luka operasi : Tidak ada

7.Alergi : Tidak ada

8.Tumbuh kembang :
Pertumbuhan :
LK= 45 cm,LD= 50 cm,LLA= 18 cm(kiri),BB= 10 kg,TB= 82 cm
Perkembangan :
Sebelum sakit anak dapat bermain dan berjalan,berbicara memanggil,meminta sesuatu pada
orang tua,BAB/BAK bilang

9 Imunisasi : Lengkap

10.Status gizi : Asi diberikan sampai sebelum anak dirawat diRS Muhamadiyah Pisang
diberikan umur 3 bulan,bubur diberikan umur 5 bulan,status gizi kurang
III.Pola fungsi kesehatan :
a. Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan
Klien mendapat imunisasi lengkap,makan 3X/hari,minum ±1 liter/hari,istirahat
±10 – 12 jam/hari,lingkungan kampung keadaan bersih.
b. Pola nutrisi – metabolik
Gizi kurang BB=10 kg, terdapat nyeri tekan perut bagian kanan dan tengah, nafsu
makan menurun,muntah 2 X ±10 cc,mukosa mulut kering Saat ini anak tidak dapat
menelan , tidak dapat makan / minum peroral . karena terjadi penurunan kesadaran
sehingga terjadi gangguan proses menelan dan muntah.
Makan dan minum personde , yang terdiri dari:
3x100 cc tem sonde .
1x1cc juice buah .
5x1cc susu dancow .
Suhu= 37,5oc
c. Pola eliminasi
Klien belum BAB ±2hari,ngompol warna kuning jumlah urine ± 60 cc/4 jam
d. Pola aktifitas dan latihan
Kesadaran klien menurun,lemah,Nadi=100 x/mnt,RR=38 x/mnt,bermain Upaya
penggerakkan sendi dilakukan latihan Secara bertahap mulai dari ujung jari sampai
Kekuatan otot- otot
e. Pola Tidur istirahat
Tidur ± 10 – 12 jam pagi,siang dan malam,saat dirumah sakit kejang spastik,terjadi
penurunan kesadaran.
f. Pola kognitif – perseptual
Gangguan kesadaran, terdapat kejang spastik
g. Pola persepsi diri
Belum bisa di kaji
h. Pola peran hubungan
Klien dekat dengan ibunya,selama sakit ibu yang merawat/menjaga dengan telaten,bila
ditinggal pergi anak menangis mencari ibu. anak menunjukkan keakuannya dan egoistik
sulit untuk dikasih tahu
i. Pola Reproduksi
Klien masuk pada fase anal,daerah anal aktifitas/pengeluaran tinja merupakan sumber
kepuasannya,anak menahan BAB 2 hari
j. Pola koping – tolerasin stress
Cengeng,sangat tergantung dengan orang tua (ibu)
k.Pola tata nilai dan kepercaya
Pada anak A belum dapat dievaluasi karena baru dapat diajarkan membedakan - baik
dan buruk setelah anak berumur > 4 tahun

ANALISA DATA

PENGELOMPOKAN KEMUNGKINAN MASALAH


DATA PENYEBAB
POHON MASALAH
Tgl 16/7/2001 Virus/Bakteri
Data subyektif ↓
- Ibu klien mengatakan anaknya Mengenai CNS Resiko
sering kejang ↓ Kontraktur
Kerusakan Susunan Saraf
Pusat
Data Obyektif ↓
- Anak sering spastik ± 4-5 kali Kejang / spastik
dalam 4 jam
SHAPE \*
MERGEFORMAT
- Kontraktur
- Resiko Trauma
Data Subyektif: - Paralisys Otot- otot Gangguan
Menelan / penurunan Pemenuhan
kesadaran Nutrisi
SHAPE \*
Data Obyektif : MERGEFORMAT
- Terpasang Sonde Asupan Nutrisi per-oral
kurang
- Diet 3x100 cc tim sonde SHAPE \*
MERGEFORMAT
- Susu Dancow 6x100cc Nutrisi kurang
Data Subyektif:
Ibu klien mengatakan anaknya Daya Tahan Terhadap Resiko Gannguan
tidak bisa menggerakkan seluruh Infeksi menurun Integritas Kulit
tubuhnya
Mudah Infeksi

Data Obyektif : Gangguan Integritas kulit


- Tidak bisa bergerak
- Klien sering ngompol
(kulit sering basah )

Diagnosa keperawatan yang timbul :


1.Ketidakefektipan bersihan jalan nafas b/d reflek batuk tidak ada (paralysis)
2.Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d perubahan pola makan
3.Resiko kontraktur b/d kejang spastik berulang
4.Terjadi abstipasi b/d kurangnya mobilisasi dan intake cair
5.Resiko gangguan integritas kulit b/d daya tahan tubuh terhadap infeksi turun dan
immobilisasi
6.Resiko trauma b/d kejang spastik
Diagnosa keperawatan prioritas I
Resiko terjadi kontuaktur b/d kejang spastik berulang

Tujuan :
Tidak terjadi kontraktur (2minggu)
Kriteria hasil :
Tidak terjadi kotraktur
Klien dapat menggerakkan anggota gerak

Intervensi :
1. Berikan penjelasan pada ibu klien tentang penyebab terjadinya spastik dan terjadinya
kekakuan sendi
R/ Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mengerti dan mau mambantu rencana
tindakan yang akan diberikan
Lakukan latihan pasif secara bertahap mulai dari ujung jari secara bertahap.
R/ Melatih melemaskan otot-otot, mencegah kontraktur.
Lakukan perubahan posisi setiap 2jam
R/ Dengan melakukan perubahan posisi di harapkan melatih otot-otot.

Diagnosa keperwatan prioritas II


Ketidak efektifan bersihan jalan napas b/d reflek batuk yang tidak ada
Tujuan :
Jalan napas bebas ( bersih / selama perawatan )
Kriteria Hasil :
Jalan nafas bebas ( bersih )
Tidak ada suara napas tambahan
Tidak ada ronchi kanan / kiri
Tidak ada whezing kanan /kiri
R.R antara 20-28 x / menit

Intervensi
1. Berikan penjelasan pada ibu klien tentang penyebab ketidak efektifan yang akan
diberikan
R/ dengan diberi penjelasan diharapka ibu klien mengerti dan mau membantu semua
tindakan yang diberikan.
2. berikan nebulezer 2x sehari(pagi –sore)
R/ mengencerkan riak
3. Lakukan suction setiap ada riak / sekrit di mulut dan tenggorokan
R/ sekret atau ludah yang berada di mulut dan tenggorokan hilang, jalan napas bebas.
4. Observasi tanda-tanda kardinal dan tanda-tanda sumbatan jalan napas setiap 3jam (0900-
1200-1500-1800-2100-2400-0310-0600)
R/ Diteksi dini agar dapat dilakukan intervensi lanjutan.
Diagnosa keperawatan prioritas III
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d perubahan pola makan.
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi (2 minggu)
Kriteria hasil :
Berat badan naik,LLA bertambah
Turgor baik
Conjungtiva merah mudah
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing,

protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000). Ensefalitis disebabkan oleh

bakteri, virus, parasit, fungus dan riketsia. Ensefalitis diklasifikasikan menjadi :

a. Ensefalitis supurativa.

b. Ensefalitis siphylis.

c. Ensefalitis virus.

d. Ensefalitis karena parasit : malaria serebral, toxoplasmosis, amebiasis dan

sistiserkosis.

e. Ensefalitis karena fungus.

f. Riketsiosis serebri.

Penatalaksaan pada masalah ini dilakukan sesuai dengan penyebab terjadinya ensefalitis

tersebut, antara lain seperti : pemberian antibiotik, antifungi, antiparasit, antivirus dan

pengobatan simptomatis berupa pemberian analgetik antipiretik serta antikonvulsi.

B. Saran
Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab dengan kondisi fisik

yang sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas sehari-harinya tanpa mengalami

hambatan. Maka menjaga kesehatan seluruh organ yang berada didalam tubuh menjadi sangat

penting mengingat betapa berpengaruhnya sistem organ tersebut terhadap kelangsungan

hidup serta aktifitas seseorang.

DAFTAR PUSTAKA

2011. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ensefalitis. (online). http://bkp2011. blogspot. com

/2011/03/asuhan-keperawatan-pada-pasien_24.html, diakses tanggal 16 Oktober 2011 pukul

10.00

Arif, Mansur. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius

Doengoes, Marilynn.E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

http://www.perfspot.com/docs/doc.asp?id=18608

http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/ensefalitis/

You might also like