You are on page 1of 20

HIV

.
HIV pertama kali diidentifikasi oleh Luc Montainer dari
Institud Pasteur
Prancis
tahun 1983 dan diberi nama
lymphadenopathy associated virus
(LAV).
Pada tahun 1984 Robert Gallo dari
National
Cancer Institude
Amerika Serikat,
mengidentifikasi retrovirus dari penderita AIDS dan diberi nama
human T
-
lymphotropic virus
tipe 3 ( HTLV
-
3). Pada tahun 1985 Cherman dan Barre,
yang juga meneliti retrovirus penyebab AIDS, member nama
lymphadenopathy
-
AIDS virus
(LAV /HTLV
-
3), dan pada tahun 1986
International Committee on
Taxonomy of Viruses
, member nama retrovirus penyebab AIDS dengan
Human
Immunodeficiency Virus
(HIV).
1,8,9,19
2
.2. Etiologi HIV
Virus HI
V termasuk
Retrovirus
anggota subfamily
Lentifiri
d
ae
dengan
diameter 80

12
0 nm
. Infeksi dari
Lentivirus
secara khas ditandai dari sifat
latennya yang lama, masa inkubasinya yang lama, replikasi virus yang
persisten dan keterlibatan dari susunan saraf pusat. Sedangkan ciri khas untuk
suatu jenis
retrovirus
yaitu, dikelilingi oleh membran lipid, mempunyai
kem
ampuan variasi genetik yang tinggi, mempunyai cara yang unik untuk
replikasi.
42
. Virus ini sangat mudah mengalami mutasi sehingga sulit untuk
menemukan obat yang dapat membunuh, virus tersebut. Daya penularan
pengidap HIV tergantung pada sejumlah virus yang ada didalam darah,
semakin banyak virus dalam darah semakin tinggi daya penularannya sehingga
penyakitnya juga semakin p
arah.
19,20,
HIV
ada 2 tipe yaitu : tipe 1 (HIV
-
1) dan
tipe 2 (HIV
-
2). Virus
-
virus ini secara serologis dan geografis relatif berbeda
t
etapi mempunyai ciri epidemiologis yang sama. Patogenisitas dari HIV
-
2 lebih
rendah dibanding HIV
-1.
23,42
.
Universitas
Sumatera
Utara
makrofag. Usaha sintesis res
e
ptor CD4
+
ini telah digunakan untuk mencegah
antigen gp120 menginfeksi sel CD4
+.
.
2
Gen envelop
sering
bermutasi. Hal tersebut menyebabkan jumlah CD4
perifer
menurun, fungsi sel T yang terganggu, aktifasi poliklonal sel B
menimbulkan
hipergamaglobulinemia,
antibody yang dapat mene
tralkan
antigen gp120 dan gp41 diproduksi tetapi tidak mencegah progress penyakit
oleh karena kecepatan mutasi virus yang tinggi
.
Protein envelop adalah produk
yang menyandi gp120,digunakan
dalam usaha memproduksi antibody yang
efektif dan produktif oleh pejamu.
2
2
.4. Siklus hidup HIV
Gambar
2
.2.
HIV entry and replication in CD4 T lymphocytes
.
10
Virus memasuki tubuh terutama menginfeksi sel yang mempunyai
molekul protein CD4.
Kelompok sel terbesar yang mempunyai molekul CD4
adalah limfosit T dan sel target lain adalah monosit, makrofag, sel dendrite, sel
Universitas
Sumatera
Utara
langerhans dan sel microglia. Ketika HIV masuk tubuh
, glycoprotein
120
terluar
pada virus melekatkan diri pada reseptor CD4. Glikoprotein terdiri dari dua sub
-
unit gp120 dan gp41. Sub unit 120 mempunyai afinitas tinggi terhadap reseptor
CD4 dan bertanggung jawab untuk ikatan awal virus pada sel. Perlekatan ini
menginduksi perubahan konformasi yang memicu perlekatan kedua pada
koreseptor. Dua reseptor kemokin utama yang digunakan oleh HIV adalah
CCR5 dan CXCR4. Ikatan dengan kemoreseptor ini menginduksi perubahan
konformasi pada sub unit
gp41
yang mendorong masuknya
sekuens
peptida
gp41 ke dalam membran target yang memfasilitasi
fusi virus. Setelah terjadinya
fusi, virus tidak berselubung mempersiapkan untuk mengadakan replikasi.
Material genetik virus adalah RNA
single stand
-
sense
positif
(ssRNA), virus
harus mentranskripsi RNA ini dalam DNA secara optimal pada
replikasi sel
man
usia (transkripsi normal terjadi dari DNA ke RNA, HIV bekerja mundur
sehingga diberi nama retrovirus). Untuk melakukannya HIV dilengkapi dengan
enzim unik RNA
-
dependent
DNA
polymerase
(
reverse transcriptase
).
Reverse
transcriptase
pertama membentuk rantai DNA komplementer, menggunakan
RNA virus sebagai templet. Hasil sintesa lengkap molekul
double
-
strand
DNA
(dsDNA) dipindahkan ke dalam inti dan berintegrasi ke dalam kromoson sel
tuan rumah oleh enzim
integrase
. Integrasi ini menimbulkan beberapa masalah,
p
ertama HIV dapat menyebabkan infeksi kronik dan persisten, umumnya
pada
sel sistem imun yang berumur panjang seperti T
limfosit memori. Kedua,
pengintegrasian
acak menyebabkan kesulitan target. Selanjutnya integrasi
acak pada HIV ini menyebabkan kelainan seluler dan mempengaruhi
apoptosis. Gabungan DNA virus dan DNA sel inang akan mengalami replikasi,
Universitas
Sumatera
Utara
transkripsi dan translasi. DNA polimerase mencatat dan mengintegrasi provirus
DNA ke mRNA, dan mentranslasikan pada mRNA sehingga terjadi
pembentukan protein virus. Pertama, transkripsi dan translasi dilakukan dalam
tingkat rendah menghasilkan berbagai protein virus seperti
Tat, Nef
dan
Rev
.
Protein
Tat
sangat berperan untuk ekspresi gen HIV, mengikat pada bagian
DNA spesifik yang
memulai dan menstabilkan perpanjangan transkripsi. Belum
ada fungsi yang jelas dari protein
Nef.
Protein
Rev
mengatur aktivitas
post
transkripsional dan sangat dibutuhkan untuk reflikasi HIV.
Perakitan partikel
virion baru dimulai dengan penyatuan protein HIV dalam sel inang.
Nukleoka
psid yang sudah terbentuk oleh ssRNA virus disusun dalam satu
kompleks. Kompleks
nukleoprotein
ini kemudian dibungkus dengan 1 membran
pembungkus dan dilepaskan dari sel pejamu melalui proses ”
budding
” dari
membran plasma. Kecepatan produksi virus dapat sangat tinggi dan
menyebabkan kematian sel inang.
1,2,4,17
2
.5. Patogenesa HIV
HIV dapat mencapai sirkulasi sistemik secara langsung dengan di
perantarai benda tajam yang mampu menembus dinding pembuluh darah atau
secara tidak langsung melalui kulit dan mukosa yang tidak intak. Setelah
berada dalam sirkulasi sistemik, 4
-
11 hari sejak paparan pertama HIV dapat di
deteksi di dalam darah. Masa inkubasi HIV berkisar antara 6 minggu sampai 6
tahun atau lebih.
1,8,9
Virus biasanya masuk tubuh dengan menginfeksi sel langerhans di
mukosa rectum ataupun vagina, kemudian bergerak dan bereplikasi di KGB
setempat. Kemudian virus di sebarkan melalui viremia yang disertai sindrom
Universitas
Sumatera
Utara
dini akut berupa panas, mialgia dan atralgia. Virus menginfeksi sel CD4,
makrofag dan sel dendritik dalam darah dan organ limfoid. Antigen virus
nukleokapsid, p24 dapat ditemukan dalam darah selama fase ini. Fase ini
kemudian dikontrol sel CD8
+
dan antibody dalam sirkulasi terhadap p24 dan
protein envelop gp120 dan gp41. Efikasi sel Tc dalam mengontrol virus terlihat
dari menurunnya kadar virus. Respon imun tersebut menghancurkan HIV
dalam KGB yang merupakan reservoir utama HIV selama fase selanjutnya dan
fase laten. Meskipun hanya kadar rendah virus diproduksi dalam fase laten ,
destruksi sel CD4 berjalan terus dalam kelenjar limfoid. Akhirnya jumlah CD4
dalam sirkulasi menurun. Kemudian menyusul
fase progressif kronis
dan
penderita menjadi rentan terhadap berbagai infeksi oleh kuman non patogenik.
Setelah HIV masuk kedalam sel dan terbentuk dsDNA,
integrasi
DNA viral ke
dalam genom sel pejamu membentuk provirus. Provirus tetap laten sampai
kejadian dalam sel terinfeksi mencetuskan aktifasinya, yang mengakibatkan
terbentuk pengelepasan partikel virus. Walau CD4 berikatan dengan envelop
glikoprotein HIV
-
1, diperlukan reseptor kedua supaya dapat masuk dan terjadi
infeksi. Subjek yang baru terinfeksi HIV dapat disertai gejala atau tidak.
2,17
2.
6
. CD4
CD4 adalah bagian dari populasi limfosit T yang di sebut sebagai
sel T
helper
(penolong). CD4 dalam sistem imun ditulis dengan penanda permukaan
CD4+. Fungsi utama CD4 dalam imun, meregulasi sistem imun agar bekerja
dengan baik. Prosesnya dengan
merangsang sistem imun nonspesifik berupa
fagosit untuk
khemotaksis
dan proses
fagositosis
benda asing, untuk sistem
imun spesifik humoral : merangsang sel B (Limfosit B) untuk menghasilkan
Universitas
Sumatera
Utara
antibody dan mengatur produksi antibody. Sedangkan untuk sistem i
mun
seluler berfungsi dalam mengatur CD8 dan NK membunuh sel sasaran yang
terkena infeksi virus.
1,2,3,4,8
Ketika HIV masuk ke tubuh, maka virus mencari sel CD4 dan mulai
menggandakan dirinya (
replikasi virus
). CD4 merupakan target utama HIV
untuk menghancurkan sistem imun tubuh. Apabila telah bereplikasi virus dan
meninggalkan CD4 yang telah mati, maka partikel virus baru akan mencari dan
menginfeksi CD4 baru, sehingga dengan demikian maka akan semakin rendah
jumlah CD4 dalam tubuh. Setelah melewati beberapa waktu, banyak sel
-
sel
CD4 dihancurkan sehingga sistem kekebalan tidak lagi dapat melindungi tubuh
dari infeksi dan penyakit yang lain. Oleh sebab itu pemantauan CD4 pada
seseorang yang terinfeksi HIV sangatlah penting untuk melihat perjalanan
penyakit beserta prognosisnya. Jumlah CD4 adalah indikator yang paling
diandalkan untuk prognosis.
1,2,3,4,8
CD4 dilaporkan dalam bentuk jumlah total atau persentase. Jumlah CD4
500/ml atau persentase

29% dari limfosit total dianggap belum ada kerusakan
berat. CD4 <200 (<14%) telah mempunyai risiko yang jelas terhadap infeksi
oportunistik dan Kebanyakan pasien telah jatuh stadium AIDS
.
Tes CD4
sebaiknya diulang setiap 3
-
6 bulan untuk pasien yang belum diobati dengan
ART dan jangka waktu dua sampai empat bulan pada pasien yang memakai
ART. Tes tersebut sebaiknya diulangi bila hasil tidak konsisten dengan
kecenderungan sebelumnya. Kalau tidak diobati, jumlah CD4 akan menurun
rata
-
rata 4% per tahun. Persentase CD4 kadang kala dipakai sebagai pilihan
mengganti CD4 mutlak karena hitungan ini mengurangi perbedaan pada satu
Universitas
Sumatera
Utara
ukuran.
CD4 mutlak adalah prediktor paling berguna terhadap risiko untuk
perkembangan infeksi oportunistik. CD4 mutlak dan persentase CD4
sesuai
dicatat sebagai berikut : CD4 (nilai mutlak) : >500 setara dengan >29%
(Persen),
200
-
500 setara dengan 14
-
28%
dan <200 setara dengan <14%.
1,2,3,4,8
Sekali HIV menginfeksi, maka seseorang akan tetap mengandung HIV
dalam tubuhnya. Berdasarkan hal tersebut, kegiatan penanggulangan dan
pemantauan selama perjalanan penyakit sangat penting
.
1,2,3,4,8
Berdasarkan kategori klinik dan jumlah sel CD4, Infeksi HIV diklasifikasikan sebagai
berikut (
CDC,1993 )
54
Kategori klinik
A
Asimtomatik,
Akut
(primer),
PGL
B
Asimtomatik,
Selain A dan C
C
Penyakit
Indicator
AIDS
Jumlah sel CD4
< 500/μl
200

499/ μl
< 200/ μl
A1
A2
A3
B1
B2
B3
C1
C2
C3
2
.7
. Gejala Klinis
WHO menetapkan empat stadium klinik pada pasien yang terinfeksi HIV/AIDS,
sebagai
berikut :
Tabel
2.
1.
7
Universitas
Sumatera
Utara
2
.8
. Diagnosa infeksi HIV
Di
tegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
laboratorium. Diagnosis pasti di tegakkan dengan melakukan pemeriksaan
laboratorium yang di mulai dengan uji penapisan/penyaringan dengan
menentukan adanya antibody anti HIV kemudian di lanjutkan dengan uji
Universitas
Sumatera
Utara
pemastian dengan pemeriksaan yang lebih spesifik yaitu
Western
blot assay
karena mampu mendeteksi komponen komponen yang terkandung pada HIV.
8
WHO telah mengeluarkan batasan kasus infeksi HIV untuk tujuan
pengawasan dan merubah klasifikasi stadium klinik yang berhubungan dengan
infeksi HIV.
Pedoman ini meliputi kriteria diagnosa klinik yang patut diduga
pada penyakit berat HIV untuk mempertimbangkan memulai terapi antiretroviral
lebih cepat .
7
2.9
. Diagnosis Laboratorium
.
Untuk menegakkan diagnosis infeksi HIV dengan melakukan
pemeriksaan
laboratorium
kita
bagi dalam dua kelompok yaitu uji imunologi
dan uji virology
.
19
2
.9
.1. Uji Imunologi
U
ji imunologi
bertujuan
untuk menemukan adanya respon antibody
terhadap HIV
dan juga digunakan sebagai test skrining
.
19
2
.9
.1.
1
. ELISA
Enzym Linked Immunosorbent Assay
(
ELIS
A
),
merupakan uji penapisan
infeksi HIV yaitu
suatu tes untuk mendeteksi adanya antibody
yang dibentuk
oleh tubuh terhadap virus HIV. Dalam hal ini antigen mula
-
mula diikat benda
padat kemudian ditambah antibody yang akan dicari. Setelah itu ditambahkan
lagi antigen yang bertanda enzim, seperti peroksidase dan fosfatase. Akhirnya
ditambahkan substrat kromogenik yang bila bereaksi dengan enzim dapat
menimbulkan perubahan warna. Perubahan warna yang terjadi seuai dengan
jumlah enzim yang diikat dan sesuai pula dengan kadar antibody yang dicari.
2
ELISA memiliki sensitifitas yang tinggi, yaitu > 99,5%.
Metode ELISA dibagi 2
Universitas
Sumatera
Utara
jenis tehnik yaitu tehnik kompetitif dan non kompetitif. Tehnik non kompetitif ini
dibagi menjadi dua yaitu
sandw
ich
dan indirek. Metode kompetitif mempunyai
prinsip sampel ditambahkan antigen yang berlabel dan tidak berlabel dan
terjadi kompetisi membentuk kompleks yang terbatas dengan an
tibody
spesifik
pada fase padat. Prinsip dasar dari
sandwichassay
adalah sampel
yang
mengandung antigen direaksikan dengan antibody spesifik pertama yang
terikat dengan fase padat. Selanjutnya ditambahkan antibody
spesifik kedua
yang berlabel enzim dan ditambahkan substrat dari enzim tersebut
..
A
ntibody
biasanya diproduksi
mulai
minggu ke 2, atau bahkan setelah minggu ke 12
setelah tubuh terpapar virus HIV,sehingga kita menganjurkan agar
pemeriksaan ELISA dilakukan setelah setelah minggu ke 12 setelah seseorang
dicurigai terpapar ( beresiko) untuk tertular virus HIV,misalnya aktivitas seksual
berisiko tinggi atau tertusuk jarum suntik yang terkontaminasi. Tes ELISA dapat
dilakukan dengan sampel darah vena, air liur, atau urine.
5,19,
21
.
2.9
.1.2.
Radioimmunoassay (RIA)
Prinsip dasar dari
RIA
adalah reaksi suatu antibody
dalam konsentrasi
yang terbatas dengan berbagai konsentrasi antigen. Bagian dari antigen yang
bebas dan yang terikat yang timbul sebagai
akibat dari penggunaan antobody
dalam kadar yang terbatas ditentukan dengan menggunakan antigen yang
diberi label radi
o isotop
.
Pada prinsip kompetitif bahan yang mengandung
antigen yang berlabel dan antigen yang terdapat di dalam sampel akan diberi
label radio isotop sehingga terjadi kompetisi antara antigen yang akan
ditentukan kadarnya dan antigen yang diberi label
dal
am proses pengikatan
antibody
spesifik tersebut sampai terjadi keseimbangan. Sisa antigen yang
Universitas
Sumatera
Utara
diberi label dan tidak terikat dengan antibody dipisahkan oleh proses
pencucian. Setelah itu dilakukan penambahan konyugate, sehingga terjadi
pembentukan kompleks imun dengan konjugate.
12,19
2.
9
.1.3.
Metode Electrochemiluminescence Immunoassay
(ECLIA)
Chemiluminescence
adalah emisi atau pancaran cahaya oleh produk
yang distimulus oleh suatu reaksi kimia atau suatu kompleks cahaya.
Kompleks
ikatan anti gen
-
antibodi yang terjadi akan menempel pada
streptavidin
-
coated
microparticle.
ECLIA menggunakan teknologi tinggi yang memberi banyak
keuntungan dibandingkan dengan metode lain. Pada metode ini menggunakan
prinsip sandwich dan kompet
itif
.
Pada. metode ECLIA yang menggunakan
metode kompetitif dipakai untuk menganalisis substrat yang mempunyai berat
molekul yang kecil. Sedangkan prinsip sandwich digunakan untuk substrat
dengan berat molekul yang besar .
12,19
2.9
.1.4
.
Imunokromatografi/
Rapid Test
Disebut juga uji strip
,b
erbeda dari metode yang lain, metode ini tidak
memerlukan peralatan untuk membaca hasilnya, tetapi cukup dilihat dengan
kasat mata, sehingga jauh lebih praktis. Metode ini mempunyal dua jenis
prinsip yang berbeda
.

Rea
ksi langsung
(Double AntibodySandwich)
Metode ini biasanya dipakai untuk mengukur susbtrat vang besar dan
memiliki lebih dari satu epitop. Suatu substrat yang spesifik terhadap antibod
y
dimobilisasi pada suatu membran.
Reagen
pelacak yaitu suatu antibody
diikatkan pada partikel lateks atau metal koloid (konyugat), diendapkan (tetapi
Universitas
Sumatera
Utara
tetap, tidak terikat) pada bantalan konyugat
(conyugate pad).
Bila sampel
ditambahkan pada bantalan sampel, maka sampel tersebut secara cepat akan
membasahi dan melewati bantalan konyugat serta melarutkan konyugat.
Selanjutnya reagen akan bergerak mengikuti aliran dari sampel sepanjang strip
membran, sampai mencapai daerah dimana reagen akan terikat. Pada gari
s ini,
kompleks antigen antibody
akan terperangkap dan akan terbentuk
warna
dengan derajat vang sesuai dengan kadar yang terdapat di dalam sampel.
Pada metode ini, kadar substrat di dalam sample tidak boleh berlebih, tetapi
harus lebih sedikit daripada kadar antibody pengikat
(capture Ab)
yang terdapat
dalarn capture ilne sehingga mikrosfere tidak diikat pada garis pengikat
(capture line)
dan mengalir terus ke garis kedua dari antibody
yang dimobilisasi
yaitu garis control (
control line)
.
12,18

Reaksi kompetitif
(Competitive inhibition)
Sering dipakai untuk melacak molekul
yang kecil dengan epitop tunggal
yang tak dapat mengikat dua antibody sekaligus. Reagen pelacaknya adalah
analit yang terikat pada partikel lateks atau suatu colloidal metal.
Apabila sampel dan reagen melewati zona dimana reagen pengikat
dimobilisasi, sebagian dari substrat dan reagen palacak akan terikat pada garis
capture line. Makin banyak substrat yang terdapat di dalam sampel, makin
efektif daya kompetisinya dengan reagen
pelacak.
12,18
Prosedur pemeriksaan laboratorium untuk HIV sesuai dengan panduan
nasional yang berlaku pada saat ini, yaitu dengan menggunakan strategi 3 dan
selalu didahului dengan konseling pra tes atau informasi singkat. Ketiga tes
tersebut dapat menggunakan reagen tes cepat
(Rapid Test)
atau dengan
Universitas
Sumatera
Utara
ELISA. Untuk pemeriksaan pertama (A1) harus digunakan tes dengan
sensitifitas yang tinggi (>99%), sedang untuk pemeriksaan selanjutnya (A2 dan
A3) menggunakan tes dengan spesifisitas tinggi (>99%). Antibodi biasanya
baru dapat terdeteksi dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan setelah terinfe
ksi
HIV yang disebut masa jendela. Bila tes HIV yang dilakukan dalam masa
jendela menunjukkan hasil ”negatif”, maka perlu dilakukan tes ulang, terutama
bila masih terdapat perilaku yang berisiko.
49
Interpretasi dan tindak lanjut hasil tes A1 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel.2.3.
49
Saat ini teknik yang umum digunakan untuk deteksi
antibody dalam
mendiagnosa HIV
adalah Elisa dan Rapid test. Yang paling banyak digunakan
adalah Rapid test. Elisa memerlukan alat pembaca khusus sedangkan Rapid
test bisa diamati langsung secara visual. Rapid test juga bisa digunakan untuk
spesimen yang jumlahnya sedikit bahkan jika hanya satu spesimen. Untuk
sensitifitas dan spesifitas keduanya hampir sama. Jenis pemeriksaan Rapid
test adalah yang paling
efisien dan banyak digunakan oleh para klinisi.
Universitas
Sumatera
Utara
2.
9
.1.5.
Western Blot
Pemeriksaan
Western Blot
merupakan uji konfirmasi dari
hasil reaktif
ELISA atau hasil serologi
rapid tes
sebagai
hasil yang benar
-
benar positif.
karena pemeriksaan ini lebih sensitif
dan lebih spesifik
.
Western B
lot
mempunya
i spesifisitas tinggi yaitu 99,9% apabila dikombinasi dengan
pemeriksaan ELISA. Namun pemeriksaan cukup sulit, mahal membutuhkan
waktu sekitar 24 jam .
13,19
Cara kerja test
Western Blot
yaitu dengan meletakkan HIV murni pada
polyacrylamide gel
yang diberi arus elektroforesis sehingga terurai menurut
berat protein yang berbeda
-
beda, kemudian dipindahkan ke
nitrocellulose.
Nitrocellulose
ini diinkubasikan dengan serum penderita. Antibody
HI
V
dide
teksi dengan memberikan antlbody
anti
-
human yang
sudah dikonjugasi
dengan enzim
yang
menghasilkan wama bila diberi suatu substrat. Test ini
dilakukan bersama dengan suatu bahan dengan profil berat molekul standar,
kontrol positif dan negatif. Gambara
n
band
dari bermacam
-
macam protein
envelope
dan
core
dapat mengidentifikasi macam antigen HIV. Antibody
terhadap protein
core
HIV
(gag)
misalnya p24 dan protein
precursor
(p25)
timbul pada stadium awal kemudian menurun pada saat penderita
mengalami
deteriorasi. Antibody
terhadap
envelope (env)
penghasil gen (gp160) dan
precursor
-
nya
(gp120) dan protein transmembran (gp4l) selalu ditemukan pada
penderita AIDS pada stadium apa saja. Secara singkat dapat dikatakan bahw
a
bila serum mengandung
antibody
HIV yang lengkap maka
Western blot
akan
memberi gambaran profil berbagai macam
band
protein dari HIV antigen
cetakannya
.
13
Universitas
Sumatera
Utara
2.9
.1.6
.
Indirect Fluorescent Antibody
(
IFA
)
IFA
juga meurupakan pemeriksaan konfirmasi ELISA positif.
Seperti
halnya
pemeriksaan diat
as, IFA juga mendeteksi antibody
terhadap HIV.
Uji ini
sederhana untuk dilakukan dan waktu yang dibutuhkan lebih sedikit dan sedikit
lebih mahal dari uji
Western blot
.
19
2
.9
.2. Uji Virologi
Tes virologi untuk diagnosis infeksi HIV
-
1 meliputi kultur virus, tes
amplifikasi asam nukleat
/
nucleic acid amplification test
(NAATs) , test untuk
menemukan asam nukleat HIV
-
1 seperti DNA at
au RNA HIV
-
1 dan test untuk
komponen virus (seperti uji untuk protein kapsid virus (antigen p24)
, dan PCR
test
.
19,42
2
.9.2.1.
Kultur HIV
HIV dapat dibiakkan dari limfosit darah tepi, titer virus lebih tinggi dalam
plasma dan sel darah tepi penderita AIDS. Pertumbuhan virus terdeteksi
dengan menguji cairan supernatan biakan setelah 7
-
14 hari untuk aktivitas
reverse transcriptase
virus atau untuk antigen spesifik
virus
19,42
2.9
.2.2
.
Nucleic Acid Amplification Test (
NAAT HIV
-
1)
Menemukan RNA virus atau DNA proviral yang banyak dilakukan untuk
diagnosis pada
window periode
dan pada
anak usia kurang dari 18 bulan.
Karena asam nuklet virus
mungkin
berada dalam jumlah yang sangat banyak
dalam sampel. Pengujian RNA dan
DNA virus dengan amplifikasi PCR,
menggunakan metode enzimatik untuk
mengamplifikasi RNA HIV
-
1.
19
Universitas
Sumatera
Utara
2.
9
.2.3
.
Uji antigen p24
Protein virus p24 berada dalam bentuk terikat dengan
antibody
p24 atau
dalam keadaan bebas dalam aliran darah indivudu yang terinfeksi HIV
-
1. Pada
umumnya uji antigen p24 jarang digunakan dibanding teknik amplifikasi RNA
atau DNA HIV karena kurang sensitif. Sensitivitas pengujian meningkat dengan
peningkata
n teknik yang digunakan untuk memisahkan antigen p24 dari
antibody anti
-
p24
.
19
2.
9
.2.4
. PCR Test
P
olymerase
C
hain
R
eaction
(
PCR
)
adalah uji yang memeriksa langsung
keberadaan virus HIV
pada plasma,darah,cairan cerebral,cairan cervical, sel
-
sel, dan cairan semen. Metode
Reserve Transcriptase Polymerase Chain
Reaction
(
RT PCR
) ini yang paling sensitive
.
19
PCR adalah suatu teknologi yang menghasilkan turunan / kopi yang
berlipat ganda dari
sekuen nukleotida dari organism target, yang dapat
mendeteksi target organism dalam jumlah yang sangat rendah dengan
spesifitas yang tinggi.
Tes ini dapat dilakukan lebih cepat yaitu sekitar seminggu
setelah terpapar virus HIV.
Tes ini sangat mahal dan memerlukan alat yang
canggih. Oleh karena itu, biasanya hanya dilakukan jika uji antibodi diatas tidak
memberikan hasil yang pasti.
19
2.9
.3.
Flow cytometri
Flow cytometri
adalah suatu metode yang dapat digunakan untuk
menghitung dan meneliti partikel
-
partikel mikroskopis seperti sel dan kromosom
di dalam suatu suspensi . Sel dilabel fluorosen, dilewatkan melalui melalui
suatu celah yang ditembus oleh sinar.
Setiap sel yang melewati berkas sinar
Universitas
Sumatera
Utara
laser menimbulkan sinyal
elektronik yang dicatat oleh instrumen sebagai
karakteristik sel bersangkutan. Setiap karakteristik molekul pada permukaan sel
manapun yang terdapat di dalam sel
tersebut akan
diidentifikasi
.
Flow
cytometry
secara rutin digunakan dalam diagnosis kesehatan, namun memiliki
banyak aplikasi lain dalam penelitian dan praktek klinis.
43,44
Metode
flow cytometry
terus berkembang sejalan dengan
perkembangan elektrik komputer dan reagen, termasuk
digunakannya
monoklonal antibody. Sampai saat ini, pengukuran dengan
flow cytometry
menggunakan
label flouresensi
, selain mengukur jumlah, ukuran sel, juga
dapat mendeteksi petanda dinding sel, granula intraseluler, struktur intra
sitoplasmik, dan inti sel.
43,44
Gambar 2.3.
Flowcytometri
2.9
.3
.
1.
Prinsip kerja
Flow Cytometri
Secara umum, metode flo
w cytometri
adalah pemeriksaan di mana sel
-
sel dari sampel masuk dalam suatu flow chamber, dibungkus oleh cairan
pembungkus, kemudian dialirkan melewati suatu celah atau lubang dengan
ukuran kecil yang memungkinkan sel lewat satu demi satu, kemudian dilakukan
pengukuran.
S
el
ya
ng keluar dari aliran
tersebut kemudian melewati medan
Universitas
Sumatera
Utara

You might also like