You are on page 1of 27

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR OTAK

A. ANATOMI FISIOLOGI OTAK

Otak dibungkus oleh selaput otak (meningen) yang terdiri dari 3 lapisan yaitu:

1. Duramater : Lapisan luar, berasal dari jaringan ikat tebal dan kuat yang bersifat
liat, tebal, tidak elastis, berupa serabut dan berwarna abu-abu.
2. Arachnoid : Membran bagian tengah, bersifat tipis dan lembut. Berwarna putih
karena tidak dialiri darah, terdapat pleksus khoroid yang memproduksi cairan
serebrospinal (CSS) terdapat villi yang mengabsorbsi CSS pada saat darah masuk
ke dalam sistem (akibat trauma, aneurisma, stroke).
3. Piamater : Membran paling dalam, berupa dinding yang tipis, transparan yang
menutupi otak dan meluas ke setiap lapisan otak.

Serebrum terdiri dari 4 lobus, yaitu:

1. Lobus frontal : Area ini mengontrol perilaku individu, membuat keputusan,


kepribadian, dan menahan diri. Lobus terbesar.

1
2. Lobus parietal : Lobus sensori, area ini menginterpretasikan sensasi, mengatur
individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.

3. Lobus temporal : Sensasi kecap, bau, dan pendengaran, ingatan jangka pendek.

4. Lobus oksipital : menginterpretasikan penglihatan.

Diensefalon terdiri dari talamus, hipotalamus, dan kelenjar hipofisis.

1. Talamus : Pusat penyambung sensasi bau dan nyeri.


2. Hipotalamus : Bekerja sama dengan kelenjar hipofisis untuk mempertahankan
keseimbangan cairan dan mempertahankan pengaturan suhu tubuh. Sebagai pusat
lapar dan mengontrol BB, pengatur tidur, tekanan darah, perilaku agresif, seksual,
respon emosional.
3. Kelenjar hipofisis : Dianggap sebagai master kelenjar, karena sejumlah hormon
dan fungsinya diatur oleh kelenjar ini. hipofisis lobus anterior memproduksi
hormon pertumbuhan, hormon prolaktin, TSH, ACTH, LH. Lobus posterior berisi
hormon ADH.

Batang otak, terdiri dari otak tengah, pons, medula oblongata.

1. Otak tengah/mesencephalon, bagian yang menghubungkan diencephalon dan pons.


Fungsi utama menghantarkan impuls ke pusat otak yang berhubungan dengan
pergerakan otot, penglihatan dan pendengaran.
2. Pons Menghantarkan impuls ke pusat otak.
3. Medula oblongata, merupakan pusat refleks guna mengontrol fungsi involunter
seperti pernafasan, bersin, menelan, batuk, pengeluaran saliva, muntah.

Serebrum: merangsang dan menghambat dan tanggung jawab terhadap koordinasi


gerak, keseimbangan, posisi.

2
Sirkulasi Serebral

Menerima kira-kira 20% dari curah jantung/750 ml per menit. Sirkulasi ini sangat
dibutuhkan, karena otak tidak menyimpan makanan, sementara mempunyai kebutuhan
metabolisme yang tinggi. Pembuluh darah yang mendarahi otak tardiri dari :

1. Sepasang pembuluh darah karotis : denyut pembuluh darah besar ini dapat kita raba
dileher depan, sebelah kiri dan kanan dibawah mandibula, sepasang pembuluh
darah ini setelah masuk ke rongga tengkorak akan bercabang menjadi tiga
a) Sebagian menuju ke otak depan (arteri serebri anterior)
b) Sebagian menuju ke otak belakang (arteri serebri posterior)
c) Sebagian menuju otak bagian dalam (arteri serebri interior)

Ketiganya akan saling berhubungan melalui pembuluh darah yang disebut arteri
komunikan posterior.

2. Sepasang pembuluh darah vertebralis : denyut pembuluh darah ini tidak dapat
diraba oleh karena kedua pembuluh darah ini menyusup ke bagian samping tulang
leher, pembuluh darah ini memperdarahi batang otak dan kedua otak kecil, kedua
pembuluh darah tersebut akan saling berhubungan pada permukaan otak pembuluh
darah yang disebut anastomosis.

Suplay darah ke Medula Spinalis

Menerima nutrisi melalui cabang-cabang arteri vetebralis melalui cabang aorta


thorakalis dan aorta abdominalis. Arteri medula spinalis dan sistem vena berjalan
secara paralel satu dengan lainnya dan mempunyai hubungan percabangan yang luas
untuk mencukupi suplay darah ke jaringan-jaringan. Dibentuk oleh pleksus koroideus,
dan bersirkulasi dalam ventrikel-ventrikel dan ruang subaraknoid. CSF terdiri dari air,
elektrolit, oksigen, karbondioksida, glukosa dan sedikit protein, serta konsentrasi
kalium dan klorida yg tinggi. Produksi dan reabsorbsi CSF berlangsung konstan serta
volume total CSF sekitar 125 cc dengan kecepatan sekresi CSF perhari 500 – 750 cc.
Tekanan dalam cairan CSF sekitar 5 sampai 12 cm H2O.

3
B. DEFINISI
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan
ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (price,
A. Sylvia, 1995). Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)
ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra
cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan
otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel
tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal
dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan
lain-lain disebut tumor otak sekunder. (Mayer. SA,2002) dalam Febri (2012).
Tekanan intra kranial ( TIK ) adalah suatu fungsi nonlinier dari fungsi otak,
cairan serebrospinal (CSS) dan volume darah otak sehingga. Sedangkan peningkatan
intra kranial (PTIK) dapat terjadi bila kenaikan yang relatif kecil dari volume otak,
keadaan ini tidak akan cepat menyebabkan tekanan tinggi intrakranial, sebab volume
yang meninggi ini dapat dikompensasi dengan memindahkan cairan serebrospinal dari
rongga tengkorak ke kanalis spinalis dan volume darah intrakranial akan menurun
oleh karena berkurangnya peregangan durameter. Hubungan antara tekanan dan
volume ini dikenal dengan complience. Jadi jika otak, darah dan cairan serebrospinal
volumenya terus menerus meninggi, maka mekanisme penyesuaian ini akan gagal dan
terjadi peningkatan intrakranial yang mengakibatkan herniasi dengan gagal
pernapasan dan gagal jantung serta kematian (Febri, 2012).
Tumor otak merupakan salah satu penyakit yang menyerang otak. Dikarenakan
otak meruopecan salah satu organ tubuh yang paling penting, organ lainnya dapat
terganggu, sehingga kematian dapat terjadi. Tumor otak bisa menyerang siapa saja,
bahkan anak-anak dan remaja, namun pada umumnya tumor menyerang orang usia
produktif atau dewasa.
Tumor otak tidak selalu mengakibatkan kematian. Namun pada kasus tumor
otak jinak, saat mereka tumbuh, mereka dapat menghancurkan dan menekan jaringan
otak yang normal lainnya, yang dapat berakibat pada kelumpuhan ataupun fatal.
Karena itu, dokter lebih suka menggunakan istilah "tumor otak" dari pada "kanker
otak." Saat ini ilmu kedokteran telah berkembang pesat, teknik diagnostik dan
pengobatan telah memberikan harapan hidup bagi para pasien tumor otak dan yang
menjadi concern utama pada pasien kanker otak maupun tumor otak ini adalah
4
seberapa cepat mereka menyebar melalui bagian otak/ syaraf tulang belakang lainnya
dan apakah mereka bisa diangkat dan tidak kambuh lagi (Wikipedia).

C. KLASIFIKASI TUMOR OTAK


Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan Jenis Tumor
a. Jinak
 Acoustic neuroma
 Meningioma
 Pituitary adenoma
 Astrocytoma (grade I)

Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi


jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang berada di bawahnya. Pasien
usia tua sering terkena dan perempuan lebih sering terkena dari pada laki-laki.
Tumor ini sering kali memiliki banyak pembuluh darah sehingga mampu
menyerap isotop radioaktif saat dilakukan pemeriksaan CT scan otak.

b. Malignant
 Astrocytoma (grade 2,3,4)
 Oligodendroglioma
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang dapat muncul
hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan menyebabkan
simptomatologi bermakna akibat peningkatan tekanan intrakranial dan
merupakan keganasan pada manusia yang paling bersifat kemosensitif.
 Apendymoma
Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada
ependim yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling sering terjadi
tetapi dapat terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis. Tumor ini lebih
sering terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Dua faktor utama yang
mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan bertahan hidup
jangka panjang adalah usia dan letak anatomi tumor. Makin muda usia
pasien maka makin buruk progmosisnya.

5
2. Berdasarkan Lokasi
a. Tumor Supratentorial
Hemisfer otak, terbagi lagi :
1. Glioma :
 Glioblastoma multiforme
Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering terjadi di
hemisfer otak dan sering menyebar kesisi kontra lateral melalui
korpus kolosum.
 Astroscytoma
 Oligodendroglioma
 Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma tetapi
terdiri dari sel-sel oligodendroglia. Tumor relative avaskuler dan
cenderung mengalami klasifikasi biasanya dijumpai pada hemisfer
otak orang dewasa muda.
2. Meningioma
Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan perlekatan
duramater yang lebar (broad base) berbatas tegas karena adanya
psedokapsul dari membran araknoid. Pada kompartemen supratentorium
tumbuh sekitar 90%, terletak dekat dengan tulang dan kadang disertai
reaksi tulang berupa hiperostosis. Karena merupakan massa ekstraaksial
lokasi meningioma disebut sesuai dengan tempat perlekatannya pada
duramater, seperti Falk (25%), Sphenoid ridge (20%), Konveksitas (20%),
Olfactory groove (10%), Tuberculum sellae (10%), Konveksitas
serebellum (5%), dan Cerebello-Pontine angle. Karena tumbuh lambat
defisit neurologik yang terjadi juga berkembang lambat (disebabkan oleh
pendesakan struktur otak di sekitar tumor atau letak timbulnya tumor).
Pada meningioma konveksitas 70% ada di regio frontalis dan asimptomatik
sampai berukuran besar sekali. Sedangkan di basis kranii sekitar sella
turcika (tuberkulum sellae, planum sphenoidalis, sisi medial sphenoid
ridge) tumor akan segera mendesak saraf optik dan menyebabkan
gangguan visus yang progresif.

6
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari
meningen, sel-sel mesotel, dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan
dura.
3. Tumor Infratentorial
4. Schwanoma akustikus
5. Tumor metastasisc
Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5 % – 10 % dari seluruh tumor
otak dan dapat berasal dari setiap tempat primer. Tumor primer paling
sering berasal dari paru-paru dan payudara. Namun neoplasma dari saluran
kemih kelamin, saluran cerna, tulang dan tiroid dapat juga bermetastasis ke
otak.
6. Hemangioblastoma
Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler embriologis yang paling
sering dijumpai dalam serebelum.

D. ETIOLOGI TUMOR OTAK


Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun telah
banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weberyang dapat dianggap
sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas.
Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya
sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan
merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.

7
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu
radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini
telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone,
nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
6. Trauma Kepala
7. Prilaku Buruk
Kebiasaan buruk yang bisa menyebabkan berbagai penyakit, salah satunya sebagai
penyebab tumor otak, yaitu kebiasaan merokok dan meminum minuman
beralkohol. Lihat saja pada tulisan di setiap bungkus rokok jika enggak percaya.
Tulisan ini tidak hanya sekedar tulisan yang tidak mempunya arti dan tujuan loh
sobat.
8. Makanan Kurang Sehat
9. Sering memakan makanan berlemak dan juga makanan yang kurang seratnya,
seperti makanan instan di toko-toko makanan, bisa menjadi penyebab tumor otak.
Makanan berlemak indentik dengan kandungan kolesterol, dan teman-teman sudah
pada tau kan keganasan kolesterol bagi seluruh bagian tubuh kita. Untuk makanan
instan pastinya mengandung bahan pengawet (natrium benzoat) dan juga bahan
pewarna tentunya.
10. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di pabrik pembuat bahan kimia atau pabrik yang memakai
bahan kimia dalam proses produksinya, harap lebih berhati-hati. Karena pekerjaan
ini lebih tinggi resikonya untuk terkena tumor otak atau sebagai penyebab tumor
otak. Pekerjaan yang memakai alat-alat radiologi efeknya juga sama tingginya.
8
Maka dari itu taatilah aturan keselamatan di perusahaan tersebut. Malah ada juga
artikel yang mengatakan bahwa pekerjaan yang berhadapan dengan kabel beraliran
listrik juga cukup berpotensi.

E. MANIFESTASI KLINIS TUMOR OTAK


1. Nyeri Kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang kemudian
berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala berat
juga sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan
aktivitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri
kepala ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada
bagian frontal. Tumor pada fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan
leher.
2. Perubahan Status Mental
Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan mood dan
berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala umum pada penderita dengan tumor
lobus frontal atau temporal. Gejala ini bertambah buruk dan jika tidak ditangani
dapat menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma.
3. Seizure
Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti
astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi pada tumor
di lobus frontal baru kemudian tumor pada lobus parietal dan temporal.
4. Edema Papil
Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan teknik
neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil pada awalnya tidak
menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi edema papil
yang berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta, penyempitan
lapangan pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang tidak
menetap.
5. Muntah
Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari massa tumor
tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah berulang pada

9
pagi dan malam hari, dimana muntah yang proyektil tanpa didahului mual
menambah kecurigaan adanya massa intracranial.
F. PATOFISIOLOGI TUMOR OTAK
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi
berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien.
Gejala-gejalanya sebaiknya dibicarakan dalam suatu perspektif waktu. Gejala
neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2 faktor gangguan
fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila
penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak
dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada
tumor yang tumbuh paling cepat. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang
ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan
suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara
akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer (Febri,
2012).
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan
dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapatumor
membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat
gangguan neurologis fokal. Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh
beberapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar
tumor dan perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan
bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang
tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan oedema dalam jaruingan otak.
Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami, namun diduga disebabkan selisih osmotik
yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan
kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial.
Observasi sirkulasi cairan serebrospinaldari ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid
menimbulkan hidrocepalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara
cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan
oelh karena itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme
kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darahintra kranial, volume
10
cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim.
Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum.
Herniasi timbul bila girus medialis lobus temporals bergeser ke inferior melalui
insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan men ensefalon
menyebabkab hilangnya kesadaran dan menenkan saraf ketiga. Pada herniasi
serebulum, tonsil sebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu
massa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat.
Intrakranialyang cepat adalah bradicardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran
tekanan nadi dan gangguan pernafasan), Febri (2012).

11
G. PATHWAY

12
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK TUMOR OTAK
1. CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal
ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit
otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-
gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2. Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang
akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi
pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak
yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan
patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan
proses-proses infeksi (abses cerebri).
4. Biopsi stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
5. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
6. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan
dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.

I. PENATALAKSANAAN TUMOR OTAK


Faktor –faktor Prognostik sebagai Pertimbangan Penatalaksanaan
1. Usia
2. General Health
3. Ukuran Tumor
4. Lokasi Tumor
5. Jenis Tumor

13
Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya,
yaitu

a) Surgery
Terapi Pre-Surgery :
- Steroid Menghilangkan swelling, contoh dexamethasone
- Anticonvulsant untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti
carbamazepine
- Shunt Digunakan untuk mengalirkan cairan cerebrospinal

Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat tumor. Pembedahan


pada tumor otak bertujuan utama untuk melakukan dekompresi dengan cara
mereduksi efek massa sebagai upaya menyelamatkan nyawa serta memperoleh
efek paliasi. Dengan pengambilan massa tumor sebanyak mungkin diharapkan
pula jaringan hipoksik akan terikut serta sehingga akan diperoleh efek radiasi
yang optimal. Diperolehnya banyak jaringan tumor akan memudahkan evaluasi
histopatologik, sehingga diagnosis patologi anatomi diharapkan akan menjadi
lebih sempurna. Namun pada tindakan pengangkatan tumor jarang sekali
menghilangkan gejala-gelaja yang ada pada penderita.

b. Radiotherapy
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam penatalaksanaan
proses keganasan. Berbagai penelitian klinis telah membuktikan bahwa modalitas
terapi pembedahan akan memberikan hasil yang lebih optimal jika diberikan
kombinasi terapi dengan kemoterapi dan radioterapi.
Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif (moderately sensitive),
sehingga pada tumor dengan ukuran terbatas pemberian dosis tinggi radiasi
diharapkan dapat mengeradikasi semua sel tumor. Namun demikian pemberian
dosis ini dibatasi oleh toleransi jaringan sehat disekitarnya. Semakin dikit jaringan
sehat yang terkena maka makin tinggi dosis yang diberikan. Guna menyiasati hal
ini maka diperlukan metode serta teknik pemberian radiasi dengan tingkat presisi
yang tinggi.

14
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada tumor
sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak. Radioterapi jyga
digunakan dalam tata laksana beberapa tumor jinak, misalnya adenoma hipofisis.
c. Chemotherapy
Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa menggunakan satu
atau dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sel
tumor pada klien. Diberikan secara oral, IV, atau bisa juga secara shunt. Tindakan
ini diberikan dalam siklus, satu siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu
yang singkat, diikuti waktu istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua sampai empat
telah lengkap dilakukan, pasien dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah
tumor berespon terhadap terapi yang dilakukan ataukah tidak.

J. KOMPLIKASI TUMOR OTAK


1. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi sehingga
menambah efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema Serebri dapat
terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sitotoksik).
2. Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalam rongga
cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada aliran cairan
serebrospinal akibat massa.
3. Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan singuli.
4. Epilepsi
5. Metastase ketempat lain

K. PROGNOSIS TUMOR OTAK


Meskipun diobati, hanya sekitar 25% penderita kanker otak yang bertahan hidup
setelah 2 tahun. Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma dan
oligodendroglioma, dimana kanker biasanya tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun
setelah pengobatan. Sekitar 50% penderita meduloblastoma yang diobati bertahan
hidup lebih dari 5 tahun. Pengobatan untuk kanker otak lebih efektif dilakukan pada:

15
1. Penderita yang berusia dibawah 45 tahun.
2. Penderita astrositoma anaplastik.
3. Penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat melalui
pembedahan.

L. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TUMOR OTAK


1. Pengkajian
a. Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan,
dan penanggung biaya.
b. Riwayat Sakit dan Kesehatan
- Keluhan utama: Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
c. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double, ketidakmampuan
sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya ketajaman atau diplopia.
d. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala
e. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan
tumor kepala.
f. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan
mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test
dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.

2. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )


Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik umum
per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1
(breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).

16
a. Pernafasan B1 (breath)
- Bentuk dada : normal
- Pola napas : tidak teratur
- Suara napas : normal
- Sesak napas : ya
- Batuk : tidak
- Retraksi otot bantu napas ; ya
- Alat bantu pernapasan : ya (O2 2 lpm)
b. Kardiovaskular B2 (blood)
- Irama jantung : irregular
- Nyeri dada : tidak
- Bunyi jantung ; normal
- Akral : hangat
- Nadi : Bradikardi
- Tekanana darah Meningkat
c. Persyarafan B3 (brain)
- Penglihatan (mata) : Penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau
diplopia.
- Pendengaran (telinga): Terganggu bila mengenai lobus temporal
- Penciuman (hidung) : Mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus
frontal
- Pengecapan (lidah) : Ketidakmampuan sensasi (parathesia atau
anasthesia)
- Afasia : Kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif
atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata komprehensif,
maupun kombinasi dari keduanya.
- Ekstremitas : Kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak
seimbang, berkurangnya reflex tendon.
- GCS : Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien,
(apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon
pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
- Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka
1– 6 tergantung responnya
17
d. Perkemihan B4 (bladder)
- Kebersihan : bersih
- Bentuk alat kelamin : normalUretra : normal
- Produksi urin: normal
e. Pencernaan B5 (bowel)
- Nafsu makan : menurun
- Porsi makan : setengah
- Mulut : bersih
- Mukosa : lembap
f. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
- Kemampuan pergerakan sendi : bebas
- Kondisi tubuh: kelelahan

3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan medula
oblongata.
c. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
d. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap hipotensi
ortostatik.
e. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek afasia pada ekspresi
atau interpretasi.
f. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
efek kemoterapi dan radioterapi.
g. Gangguan persepsi sensori visual berhubungan dengan aneurisma.
h. Gangguan persepsi sensori penghidu berhubungan dengan aneurisma.
i. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri akibat tidak mampu
menggerakan leher.
4. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
Tujuan : Nyeri yang dirasakan berkurang`1 atau dapat diadaptasi oleh klien
18
Kriteria hasil :
(1) Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat
diadaptasi ditunjukkan penurunan skala nyeri. Skala = 2
(2) Klien tidak merasa kesakitan.
(3) Klien tidak gelisah

Intervensi :

1. Kaji keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang


memperburuk dan meredakan
Rasional: Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan
oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan
merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang
cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang
diberikan
2. Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika
nyeri timbul.
Rasional: Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat
mengurangi beratnya serangan.
3. Berikan kompres dingin pada kepala
Rasional: Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi.
4. Mengajarkan tehnik relaksasi dan metode distraksi
Rasional: Akan melancarkan peredaran darah, dan dapat mengalihkan
perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan
5. Kolaborasi pemberian analgesic
Rasional: Analgesik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri berkurang
6. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah,
gelisah, menangis/meringis, perubahan tanda vital.
Rasional: Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang
dialami.

b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan denga penekanan medula oblongata.


Tujuan : Pola pernafasan kembali normal

19
Kriteria Hasil :
1. Pola nafas efekif
2. GDA normal
3. Tidak terjadi sianosis

Intervensi:

1. Pantau frekuensi, irama, kedalaman pernafasan. Catat ketidakteraturan


pernafasan
Rasional: Mengidentifkasi adanya masalah paru atau obstruksi jalan nafas
yang membahayakan oksigenasi serebral atau menandakan infeksi paru.
2. Posisikan semi fowler
3. Anjurkan pasien untuk melakukan nafas dalam
4. Auskultasi suara nafas, perhatikan daerah hipoventilasi dan adanya suara-
suara tambahan yang tidak normal
5. Kolabolasi. Berikan terapi oksigen
Rasional: Memaksimalkan oksigen pada darah arteri dan membantu dalam
pencegahan hipoksia. Jika pusat pernafasan tertekan, mungkin diperlukan
ventilasi mekanik
6. Perubahan dapat menandakan awitan kompliasi pulmonal atau
menandakan lokalisasi keterlibatan otak. Pernapasan lambat , periode
apnea dapat perlunya ventilasi mekanis.
7. Memudahkan ekspansi paru dan menurunkan kemungkinan lidah jatuh
yang menyumbat jalan nafas.
8. Membuat pola nafas lebih teratur

c. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan


intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
Tujuan : Perfusi jaringan membaik ditandai dengan tanda-tanda vital stabil.
Kriteria hasil :
1. Tekanan perfusi serebral >60mmHg, tekanan intrakranial <15mmHg,
tekanan arteri rata-rata 80-100mmHg
2. Menunjukkan tingkat kesadaran normal
3. Orientasi pasien baik
20
4. RR 16-20x/menit
5. Nyeri kepala berkurang atau tidak terjadi

Intervensi:

1. Monitor secara berkala tanda dan gejala peningkatan TIK


Rasional: Mengetahui fungsi retikuler aktivasi sistem dalam batang otak,
tingkat kesadaran memberikan gambaran adanya perubahan TIK
2. Kaji perubahan tingkat kesadaran, orientasi, memori, periksa nilai GCS
Rasional: Mengetahui keadaan umum pasien, karena pada stadium awal
tanda vital tidak berkolerasi langsung dengan kemunduran status neurologi
3. Kaji tanda vital dan bandingkan dengan keadaan sebelumnya
4. Kaji fungsi autonom: jumlah dan pola pernapasan, ukuran dan reaksi pupil,
pergerakan otot
Rasional: Respon pupil dapat melihat keutuhan fungsi batang otak dan
pons
5. Kaji adanya nyeri kepala, mual, muntah, papila edema, diplopia, kejang
Rasional: Merupakan tanda peningkatan TIK
6. Ukur, cegah, dan turunkan TIK
7. Pertahankan posisi dengan meninggikan bagian kepala 15-300, hindari
posisi telungkup atau fleksi tungkai secara berlebihan
Rasional: Peninggian bagian kepala akan mempercepat aliran darah balik
dari otak, posisi fleksi tungkai akan meninggikan tekanan intraabomen atau
intratorakal yang akan mempengaruhi aliran darah balik dari otak
8. Monitor analisa gas darah, pertahankan PaCO2 35-45 mmHg, PaO2 >
80mmHg
Rasional: Menurunnya CO2 menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
9. Kolaborasi dalam pemberian oksigen
Rasional: Memenuhi kebutuhan oksigen
10. Hindari faktor yang dapat meningkatkan TIK
11. Istirahatkan pasien, hindari tindakan keperawatan yang dapat mengganggu
tidur pasien
Rasional: Keadaan istirahat mengurangi kebutuhan oksigen
12. Berikan sedative atau analgetik dengan kolaboratif
21
Rasional: Mengurangi peningkatan TIK
d. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap hipotensi
ortostatik.
Tujuan : Diagnosa tidak menjadi masalah actual
Kriteria hasil :
1. Pasien dapat mengidentifikasikan kondisi-kondisi yang menyebabkan
vertigo
2. Pasien dapat menjelaskan metode pencegahan penurunan aliran darah di
otak tiba-tiba yang berhubungan dengan ortostatik.
3. Pasien dapat melaksanakan gerakan mengubah posisi dan mencegah drop
tekanan di otak yang tiba-tiba.
4. Menjelaskan beberapa episode vertigo atau pusing

Intervensi:

1. Kaji tekanan darah pasien saat pasien mengadakan perubahan posisi tubuh.
2. Diskusikan dengan klien tentang fisiologi hipotensi ortostatik.
3. Ajarkan teknik-teknik untuk mengurangi hipotensi ortostatik
4. Untuk mengetahui pasien mengakami hipotensi ortostatik ataukah tidak.
5. Untuk menambah pengetahuan klien tentang hipotensi ortostatik.
6. Melatih kemampuan klien dan memberikan rasa nyaman ketika mengalami
hipotensi ortostatik

e. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek afasia pada ekspresi


atau interpretasi.
Tujuan : Tidak mengalami kerusakan komunikasi verbal dan menunjukkan
kemampuan komunikasi verbal dengan orang lain dengan cara yang dapat di
terima.
Kriteria Hasil:
1. Pasien dapat mengidentifikasi pemahaman tentang masalah komunikasi.
2. Pasien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat
diekspresikan
3. Pasien dapat menggunakan sumber-sumber dengan tepat

22
Intervensi:

1. Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik.


2. Minta pasien untuk menulis nama atau kalimat yang pendek. Jika tidak
dapat menulis, mintalah pasien untuk membaca kalimat yang pendek.
3. Berika metode komunikasi alternative, seperti menulis di papan tulis,
gambar. Berikan petunjuk visual (gerakan tangan, gambar-gambar, daftar
kebutuhan, demonstrasi).
4. Katakan secara langsung dengan pasien, bicara perlahan, dan dengan
tenang. Gunakan pertanyaan terbuka dengan jawaban “ya/tidak”
selanjutnya kembangkan pada pertanyaan yang lebih komplek sesuai
dengan respon pasien.
5. Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapan yang
keluar dan tidak menyadari bahwa komunikasi yang diucapkannya tidak
nyata.
6. Menilai kemampuan menulis dan kekurangan dalam membaca yang benar
yang juga merupakan bagian dari afasia sensorik dan afasia motorik.
7. Memberikan komunikasi tentang kebutuhan berdasarkan keadaan/ deficit
yang mendasarinya.
f. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhberhubungan
dengan efek kemoterapi dan radioterapi
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan adekuat
Kriteria hasil:
1. Antropometri: berat badan tidak turun (stabil)
2. Biokimia: albumin normal dewasa (3,5-5,0) g/dl
3. Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl, perempuan 12-16 g/dl)
4. Clinis: tidak tampak kurus, terdapat lipatan lemak, rambut tidak jarang dan
merah
5. Diet: klien menghabiskan porsi makannya dan nafsu makan bertambah
6. Kaji tanda dan gejala kekurangan nutrisi: penurunan berat badan, tanda-
tanda anemia, tanda vital

23
Intervensi:

1. Monitor intake nutrisi pasien


Rasional: Menentukan adanya kekurangan nutrisi pasien
2. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional: Mengurangi mual dan terpenuhinya kebutuhan nutrisi
3. Timbang berat badan 3 hari sekali
Rasional: Berat badan salah satu indikator kebutuhan nutrisi.
4. Monitor hasil laboratorium: Hb, albumin
Rasional: Menentukan status nutrisi
5. Kolaborasi dalam pemberian obat antiemetic
Rasional: Mengurangi mual dan muntah untuk meningkatkan intake
makanan

g. Gangguan persepsi sensori visual berhubungan dengan aneurisma


Tujuan : Mempertahankan fungsi penglihatan dan mencegah kerusakan yang
lebih parah
Kriteria Hasil:
1. Mempertahankan lapang pandang tanpa kehilangan lebih lanjut

Intervensi:

1. Kaji respon pupil


Rasional: Perubahan pupil menunjukkan tekanan pada syaraf
okulomotorius atau optikus
2. Inspeksi pupil dengan senter kecil untuk mengevaluasi ukuran,
konvigurasi, dan reaksi terhadap cahaya.
Rasional: Reaksi pupil diatur oleh syarafokulomotorius (syaraf cranial III)
pada batang otak..
3. Evaluasi tatapan klien untuk menentukan apakah terdapat konjugasi
(berpasangan, saling bekerja sama) atau apakah gerakan mata abnormal.
Rasional: Gerakan mata konjugasi diatur dari bagian korteks dan batang
otak.
24
4. Evaluasi kemampuan mata untuk melakukan abduksi dan adduksi
Rasional: Syaraf cranial VI atau syaraf abdusen mengatur gerakan abduksi
dan adduksi mata. Syaraf cranial IV atau syaraf troklearis juga mengatur
gerakan mata.
5. Pastikan derajat atau tipe kehilangan penglihatan
Rasional: Mempengaruhi harapan masa depan pasien dan pilihan
intervensi
6. Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan atau kemungkinan
kehilangan penglihatan
Rasional: Intervensi dini mencegah kebutaan bagi pasien dalam
menghadapi kemungkinan atau mengalami kehilangan penglihatan
sebagian atau total. Meskipun kehilangan penglihatan telah terjadi tak
dapat diperbaiki kehilangan lanjut dapat dicegah.
7. Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan
penglihatan. Misalnya, kurangi kekacauan, atur perabot, ingatkan memutar
kepala ke subjek yang terlihat, perbaiki sinar suram dan masalah
penglihatan malam.
Rasional: Menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahan
lapang pandang atau kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil terhadap
sinar lingkungan
8. Lakukan tindakan pembedahan pada tumor yang masih bersifat jinak
(benigna).
Rasional: Mencegah terjadinya metastase ke organ lain serta mencegah
kerusakan yang lebih parah.
9. Agen hiperosmotik. Contoh: mannitol (osmitrol; gliserin)
Rasional: digunakan untuk menurunkan sirkulasi volume cairan, dimana
akan menurunkan produksi aquos humor bila pengobatan lain belum
berhasil.
10. Dipifevren hidroclorida (propine)
Rasional: Mungkin menguntungkan bila pasien tidak berespon pada obat
lain. Bebas efek samping seperti, penglihatan kabur, kebutaan malam.

25
h. Gangguan persepsi sensori penghidu berhubungan dengan aneurisma
Tujuan: Mempertahankan fungsi pembau dan mencegah kerusakan yang
lebih parah
Kriteria Hasil: Mempertahankan fungsi pembau
Intervensi:
1. Lakukan uji indra pembau klien dengan memberi tester bau yang khas
seperti kopi dan bawang
Rasional: Mengetahui seberapa baik kemampuan membau klien
2. Memberi helth education kepada pasien mengenai penurunan fungsi
pembau
Rasional: Membantu pasien untuk dapat menerima kondisi yang dialami

i. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri akibat tidak mampu


menggerakan leher
Tujuan : Memberikan kenyamanan gerak leher pada klien
Kriteria Hasil :
1. Klien dapat menggerakan leher secara normal
2. Klien dapat beraktifitas secara normal

Intervensi:

1. Kaji rentang gerak leher klien


2. Memberi helth education kepada pasien mengenai penurunan fungsi
gerak leher
3. Kolaburasi dengan fisioterapi
4. Mengetahui kemampuan gerak leher klien
5. Membantu pasien untuk dapat menerima kondisi yang dialami
6. Terapi dapat membantu mengembalikan gerak leher klien secara normal

26
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Tumor dan Kanker Otak. Di akses pada tanggal 20 November 2015 di
http://tumorkankerotak.blogspot.co.id/.

Febri. 2012. Asuhan Keperawatan Tumor Otak. DI akses pada tanggal 20 November 2015
di https://nersfebri.wordpress.com/2012/04/01/asuhan-keperawatan-askep-
tumor-otak/

NANDA. (2016). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2016. Philadelphia:


NANDA International

Septi. 2013. Askep Tumor Otak. Di akses pada tanggal 20 November 2015 di
http://septiapritayani.blogspot.co.id/2013/07/askep-tumor-beserta-
pathway_6.html

USU. 2010. Chapter II – Tumor Otak. Di akses pada tanggal 20 November 2015 di
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31137/4/Chapter%20II.pdf

27

You might also like