Professional Documents
Culture Documents
TUMOR OTAK
Otak dibungkus oleh selaput otak (meningen) yang terdiri dari 3 lapisan yaitu:
1. Duramater : Lapisan luar, berasal dari jaringan ikat tebal dan kuat yang bersifat
liat, tebal, tidak elastis, berupa serabut dan berwarna abu-abu.
2. Arachnoid : Membran bagian tengah, bersifat tipis dan lembut. Berwarna putih
karena tidak dialiri darah, terdapat pleksus khoroid yang memproduksi cairan
serebrospinal (CSS) terdapat villi yang mengabsorbsi CSS pada saat darah masuk
ke dalam sistem (akibat trauma, aneurisma, stroke).
3. Piamater : Membran paling dalam, berupa dinding yang tipis, transparan yang
menutupi otak dan meluas ke setiap lapisan otak.
1
2. Lobus parietal : Lobus sensori, area ini menginterpretasikan sensasi, mengatur
individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.
3. Lobus temporal : Sensasi kecap, bau, dan pendengaran, ingatan jangka pendek.
2
Sirkulasi Serebral
Menerima kira-kira 20% dari curah jantung/750 ml per menit. Sirkulasi ini sangat
dibutuhkan, karena otak tidak menyimpan makanan, sementara mempunyai kebutuhan
metabolisme yang tinggi. Pembuluh darah yang mendarahi otak tardiri dari :
1. Sepasang pembuluh darah karotis : denyut pembuluh darah besar ini dapat kita raba
dileher depan, sebelah kiri dan kanan dibawah mandibula, sepasang pembuluh
darah ini setelah masuk ke rongga tengkorak akan bercabang menjadi tiga
a) Sebagian menuju ke otak depan (arteri serebri anterior)
b) Sebagian menuju ke otak belakang (arteri serebri posterior)
c) Sebagian menuju otak bagian dalam (arteri serebri interior)
Ketiganya akan saling berhubungan melalui pembuluh darah yang disebut arteri
komunikan posterior.
2. Sepasang pembuluh darah vertebralis : denyut pembuluh darah ini tidak dapat
diraba oleh karena kedua pembuluh darah ini menyusup ke bagian samping tulang
leher, pembuluh darah ini memperdarahi batang otak dan kedua otak kecil, kedua
pembuluh darah tersebut akan saling berhubungan pada permukaan otak pembuluh
darah yang disebut anastomosis.
3
B. DEFINISI
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan
ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (price,
A. Sylvia, 1995). Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)
ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra
cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan
otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel
tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal
dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan
lain-lain disebut tumor otak sekunder. (Mayer. SA,2002) dalam Febri (2012).
Tekanan intra kranial ( TIK ) adalah suatu fungsi nonlinier dari fungsi otak,
cairan serebrospinal (CSS) dan volume darah otak sehingga. Sedangkan peningkatan
intra kranial (PTIK) dapat terjadi bila kenaikan yang relatif kecil dari volume otak,
keadaan ini tidak akan cepat menyebabkan tekanan tinggi intrakranial, sebab volume
yang meninggi ini dapat dikompensasi dengan memindahkan cairan serebrospinal dari
rongga tengkorak ke kanalis spinalis dan volume darah intrakranial akan menurun
oleh karena berkurangnya peregangan durameter. Hubungan antara tekanan dan
volume ini dikenal dengan complience. Jadi jika otak, darah dan cairan serebrospinal
volumenya terus menerus meninggi, maka mekanisme penyesuaian ini akan gagal dan
terjadi peningkatan intrakranial yang mengakibatkan herniasi dengan gagal
pernapasan dan gagal jantung serta kematian (Febri, 2012).
Tumor otak merupakan salah satu penyakit yang menyerang otak. Dikarenakan
otak meruopecan salah satu organ tubuh yang paling penting, organ lainnya dapat
terganggu, sehingga kematian dapat terjadi. Tumor otak bisa menyerang siapa saja,
bahkan anak-anak dan remaja, namun pada umumnya tumor menyerang orang usia
produktif atau dewasa.
Tumor otak tidak selalu mengakibatkan kematian. Namun pada kasus tumor
otak jinak, saat mereka tumbuh, mereka dapat menghancurkan dan menekan jaringan
otak yang normal lainnya, yang dapat berakibat pada kelumpuhan ataupun fatal.
Karena itu, dokter lebih suka menggunakan istilah "tumor otak" dari pada "kanker
otak." Saat ini ilmu kedokteran telah berkembang pesat, teknik diagnostik dan
pengobatan telah memberikan harapan hidup bagi para pasien tumor otak dan yang
menjadi concern utama pada pasien kanker otak maupun tumor otak ini adalah
4
seberapa cepat mereka menyebar melalui bagian otak/ syaraf tulang belakang lainnya
dan apakah mereka bisa diangkat dan tidak kambuh lagi (Wikipedia).
b. Malignant
Astrocytoma (grade 2,3,4)
Oligodendroglioma
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang dapat muncul
hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan menyebabkan
simptomatologi bermakna akibat peningkatan tekanan intrakranial dan
merupakan keganasan pada manusia yang paling bersifat kemosensitif.
Apendymoma
Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada
ependim yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling sering terjadi
tetapi dapat terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis. Tumor ini lebih
sering terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Dua faktor utama yang
mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan bertahan hidup
jangka panjang adalah usia dan letak anatomi tumor. Makin muda usia
pasien maka makin buruk progmosisnya.
5
2. Berdasarkan Lokasi
a. Tumor Supratentorial
Hemisfer otak, terbagi lagi :
1. Glioma :
Glioblastoma multiforme
Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering terjadi di
hemisfer otak dan sering menyebar kesisi kontra lateral melalui
korpus kolosum.
Astroscytoma
Oligodendroglioma
Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma tetapi
terdiri dari sel-sel oligodendroglia. Tumor relative avaskuler dan
cenderung mengalami klasifikasi biasanya dijumpai pada hemisfer
otak orang dewasa muda.
2. Meningioma
Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan perlekatan
duramater yang lebar (broad base) berbatas tegas karena adanya
psedokapsul dari membran araknoid. Pada kompartemen supratentorium
tumbuh sekitar 90%, terletak dekat dengan tulang dan kadang disertai
reaksi tulang berupa hiperostosis. Karena merupakan massa ekstraaksial
lokasi meningioma disebut sesuai dengan tempat perlekatannya pada
duramater, seperti Falk (25%), Sphenoid ridge (20%), Konveksitas (20%),
Olfactory groove (10%), Tuberculum sellae (10%), Konveksitas
serebellum (5%), dan Cerebello-Pontine angle. Karena tumbuh lambat
defisit neurologik yang terjadi juga berkembang lambat (disebabkan oleh
pendesakan struktur otak di sekitar tumor atau letak timbulnya tumor).
Pada meningioma konveksitas 70% ada di regio frontalis dan asimptomatik
sampai berukuran besar sekali. Sedangkan di basis kranii sekitar sella
turcika (tuberkulum sellae, planum sphenoidalis, sisi medial sphenoid
ridge) tumor akan segera mendesak saraf optik dan menyebabkan
gangguan visus yang progresif.
6
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari
meningen, sel-sel mesotel, dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan
dura.
3. Tumor Infratentorial
4. Schwanoma akustikus
5. Tumor metastasisc
Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5 % – 10 % dari seluruh tumor
otak dan dapat berasal dari setiap tempat primer. Tumor primer paling
sering berasal dari paru-paru dan payudara. Namun neoplasma dari saluran
kemih kelamin, saluran cerna, tulang dan tiroid dapat juga bermetastasis ke
otak.
6. Hemangioblastoma
Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler embriologis yang paling
sering dijumpai dalam serebelum.
7
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu
radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini
telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone,
nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
6. Trauma Kepala
7. Prilaku Buruk
Kebiasaan buruk yang bisa menyebabkan berbagai penyakit, salah satunya sebagai
penyebab tumor otak, yaitu kebiasaan merokok dan meminum minuman
beralkohol. Lihat saja pada tulisan di setiap bungkus rokok jika enggak percaya.
Tulisan ini tidak hanya sekedar tulisan yang tidak mempunya arti dan tujuan loh
sobat.
8. Makanan Kurang Sehat
9. Sering memakan makanan berlemak dan juga makanan yang kurang seratnya,
seperti makanan instan di toko-toko makanan, bisa menjadi penyebab tumor otak.
Makanan berlemak indentik dengan kandungan kolesterol, dan teman-teman sudah
pada tau kan keganasan kolesterol bagi seluruh bagian tubuh kita. Untuk makanan
instan pastinya mengandung bahan pengawet (natrium benzoat) dan juga bahan
pewarna tentunya.
10. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di pabrik pembuat bahan kimia atau pabrik yang memakai
bahan kimia dalam proses produksinya, harap lebih berhati-hati. Karena pekerjaan
ini lebih tinggi resikonya untuk terkena tumor otak atau sebagai penyebab tumor
otak. Pekerjaan yang memakai alat-alat radiologi efeknya juga sama tingginya.
8
Maka dari itu taatilah aturan keselamatan di perusahaan tersebut. Malah ada juga
artikel yang mengatakan bahwa pekerjaan yang berhadapan dengan kabel beraliran
listrik juga cukup berpotensi.
9
pagi dan malam hari, dimana muntah yang proyektil tanpa didahului mual
menambah kecurigaan adanya massa intracranial.
F. PATOFISIOLOGI TUMOR OTAK
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi
berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien.
Gejala-gejalanya sebaiknya dibicarakan dalam suatu perspektif waktu. Gejala
neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2 faktor gangguan
fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila
penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak
dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada
tumor yang tumbuh paling cepat. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang
ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan
suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara
akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer (Febri,
2012).
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan
dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapatumor
membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat
gangguan neurologis fokal. Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh
beberapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar
tumor dan perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan
bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang
tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan oedema dalam jaruingan otak.
Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami, namun diduga disebabkan selisih osmotik
yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan
kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial.
Observasi sirkulasi cairan serebrospinaldari ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid
menimbulkan hidrocepalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara
cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan
oelh karena itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme
kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darahintra kranial, volume
10
cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim.
Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum.
Herniasi timbul bila girus medialis lobus temporals bergeser ke inferior melalui
insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan men ensefalon
menyebabkab hilangnya kesadaran dan menenkan saraf ketiga. Pada herniasi
serebulum, tonsil sebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu
massa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat.
Intrakranialyang cepat adalah bradicardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran
tekanan nadi dan gangguan pernafasan), Febri (2012).
11
G. PATHWAY
12
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK TUMOR OTAK
1. CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal
ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit
otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-
gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2. Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang
akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi
pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak
yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan
patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan
proses-proses infeksi (abses cerebri).
4. Biopsi stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
5. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
6. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan
dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
13
Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya,
yaitu
a) Surgery
Terapi Pre-Surgery :
- Steroid Menghilangkan swelling, contoh dexamethasone
- Anticonvulsant untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti
carbamazepine
- Shunt Digunakan untuk mengalirkan cairan cerebrospinal
b. Radiotherapy
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam penatalaksanaan
proses keganasan. Berbagai penelitian klinis telah membuktikan bahwa modalitas
terapi pembedahan akan memberikan hasil yang lebih optimal jika diberikan
kombinasi terapi dengan kemoterapi dan radioterapi.
Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif (moderately sensitive),
sehingga pada tumor dengan ukuran terbatas pemberian dosis tinggi radiasi
diharapkan dapat mengeradikasi semua sel tumor. Namun demikian pemberian
dosis ini dibatasi oleh toleransi jaringan sehat disekitarnya. Semakin dikit jaringan
sehat yang terkena maka makin tinggi dosis yang diberikan. Guna menyiasati hal
ini maka diperlukan metode serta teknik pemberian radiasi dengan tingkat presisi
yang tinggi.
14
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada tumor
sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak. Radioterapi jyga
digunakan dalam tata laksana beberapa tumor jinak, misalnya adenoma hipofisis.
c. Chemotherapy
Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa menggunakan satu
atau dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sel
tumor pada klien. Diberikan secara oral, IV, atau bisa juga secara shunt. Tindakan
ini diberikan dalam siklus, satu siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu
yang singkat, diikuti waktu istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua sampai empat
telah lengkap dilakukan, pasien dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah
tumor berespon terhadap terapi yang dilakukan ataukah tidak.
15
1. Penderita yang berusia dibawah 45 tahun.
2. Penderita astrositoma anaplastik.
3. Penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat melalui
pembedahan.
16
a. Pernafasan B1 (breath)
- Bentuk dada : normal
- Pola napas : tidak teratur
- Suara napas : normal
- Sesak napas : ya
- Batuk : tidak
- Retraksi otot bantu napas ; ya
- Alat bantu pernapasan : ya (O2 2 lpm)
b. Kardiovaskular B2 (blood)
- Irama jantung : irregular
- Nyeri dada : tidak
- Bunyi jantung ; normal
- Akral : hangat
- Nadi : Bradikardi
- Tekanana darah Meningkat
c. Persyarafan B3 (brain)
- Penglihatan (mata) : Penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau
diplopia.
- Pendengaran (telinga): Terganggu bila mengenai lobus temporal
- Penciuman (hidung) : Mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus
frontal
- Pengecapan (lidah) : Ketidakmampuan sensasi (parathesia atau
anasthesia)
- Afasia : Kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif
atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata komprehensif,
maupun kombinasi dari keduanya.
- Ekstremitas : Kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak
seimbang, berkurangnya reflex tendon.
- GCS : Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien,
(apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon
pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
- Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka
1– 6 tergantung responnya
17
d. Perkemihan B4 (bladder)
- Kebersihan : bersih
- Bentuk alat kelamin : normalUretra : normal
- Produksi urin: normal
e. Pencernaan B5 (bowel)
- Nafsu makan : menurun
- Porsi makan : setengah
- Mulut : bersih
- Mukosa : lembap
f. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
- Kemampuan pergerakan sendi : bebas
- Kondisi tubuh: kelelahan
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan medula
oblongata.
c. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
d. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap hipotensi
ortostatik.
e. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek afasia pada ekspresi
atau interpretasi.
f. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
efek kemoterapi dan radioterapi.
g. Gangguan persepsi sensori visual berhubungan dengan aneurisma.
h. Gangguan persepsi sensori penghidu berhubungan dengan aneurisma.
i. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri akibat tidak mampu
menggerakan leher.
4. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
Tujuan : Nyeri yang dirasakan berkurang`1 atau dapat diadaptasi oleh klien
18
Kriteria hasil :
(1) Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat
diadaptasi ditunjukkan penurunan skala nyeri. Skala = 2
(2) Klien tidak merasa kesakitan.
(3) Klien tidak gelisah
Intervensi :
19
Kriteria Hasil :
1. Pola nafas efekif
2. GDA normal
3. Tidak terjadi sianosis
Intervensi:
Intervensi:
Intervensi:
1. Kaji tekanan darah pasien saat pasien mengadakan perubahan posisi tubuh.
2. Diskusikan dengan klien tentang fisiologi hipotensi ortostatik.
3. Ajarkan teknik-teknik untuk mengurangi hipotensi ortostatik
4. Untuk mengetahui pasien mengakami hipotensi ortostatik ataukah tidak.
5. Untuk menambah pengetahuan klien tentang hipotensi ortostatik.
6. Melatih kemampuan klien dan memberikan rasa nyaman ketika mengalami
hipotensi ortostatik
22
Intervensi:
23
Intervensi:
Intervensi:
25
h. Gangguan persepsi sensori penghidu berhubungan dengan aneurisma
Tujuan: Mempertahankan fungsi pembau dan mencegah kerusakan yang
lebih parah
Kriteria Hasil: Mempertahankan fungsi pembau
Intervensi:
1. Lakukan uji indra pembau klien dengan memberi tester bau yang khas
seperti kopi dan bawang
Rasional: Mengetahui seberapa baik kemampuan membau klien
2. Memberi helth education kepada pasien mengenai penurunan fungsi
pembau
Rasional: Membantu pasien untuk dapat menerima kondisi yang dialami
Intervensi:
26
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Tumor dan Kanker Otak. Di akses pada tanggal 20 November 2015 di
http://tumorkankerotak.blogspot.co.id/.
Febri. 2012. Asuhan Keperawatan Tumor Otak. DI akses pada tanggal 20 November 2015
di https://nersfebri.wordpress.com/2012/04/01/asuhan-keperawatan-askep-
tumor-otak/
Septi. 2013. Askep Tumor Otak. Di akses pada tanggal 20 November 2015 di
http://septiapritayani.blogspot.co.id/2013/07/askep-tumor-beserta-
pathway_6.html
USU. 2010. Chapter II – Tumor Otak. Di akses pada tanggal 20 November 2015 di
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31137/4/Chapter%20II.pdf
27