Professional Documents
Culture Documents
LINGKUNGAN KERJA
1. TUJUAN
- Mendeteksi potensi bahaya kerja yang berhubungan dengan pekerjaan, tempat kerja, dan
lingkungan kerja.
- Memeriksa tempat kerja untuk menemukan potensi bahaya dan pelaku para pekerja yang
tidak aman.
- Menggunakan metode-metode dan teknik-teknik sederhana untuk evaluasi potensi
bahaya kerja dan untuk menguji langkah-langkah pengendalian.
- Melaporkan potensi bahaya kerja dan lingkungan kepada badan-badan yang
bersangkutan.
- Mengetahui prinsip-prinsip pengendalian potensi bahaya kerja dan lingkungan kerja dan
berpartisipasi dalam memilih tindakan pengendalian yang tepat dan penggunaan optimal
dari sumber daya yang tersedia.
- Berpartisipasi dalam pengelolaan rencana darurat kerja dan pertolongan pertama.
- Mendidik pekerja sesuai dengan prinsip-prinsip perilaku yang aman di tempat kerja.
- Berpartisipasi dalam menyelidiki keluhan kerja, kasus kompensasi, rehabilitasi,
kesejahteraan sosial, dll.
- Berkoordinasi dengan profesional lainnya dalam tim multi-disiplin kerja: petugas dan
panitia keamanan, occupational hygienist, dokter dan perawat, sanitarian, petugas
pertolongan pertama, insinyur tanaman dan mandor.
Faktor Psikososial
Yang termasuk dalam faktor psikososial adalah perasaan bosan, pekerjaan yang
berulang, tekanan produksi, stres, upah gaji rendah dan kurangnya pengenalan.
Faktor Kecelakaan
Penyebab utama kecelakaan meliputi:
- Kondisi mekanik dan fisik yang tidak aman
- Tindakan yang tidak aman
- Faktor pribadi yang tidak aman.
Proses Penyimpanan
Bertujuan untuk mendokumentasikan potensi bahaya yang berhubungan dengan setiap
proses dan untuk merekam bagaimana setiap potensi bahaya dikelola dan dikontrol.
Proses penyimpanan meliputi :
- Proses penyimpanan itu sendiri
- Bahan-bahan seperti produk setengah jadi dan produk limbah
- Pemasukan dan pengeluaran data
- Potensi bahaya
- Potensi gas di atmosfer
- Potensi paparan
- Menyusun ulang proses pengendalian mesin
- Peringatan lain termasuk penggunaan APD
Proses penyimpanan juga menyediakan kesempatan untuk mendokumentasikan
potensi bahaya yang berhubungan selain dengan kimia, yaitu panas, bising dan
radiasi, proses pembuangan limbah berbahaya.
Proses penyimpanan berdasarkan pada:
- Produk dan bahan tertentu
- Peralatan
- Lokasi geografi
5.3.Kontrol Administratif
- Mengontrol paparan pada karyawan dengan penjadwalan produksi dan tugas, atau
keduanya, dengan cara-cara yang meminimalkan tingkat paparan; misalnya
pemilik perusahaan menjadwalkan operasi produk dengan potensi paparan
tertinggi ketika karyawan yang hadir sedikit.
- Ketika praktek kerja yang efektif atau engineering control tidak dapat terlaksana
maka alat pelindung diri harus digunakan, misalnya sarung tangan, kacamata
keselamatan, helm, sepatu safety, pakaian pelindung dan respirator. Agar efektif,
alat pelindung diri harus dipilih sendiri, dipasang dengan benar dan dipakai secara
berkala, secara teratur dipelihara dan diganti seperlunya.
Appendix 1.1 Tindakan yang memiliki potensi bahaya dan berhubungan dengan kontaminasi
udara
Jenis Proses Jenis Kontaminan Contoh Kontaminan
Tindakan yang berhubungan
dengan panas:
-pengelasan Gas (g) Kromat (p)
-reaksi kimia Partikel (p) Zink dan senyawanya (p)
-solder (debu, asap, kabut) Mangan dan senyawanya (p)
-peleburan
-percetakan
-pembakaran
Tindakan yang berhubungan
dengan zat cair:
-mengecat Uap (v) Benzene (v)
-degreasing Gas (g) Trichloroethylene (v)
-dipping Kabut (m) Methylene chloride (v)
-menyemprot 1,1,1-trichlorethylene(v)
-brushing Asam hidroklorida (m)
-coating Asam sulfur (m)
-etching Hydrogen klorida (g)
-cleaning Garam sianida (m)
-dry cleaning Asam kromat (m)
-pickling Hydrogen sianida (g)
-plating mixing TDI, MDI (v)
-galvanizing Hydrogen sulfida (g)
-reaksi kimia Sulphur dioksida (g)
Karbon tetraklorida (v)
Tindakan yang berhubungan
dengan zat padat:
-pouring debu Semen
-pengadukan Quartz (silica bebas)
-pemisahan Fibrous glass
-ekstraksi
-penghancuran
-conveying
-loading
-bagging
Tindakan penyemprotan
dengan tekanan:
-cleaning parts Uap (v) Organik solvent (v)
-pemakaian pestisida Debu (d) Chlordane (m)
-degreasing Kabut (m) Parathion (m)
-sand blasting Trichloroethylene (v)
-painting 1,1,1- Trichloroethylene (v)
Methylene klorida (v)
Quartz (d)
Tindakan yang berhubungan
dengan shaping:
-pemotongan debu Asbestos
-penggilingan Berilium
-filing Uranium
-milling Zink
-moulding Timbal
-pengergajian
-pengeboran
1. TUJUAN
- Memahami hubungan antara pekerjaan dan kesehatan
- Memahami interaksi antara manusia, lingkungan dan pekerjaan
- Mengetahui berbagai jenis tekanan atau bahaya yang mungkin ada di berbagai jenis
pekerjaan termasuk industri, pertanian dll
- Mengetahui konsep penyakit akibat kerja dan konsep aggravation
- Mengenali masalah kesehatan umum pada pekerja dan apakah masalah tersebut terkait
dengan pekerjaan.
- Survey tempat kerja, mengenali tanda-tanda dan gejala awal pada gangguan kesehatan
dan melakukan tes sederhana untuk mendukung diagnosis penyakit akibat kerja
- Memberikan saran kepada manajemen mengenai pengendalian dan pencegahan hazard
yang sudah teridentifikasi
- Memberikan saran dan mendidik pekerja mengenai hazard yang mereka dapat, tindakan
pengendalian, kebersihan pribadi, gejala awal dan pertolongan pertama
- Rujuk pasien dan pekerja yang terkena hazard untuk penyelidikan dan perawatan lebih
lanjut
- Berkonsultasi dengan otoritas terkait pemantauan lingkungan tempat kerja dan dengan
pelaksanaan dan pemeliharaan tindakan pengendalian (terutama engineering)
- Mengetahui hukum, aturan dan peraturan yang mengatur keselamatan dan kesehatan
kerja termasuk pengendalian bahaya di tempat kerja, standar yang direkomendasikan dan
nilai-nilai ambang batas, pemeriksaan kesehatan berkala, penyakit akibat kerja, asuransi
dan kompensasi untuk penyakit akibat kerja dan kecelakaan
- Menyimpan catatan medis termasuk file medis pribadi, catatan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja, catatan pemeriksaan kesehatan berkala
- Menyimpan catatan tentang pemantauan lingkungan, kegiatan keselamatan, survei
tempat kerja dan melaporkan data kesehatan dan keselamatan di tempat kerja.
Pencegahan Sekunder
Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah kesehatan sebelum masalah
kesehatan ini menjadi jelas secara klinis (yaitu sebelum pekerja merasa sakit) dan
melakukan intervensi untuk membatasi dampak buruk dari masalah yang terjadi. Hal
ini juga dikenal sebagai surveilans penyakit akibat kerja. Asumsi yang mendasarinya
adalah bahwa identifikasi lebih awal akan menghasilkan hasil yang lebih
menguntungkan.
Contoh dari pencegahan sekunder adalah pengukuran kadar timbal dalam darah pada
pekerja yang terpapar timbal. Peningkatan jumlah timbal dalam darah menunjukkan
kegagalan dari pencegahan primer, tetapi masih mungkin untuk dilakukan tindakan
korektif sebelum keracunan timbal secara klinis terlihat jelas. Tindakan korektif
akan dapat meningkatkan keberhasilan pencegahan primer seperti tercantum di atas.
Pencegahan Tersier
Hal ini dicapai dengan meminimalkan efek klinis yang buruk pada penyakit atau
paparan. Biasanya ini dianggap sebagai clinical occupational medicine. Contoh
pencegahan tersier adalah pengobatan keracunan timbal (sakit kepala, nyeri otot dan
sendi, nyeri perut, anemia, disfungsi ginjal) dengan pemberian obat chelating.
Tujuannya adalah untuk mengurangi gejala atau ketidaknyamanan, meminimalkan
cedera pada tubuh dan memaksimalkan kapasitas fungsional.
Getaran
Pekerja yang terpapar seluruh getaran yaitu supir traktor, pekerja transportasi, pekerja
yang terlibat dalam pengeboran minyak bumi dan orang-orang di industri tekstil.
Getaran seluruh tubuh menyebabkan berbagai penyakit yang berkaitan dengan
kongesti organ panggul dan perut.
Getaran segmental didapat pada pekerja yang menggunakan alat getar pneumatik atau
listrik di pertambangan, konstruksi jalan, pembuatan sepatu dan menggergaji.
Perubahan vaskular pada tungkai atas menyebabkan "tangan mati" dan "jari putih"
dan kontak yang terlalu lama menyebabkan penipisan tulang kecil dan pergelangan
tangan.
Radiasi
a) Radiasi Non-ionisasi
- Radiasi Ultraviolet
Paparan terjadi pada pengelasan, pemotongan logam dan pancaran karbon yang
dapat menyebabkan eritema, luka bakar dan hiperpigmentasi pada kulit. Paparan
mata akan menyebabkan "arc eye" dengan konjungtivitis dan sakit parah dan
dapat menyebabkan ulserasi kornea. Untuk pelindung mata harus menggunakan
pelindung wajah khusus. Kontak yang terlalu lama dapat menyebabkan atrofi kulit
dan epithelioma.
- Radiasi infra merah
Paparan terdapat di depan tungku, pabrik baja, industri kaca, pandai besi dan
pembuatan rantai. Paparan pada mata dapat menyebabkan katarak atau corneal
affection. Luka bakar pada kulit juga dapat terjadi. Perlindungan lengkap pada
mata dapat dilakukan dengan memakai kacamata khusus.
b) Radiasi Ionisasi
Sumber radiasi berasal dari isotop radioaktif dan mesin X-ray. Radiasi ionisasi
digunakan dalam kedokteran, industri, pertanian, penelitian dan perang atom.
Radiasi adalah gelombang elektromagnetik, seperti sinar X dan sinar gamma, atau
partikel yang sangat kecil, seperti alpha, beta dan neutron. Keduanya ini
menyebabkan ionisasi atau eksitasi atom yang dapat menyebabkan kerusakan
jaringan.
Pengaruh radiasi ionisasi tergantung pada dosis, jenis radiasi, apakah paparan itu
terus menerus atau terputus dan apakah paparan mengenai seluruh tubuh atau
hanya lokal. Kekuatan penetrasi berbagai jenis radiasi bervariasi, dari yang sangat
tinggi, seperti radiasi sinar-X dan sinar gamma, sampai yang sangat rendah,
seperti radiasi alpha.
Setiap jaringan memiliki sensitivitas yang berbeda-beda terhadap radiasi, yang
paling sensitive adalah jaringan sistem hemopoietik dan mukosa gastrointestinal
sedangkan tulang dan otot kurang sensitive.
Efek dapat bervariasi:
- Kematian dapat terjadi dalam beberapa jam jika seluruh tubuh terkena dosis
tinggi.
- Sindrom radiasi akut terjadi jika dosisnya rendah. Tanda dan gejala muncul dalam
waktu 24-48 jam dan karena affection dari mukosa gastrointestinal dapat
menyebabkan diare berdarah yang parah dan syok sistem haemopoietik dan kulit.
Jika kematian terjadi, hal ini disebabkan oleh karena perdarahan (karena
trombositopenia) atau infeksi (akibat kerusakan mukosa usus dan leukopenia).
- Radiasi beta hanya mempengaruhi kulit saja, menyebabkan luka bakar pada kulit
dan alopecia.
- Efek radiasi kronis dapat terjadi setelah mengalami radiasi akut yang lama atau
mendapat paparan berulang dengan dosis tidak cukup untuk menyebabkan efek
akut.
- Efek kronis berupa atrofi kulit, hilangnya sidik jari, alopecia, perubahan kuku,
telangiectasis, pigmentasi, keratosis dan epithelioma. Efek lainnya dapat berupa
kemandulan, aborsi, mutagenik dan cacat lahir.
Pengendalian paparan radiasi eksternal berpegang pada tiga prinsip umum:
1. Menjaga jarak yang cukup antara sumber dan pekerja.
2. Mengurangi waktu paparan.
3. Pengendalian dan alat pelindung.
Pengendalian paparan radiasi internal (bahan radioaktif) harus mengikuti peraturan
yang ketat.
Laboratorium atau perusahaan yang menggunakan bahan radioaktif harus dibangun
sedemikian rupa dengan dinding pelindung yang maksimal dari bahan radioaktif, dan
harus mudah dibersihkan bila terjadi kasus tumpahan. Penanganan dengan remote
control sangat berguna.
Ventilasi dan sistem pembuangan limbah harus terpisah dari area lain dan limbah
radioaktif tidak boleh masuk ke sistem pembuangan limbah umum. Limbah radioaktif
harus dibuang sedemikian rupa sehingga tidakn terjadi pencemaran lingkungan.
Pemantauan lingkungan harus dilakukan dan sistem alarm harus disediakan.
Langkah-langkah lain meliputi:
- pemeriksaan kesehatan secara berkala khususnya pada mata, kulit dan darah
- pakaian pelindung diri
- personal monitoring bedges
- dosimeter
- whole body counters
- pemantauan radioaktif dalam cairan biologis.
Berikut yang harus diamati ketika ada potensi paparan gas beracun:
- Tempat kerja harus memiliki ventilasi
- Jika kemungkinan ada gas beracun atau tidak cukup oksigen, masker gas harus
disediakan.
- Para pekerja harus terlatih dan harus selalu bekerja dalam tim dengan satu anggota
tim dinominasikan untuk mengamati dari kejauhan, jauh dari kemungkinan
kontaminasi.
- Peralatan pertolongan pertama, termasuk oksigen, harus tersedia dengan tim
penolong yang terlatih.
- Pekerja yang sudah terpapar harus dijauhkan dari paparan dan diberi kehangatan
dan diistirahatkan. Jika pernapasan berhenti, pemberian napas buatan harus
diteruskan sampai terjadi pemulihan atau sudah dapat dipastikan meninggal.
Logam
Dalam industri, keracunan logam biasanya ditemukan kronis dan hasil dari
penyerapan jumlah kecil selama jangka waktu yang panjang. Keracunan akut
mungkin hasil dari kecelakaan (atau bunuh diri) mengkonsumsi beberapa senyawa
yang sangat toksik (seperti arsenicals) dalam dosis besar. Logam dan senyawanya
masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi, tertelan dan sedikit kasus melalui kulit.
Sejumlah besar senyawa logam yang digunakan dalam industri :
a) Timbal
- Timbal anorganik : Paparan terhadap timbal anorganik terjadi di pertambangan,
ekstraksi, peleburan, pemotongan logam, pembuatan pipa dari timbal, pengecatan
timbal, pembuatan baterai dari timbal, kaca kristal dan typesetting logam panas.
Timbal diserap sebagai debu melalui saluran pernapasan, dan melalui saluran
pencernaan dari makanan dan minuman. Timbal anorganik tidak diserap melalui
kulit. Tanda-tanda dan gejala terpapar timbale adalah garis biru pada gusi, kolik
usus dan sembelit, anemia, kelemahan seluruh tubuh, pada kasus yang berat
menyebabkan foot drop dan wrist drop. Ensefalopati akibat timbal sekarang
sangat jarang ditemukan.
Engineering control untuk mencegah paparan timbal adalah ventilasi, mekanisasi
dan housekeeping. Kebersihan pribadi, mengganti pakaian, pembersihan daerah
makan dan menyimpan makanan akan mengurangi penyerapan timbal melalui
mulut. Pemeriksaan kesehatan secara berkala membantu mendeteksi gejala awal.
- Timbal organik: masih digunakan sebagai zat tambahan untuk bahan bakar bensin.
Timbal organic adalah cairan yang mudah menguap dan dapat diserap jika
terhirup dan melalui kulit. Paparan dapat menyebabkan eksitasi dari sistem saraf
pusat kemudian depresi dan mungkin berakhir dengan kematian.
b) Merkuri
Merkuri merupakan logam cair yang mudah menguap. Paparan terdapat di
pertambangan, ekstraksi, laboratorium kimia, industri kimia, industri farmasi,
pembuatan termometer dan barometer, industri bahan peledak, pembuatan lampu uap
merkuri, pembuatan pestisida, cermin dan dalam kedokteran gigi.
- Senyawa merkuri anorganik: menyebabkan stomatitis, garis coklat pada gusi, gigi
menjadi jarang, metallic taste, tremor dan perubahan kepribadian, gangguan ginjal
dan gangguan pencernaan.
- Merkuri organik (pestisida): berefek pada sistem saraf pusat. Mercury fulminate
(bahan peledak) menyebabkan ulserasi pada kulit dan perforasi septum hidung.
c) Mangan
Paparan terdapat di pertambangan, ekstraksi, industri baja, industri baterai kering,
industry kaca dan keramik, pembuatan batang las dan industri kimia. Paparan mangan
dapat menyebabkan pneumonia dan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang
menyebabkan penyakit Parkinson, tremor, mask face, kekakuan dan perubahan
kepribadian.
d) Arsenik
Paparan terdapat di pertambangan dan ekstraksi. Senyawa arsenik digunakan dalam
pestisida, pengawet kayu, kedokteran, cat dan industri kimia. Paparan akut
menyebabkan gastroenteritis berat, syok dan bahkan kematian. Paparan kronis
menyebabkan gangguan saraf perifer, lesi kulit, kanker kulit, anemia, perforasi
septum hidung dan kanker paru-paru
Pelarut Organik
Pelarut organik adalah cairan organik di mana zat-zat yang terkandung didalamnya
dapat dipisahkan tanpa mengubah komposisi kimianya. Digunakan dalam ekstraksi
minyak dan lemak dalam industri makanan, industri kimia, cat, pernis, enamel, proses
degreasing, dry cleaning, pencetakan dan proses pengeringan di industri tekstil dan
industry rayon. Pelarut organik bersifat mudah menguap, mudah terbakar dan
dianggap sebagai bahaya kebakaran, terdiri dari:
- pelarut hidrokarbon
- alkohol dan eter
- keton
- ester
- glikol dan senyawanya
Pelarut terutama diserap melalui paru-paru, melalui saluran pencernaan jika diminum,
dan dapat diserap melalui kulit. Pelarut mempengaruhi beberapa sistem tubuh dan
dapat menyebabkan efek sebagai berikut:
- sistem saraf: pusing, ketidaksadaran dan kematian, neuritis perifer, gangguan
penglihatan, insomnia, sakit kepala dan mudah lelah
- sistem gastrointestinal: dispepsia, anoreksia dan mual, gangguan hati
- saluran pernapasan: iritasi saluran napas bagian atas
- ginjal: nefritis atau gagal ginjal
- darah: anemia atau bahkan leukemia
- kulit: dermatitis kontak atau jerawat.
Contoh-contoh spesifik dari keracunan pelarut organik:
- Produk minyak bumi: dapat menyebabkan ketidaksadaran dan jika tertelan secara
tidak sengaja menyebabkan gastritis atau pneumonia karena aspirasi ke paru-paru.
- Benzol (benzena, C6H6): merupakan produk penyulingan batubara dan digunakan
dalam industri cat, pembuatan karet, industry farmasi dan kimia, dan degreasing.
Keracunan sistem saraf pusat adalah aspek yang paling penting dari paparan dosis
tinggi bensol. Anemia aplastik adalah penyebab kematian klasik pada keracunan
bensol kronis. Bensol-induced leukemia dapat berkembang pada beberapa kasus
yang sebelumnya telah menderita anemia aplastik. Efek racun dari bensol
sebaiknya dicegah dengan menggantinya dengan senyawa yang kurang beracun.
Ada banyak pelarut yang lebih aman daripada bensol.
- Chlorinated hidrokarbon: penambahan klorin pada karbon dan hidrogen
meningkatkan stabilitas dan mengurangi sifat mudah terbakar. Memiliki bau agak
tajam. Enam chlorinated aliphatic hydrocarbon biasanya digunakan sebagai
pelarut:
o trichloroethylene
o perkloroetilena (tetrachloroethylene)
o 1-1-1-trikloroetana (metil kloroform)
o metilen klorida (diklorometana)
o karbon tetraklorida
o kloroform
Efek akut meliputi:
- Mati rasa: pusing, sakit kepala, mual, muntah, lelah, mabuk, bicara cadel,
tidakseimbangan, disorientasi, depresi, kehilangan kesadaran
- Iritasi saluran pernapasan: hidung sakit, sakit tenggorokan, batuk.
Efek kronis meliputi: dermatitis, disfungsi neurobehavioural, cedera hepatoseluler
dan disfungsi tubulus ginjal.
Pestisida
Pestisida adalah kelompok bahan kimia yang digunakan untuk memusnahkan
berbagai jenis hama termasuk serangga, tikus, gulma, siput, jamur, dll. Tingkat
toksisitas tiap pestisida sangat bervariasi, dari yang paling beracun sampai kurang
beracun. Paparan pestisida terjadi di industri pestisida, di bidang pertanian atau
kesehatan masyarakat. Pestisida juga digunakan di rumah. Pestisida diklasifikasikan
menjadi beberapa kelompok, sesuai dengan komposisi kimianya. Yang paling sering
digunakan saat ini adalah organofosfat, karbamat dan thiocarbamates, piretroid dan
pestisida organoklorin. Kelompok-kelompok lain meliputi arsenat timbal, merkuri
organik, senyawa thallium, coumarin, bromometana, kresol, fenol, nikotin, zinc
phosphide, dll. Pestisida diserap melalui paru-paru, saluran pencernaan dan kadang-
kadang melalui kulit dan mata (organofosfat).
a) Organoklorin
Contohnya adalah DDT, aldrin, dieldrin, toxafene dan gammaxane. Mereka
tergolong sedikit sampai cukup beracun, dan tidak biodegradable di lingkungan
atau dalam tubuh manusia. Mereka menumpuk di lingkungan dan untuk alasan ini,
penggunaannya telah dilarang di banyak negara. Paparan akut menyebabkan
iritabilitas dari sistem saraf pusat. Gejala muncul setelah 30 menit sampai
beberapa jam (biasanya tidak lebih dari 12 jam) meliputi sakit kepala, pusing,
mual, nyeri perut, iritabilitas, kejang, koma, demam, takikardia, pernapasan
dangkal dan kematian. Jika pasien bertahan, kejang berhenti dalam waktu 24 jam,
tetapi kelemahan, sakit kepala dan anoreksia dapat berlanjut selama dua minggu
atau lebih. Paparan kronis dapat menyebabkan gangguan pencernaan, hati, ginjal
atau saraf.
Pertolongan pertama:
- Lepaskan pakaian yang terkontaminasi.
- Cuci kulit dengan sabun dan air, tetapi jangan menggosok kulit.
- Merangsang muntah, cuci perut dan garam katarsis.
- Berikan obat penenang untuk kejan.
- Berikan stimulan cardio-respiratori.
b) Organofosfat
Meliputi parathion, metil parathion, malathion dan tetraethyl pirofosfat.
Organofosfat ada yang sangat beracun dan ada yang sedikit beracun. Mereka tidak
menumpuk di lingkungan atau dalam tubuh manusia, bersifat biodegradable dalam
beberapa minggu. Organofosfat menghambat enzim kolin-esterase yang
mengakibatkan akumulasi asetil kolin dalam tubuh. Gejala dan tanda-tanda berupa
dispnea, berkeringat, mual, kolik perut, diare, konstriksi pupil, otot berkedut,
iritabilitas, cemas, sakit kepala, ataksia, kejang, kegagalan pernapasan dan
peredaran darah, koma dan kematian. Pada kasus yang berat gejala muncul dalam
beberapa menit dan pada kasus ringan timbul setelah beberapa jam tetapi tidak
pernah melebihi 24 jam. Kematian dapat terjadi dalam hitungan jam pada kasus
yang berat. Masa pemulihan membutuhkan waktu beberapa minggu bagi pasien
untuk kembali normal. Pemeriksaan darah menunjukkan pengurangan aktivitas
kolin-esterase; tes ini digunakan dalam pemeriksaan kesehatan berkala.
Pertolongan pertama:
- Bawa pasien ke rumah sakit.
- Lepaskan pakaian yang terkontaminasi.
- Cuci kulit dengan air tanpa menggosok (jika tersedia, larutan 5% amonia atau 2%
chloramine yang lebih efektif daripada air). Namun, jika mata yang terkena maka
harus dicuci dengan air.
- Jika pestisida telah tertelan, pertama berikan air minum pada pasien dan kemudian
rangsang untuk muntah dengan meletakkan jari Anda ke tenggorokan pasien.
- Berikan atropin (obat penawar) secara intravena.
- Berikan nafas buatan jika diperlukan.
- Berikan stimulan cardio-respiratori.
- Lalu, obati pasien dengan Oxime.
d) Piretroid
Merupakan pestisida sintetis dengan toksisitas rendah yang digunakan di rumah-
rumah. Gejala toksik mirip reaksi sensitivitas.
b) Brucellosis
Brucellosis disebabkan oleh organisme yang dapat menginfeksi sapi, domba dan
babi. Penyakit ini menyebabkan aborsi berulang pada hewan dan organisme
penyebab brucellosis terdapat di plasenta, di sekresi hewan, susu dan urin. Pekerja
yang sering terpapar adalah dokter hewan, pekerja di bidang pertanian dan
peternakan, gembala, laboratorium dan rumah jagal. Sebagian besar kasus kerja
terjadi melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi atau dari sekresi dan produk
hewan. Masa inkubasi 2-4 minggu. Tahap akut (demam undulant) selama 2-4
minggu dengan demam, pembesaran limpa dan kelenjar getah bening. Pada tahap
subakut, organisme berada di sendi, usus, organ reproduksi, pleura atau meningen.
Pada fase kronis, penyakit berlanjut dengan demam yang hanya sesekali atau
timbul gejela kelemahan pada selutuh tubuh. Selama tahap ini penyakit sulit untuk
didiagnosis. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan berkala untuk semua pekerja
yang terpapar harus dilakukan dengan menggunakan uji serologis.
Pengendalian penyakit pada manusia tergantung dengan pengendalian pada
hewan. Pekerja harus memakai pakaian pelindung dan memasak produk hewani
dan mendidihkan susu dengan tepat karena penyakit ini juga dapat ditularkan
melalui makanan.
c) Anthrax
Anthrax pada dasarnya adalah penyakit hewan. pekerja yang terpapar adalah
mereka yang bekerja di bidang pertanian dan peternakan, rumah potong, tanneries,
pembuatan barang dari wol, rambut, tulang dan kulit. Penyakit ini menyerang sapi,
domba, kuda dan babi dan ketika hewan mati, basil anthrax membentuk spora
yang sangat kebal dan dapat bertahan selama bertahun-tahun. Infeksi dapat terjadi
melalui kulit, paru-paru atau usus. Infeksi melalui kulit menyebabkan “pustule
ganas", dimulai dengan eritema selama 1-8 hari setelah infeksi lalu membentuk
papul, kemudian menjadi pustule dengan pembengkakan di sekitarnya dan
pembesaran kelenjar getah bening lokal. Infeksi melalui paru-paru terjadi di toko-
toko wol yang menyebabkan pneumonia berat yang fatal. Infeksi melalui usus
menyebabkan septikemia. Produk hewani yang digunakan dalam industri harus
diteliti dengan seksama dan didesinfeksi.
b) Stres fisik
- Suhu lingkungan
- Kebisingan
- Getaran
- Radiasi
- Pencahayaan yang buruk.
4.3.Hipertensi
Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi adalah "hipertensi esensial" dan tidak ada
penyebab yang dapat diidentifikasi. Predisposisi genetik merupakan faktor risiko
penting. Paparan timbal, kadmium dan kebisingan merupakan faktor risiko hipertensi
dan juga stres psikososial adalah faktor hipertensi. Faktor risiko lain hipertensi adalah
kebiasaan diet (kelebihan garam dan lemak), obesitas dan kurangnya aktivitas fisik.
4.5.Peptic Ulcer
Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan ulkus lambung dan duodenum,
meliputi faktor keturunan, obat-obatan tertentu (analgesik dan obat anti-inflamasi non-
steroid), merokok, penyakit medis, prosedur bedah, tipe kepribadian, infeksi lokal
(Helicobacter pylori) dan pekerjaan. Faktor pekerjaan yang berhubungan dengan risiko
tukak lambung adalah pekerjaan yang memiliki tanggung jawab yang tinggi dan kerja
shift tidak teratur; semakin tinggi stres kerja semakin tinggi tingkat ulkus. Tukak
lambung juga berkaitan dengan menghiruo gas iritan yang larut dalam sputum dan
tertelan.
1. TUJUAN
Untuk meminimalisir dampak yang terjadi karena penyakit akibat kerja alternatif terbaik
adalah deteksi dini dari perubahan patologis pada tahap ketika mereka reversible. Beberapa paparan
tertentu dapat menyebabkan perubahan secara fungsional, biokimia, fisiologis atau morfologi dapat
dideteksi dini dan bisa reversible. Ada banyak klinik, laboratorium atau tes lainnya yang telah
dikembangkan untuk mendeteksi perubahan awal dan masing-masing paparan memiliki tes yang
spesifik.
Sayangnya, ada beberapa penyakit akibat kerja yang tidak dapat dideteksi pada tahap
reversible. Ini termasuk reaksi akut kepada gas iritan contohnya ammonia, asfiksia, misalnya CO dan
asam hidrosianat, dan bahan-bahan korosif, seperti asam dan basa; pneumoconiosis kolagen, seperti
silicosis dan asbestosis; kanker kerja, dan berbagai kondisi lainnya. Kondisi akut sebagian besar
disebabkan oleh kecelakaan kerja.
Penyebaran pneumoconiosis dapat dihentikan jika paparannya juga dihentikan. Selain itu,
diketahui bahwa deteksi kanker pada pekerja pada tahap awal dapat meningkatkan prognosis. Oleh
karena itu, terlepas dari reversibilitas perubahan patologis yang disebabkan oleh paparan kerja,
deteksi dini penyakit akibat kerja sangat dibutuhkan.
Banyak indeks yang digunakan dalam deteksi dini penyakit akibat kerja memiliki rentang
yang sangat luas dari variabilitas normal. Hasil tes tersebut dapat berpindah diantara kedua ujung
rentang normal pada individu tertentu tanpa diakui sebagai abnormal; individu dengan kapasitas vital
prediksi ± 4 l dapat memburuk dari 5 l sampai 3 l tanpa diakui sebagai abnormal kecuali tingkat pra-
kerja dikenal. Oleh karena itu, rekor pra-penempatan variabel, serta pemeriksaan periodik, diperlukan
untuk deteksi dini penyakit.
Istilah deteksi dini dan pemeriksaan berkala digunakan untuk mendeteksi penyakit akibar
kerja apakah bisa reversible (dapat disembuhkan) atau tidak.
Melihat dari banyaknya pekerja yang harus dievaluasi, pemeriksaan periodik tidak perlu
dilakukan secara komprehensif. Evaluasi biasanya dimulai dengan tes screening yang cukup simpel
untuk membuktikan apakah ada atau tidak ada penyakit akibat kerja tersebut. Tes screening haruslah
simpel, sensitive, mudah, tidak mahal dan non-invasive.
Adanya bahan beracun dalam sampel biologis tertentu, sebagai indeks yang digunakan
sebagai bukti bahwa memang ada bahan tersebut di dalam tubuh. Contoh : evaluasi zat timbal
di dalam darah
Adanya metabolisme dari bahan beracun tersebut. Contoh : melihat adanya organic sulfate di
dalam urin pada pekerja yang sering terpapar fenol.
Perubahan fungsi organ sebagai hasil dari paparan bahan-bahan tersebut. Contoh : perubahan
fungsi ginjal, hati, dan paru.
Perubahan morfologi di dalam darah yang dapat mempengaruhi sistem hemopoietik.
Perubahan jaringan yang irreversible. Contoh : katarak akibat radiasi inframerah, pemeriksaan
x-ray untuk mendeteksi silicosis dan asbestosis.
Fungsi psikomotor dan sistem nevus sentral. Contoh : tes digunakan untuk mengevaluasi
paparan dari substansi tertentu yang mempengaruhi sistem saraf seperti pada manganese,
merkuri, dan karbon disulfida.
Pemeriksaan bergantung dengan tipe paparannya. Penyakit kerja yang memiliki progres yang
cepat untuk berkembang seperti contoh perubahan aktivitas choline-esterase pada pekerja yang sering
terpapar pestisida, harus dimonitor setiap bulannya atau lebih.
Pada pekerja yang terkena paparan radiasi ion, bisa dimonitor 1-6 bulan tergantung berapa
lama sudah terkena paparan. Untuk penyakit kerja yang baru muncul setelah beberapa tahun bekerja,
seperti tuli akibat bising kerja dan silicosis, pemeriksaan secara periodic dapat dilakukan apabila
sudah terkena paparan cukup lama (35 tahun) karena progresnya lama.
3. DETEKSI DINI PADA PENYAKIT AKIBAT KERJA YANG DISEBABKAN OLEH
FAKTOR FISIKA
3.1 PANAS
Tingkat keparahan pada kesehatan berdampak pada kenaikan temperature, kelembaban dan
lamanya terpapar paparan. Hal yang dapat dilihat adalah :
Kelelahan
Sakit kepala
Mual dan muntah
Gejala neuropsikatri
Delirium
Kejang
Koma
(b) Deteksi dini pada paparan timbal dapat dibagi sebagi berikut:
Penentuan konsentrasi timbal dalam darah dan urin
Rata-rata normal timbal dalam darah 30 Ug/dl tidak sama dengan rata-rata normal di kota
yang tinggi kemacetan. Pasien dengan keracunan timbal memiliki nilai 80 Ug/dl bahkan
bisa lebih tinggi.
Indeks
Delta-aminolevulinate dehidrase didalam darah
Asam delta aminovulinic didalam uin
Coprophyrin dalam urin
Zinc protoporphyrin didalam eritrosit
Mercury
Inorganic Mercury
Akur respiratory distress
Gingivitis
Tremor
Ertism
Proteinuria, gagal ginjal
Organic Mercury (Alkyl Mercury)
Gangguan jiwa
Ataksia
Parasthesitas
Kerusakan penglihatan dan pendengaran
(b) Deteksi dini paparan merkuri (inorganic dan alkyl organic)
Dinilai dengan melihat jumlah merkuri didalam urin. Nilai normalnya dibawah 20
Ug/dl/
Manganese
Keadaan kronis
Parkinson
Kelainan perilaku
Pneumonia
(b) Estimasi
Perkiraan manganese didalam tubuh tidak membantu dalam deteksi dini. Deteksi pada
penyakit ini bergantung apabila sudah ada gejala-gejala neuropsikiatri.
Arsenic
(a) Essentials of diagnosis
Akut
Mual
Muntah
Diare
Hemolisis intravascular
Kuning
Oliguria
Cardiovaskular collapse
Kronik
5.2 PESTISIDA
Paparan organofosfat dapat dievaluasi dengan menentukan tingkat hambatan aktivitas
kolin esterase dalam darah. Ada metode laboratorium yang digunakan untuk evaluasi aktivitas
kolin-esterase yang akurat. Ada juga banyak metode survey lapangan yang digunakan dan
beberapa alat yang kurang akurat namun juga bisa digunakan.
Dalam kasus paparan debu fibrogenik, setelah mengetahui riwayat pekerjaan, sinar x
positif adalah alat utama untuk melakukan diagnosis dini. Hal ini berlaku untuk kasus
silicosis, asbestosis, pneumoconiosis talc . Penyakit ini bersifat irreversible.
Dalam kasus extrinsic allergic alveolitis, diagnosis akut, subakut dan kronis bisa
dikonfirmasi dengan menggunakan x-ray.
ERGONOMI PEKERJAAN
1. Tujuan
Memahami hubungan manusia-mesin-lingkungan
Menyadari ergonomik sebagai alat menuju kondisi kerja yang lebih sehat dan aman
Mengetahui bagaimana memperhitungkan dimensi pekerja dan kemampuan fisik atau
psikososial serta keterbatasan pekerja dalam rangka menghindari kondisi kerja yang
berbahaya
Mengumpulkan informasi di situasi kerja baik tentang para pekerja dan sifat pekerjaan
dalam rangka menyediakan saran yang tepat dan terprioritaskan
Menciptakan kesadaran akan mengapa dan bagaimana memperbaiki situasi kerja dan
untuk memberikan anjuran sederhana dalam rangka mendesain situasi kerja baru yang
secara ergonomis efesien.
Berkomunikasi tentang perbaikan situasi kerja yang dibutuhkan dengan manajemen dan
para pekerja dalam rangka mendapatkan manfaat sebanyak-banyaknya
Tujuan ergonomik yang utama adalah untuk mengoptimalkan, yang pertama dan
terutama, kenyamanan juga kesehatan, keamanan, dan efisiensi para pekerja. Penerapan
prinsip ergonomik pada kenyataannya tidak hanya bermanfaat bagi para pekerja. Manfaatnya
terhadap para karyawan sama signifikannya, dan terasa nyata serta dapat diukur dalam hal
peningkatan efisiensi dan produktivitas, serta pengurangan waktu kerja yang hilang akibat
penyakit atau kecelakaan, serta penurunan biaya asuransi.
Prinsip dasar ergonomik adalah setiap aktivitas kerja pasti menyebabkan pekerja
mengalami beberapa tingkatan stres fisik dan mental. Selama stres masih berada dalam batas
kewajaran, performa kerja para pekerja seharusnya memuaskan, dan kesehatan para pekerja
serta kesejahteraan mereka harus dipertahankan.
Jika stres berlebihan, hasil yang tidak diharapkan dapat terjadi dalam bentuk kesalahan,
kecelakaan, cedera atau penurunan kesehatan fisik dan mental. Cedera dan penyakit yang
berhubungan dengan ergonomik bervariasi mulai dari kelelahan mata dan sakit kepala hingga
penyakit muskuloskeletal seperti nyeri punggung, leher, dan pundak kronis, cumulative
trauma disordess (CTDs), repetitive strain injuris (RSIs), dan repetitive motion injuries ---
tiga istilah yang sering digunakan secara bergantian.
Pencegahan kelelahan mata, sakit kepala, dan penyakit muskuloskeletal dan memperoleh
hasil yang optimal dapat dicapai ketika perlengkapan, area kerja, produk, dan sistem kerja
dibentuk berdasarkan kemampuan dan keterbatasan manusia, contohnya dengan menerapkan
berbagai prinsip ergonomik.
Pencegahan kelelahan
Secara umum, tujuannya adalah untuk mendesain tata cara, perlengkapan, dan
lingkungan kerja sehingga dapat meminimalisir kecenderungan terjadinya suatu kecelakaan
akibat kesalahan manusia.
(a) Kegagalan untuk mendeteksi atau mengenali kodisi/situasi dengan potensi bahaya
Untuk menghadapi situasi yang berbahaya, perlu untuk waspada bahwa bahaya selalu
ada. Banyak potensi bahaya di tempat kerja yang tidak dapat dideteksi oleh panca indra,
antara lain :
Dalam situasi bahaya tersebut diperlukan fungsi indra tambahan dengan tanda informasi
khusus, contohnya:
Pengukur tekanan dengan batas merah yang mengindikasikan kondisi yang berbahaya
didalam sebuah pemanas
Alarm atau pager pada truk pengangkut barang yang akan berbunyi otomatis ketika
kendaraan tersebut berjalan
Tanda bahaya yang bersinar pada pintu masuk ruangan perlengkapan yang mempunyai
pencahayaan buruk
Sistem alarm kegawat daruratan yang mengawali pelepasan gas toksik
Perhatikan sekitar lingkungan Anda dan indentifikasi tiga alat, sistem, proses, atau
kombinasi dari alat, sistem, dan proses yang dianggap salah dilihat dari sisi faktor
manusia
Untuk masing-masing, deskripsikan mengapa Anda memilih hal diatas sebagai masalah
dan sarankan bagaimana masalah tersebut dapat diperbaiki. Batasi jawaban Anda dalam
beberapa kalimat dalam setiap masalah.
Kerja statis terjadi ketika otot atau kelompok otot tetap dalm keadaan berkontraksi dalam
waktu yang lama tanpa diselingi dengan relaksasi. Kerja statis yang berlebihan dapat
disebabkan oleh :
Postur awkward/aneh yang bertahan lama, misalnya yang terjadi pada seorang mekanik
yang harus membengkokkan badannya secara terus menerus untuk memperbaiki mesin
kendaraan bermotor.
Tututan kekuatan fisik yang besar terkait tugas tertentu, misalnya untuk menggunakan
kunci inggris untuk memutar mur roda yang sudah sangat berkarat ketika mengganti ban
mobil.
Ketika otot berkontraksi, pembuluh darah yang menyuplai nutrisi dan membuang sampah
metabolisme akan mengalami vasokontriksi akibat tenaga eksternal dari jaringan otot yang
mengelilinginya. Sebagai akibatnya, resistensi vaskular meningkat seiring meningkatnya
tegangan otot, dan suplai darah menuju otot yang sedang berkontraksi akan menurun. Jika
otot tidak diizinkan untuk berelaksasi dari waktu ke waktu, kebutuhan nutrisi akan melebihi
persediaan yang ada. Sampah metabolisme pun akan menumpuk. Efek jangka pendek dari
kejadian tersebut antara lain nyeri iskemik, tremor, atau menurunkan kemampuan otot untuk
menciptakan tegangan. Salah satu dari efek tersebut dapat mempengaruhi/ memperburuk
perfoma kerja.
Kerja statis juga menyebabkan peningkatan sementara pada resistensi perifer sistem
kardiovaskular. Peningkatan detak jantung dan tekanan arteri rerata yang bermakna
ditemukan bersamaan akibat kontraksi statis dalam waktu singkat.
Pada kebanyakan situasi, aktivitas dinamis yang melibatkan kontraksi dan relaksasi siklis
pada otot yang sedang bekerja, lebih baik atau lebih diharapkan dibandingkan kerja statis.
Akan tetapi, jika suatu pekerjaan membutuhkan pengerahan tenaga yang besar dan repetitif,
berbagai trauma kumulatif yang bersifat lokal dapat saja terjadi pada jaringan
muskuloskeletal atau saraf perifer.
Kerja seluruh badan yang bersifat dinamis terjadi ketika sekumpulan bnayak otot rangka
berkontraksi dan berelaksasi secara bergantian untuk melakukan sebuah tugas, misalnya,
berjalan pada dataran yang meninggi, mengayuh sepeda, menaiki tangga dan menggerakkan
benda (dengan mendorong, membawa, menarik, atau menyekop) dari satu lokasi ke lokasi
lainnya.
Intensitas kerja dinamis dan seluruh badan dibatasi utamanya oleh kapasitas paru dan
system kardiovaskular untuk menyalurkan oksigen dan glukosa yang mencukupi untuk
menggerakkan otot-otot dan membersihkan sisa metabolisme yang terbentuk.
Kelelahan seluruh badan terjadi jika tututan metabolisme yang terkumpul akibat
berbagai otot yang bekerja diseluruh tubuh melebihi kapasitasnya. Gejala-gejala yang sering
terjadi pada kelelahan seluruh tubuh diantaranya sesak nafas, kelemahan pada otot yang
bekerja dan sesasi umum kelelahan. Gejala-gejala tersebut akan berlanjut dan dapat
memburuk sampai aktivitas kerja dihentikan atau dikurangi intensitasnya.
Untuk aktivitas dinamis seluruh badan yang terjadi dalam waktu yang sangat singkat
(biasanya 4 menit atau lebih cepat), seseorang dapat bekerja pada intensitas yang sama
dengan kapasitas aerobiknya. Seiring dengan meningkatkan durasi kerja yang dilakukan,
intesitas kerja yang dilakukan harus dikurangi. Jika kerja yang dilakukan akan bertahan dan
berlanjut selama 1 jam, energi ekspenditur rata-rata untuk durasi tersebut tidak boleh
melebihi 50% kapasitas aerobik pekerja yang melakukan kerja tersebut. Untuk kerja yang
dilakukan dalam waktu 8 jam, rerata energi ekspenditurnya tidak boleh melebihi 33%
kapasitas aerobik pekerja tersebut.
Kapasitas aerobik berbeda beda didalam populasi. Berbagai faktor individu yang
menentukan kapasitas aerobik termasuk umur, jenis kelamin, berat badan, genetik, dan status
kebugaran fisik saat ini.
Pencegahan kelelahan seluruh badan dapat dicapai melalui desain pekerjaan yang baik.
Syarat energi ekspenditur pekerjaan sebaiknya cukup rendah untuk memenuhi populasi orang
dewasa yang bekerja, termasuk mereka memiliki kapasitas aerobik yang rendah. Syarat dapat
dipenuhi dengan mendesain tempat kerja untuk meminimalisir pergerakan tubuh yang tidak
diperlukan dan menyediakan bantuan mekanis dalam menangani material yang berat. Jika
pendekatan ini tidak dapat/ mungkin dilakukan, mungkin diperlukan penambahan waktu
istirahat untuk mencegah kelelahan yang berlebihan, terutama di lingkungan kerja yang panas
dan lembab karena kontribusi metabolisme terhadap heat stress.
Untuk menilai potensi kelelahan seluruh badan, perlu dilakukan pengukuran atau
perkiraan laju energi ekspenditur dari sebuah pekerjaan, yang biasanya dilakukan melalui tiga
cara yaitu :
1. Tabel referensi: table yang menjelaskan panjang lebar mengenai kebutuhan energi dari
berbagai aktivitas kerja yang ada
2. Kalorimetri tidak langsung:energi ekspenditur dapat diperkirakan dengan mengukur
ambilan oksigen pekerja ketika melakukan pekerjaannya.
3. Modelling: suatu pekerjaan dianalisis dan dipecah menjadi tugas dasar seperti berjalan,
membawa dan mengangkat. Parameter yang mewakili masing-masing tugas dihitung dan
dijumlahkan kedalam persamaan untuk meperkirakan energi ekspenditurnya.
Stres mekanik
Kecelakaan yang jelas/terbuka:beberapa stress mekanik yang menyebabkan cedera dalam
lingkungan kerja berhubungan dengan kecelakaan yang nyata, seperti patah tulang kaki
akibat kejatuhan objek/benda. Potensi bahaya yang menyebabkan berbagai cedera
tersebut dapat dikontrol melalui teknik mesin yang aman.
Cedera trauma kumulatif: cedera akibat stress mekanik lainnya lebih ringan dan dapat
menyebabkan cedera trauma kumulatif. Stres seperti itu dapat terjadi eksternal, seperti
gergaji yang bergetar dapat menyebabkan Reynaud Syndrome, atau internal, seperti
kompresi diskus intervetebralis selama pengangkatan benda berat.
Stress mekanik dapat dikontrol secara efektif melalui ergonomik, contohnya dengan
mendesain tuntutan pekerjaan yang menyebabkan stress mekanik dapat ditoleransi tanpa
menyebabkan cedera.
Mendorong atau menarik benda lebih mudah ketika pegangan troli yang berisi beban
berada stinggi pinggul (91-114 cm untuk laki-laki) dibandingkan jika pegangan tersebut
berada setinggi pundak atau lebih. Pengangan yang lebih rendah dari tinggi pinggul bersifat
awkward dan tidak aman untuk dilakukan.
Antropometri perduli dalam hal menyesuaikan alat-alat dan tempat kerja dengan dimensi
tubuh manusia: Karena manusia memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda satu dengan
yang lainnya, antropometri terkadang sulit untuk diaplikasikan. Mengetahui distribusi bentuk
dan ukuran, adalah langkah pertama dalam desain antropometris. Terdapat ribuan pengukuran
tubuh manusia yang sesuai dengan desain peralatan, tempat kerja, dan bahkan pakaian.
Tabel Antropometrik
Konsep reach dan fit sangat esensial dalam antropometri dan digunakan dalam berbagai
situasi yang berbeda termasuk dalam mendesain hamper seluruh barang/produk atau
teknologi yang masyarakat gunakan:
1. Kunjungi tempat kerja yang berbeda disekitar wilayah tempat tinggal Anda dan catat
observasi Anda mengenai masalah ergonomik yang mungkin ada
2. Prioritaskan observasi Anda dan buat rencana tindakan secara cepat berdasarkan diskusi
pada section 2 di modul ini.
3. Kembangkan, bekerjasama dengan pihak manajemen dan para pekerja,
tindakan/saran/sugesti korektif dalam rangka mengurangi atau memperbaiki masalah
yang paling merugikan di lingkungan kerja
4. Untuk masalah yang tidak dapat diperbaiki/dituntaskan, temukan penyelesaian dari
masalah tersebut, apakah harus dirujuk ke instansi tertentu, termasuk pusat khusus
tertentu jika memungkinkan
5. Melatih manajemen dan para pekerja dengan berbagai perbaikan yang dilakukan dan
semangati mereka untuk terus memelihara/mempertahankan perubahan yang sudah ada
6. Mengecek apakah tindakan korektif yang telah Anda sarankan benar-benar
diimplementasikan
7. Beri informasi kepada manajemen dan para pekerja mengenai apa yang sebaiknya
mereka lakukan untuk menghindari berbagai situasi kerja yang secara fisik maupun
psikososial bersifat merugikan.
8. Dokumentasikan tugas 1 hingga 7.
Modul 5
Stres dan Faktor Psikologi yang Merugikan pada Pekerjaan
1. Tujuan
Mempelajari bagaimana mengidentifikasi pekerja dengan masalah psikologis
Mempelajari bagaimana mendorong pekerja dengan masalah psikologis untuk
mengendalikan stresnya dengan meminta bantuan dari kerabat dan teman-
teman
Mengetahui bagaimana menyimpan dokumen dan menulis laporan
Membantu dalam tes psikometri sederhana
Menyoroti stresor.
Perkembangan karir
Peran
Konflik peran
Peran yang ambigu
Sumber inadekuat untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
Tidak adanya wewenang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
Tugas
Lingkungan Kerja
Shift kerja
Outcome
Fisiologis
Jangka pendek
- Katekolamin
- Kortisol
- Kenaikan tekanan darah
Jangka panjang
- Hipertensi
- Penyakit jantung
- Ulkus
- Asma
Jangka pendek
- Kecemasan
- Ketidakpuasan
- Penyakit psikogenik
Jangka panjang
- Depresi
- Kelelahan
- Penyakit mental
Perilaku
Jangka pendek
- Pekerjaan: bolos terus menerus, berkurangnya produktifitas dan partisipasi
- Komunitas: berkurangnya persahabatan dan partisipasi
- Personal: Penggunaan alkohol dan obat-obatan secara berlebihan, merokok
Jangka panjang
- “learned helplessness”
Modifier
Individu
- Gaya perilaku
- Sumber dari individu
Dukungan sosial
- Emosional
- Harga dan nilai diri
- Informasi
Konseling
- Individu
- Program kelompok
Program pelatihan
- Relaksasi
- Medikasi
- Biofeedback
Dukungan umum
- Program olahraga
- Aktivitas rekreasi
Mengobati organisasi
Diagnosis
- Survey attitude
- Sesi hukuman
Membangun gaya manajemen yang fleksibel dan responsif
Meningkatkan komunikasi internal
1. TUJUAN
Mengerti pentingnya pencegahan kecelakaan kerja di tempat kerja dan mendukung
perlindungan yang professional dalam pencegahan kecelakaan kerja.
Berpartisipasi dalam mengedukasi dan melatih pekerja
Simpan dan analisa data
Berkontribusi dalam komite keselamatan kerja
Memberi saran dalam menurunkan angka morbiditas, disabilitas dan mortalitas dalam
kecelakaan akibat kerja dan trauma.
Agen
Mesin
Transport dan alat angkat barang
Peralatan lainnya
Material, substansi dan radiasi
Lingkungkan kerja
Agen lain yang tidak terklasifikasi
Beberapa agen tidak terklasifikasi karna kurangnya data
Sifat luka
Kepla
Batang tubuh
Ekstremitas atas
Ekstremitas bawah
Sistem tubuh
Faktor lingkungan
Faktor lingkungan termasuk factor dari agen luar dan factor lain dari lingkungan kerja
seperti: suhu, kebisingan, cahaya dan lainnya.
Penyebab terpenting dari kecelakaan ini adalah kontak dengan objek yang berbahaya.
Kecelakaan kerja juga bisa disebabkan oleh kurangnya energi seperti contoh, kurang oksigen
di lingkungan kerja. Agen penyebab kecelakaan tersebut disebut hazard. Jika ada hazard di
dalam lingkungan kerja pasti ada kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Inilah alasan
mengapa keselamatan kerja harus ditaruh menjadi prioritas utama untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja.
Penyebab Cidera atau Kelainan Pekerja yang Terkena
Trauma
Energi mekanik Laserasi Pekerja logam, tukang, operator, penggergaji,
pemotong kain
Fraktur Penangan bahan, penambang, pekerja bangunan
Penangan bahan dan pekerja lain yang terpapar
Luka memar Tukang daging, operator mesin
Pekerja konstruksi
Amputasi Penambang, penggiling, dll
Crushing injuries Penambang, pembawa barang, pekerja konstruksi
Luka pada Mata
Keseleo
Energi Thermal Luka bakar Tukang cor, tukang las, pekerja kaca, pekerja laundry
atau binatu
Heat strain Petugas pemadam kebakaran, pekerja pabrik baja
Tukang kayu, tukang jagal
Cold strain
Energi Kimia Luka bakar Pekerja limbah berbahaya
Asfiksasi, Keracunan Petugas pemadam kebakaran, pekerja limbah
berbahaya
Energi Listrik Listrik, guncangan, luka Pekerja konstruksi, tukang listrik, pengguna perkakas
bakar listrik atau mesin
Energi Nuklir Radiasi Petugas rumah sakit, petugas industry, pegawai nuklir
Pengangkat Back pain Perawat, supri truk, operator mesin, dll
barang berat
Pekerja dengan Trauma ekstremitas atas Musisi, operator, pengolah ikan dan unggas, pemetik
gerakan tangan (Carpal tunnel syndrome, buah dll
berulang tendonitis, dll)
Getaran Sindrom Raynaud Operator mesin penggiling, operator jackhammer
Faktor organisasi
Lingkungan social memiliki pengaruh yang besar terhadap kinerja manusia.
Mengontrol frekuensi dan tingkat keparahan kejadian kecelakaan dan pengendalian
kualitas dan kuantitas produk memiliki banyak kesamaan. Dalam banyak kasus, praktik
kesalahan yang sama juga terjadi, yang menyababkan terjadinya kecelakaan dan produksi
yang tidak memuaskan.
3. PENCATATAN DAN INVESTIGASI KECELAKAAN
Perusahaan dan pekerja yang bekerja dibidang kesehatan harus menginvestigasi kecelakaan
kerja untuk :
Mengidentifikasi penyebab kecelakaan, kerusakan properti dan lainnya.
Mengembangkan metode efektik untuk mencegah kejadian selanjutnya
Memenuhi persyaratan legislative
Laporan kasus kecelakaan harus terdapat informasi sebagai berikut :
Keadaan kcelakaan
Penyebab kecelakan
Data-dat yang ada untuk melihat penyebab dari kecelakaan dan efek yang
ditimbulkan kepada lingkungan
Langkah-langkah darurat yang harus diambil
Langkah-langkah selanjutnya yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan.
Suatu kecelakaan dapat dilaporkan apabila terdapat :
Penyebab kecelakaan
Tempat kecelakaan
Tipe kecelakaan
Terdapat data personal korban seperti umur, jenis kelamin dan pendidikan korban.
Waktu kecelakaan.
Beberapa poin-poin berikut ini harus dipertimbangkan ketika melakukan investigasi
kecelakaan :
Kematian dan cedera yang melumpuhkan secara permanen ditangani secara terpisah dari
kecelakaan lain dalam statistic.
6.2 Training
Program pelatihan dibutuhkan untuk pekerja ketika diperkenalkan dengan alat-alat yang baru.
1. Tujuan
a. Mengetahui teknik pertolongan pertama
b. Dapat menyediakan emergency care di lingkungan kerja
c. Mengetahui bagaimana memutuskan merujuk suatu kasus emergensi ke rumah
sakit atau pusat layanan kesehatan spesialis
d. Mengetahui bagaimana menampilkan dan menerapkan pendidikan kesehatan
e. Mempelajari bagaimana menyimpan dokumen dan menulis laporan.
Pertolongan pertama tidak hanya tentang apa yang harus dilakukan (seberapa
lama, seberapa kompleks) tetapi juga siapa yang bisa melakukannya. Walaupun sikap
yang sangat hati-hati sangat dibutuhkan, setiap pekerja dapat dilatih untuk 10 langkah
krusial pada pertolongan pertama. Pada beberapa situasi, aksi segera dapat
menyelamatkan nyawa, ekstremitas, ataupun penglihatan. Pekerja yang menjadi
korban seharusnya tidak menjadi lumpuh karena menunggu petugas kesehatan yang
terlatih tiba. 10 langkah krusial akan sangat bervariasi tergantung lingkungan kerja
dan harus diajarkan sesuai dengan keadaannya.
3. Cedera
3.1 Definisi
Cedera: Kerusakan fisik pada jaringan tubuh yang diakibatkan oleh kecelakaan atau
pajanan dari stressor lingkungan.
Luka: Terputusnya kontinuitas jaringan tubuh atau terbukanya lapisan kulit. Luka
mungkin adalah cedera, namun tidak semua cedera menyebabkan luka.
Kemudian:
- Pada kasus syok, cari kemungkinan cedera lain yang mungkin menyebabkan
hilangnya darah.
- Pada kasus cedera kepala tertutup, cari gejala perilaku yang tidak biasa, hilangnya
ingatan, mengantuk, eksitasi, ataupun delirium.
- Waspada karena memar pada otak akan menyebabkan kejang, mengantuk,
ataupun hilangnya kesadaran.
- Waspada karena perdarahan dari telinga, hidung, dan tenggorokan mungkin
disebabkan oleh fraktur basis kranii.
- Jangan mencoba untuk mengangkat benda asing yang melekat didalam kepala
karena mungkin akan menyebabkan perdarahan yang tidak terkontrol.
- Berikan dressing pada kepala hingga balutan tersebut tidak akan bergeser selama
perjalanan ke rumah sakit.
- Tempatkan pasien pada posisi miring untuk drainase yang baik.
- Pada kasus kerusakan sentral pada sistem pernapasan, berikan resusitasi mouth-to-
mouth untuk memberikan suplai oksigen yang adekuat.
Langkah krusial
4. Fraktur
4.1 Definisi
Fraktur: Suatu kerusakan pada tulang.
Fraktur simple (fraktur tertutup): kulit masih menutupi lokasi fraktur.
Fraktur compound (fraktur terbuka): kulit telah rusak dan tulang yang patah
berkontak langsung dengan udara bebas.
Langkah krusial
Langkah Krusial
1. Hindari syok.
2. Jangan mencoba untuk melepas baju pasien kecuali kasus luka bakar kimia.
3. Bungkus pasien dengan kain yang bersih untuk menghindari infeksi.
4. Pertahankan suhu tubuh.
5. Netralkan agen kimia dengan penetral jika ada.
6. Putuskan agen kimiawi apa yang menjadi penyebab luka bakar sebelum merujuk
ke rumah sakit.
Langkah krusial
1. Celupkan daerah yang terkena paparan pada air dengan suhu 40°-42° C.
2. Jangan mencoba untuk mencairkan area yang terkena.
3. Jangan meletakkan korban dekat dengan api.
4. Jangan memijat area yang terkena.
5.3 Heat Stroke
Faktor yang berkontibusi dengan heat stroke antara lain: beban kerja, lingkungan
yang panas, stress, tidak dapat beradaptasi, kondisi kerja yang buruk, overweight,
pakaian yang tidak pas, ventilasi yang buruk, dehidrasi, konsumsi alcohol, dan
riwayat penyakit kardiovaskular atau terkena paparan panas yang sangat.
Langkah krusial
1. Pastikan kasus yang dicurigai heat stroke dengan mengukur suhu tubuh. seseorang
dengan suhu tubuh antara 40°-43° C dapat dipertimbangkan sebagai korban heat
stroke.
2. Gosok dengan air dingin, bungkus dengan kain dingin atau handuk atau tiup
dengan udara dingin ke pasien.
6. Keracunan
Langkah krusial
1. Rangsang muntah secepat mungkin dengan memberikan 1 sendok makan sirup
ipecac kecuali tertelan asam, alkali, dan produk petroleum. Berikan air, susu, dan
antidotum universal; air seharusnya digunakan jika tidak ada lagi bahan yang
tersedia. Jangan berikan cairan kepada korban yang tidak sadar.
2. Dalam kasus tertelan asam, alkali, ataupun produk petroleum dan sebab lain:
cobalah untuk mengidentifikasi produk secara spesifik, konsentrasi dari bahan
aktif, dan perkiraan jumlah yang tertelan. Tempat dan atau label dari produk
mungkin masih ada. Pelarut mungkin bermanfaat jika diberikan dalam 30 menit
dalam kasus tertelan alkali yang padat ataupun berbutir. Air atau susu mungkin
dapat diberikan, dosis 250 ml untuk dewasa dan 15 ml/kg pada anak-anak.
Rangsang muntah atau percobaan untuk netralisasi bahan dengan
menggunakan asam lemah atau alkali merupakan kontraindikasi absolute.
3. Berikan resusitasi mouth-to-mouth atau mekanik jika didapatkan kesulitan
bernapas.
4. Jika racun berkontak dengan kulit, lepaskan semua baju yang terkontaminasi dan
guyur area yang terkena dengan air.
5. Jika racun berkontak dengan mata, irigasi kedua mata dengan jumlah air yang
banyak.
6. Identifikasi bahan beracun atau kumpulkan semua bahan yang dimuntahkan dalam
container dan bawa bersamaan dengan merujuk ke rumah sakit untuk analisis
laboratorium.
7. Perdarahan
Perdarahan dapat berasal dari arteri, vena, ataupun, kapiler.
Langkah krusial
1. Berikan tekanan dengan ujung jari atau dengan balutan jika diperlukan.
2. Pasang torniket hanya ketika metode lain gagal dan dalam kasus yang mengancam
nyawa.
3. Torniket adalah pita yang paling tidak memiliki lebar 1 inci seperti dasi, sapu
tangan, handuk, selendang, ataupun ikat pinggang. Jangan pernah menggunakan
tali tambang atau kabel. Torniket hanya dapat dipakai di 2 tempat tergantung
dengan lokasi cedera:
o Lengan, lebar 1 tangan dibawah siku
o Kaki, lebar 1 tangan dibawah lipat paha.
8. Syok
Syok adalah keadaan dimana tidak ada cukup darah yang bersirkulasi di tubuh. Gejala
syok meliputi: pucat, dingin dan lembab di kulit, napas dangkal, kuku dan bibir
kebiruan, serta rasa haus dan gelisah.
Langkah krusial
1. Tatalaksana syok dengan menghilangkan kausanya: menghentikan perdarahan,
menghilangkan nyeri, pemasangan bidai pada fraktur.
2. Mencegah infeksi dan pertahankan panas tubuh.
3. Pasien dibaringkan.
4. Korban luka bakar yang menderita syok diberikan cairan dalam jumlah kecil.
9. Gangguan Pernapasan
Resusitasi mouth-to-mouth
1. Bersihkan mulut dan tenggorokan dari gigi palsu, mucus, makanan, darah, atau
sumbatan lainnya.
2. Miringkan kepala ke belakang sejauh mungkin dan regangkan leher.
3. Angkat rahang bawah ke atas.
4. Tekan hidung.
5. Buka mulut anda lebar dan tempelkan bibir anda sehingga menutupi semua mulut
korban, ambil napas dalam sebelumnya dan tiup sampai anda melihat dada korban
terangkat.
6. Lepaskan bibir anda saat anda melihat dada korban terangkat; dengarkan
ekshalasi.
7. Teruskan prosedur yang sama 12-20 kali per menit.
1. Tujuan
Mendeskripsikan pola penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja
Mendeskripsikan bagaimana kondisi yang berbeda dalam lingkungan kerja mungkin
berhubungan dengan penyakit akibat kerja dan bagaimana cara mengurangi risiko yang
ada
Mengidentifikasi penyebab kecelakaan akibat kerja dan cara pencegahannya
Mendeskripsikan bagaimana gaya/style yang berbeda dari praktik kerja mungkin
berpengaruh terhadap kesehatan pekerja, rekan sejawat, dan lainnya.
Berdiskusi tentang pengurangan risiko dari penyakit dan kecelakaan akibat kerja dengan
para pekrja dan para manajer di tempat kerja dan mengidentifikasi prosedur yang sesuai
untuk memelihara lingkungan kerja yang sehat.
Berdiskusi bagaimana gaya hidup dan perilaku dapat mempengaruhi kesehatan
Mendeskripsikan berbagai metode/cara baru dalam melakukan edukasi kesehatan dan
bagaiman, kapan, dan dimana akan mengaplikasikan cara tersebut juga berbagai cara
untuk memotivasi.
Mendeskripsikan tugas edukasi kesehatan yang akan diaplikasikan dan dilakukan dalam
berbagai situasi masalah kesehatan yang berbeda dalam tempat kerja.
Mengidentifikasi nilai psikologis, kultural, religius, dan etika yang mungkin berpengaruh
kemampuan pekerja kesehatan komunitas untuk mengedukasi para pekerja atau para
manajer dalam lingkungan kerja dan pencegahan serta kontrol terhadap kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
2.2 Metodologi
Pinta para peserta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari dua orang. Kemudian
arahkan mereka (dalam kelompok) untuk berdiskusi tentang pertayaan berikut. Setiap
anggota kelompok harus menuliskan jawaban mereka.
Pertanyaan:
1. Menurut pendapat Anda, apa saja penyakit akibat kerja yang akan kamu temukan di
daerah sekitarmu dan mengapa?
2. Apakah Anda berpikir bahwa penyakit akibat kerja penting untuk dicegah?
3. Bilamana Anda menjawab ya tau tidak, jelaskan mengapa.
Selanjutnya, pinta tiap-tiap kelompok untuk bergabung dengan kelompok lainnya di
sebuah ruang. Jika terdapat kelompok yang tersisa dipersilahkan untuk ikut kelompok
lainnya yang sudah terbentuk atas 4 orang. Berikan mereka waktu yang cukup untuk
melanjutkan diskusi mereka dalam kelompok kecil yang baru tersebut. Kemudian Tanya
mengenai pendapat dari kelas tersebut mengenai
4. Penyakit akibat kerja yang mereka akan temukan di daerah sekitar mereka masing-
masing dan alasannya mengapa.
5. Efek ekonomi dan sosial dari penyakit akibat kerja.
3.2. Metodologi
1. Tempelkan tanda yang betuliskan “Berbahaya” dan “Aman” pada papan tulis dan beri
jarak. Siapkan terlebih dahulu potongan kertas atau kartu dalam jumlah yang banyak.
Pada setiap kartu tulis atau gambar situasi tertentu, baik situasi yang berbahaya atau yang
aman, misalnya
Tumpahan minyak pada lantai tempat kerja
Mesin yang diberi pelindung
Kabel-kabel listrik yang telah robek
Kotak berat yang ditaruh sembarangan pada mesin angkut
Menggunakan pakaian yang longgar dengan ikat pinggang longgar atau helaian kain
didekan roda mesin yang sedang berputar.
Situasi lainnya yang mungkin berhubungan dengan para peserta pelatihan
2. Bagikan kartu-kartu tersebut secara acak kepada pada anggota dalam kelompok dan pinta
mereka untuk menempelkan kartu tersebut di papan yang telah ditandai aman/berbahaya
sesuai dengan keterangan yang tergambar pada kartu tersebut. Masing-masing peserta
yang mengambil giliran untuk menemperlakn kartu harus menyatakan pendapatnya
apakah ia setuju-tidak setuju dengan kartu-kartu yang telah ditempel pada papan tersebut.
3. Pada akhirnya, pindahkan beberapa kartu yang salah diletakkan dan jelaskan alasannya
mengapa letak tersebut salah.
3.4. Metodologi
Bagi kelas dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 5 orang termasuk satu orang
sebagai ketua dan satu orang lainnya sebagai sekertaris dan berikan mereka kasus diatas.
Pinta kelas untuk berdiskusi langkah yang perlu dilakukan oleh rekan kerja pekerja yang
terluka tersebut saat menolong dia.
Berikan cukup waktu untuk diskusi kelompok dan mencatat berbagai komentar, dan
pinta sekertaris untuk memberikan pendapatnya ke kelas.
Setelah itu, arahkan kelas untuk melakukan diskusi umum. Pastikan pertolongan pertama
yang esensial harus dilakukan, contohnya menghentikan perdarahandengan membungkus
tangan dengan kain yang bersih di tempat luka terjadi. Selanjutnya, dapat juga dipanggil
ambulan atau korban segera dibawa ke fasilitas kesehtan terdekat untuk penanganan
lebih lanjut.
Pilih tiga atau empat pabrik atau tempat kerja yang memiliki aktivitas industrial dan
potensi bahaya lingkungan kerja yang berbeda-beda.
Dapatkan izin dari manajemen pabrik untuk membawa para peserta untuk kunjungan dan
pastikan hari, tanggal, serrta jam kunjungan.
Persiapkan kormulis untuk inspeksi pabrik atau tempat kerja yang akan diisi
menggunakan Factory Inspection Guideline dibawah ini.
Pada hari kunjungan, bagikan kopian dari formulir pada setiap kelompok peserta.
Perintahkan setiap kelompok untuk memilih ketua dan sekertaris mereka.
Pada saat masuk ke pabrik, perintahkan kelompok peserta untuk bertanya dan mengisi
nomor telepon orang yang dapat dihubungi dari pabrik tersebut menggunaan form yang
telah disediakan
Setiap kelompok selanjutnya berkeliling ke berbagai bagian yang berbeda dari pabrik,
sambil mengisi formulir yang telah dibagikan.
Seluruh kelompok kembali ke kelas dan sekertaris dari setiap kelompok akan
mempresentasikan temuan mereka.
Buat diskusi kelas mengenai poin berikut:
Lingkungan kerja
Kebersihan tempat kerja
Kondisi tempat kerja
Penggunaan APD
Kebutuhan program pendidikan kesehatan
Saran terhadap manejemen pabrik\
5.2. Metodologi
Perlengkapan
Bawa perlengkapa APD ke kelas, misalnya sarung tangan, masker, kacamata, pelindung
kepala, sepatu boots, dan apron, serta alat lainnya, lalu diskusikan berbagai tipe perlengkapan
dan fungsi masing-masing perlengkapan tersebut dalam rangka mencegah kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Persilahkan para peserta untuk mencoba APD yang ada agar mereka
mengetahui bagaimana cara memakai APD tersebut.
Poster
Persiapkan dan pajang berbagai poster yang menunjukkan para pekerja mempraktikkan
kerja yang aman: cara mengangkat beban, memakai masker, googles dan sarung tangan, serta
APD lainnya secara benar, dan poster lainnya yag menunjukkan praktik kerja yang
berbahaya, diantaranya pekerja yang berdiri didekat bagian mesin yang berputar yangtidak
memiliki pelindung atau pembatas, pekerja tanpa APD yang terpapar gas, debu dan bising.
Diskusi
Pimpin kelas untuk berdiskusi tentang poster diatas. Beri semangat kepada para peserta
untuk berkomentar pada setiap poster dan bilamana mereka setuju atau tidak setuju terhadap
praktik kerja yang tergambar di poster. Jika mereka tidak setuju, beri mereka kesempatan
untuk menyarankan berbagai perbaikan yang dapat dilakukan.
6. Legislasi
6.1. Langkah Awal
Beri tahu para peserta mengenai hukum terkait tempat kerja dan praktik kerja yang
diberlakukan oleh kementerian ketenagakerjaan, kementrian kesehatan, kementrian
perindustrian, dan kementrian sosial, serta kementrian yang terkait lainnya
Berdiskusi mengenai kompensasi kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja serta
aturan rehabilitasi
Sebutkan peran pekerja, pegawai, dan pemerintah dalam penyelesaian masalah tersebut.
6.2. Riwayat Kasus
Tn. A adalah seorang pekerja dalam sebuah bengkel kereta. Beliau mengalami
kecelakaan akibat kerja sehingga dua tulang di jari telunjuk kanannya hancur. Beliau harus
dirawat di rumah sakit terdekat.
6.3. Metodologi
Bagi kelas kedalam beberapa kelompok kecil, dan masing –masing kelompok memiliki
ketua serta sekertaris
Perkenalkan kepada para peserta kasus tersebut
Perintahkan kepada para peserta untuk berdiskusi tentang saran apa aja yang sebaiknya
diberikan kepada Tn. A tentang langkah legislative atau administrative yang sebaiknya
beliau ambil atau jalankan
Tanya kelompok tentang pendapat mereka
Para peserta sebaiknya menyimpulkan bahwa setelah Tn. A menyelesaikan
perawatannya, beliau sebaiknya segera menyerahkan bukti cederanya kepada kantor
ketenagakerjaan atau asuransi sosial dalam rangka mendapatkan kompensasi dan/atau
rehabilitasi
7.3. Metodologi
Bagi kelas kedalam beberapa kelompok kecil, dan masing –masing kelompok memiliki
ketua serta sekertaris
Perkenalkan kepada para peserta kasus tersebut
Perintahkan kepada para peserta untuk berdiskusi tentang:
Perilaku kedua kelompok pekerja pabrik dan masalah pendengaran pada masing-
masing pabrik
Perilaku personal pada kedua situasi
Hubungan, jika ada, antara perilaku masing-masing kelompok dan kondisi dari
pabrik
Minggu kemarin kelompok penyemprot hama yang terdiri dari 15 pekerja satu
kelompoknya, memulai program penyemprotan tanaman menggunakan insektisida
organofosfat. Mereka idlengkapi dengan pakaian protektif tetapi beberapa pekerja tidak
memakai pakaian tersebut. Mereka sarapan dan makan siang saat istirahat yang diberikan
pada saat tengah hari. Ketika kerja telah selesai mereka pulang ke rumah masing-masing
masih memakai baju pelindung yang mereka gunakan saat penyemprotan tanaman.
Dua hari lalu, empat dari 15 pekerja dilaporkan ke perawat klinik terdekat dengan
keluhan masalah respiratorius dan sakit kepala. Diagnosis diduga akibat keracunana
insektisida. Tidak ada persedian antidotum insektisida organofosfat di klinik tersebut. Pekerja
yang keracunan insektisida tersebut dirujuk ke rumah sakit umum daerah, yang jaraknya 50
kilimeter jauhnya, untuk penanganan lebih lanjut.
9.3. Metodologi
Mengadakan sesi kelas praktek yang mendemostrasikan penggunaan alat bantu mengajar
Sesekali untuk alternatif diadakan kunjungan ke pusat pendidikan kesehatan terdekat
dimana para peserta pelatihan dapat melihat bagaimana alat bantu mengajar digunakan
Perkenalkan kasus diatas kepada para peserta pelatihan dan bagi mereka kedalam
kelompok dengan ketua dan sekertaris. Pinta tiap kelompok untuk mengembangkan
program pendidikan kesehatan untuk situasi tersebut.
Para peserta pelatihan harus menggunakan alat bantu dari setiap alat bantu pengajaran
dan kategorinya (visual, audio, dan audiovisual).
Pinta para peserta pelatihan untuk memperhatikan poin berikut:
Informasi apa yang Anda sampaikan melalui alat bantu tersebut?
Untuk siapa informasi tersebut?
Bagaimana Anda merencanakan penggunaan alat bantu tersebut?
Beri waktu pada kelompok untuk mengembangkan program pendidikan kesehatan
mereka dan menyiapkan alat bantu yang mereka gunakan. Kunjungi tiap kelompok untuk
memberikan arahan dan saran.
Pinta tiap kelompok untuk mempresentasikan program pendidikan kesehatan mereka
menggunakan 3 alat bantu yang dibutuhkan.
Setelah presentasi, adakan diskusi kelas mengenai seberapa baik tiap kelompok
menyusun atau membuat dan menyajikan program yang dibutuhkan serta seberapa baik
mereka menggunakan alat bantu pengajaran yang tersedia.
10.2. Metodologi
Tulis dua tanda di papan tulis yaitu “Benar” dan “Salah”.
Siapkan banyak kartu, yang telah dituliskan berbagai tipe perilaku sampai kemampuan
berkomunikasi, dan mungkin beberapa kata penjelasan.
Bagikan kartu secara acak kepada para peserta pelatihan
Pinta peserta pelatihan untuk meletakkan kartu tersebut dibawah tanda yang sesuai di
papan tulis. Jika mereka ragu mereka dapat memberikan kartu mereka kepada oaring
lain. Peserta pelatihan boleh tidak setuju satu sama lain.
Pada akhir, pindahkan kartu yang salah diletakkan, dan adakan diskusi umum untuk
situasi yang berbeda dan pilihan mana yang tepat.
1. Tujuan
Mengetahui tujuan dan menerima pentingnya epidemiologi dan biostatistika dalam
pekerjaan dalam menemukan penyebab, mengukur risiko, dan menentukan prioritas
dalam intervensi dan evaluasi.
Menerangkan karakteristik epidemiologi yang membedakan ilmu tersebut dengan ilmu
lainnya
Berdiskusi tentang aplikasi biostatistika dalam studi epidemiologi.
Mendeskripsikan jenis utama desain studi yang digunakan dalam epidemiologi
perkerjaan.
2. Definisi
Kesehatan kerja termasuk dalam komponen kesehatan masyarakat. Epidemiologi dan
biostatistika adalah kunci disiplin ilmu dalam kesehatan masyarakat. Walaupun kedokteran
klinis lebih cenderung berkutat dengan investigasi dan tatalaksana penyakit perseorangan,
studi pada populasi merupakan bagian yang integral dari praktik kesehatan masyarakat.
Epidemiologi: ilmu mengenai distribusi dan determinan dari keadaan atau kejadian yang
berhubungan dengan kesehatan dalam populasi dan penerapan ilmu ini adalah untuk
mengendalikan berbagai masalah kesehatan. Tujuan penting dari berbagai investigasi ini
adalah untuk menghasilkan perkiraan hubungan paparan-penyakit dalam kelompok yang
valid dan cukup tepat. Ketika digunakan dalam kesehatan kerja, epidemiologi memiliki tugas
ganda yaitu mendeskripsikan distribusi kematian, kecelakaan, penyakit, dan berbagai
pencetusnya…. dalam tenaga kerja…. Dan untuk mencari berbagai determinan kesehatan,
cedera dan penyakit dalam lingkungan kerja.
Epidemiologi okupasi: ilmu mengenai hubungan terjadinya suatu penyakit dengan
determinan terkait pekerjaan. Dalam meninjau setaip individu dengan masalah terkait
kesehatan atau stiap tempat kerja dengan lingkungan dengan banyak potensi bahaya, para
peneliti harus menanyakan poin berikut:
Siapa yang berada dalam risiko?
Dimana?
Kapan?
Bagaimana?
Biostatistika: suatu disiplin ilmu statistika yang berkaitan dengan deskripsi, peringkasan
dan interpretasi data begitu pula pengemvangan tatacara untuk mewujudkan tujuan tersebut.
Biostatistika okupasi: suatu alat penting dalam studi kuantitatif tentang morbiditas dan
mortalitas manusia, relatif terhadap papatan di tempat kerja.
Sampel acak: suatu ukuran sampel yaitu n yang dipilih dalam suatu populasi adalah
acak jika setiap individu dalam populasi tersebut memiliki kesempatan yang sama untuk
dipilih/terpilih. Ketika suatu sampel tidak acak/random, kejadian suatu sifat yang sedang
diteliti/diinvestigasi mungkin berhubungan dengan kecenderungan bahwa seorang individu
dipilih untik menjadi sampel. Oleh karena itu, perlu dinilai faktor bias dan seleksi secara hari
hati sebelum menggeneralisasi hasil dari sebuah studi dengan teknik non random sampling.
Rerata arimetrik: biasanya diwakili oleh x, rerata aritmetrik diukur dari ukuran
pemusatan data, yang dapat dicari dengan rumus:
Jika sampel dipilih secara acak dari sebuah populasi yang memperkirakan rerata
populasi biasanya diditandai sebagai µ.
Rerata aritmetrik dipengaruhi secara kuat oleh nilai ekstrem pada data. Jika sebuah
variabel memiliki distribusi yang relative simetris, rerata yang digunakan sebagai nilai yang
sesuai dari ukuran pemusatan.
Median/Nilai Tengah: data “pertengahan”, atau persentil ke-50, contohnya setengah
dari data berada diatas median dan setengahnya lagi berada dibawah median.
Modus: adalah data yang paling sering muncul. Jarang digunakan kecuali ketika ada
sedikit outcome yang mungkin terjadi.
Simpangan baku: bisanya diwakili sebagai S, simpangan baku adalah ukuran
penyebaran data adalah x. rumus untuk mencari simpangan baku adalah:
Kuadrat dari simpangan baku, adalah s2 adalah variansi. Jika sampel secara acak dipilih
dari populasi yang besar, s dan s2 memperkirakan parameter populasi σ dan σ2
Bias: biasanya dhasilkan akibat kesalahan dalam desain penelitian atau pengumpulan
data
Confounding: efek variabel asing yang mungkin sebagian atau penuh mempengaruhi
asosiasi yang terlihat antara suatu paparan dan penyakit.
3. Data biostatistik
3.1 Jenis Data
Data yang terkumpul dalam penelitian medis dapat terbagi dalam tiga jenis: nominal
(kategorikal), ordinal, dan interval (kontinu).
Data nominal (kategorikal): data yang dapat dibagi menjadi dua atau lebih kategori
yang tidak berurutan/bertingkat, misalnya jenia kelamin, ras, agama. Pada keswhatan kerja,
penilaian hasil seperti rate kanker dapat dibedakan untuk kategori jenis kelamin dan ras yang
berbeda.
Data ordinal: lebih tinggi setingkat dari data nominal, perbedaannya adalah adanya
kategori yang ada didasarkan atas tongkatan/urutan yang telah ditentukan. Contoh dari data
ordinal adalah tingkat keparahan klinis, status sosioekonomi, kategori profusi ILO untuk
pneumonioconisos pada x ray dada.
Baik data nominal ataupun data ordinal termasuk dalam data diskrit.
Data interval: disebut juga data kontinu, data interval diukur diukur dalam skala
arimetrik. Contohnya termasuk tinggi badan, berat badan, timbal dalam darah, FEV. Akurasi
angka yang dicatat bergantung pada instrumen pengukuran dan variabel dapat mencapai nilai
angka yang tak terhingga dalam range yang telah ditentukan.
Tabel 2x2
Teknik statistic paling sederhana, tabel 2x2, berguna jika seseorang yang berkerja
maupun yang tidak bekerja di follow up dalam waktu yang sama untuk melihat kejadian suatu
penyakiit.
Keuntungan utama metode ini adalah informasi paparan sudah diketahui sebelumnya,
sebelum penyakit berkembang. Hal ini mengurangi bias yang terjadi.
Studi kasus-kontrol memeriksa dua kelompok. Satu kelompok terdiri dari individu
dengan penyakit tertentu sedangkan kelompok yang lain berasal dari sumber populasi yang
tidak mempunyai penyakit. Informasi mengenai paparan sebelumnya dan kebiasaan
didapatkan dari masing-masing individu dalam 2 kelompok tersebut. Jika paparan yang
diteliti lebih banyak dialami oleh kelompok kasus dibanding kelompok kontrol, maka
terdapat hubungan antara paparan yang terjadi dengan penyakit. Studi kasus-kontrol lebih
efesien dan cocok untuk penelitian pada penyakit yang langka dan pada penyakit dengan
periode laten yang lama.
Pada studi potong lintang, subjek penelitian dipilih tanpa memperhatikan paparan atau
status penyakitnya. Studi ini disebut juga studi survey atau studi prevalensi.
Point prevalence rate: rate paling sederhana berdasarkan jumlah kasus yang terjadi pada
suatu waktu.
Prevalence rate: jumlah kasus yang terjadi pada suatu waktu dibagi jumah populasi yang
berisiko dalam suatu waktu tersebut.
Angka ini dapat dibandingkan dengan angka populasi umum atau angka dari kelompok
yang berhubungan untuk menentukan apakah angka tersebut lebih besar. Keterbataan angka
prevalensi adalah angka tersebut menghitung semua kasus kejadian suatu penyakit tanpa
membedakan apakah kasus tersebut kasus baru atau kasus lama.
Incidence rate: sebuah angka yang tidak menghiraukan latar belakang kasus dan lebih
terfokus pada kasus yang baru terjadi.
Incidence rate: jumlah kasus baru yang terjadi selama periode waktu tertentu dibagi
jumlah populasi yang berisiko selama periode waktu tersebut.
Person-years: ketika angka insidens (incidence rate) digunakan untuk menentukan onset
penyakit yang terjadi dalam suatu populasi yang berisiko selama lebih dari 1 tahun maka
denominator yang tepat adalah person-years. Nilai ini secara simultan mempertimbangkan
jumlah individu dan jangka waktu selama individu tersebut diamati serta individu yang
berisiko menderita penyakit tersebut. Nilai ini juga membolehkan inklusi individu lain yang
tidak berada dalam risiko selama jangka waktu tersebut. Nilai ini penting ketika
karyawan/pegawai baru dan penghentian kontrak dihitung atau ketika risiko dalam periode
waktu tertentu dinilai.
Dua jenis utama perkiraan risiko berdasarkan perbandingan angka adalah rasio rate (rate
ratio) dan perbedaan antara rate (attributable risk).
Risiko relatif, atau rate ratio, dicari untuk menunjukkan kepentingan relatif dari suatu
paparan dengan membandingkan rate dari kelompok yang terpapar terhadap kelompok yang
normal/tidak terpapar. Dalam bahasa yang sederhana, adalah rasio dari dua buah rates.
Attributable risk, atau perbedaan risiko, dicari untuk mewakili jumlah penyakit yang
dapat terkait dengan paparan dalam penelitian. Konsep ini sangat berguna dan diperlukan
dalam berbagai studi tentang penyakit akibat kerja karena hanya beberapa penyakit yang
dapat dikaitkan pada paparan saat kerja. Perbedaan risiko dihitung dengan mengurangi rate
suatu penyakit pada populasi yang terpapar dengan rate penyakit tersebut pada populasi yang
normal atau tidak terpapar.
SISTEM PENCATATAN
1. Tujuan
Mengetahui pentingnya sistem pencatatan dan pelaporan dalam kesehatan kerja
Mengamati kesehatan para pekerja dan melaporkan hasil dari penelitian sesuai
persyaratan
Mengenal dengan sistem koding yang digunakan dalam sistem pencatatan
2.2 Jenis
Terdapat tujuh jenis pencatatan dasar kesehatan pekerja. Penyimpanan beberapa catatan
ini mungkin dibutuhkan/harus dilakukan untuk hukum di beberapa Negara tertentu. Pekerja
kesehatan masyarakat harus diinformasikan mengenai tuntutan hukum yang ada terkait
dengan pencatatan kesehatan para pekerja.
Catatan ini hanya dapat diaplikasi oleh tempat-tempat yang memang rutin melakukan
pengawasan lingkungan dalam kesehariannya. Skema pengawasan dapat dirancang oleh
komite kesehatan kerja ataupun komite keamanan kerja di tempat kerja atau oleh pusat
layanan kesehatan lokal. Terdapat formulir untuk pencatatan pengawasan lingkungan.
Pekerja pada pusat layanan primer dilatih untuk membaca menggunakan teknik yang
sederhana dan mencatat informasi yang ada secara sistematis. Catatan yang ada secara
berkala diberikan kepada ahli untuk diinterpretasikan.
Pengawasan Kesehatan
Hal ini hanya diterapkan untuk kelompok pekerja tertentu di tempat kerja. Pekerja pusat
layanan primer dilatih untuk mengambil spesimen secara berkala dan juga mengirim
spesimen tersebut ke laboratorium yang telah ditunjuk untuk melakukan analisis, atau untuk
menyusun jadwal pengambilan spesimen untuk para pekerja dan melakukan pemeriksaan
berkala di laboratorium yang ditunjuk. Pekerja pusat layanan primer bertanggung jawab
untuk selalu mencatat/mengisi formulir yang disediakan oleh laboratorium yang ditunjuk
secara sistematis dan untuk menyerahkan catatan tersebut ke komite keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja atau pusat layanan kesehatan setempat untuk informasi dan
tindakan yang mungkin perlu dilakukan.
Terdapat tiga alasan mengapa perusahaan harus mencatat dan menyelidiki kecelakaan
akibat kerja:
Untuk mengidentifikasi penyebab sejati dari suatu cedera atau penyakit, kerusakan
properti, dan kejadian near-miss (kecelakan yang hampir terjadi)
Untuk mengembangkan berbagai cara untuk mencegah kecelakaan yang sama dimasa
mendatang
Untuk memenuhi peraturan yang ada
Pencatatan ini biasanya dilakukan oleh mereka yang ahli sebagai anggota komite
kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja atau pengawas para pekerja. Catatan ini
harus disimpan secara sistematis. Pekerja layanan kesehatan primer harus membaca catatan
tersebut secara teliti sehingga pengetahuan mengenai penemuan yang didapat bisa
diaplikasikan.
Sertifikasi penyakit
Pencatatan ini biasanya dilakukan oleh petugas kesehatan dan disimpan oleh menejemen.
Pekerja layanan kesehatan primer harus disediakan ringkasan catatan yang ada secara
periodik. Ini akan membuat petugas layanan kesehatan primer dapat menghubungkan
penyakit yang umum diderita pekerja dengan berbagai penemuan dalam inspeksi kesehatan
dan keamanan serta program pendidikan kesehatan.
Kumpulan catatan ini berisi tentang status kesehatan dari setiap pekerja. Catatan ini
mengandung informasi rahasia dan personal yang memiliki peran khusus dalam hukum.
Catatan kesehatan personal harus disimpan dalam bentuk formulir yang ditulis tangan
walaupun versi terkomputerisasi juga tersedia.
Catatan kesehatan personal para pekerja harus mewakili status kesehatan pekerja tersebut
sejauh berhubungan dengan kerja yang mereka lakukan. Konten yang ada mungkin sangat
bervariasi. Informasi yang biasanya ditemukan dalam catatan ini adalah:
3. Sistem Pencatatan
Cara terbaik untuk mencatat adalah dengan cara yang paling sederhana konsisten dengan
prinsip mudah, ekonomis, dan efisien tetapi aksesnya terkendali. Form ekskusif mungkin
berguna tetapi harus selalu dilakukan percobaan penggunaan terlebih dahulu sebelum
dikenalkan ke layanan yang ada. Jika sistem koding digunakan, maka sistem tersebut harus
kompatibel dengan sistem yang telah ada dan umum digunakan, misalnya pengelompokkan
penyakit harus sesuai dengan International Classification of Diseases and related Health
Problems of the World Health Organization.
Pada beberapa negara catatan yang ada disarankan untuk disimpan setidaknya selama 30
tahun (berdasarkan hukum). ini terkait dengan penyakit/masalah kesehatan susulan yang bisa
saja terjadi. Catatan-catatan ini harus ditransfer ke penerima yang bertanggung jawab atau
badan pemerintahan jika pengusaha, pusat klinik tutup atau bangkrut.
Ketika menilik kemungkinan mencatat informasi khusus atau berhenti mencatat suatu
informasi, pertanya berikut harus diperhatikan:
1. PERTAMBANGAN
1.1 Tujuan
Berhati-hati dan dapat menggambarkan secara khusus masalah di
pertambangan baik secara fisik, kimiawi, biologis dan social
Belajar untuk menetapkan prioritas agar bisa menilai tindakan terkait
pekerjaan dan tindakan yang terkait dengan layanan sanitasi.
Kenali situasi dan masalah khas mereka khususnya overloading, kondisi tidak
sehat dan paparan debu
Pelajari dimana dan kepada siapa harus dilakukan konsultasi
Memiliki pengetahuan mengenai pertolongan pertama
Ketahui sistem kesehatan dan peraturan kesejahteraan sosial
Pelajari cara menggunakan literature, daftar periksa dan lembar data yang
sesuai
Menemukan cara untuk mempromosikan kesehatan kerja, menciptakan
kesadaran dan memperbaiki lingkungan kerja
Mempelajari laporan kecelakaan, investigasi kecelakaan dan pencegahaan
kecelakaan.
1.2 Pengantar
Produk mineral merupakan tulang punggung sebagian besar perusahaan industry.
Untuk beberapa negara, pertambangan menyumbang sebagian besar pendapatan
devisa dan investasi asing.
Para pekerja tambang menghadapi kombinasi situasi tempat kerja yang terus berubah,
baik setiap hari maupun sepanjang shift kerja. Beberapa bekerja di atmosfer yang
tanpa cahaya alami atau ventilasi. Meskipun ada banyak upaya di banyak negara
berkembang, jumlah korban tewas, cedera di pertambangan merupakan pekerjaan
yang paling berbahaya.
1.3 Evaluasi dan Kontrol Sederhana terhadap Faktor-Faktor Berbahaya di Pertambangan
Physical Hazard
(a) Kebisingan
Definisi
Efeknya pada manusia contoh ketulian, hearing loss
Tindakan pencegahan dan pengendalian seperti inspeksi instrument,
melampirkan sumber kebisingan, hambatan akustik untuk alat bising dan
alat pelindung telinga.
(b) Getaran
Definisi dan contoh dari alat getar
Tipe getaran
Tindakan pencegahan dan pengendalian
(c) Panas dan Kelembaban
Definisi dan sumber panas
Efeknya pada manusia : kelelahan, ruam panas, kelelahan karna panas.
Tindakan pencegahan dan pengendalian seperti penggunaan cairan dingin
dan asin, penentuan waktu kerja dan istirahat.
(d) Radiasi Berbahaya
Definisi dari radiasi ionisasi
Efek radiaso non-ion pada organ manusia seperti mata dan kulit
Tindakan pencegahan dan pengendalian seperti menggunakan baju yang
sesuai dan alat pelindung diri.
Pemantauan radiasi eksternal dengan dosimeter film
Chemical Hazards
Ergonomics
Toilet higienis
Kamar mandi
Restauran
Tempat berganti baju
Air minum yang aman
LImbah dan manajemen limbah
Pengawasan Kesehatan
2. INDUSTRI KECIL
2.1 Tujuan
Berhati-hati pada semua hazard yang menyangkut keselamatan kerja,
mempelajari bagaimana cara menentukan masalah dan kebutuhan khusus
Menjelaskan physical hazard
Mempelajari cara menentukan prioritas untuk melakukan tindakan
Mengenali tipikal masalah di industry kecil seperti waktu kerja yang lama,
tidak adanya libur, kurangnya perawatan medis dan tidak adanya asuransi
Mengetahui sistem kesehatan dan peraturan kesejahteraan social
Memiliki pengetahuan mengenai pertolongan pertama
Pelajari cara menggunakan literature, daftar periksa dan lembar data yang
sesuai
Menemukan cara untuk mempromosikan kesehatan kerja, menciptakan
kesadaran dan memperbaiki lingkungan kerja
2.2 Definisi
Tidak ada definisi pasti mengenai industry kecil. Hanya ada beberapa parameter bisa
digunakan untuk mendefinisikan ini, seperti :
Jumlah pegawai
Jumlah modal yang diinvestasikan
Omset tahunan atau penjualan
Jumlah bahan baku yang digunakan
Derajat mekanisasi dan otomasi
2.3 Suasana kerja
Dalam kebanyakan kasus, suasana kerja di industry kecil tidak
sebanding dengan industri yang besar: upah rendah, praktik kerja yang buruk,
kurangnya sumber daya dan lingkungan kerja yang relative berbahaya merupakan
faktor utama yang mempengaruhi kondisi di sektor industri.
Jam kerja panjang, 12 jam kerja dan kerja selama 7 hari bisa terjadi.
Anak kecil bisa dipekerjakan, bahkan untuk pekerjaan yang berat. Mesin yang
digunakan mungkin yang sudah usang dan tidak dirawat dengan baik yang dapat
meningkatkan kemungkinan kecelakaan dan paparan bahaya. Lokasi kerja yang
mungkin terletak di tempat tinggal keluarga, menimbulkan bahaya tidak hanya bagi
para pekerja tetapi juga bagi anggota keluarga lainnya, ataupun didaerah kumuh
dimana kepadatan penduduk, panas, debu dan ventilasi yang buruk merupakan
masalah yang sering terjadi.
Standar sanitasi, kebersihan, keselamatan kebakaran, peralatan
pelindung dan pertolongan pertama umumunya rendah. Pekerja yang menderita
kecelakaan mungkin tidak diliputi oleh kompensasi dan pekerja bahkan mungkin
tidak dibayar tepat waktu. Kondisi ini berkontribusi pada lingkungan kerja yang
umumnya buruk dari industri ini.
Pekerja yang bekerja di perusahan kecil di negara berkembang
umumnya memiliki tingkat pendidikan rendah dan berasal dari tingakt ekonomi
masyarakat yang rendah. Tingkat nutrisinya dan kondisi kesehatan umumnya
biasanya di bawah ideal. Hal ini dikombinasikan dengan lingkungan kerja yang sering
panas, lembab, penuh sesak dan dimana zat berbahaya sering ditangani dan diproses
bahkan tanpa tindakan pencegahan keamanan dasar. Hal ini menciptakan kebutuhan
ang luar biasa untuk layanan kesehatan kerja.
Beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menilai kesehatan pekerja adalah :
Angka kejadian kecelakaan
Gejala yang timbul yang berhubungan dengan pekerjaan
Tes fungsi paru
Audiometri
Tes darah rutin dan urin
Pestisida
Pupuk
Pakan hewan
Biological Hazard
Zoonosis
Gigitan ular, serangga dan kalajengking
Penyakit menular
Dust Hazard
Tingkat kematian akibat kecelakaan di bidang pertanian adalah salah satu yang
tertinggi dibandingkan dengan cabang produksi lainnya
Tingkat kecelakaan serius dan ringan, rata-rata lebih tinggi di bidang pertanian
daripada di pekerjaan lain.
Kematian paling sering disebabkan oleh faktor mekanik terutama faktor hewan
seperti sapi jantan, kuda, gigitan ular; kebakaran dan bahan kimia misalnya
pestisida
Cedera yang tidak fatal disebabkan oleh mesin pertanian seperti perkakas
tangan, ketegangan fisik, tergelincir dan jatuh
Kelainan musculoskeletal akibat bahaya ergonomic juga sering terjadi
1. Pekerja Wanita
1.1 Tujuan
Mengetahui dampak dari bahaya dalam lingkungan kerja pada kesehatan
pekerja wanita
Mendapatkan pelatihan yang memadai dalam layanan kesehatan primer untuk
pekerja wanita
Memahami pentingnya kesehatan pekerja wanita dan anak-anak sebagai
komponen layanan kesehatan primer di tempat kerja
Lebih mengenal eputar kesehatan reproduksi wanita dari pekerja wanita di
pekerjaan yang berbeda-beda
Mengetahui tindakan pencegahan yang akan memiliki dampak bagi kesehatan
para pekerja wanita
Pekerja wanita berbeda dengan pekerja pria dari fisiknya yang lebih kecil dan
beberapa hal yang menempatkan mereka berada di dalam stres, seperti menstruasi,
kehamilan, dan menyusui. Pekerja layanan kesehatan primer yang secara khusus
melayani maslaah pekerja wanita harus waspada pada beberapa kondisi dan
kemungkinan efek terhadap performa kerjanya, dan efek dari lingkungan kerja
terhadap kesehatan wanita saat ini, seperti adanya peningkatan dari frekuensi nafas
pada ibu hamil yang dapat menyebabkan peningkatan hirupan zat kimia di udara.
Masalah psikososial
Masalah yang berhubungan dengan stres terjadi pada hampir seluruh pekerjaan yang
dilakukan oleh wanita. Mayoritas wanita diperkerjakan dengan bayaran yang rendah.
Untuk seorang single mother, upah yang kecil dan keharusan adanya rumah untuk
mengurus anak dan mengerjakan pekerjaan rumah dapat menjadi penyebab serius dari
stres
Stres saat kerja dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain:
Pekerja kantor dan pekerja perakit di pabrik berhadapan dengan pekerjaan
yang menuntut dan berulang, yang akan menyebabkan stres
Perawat sering mengalami stres karena pekerjaan mereka secara fisik berat
dan hektik.
Agen kimiawi
Tubuh wanita memiliki kadar lemak lebih tinggi daripada pria menyebabkan bahan
beracun seperti pelarut organik akan lebih mudah tertahan di tubuh wanita. Beberapa
penelitian menyebutkan bahwa pajanan terhadap pelarut organik akan menyebabkan
gangguan pada menstruasi. Beberapa logam, seperti timbal dapat menyebabkan
abortus spontan. Beberapa bahan kimia yang digunakan di rumah sakit, seperti etilen
oksida, diketahui dapat menyebabkan abortus.
Banyak wanita berkecimpung dalam aktivitas pertanian yang berarti mereka akan
terpapar dengan pestisida dan fertilizer. Beberapa pestisida yang digunakan di bidang
pertanian diduga dapat menyebabkan gangguan pada organ reproduksi wanita. Wanita
yang bekerja di pabrik tekstil terpapar dengan debu organik, seperti kapas yang dapat
menyebabkan bisinosis.
Agen fisik
Wanita yang bekerja pada industri tekstil terpapar dengan kebisingan, getaran,
dan panas. terutama di bagian pemintalan dan penenunan. Kebisingan menyebabkan
vasokonstriksi yang akan menyebabkan berat bayi lahir rendah. Penelitian
menunjukkan bahwa wanita lebih rentan terhadap getaran yang terjadi di seluruh
tubuh dan panas. Getaran pada seluruh tubuh dapat menyebabkan gangguan pada
sistem reproduksi. Radiasi juga dapat menyebabkan beberapa masalah. Sebagai
tambahan, pencahayaan yang buruk meskipun jarang ditemui dapat menyebabkan
gangguan pada mata.
Agen biologi
Perawat dapat terpapar dengan tubekulosis, hepatitis B, virus rubella,
toxoplasma gondii, AIDS, dsb. Wanita yang bekerja di bidang pertanian dapat terkena
gigitan ular, schistosoma, infeksi cacing, tetanus, dsb.
Masalah ergonomis
Dimensi tubuh merupakan pertimbangan yang sangat penting dalam performa
kerja fisik dan perancangan mesin dan pengoperasiannya. Banyak insdustri dan proses
pertanian dan permesinan didesain untuk pekerja pria sehingga banyak mesin yang
sulit dioperasikan oleh wanita.
Monitoring lingkungan
Peran dari industrial hygienist adalah untuk memonitor lingkungan kerja dan
bahaya potensialnya. Monitoring lingkungan seharusnya dilakukan secara teratur
untuk mengidentifikasi masalah yang dapat berdampak bagi kesehatan pekerja wanita.
Standar higienitas pekerjaan dikhususkan untuk beberapa pajanan, seperti timbal,
pelarut, pestisida, dll.
Desain peralatan
Desain dari alat, mesin, dan peralatan lainnya harus disesuaikan dengan
keadaan anatomis dan kemampuan fisiologis dari seorang wanita.
Hak wanita
Pekerja wanita memiliki hak untuk menerima informasi terkait keamanan dan
kesehatan pada pekerjaan, haknya untuk menerima pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Sebaiknya dipastikan bahwa wanita memiliki istirahat yang cukup pad atrimester
terakhir kehamilannya ataupun pada saat menyusui.
Permasalahan wanita
Dalam merencanakan layanan kesehatan primer untuk pekerja wanita
sangatlah esensial untuk mempertimbangkan permasalahan spesifik yang terjadi pada
mereka dan memasukkan elemen dasar dari perlindungan kehamilan, perencanaan
keluarga (pertanggungjawaban dari pria dan wanita) dan konseling.
Gas anastesi adalah gas pertama yang diduga dapat menyebabkan gangguan pada
janin. Pajanan ini telah dikurangi di banyak negara. Penelitian terbaru tidak
menemukan peningkatan resiko signifikan dari abortus spontan dan malformasi
kongenital. Pajanan etilen oksida, gas yang digunakan untuk sterilisasi, meningkatkan
resiko abortus spontan. Kontak dengan agen antineoplastik di rumah sakit
meningkatkan resiko terjadinya abortus spontan dan malformasi.
Faktor pekerjaan yang dapat meningkatkan resiko malformasi dan gangguan fungsi:
a. Malformasi
- Pelarut organik
- Agen antineoplastik
- Radiasi ionisasi (x-ray, isotop radioaktif)
b. Gangguan fungsional
- Timbal (penurunan fungsi kognitif)
- Bising (hilangnya pendengaran)
Efek berbahaya dari radiasi ionisasi telah banyak diketahui, dan pajanan di pekerjaan
medis telah terkontrol. Pekerjaan dalam pelayanan kesehatan akan menyebabkan
pekerjanya sering terpapar dengan beberapa penyakit menular, diantaranya adalah
HIV yang merupakan masalah serius.
Menurut beberapa penelitian, pajanan terhadap pelarut organik dan atau pekerjaan di
laboratorium selama kehamilan dapat meningkatkan resiko abortus spontan dan
malformasi kongenital. Walaupun pajanan terhadap pelarut sangat sering ditemui di
beberapa industri dan pekerjaan, sangat sulit untuk menentukan pelarut khusus, atau
kombinasinya, atau pelarut secara umum yang bertanggung jawab atas pajanan
berbahaya tersebut.
Pajanan logam berat seperti timbal diduga dapat menjadi racun terhadap sistem
reproduksi. Pajanan yang kecil sekalipun selama kehamilan dapat menyebabkan
gangguan perkembangan kognitif dari anak.
Faktor pekerjaan yang lain terutama yang seharusnya dikontrol selama kehamilan,
antara lain:
Logam berat
PCBs (polychlorinated biphenyls)
Pestisida
Karbon monoksida
Karsinogen
Makan makanan dengan minyak yang mengandung PCBs dapat menyebabkan
gangguan pada anak-anak, bayi baru lahir dari ibu yang terpajan terlihat bayi
berukuran kecil, perubahan warna pada kulit dan kuku dan erupsi gigi prematur.
Banyak agen kimia yang diduga menjadi racun terhadap sistem reproduksi dan
banyak industri terbilang berbahaya dalam sudut pandang reproduksi. Umumnya,
pajanan bahan yang diketahui karsinogenik dan mutagenik harus dihindari selama
kehamilan karena mereka berpotensi menyebabkan efek buruk terhadap janin.
Kerusakan akibat agen ini pada gamet juga dimungkinkan sebelum terjadinya
konsepsi.
Malformasi kongenital dan abortus spontan adalah hasil yang diinvestigasi sejauh ini.
Laporan kontaminasi ASI (Air Susu Ibu) secara umum disebabkan oleh polusi
lingkungan, tetapi tidak dapat diabaikan juga pajanan yang terjadi selama bekerja
terakumulasi dalam tubuh sebelumnya, seperti timbal dan PCBs. Perhatian juga harus
diperhatikan untuk pajanan yang lain (seperti pelarut) pada ibu yang bekerja selama
periode menyusui.
Produksi dan pembuatan plastik dapat menyebabkan pajanan monomer atau degradasi
termal produk plastik. Industri tekstil memiliki kemungkinan besar beracun terhadap
racun reproduksi. Penata rambut menggunakan bahan yang berpotensi beracun dan
pramugari sering mengalami masalah menstruasi.
Sektor pertanian sering dikatakan sebagai lingkungan kerja yang aman, tetapi juga
ternyata dapat menyebabkan ancaman kesehatan bagi para pekerja wanita. Dalam
bidang pertanian, perbedaan antara lingkungan kerja dan lingkungan rumah hanya
sedikit, dan pekerja tani sepenuhnya mandiri di sawahnya untuk penghidupannya,
waktu luang, dan rumahnya. Pekerja wanita di bidang pertanian menghadapi resiko
proteksi yang inadekuat dari bahan beracun, seperti pestisida, herbisida, bahan kimia
perendam, cat, fertilizer, dan bahan bakar. Bertani juga menyebabkan pajanan
terhadap agen biologi, seperti mikroba, toksin mikroba, dan mikotoksin. Pajanan
biologi di pertanian terjadi secara signifikan dan menjadi masalah pada bioteknologi
yang baru.
Faktor fisik dan psikofisiologis dapat berperan dalam bahaya reproduksi. Efek
teratogenik dan bahaya lainnya pada janin diketahui dapat berasal dari radiasi ionisasi
(misalnya x-ray, radioisotop). informasi ini di beberapa negara dengan pajanan bahan
pada wanita hamil diatur secara hukum. Efek dari kerja malam, mengangkat beban
berat, dan suhu tinggi, serta getaran pada seluruh tubuh, seperti juga kerja dengan
visual display, harus dipelajari lebih lanjut.
2. Pekerja Anak
2.1 Tujuan
Mengetahui dampak dari bahaya pekerjaan bagi pertumbuhan anak yang
bekerja
Waspada terhadap konsekuensi dari mempekerjakan anak-anak dalam
komunitas secara umum
Mengetahui apakah cedera pada anak-anak ataupun sakitnya berhubungan
dengan pekerjaan
Mengetahui bagaimana mengajari pendidikan kesehatan kepada pekerja anak,
pegawai, orang tua, guru, dan komunitas.
Banyak anak-anak yang bekerja tidak memiliki kekuatan untuk memilih secara bebas.
Pekerja anak berhubungan dengan kemiskinan, tidak memiliki kesempatan untuk
mengenyam pendidikan, dan kegagalan untuk menegakkan hukum dan standar yang
relevan. Terutama pelecehan anak yang parah telah didokumentasikan dalam apa
yang disebut zona perdagangan bebas, misalnya area khusus industri dimana hukum
tidak ditegakkan untuk para pekerja.
Pekerja anak ilegal tersebar luas dan ratusan dari jutaan anak di seluruh dunia
dipekerjakan dalam kondisi yang tidak dilindungi hukum. Menurut ILO setidaknya
200 juta anak dibawah 14 tahun dipekerjakan di seluruh dunia.
Anak dipekerjakan secara ilegal di seluruh sektor industri dan sering dalam kondisi
‘sweatshop’ . Sweatshop didefinisikan sebagai suatu pelanggaran terhadap upah, jam,
dan hukum pekerja anak yang selayaknya hukum tersebut melindungi keamanan dan
kesehatan pekerja. Kondisi keamanan dan kesehatan pada ‘sweatshop’ sering
berbahaya.
Beberapa dekade yang lalu, UNICEF memutuskan bahwa pekerja anak dikatakan
eksploitatif jika melibatkan:
Kerja waktu penuh pada umur yang masih muda
Terlalu banyak waktu yang dihabiskan untuk bekerja
Pekerjaan yang akan mencetuskan stress fisik, sosial, ataupun psikologis
Bekerja dan hidup di jalan dengan kondisi yang buruk
Bayaran yang tidak sesuai
Terlalu banyak tanggung jawab
Pekerjaan yang menghambat akses ke pendidikan
Pekerjaan yang merendahkan martabat seorang anak dan harga dirinya, seperti
budak atau buruh terikat dan eksploitasi seksual
Pekerjaan yang mengganggu perkembangan sosial dan psikologis.
Anak-anak dipekerjakan pada beberapa pekerjaan dimana bahaya tidak jelas. Bahaya
ini dapat mempengaruhi keamanan dan kesehatan anak. Faktor yang terlibat dalam
bahaya pada anak meliputi:
Pengaturan kerja tertentu (misalnya berpisah dengan keluarga, tinggal di
dalam lingkungan kerja)
Pajanan terhadap bahaya spesifik dalam tugas (misalnya mengangkat beban
berat, bekerja di bawah tanah)
Pajanan materi berbahaya seperti bahan kimia (baik industri maupun
pertanian), mesin berbahaya dan alat yang berbahaya
Pajanan fisik berbahaya di lingkungan kerja, meliputi tingkat kebisingan,
pajanan radiasi, temperatur ekstrim.
Pencahayaan yang buruk, agen kimiawi dan biologi berbahaya, postur saat
bekerja, dan terkena debu
Kondisi kerja secara umum, termasuk jam kerja, upah, jumlah weekdays (per
minggu atau per bulan), jumlah istirahat dan rekreasi
Tidak adanya pengukuran yang pasti tentang standar kesehatan dan keamanan
termasuk Alat Pelindung Diri (APD), kesejahteraan dan fasilitas kesehatan,
pertimbangan ergonomis, pertolongan pertama, fasilitas kesehatan reguler, dan
sistem perujukan
Tidak adanya pengukuran keamanan lingkungan (seperti suplai air yang aman
dan toilet) dan akses buruk terhadap makanan
Kurangnya perlindungan legislatif (dalam sektor informal, dalam kerja
domestik, dll)
Pengawasan yang tidak adekuat
Layanan inspeksi pekerja yang tidak adekuat.
2.5 Resiko pada Pekerja Anak
Resiko terhadap Perkembangan
Pekerjaan yang tidak berbahaya pada orang dewasa dapat menjadi sangat bahaya pada
anak-anak. Diantara aspek perkembangan anak yang dapat berbahaya akibat kerja
adalah:
Perkembangan fisik: termasuk kesehatan secara menyeluruh, koordinasi,
kekuatan, penglihatan, dan pendengaran. Membawa beban berat atau duduk
dalam waktu yang terlalu lama dalam posisi yang tidak baik dapat
mempengaruhi pertumbuhan badan secara permanen. Kerja fisik berat dalam
periode tahun dapat membatasi pertumbuhan anak hingga 30% dari potensi
biologisnya, karena mereka menghabiskan tenaga yang harusnya
dipergunakan saat dewasa.
Perkembangan kognitif: termasuk buta huruf, kemampuan menghitung, dan
perolehan ilmu wajib untuk kehidupan normal.
Perkembangan emosional: termasuk harga diri, merasakan kasih sayang, dan
perasaan diterima.
Perkembangan sosial dan moral: termasuk rasa akan identitas kelompok,
kemampuan bekerja sama dengan yang lain, dan kemampuan untuk
membedakan mana yang benar dan salah. Pekerja anak juga jarang bisa
bermain, yangmana hal ini penting untuk perkembangan yang normal.
Relaksasi dan kebebasan dari rasa lelah adalah hal wajib untuk tumbuh dan
belajar.
Resiko Pendidikan
Pendidikan membantu perkembangan kognitif, emosional, dan sosial pada anak.
Intervensi dalam hal sekolah dapat memberikan konsekuensi serius pada pekerja
anak. Pekerja anak beresiko hanya memiliki sedikit waktu untuk pekerjaan rumah
mereka dan dapat terlalu kelelahan pada hari sekolah. Lingkungan sosial pada
pekerjaan terkadang merusak nilai pendidikan di mata anak-anak.
Anak muda yang bekerja harus dilindungi, sejauh mungkin, dari lingkungan
kerja yang berbahaya, antara lain seperti area dimana terdapat mesin yang bergerak
dengan cepat.
Tatalaksana awal dan rehabilitasi lanjut dari anak muda yang terkena cedera
dan penyakit, baik fisik maupun psikologis, harus diberikan.