Professional Documents
Culture Documents
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan makalah yang berjudul Dokter
Sebagai Warga Negara yang Baik ini dapat terselesaikan dengan baik.
Maksud dan tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah pendidikan kewargaraan. Penyusunan makalah ini tidak lepas dari
bantuan serta dukungan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu, kami ucapkan terimakasih kepada:
1. Dosen mata kuliah pendidikan kewarganegaraan Dr.Khomsatun, M.pd yang
banyak memberikan pengarahan dan bimmbingan dalam membuat makalah
ini.
2. Orang tua yang telah memberikan banyak dukungan dan motivasi.
3. Teman-teman sejawat yang banyak membantu dalam penyusunan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat
dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
PENULIS
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................1
1.3 Manfaat..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................2
2.1 Konsep Warga Negara……………………………………………2
2.2 Warga Negara yang Baik menurut Stanley E. Dimond dan
Keterkaitannya dengan Profesi Dokter…………………………..13
BAB III PENUTUP..........................................................................................20
3.1 Kesimpulan....................................................................................20
3.2 Saran………………………………………………………………20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................21
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Tujuan umum pelajaran PKn ialah mendidik warga negara agara menjadi
warga negara yang baik, yang dapat di lukiskan ,warga negara yang patiotik,
toleran, setia terhadap bangsa dan negara, beragama, demokratis pancasila
sejati”(Somantri, 2001:279). Dari pengertian tersebut, pada hakikatnya pendidikan
kewarganegaraan bertujuan bagiamana membentuk warga negara yang baik.
Warga negara yang baik adalah warga negara yang sadar akan hak –
kewajibannya. Dengan kesadaran akan hak –kewajibannya maka seorang warga
negara diharapkan menjadi kritis, partisipatif dan bertanggung jawab.
1.3 Manfaat
Mengetahui keterkaitan teori kriteria warga negara yang baik menurut
Stanley E Dimond dengan profesi dokter.
1
BAB 2
PEMBAHASAN
Pada bab ini , akan dijelaskan bagaimana keterkaitan teori kriteria warga
negara yang baik menurut Stanley E. Dimond dengan profesi dokter. Namun
sebelumnya akan dijelakan mengenai konsep warga negara yakni, pengertian
warga negara ,penentuan kewarganegaraa,problema kewaarganegaraan , serta hak
dan kewajibannya,
2
B. Penentuan Kewarganegaraan
Penentuan Kewarganegraan merupakan ketentuan/pedoman yang
digunakan dalam menentukan kewarganegaraan seseorang. Pada dasarnya
terdapat tiga sistem yang secara umum dipergunakan untuk menentukan kriteria
siapa yang menjadi warga negara suatu negara, yaitu kriteria yang didasarkan atas
kelahiran, perkawinan dan naturalisasi.
3
a. Asas Ius Sanguinis
Kewarganegaraan dari orang tua yang menurunkannya menentukan
kewarganegaraan seseorang, artinya kalau orang dilahirkan dari orang tua
yang berwarganegara Indonesia, ia dengan sendirinya juga warga negara
Indonesia.Asas Ius sanguinis atau Hukum Darah (law of the blood) atau
asas genealogis(keturunan) atau asas keibubapakan, adalah asas yang
menetapkan seseorang mempunyai kewarganegaraan menurut
kewarganegaraan orang tuanya, tanpa melihat di mana ia dilahirkan. Asas
ini dianut oleh negara yang tidak dibatasi oleh lautan,seperti Eropa
Kontinental dan China. Asas ius sanguinis memiliki keuntungan, antara
lain:
(1) Akan memperkecil jumlah orang keturunan asing sebagai warga
negara;
(2) Tidak akan memutuskan hubungan antara negara dengan warga negara
yang lahir;
(3) Semakin menumbuhkan semangat nasionalisme;
(4) Bagi negara daratan seperti China dan lain-lain, yang tidak menetap
pada suatu negara tertentu tetapi keturunan tetap sebagai warga negaranya
meskipun lahir ditempat lain (negara tetangga).
b. Asas Ius Soli
Pada awalnya, asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran ini
hanya satu, yakni ius soli saja. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa
karena seseorang lahir di suatu wilayah negara, maka otomatis dan logis ia
menjadi warga negara tersebut.Asas ius soli atau asas tempat kelahiran
atau hukum tempat kelahiran (law of the soil)atau asas teritorial adalah
asas yang menetapkan seseorang mempunyai kewarganegaraan menurut
tempat di mana ia dilahirkan. Asas ini dianut oleh negara negara
imigrasi seprti USA, Australia, dan Kanada.
4
Tidak semua daerah tempat seseorang dilahirkan menentukan
kewarganegaraan.Misalnya, kalau orang dilahirkan di dalam daerah hukum
Indonesia, ia dengan sendirinya menjadi warga negara Indonesia. Terkecuali
anggota-anggota korps diplomatik dan anggota tentara asing yang masih dalam
ikatan dinas. Di samping dan bersama-sama dengan prinsip ius sanguinis, prinsip
ius soli ini juga berlaku di Amerika, Inggris, Perancis, dan juga Indonesia. Tetapi
di Jepang, prinsip ius solis ini tidak berlaku. Karena seseorang yang tidak dapat
membuktikan bahwa orang tuanya berkebangsaan Jepang, ia tidak dapat diakui
sebagai warga negara Jepang.
Untuk sementara waktu asas ius soli menguntungkan, yaitu dengan
lahirnya anak anak dari para imigran di negara tersebut maka putuslah hubungan
dengan negara asal. Akan tetapi dengan semakin tingginya tingkat mobilitas
manusia, diperlukan suatu asas lain yang tidak hanya berpatokan pada tempat
kelahiran saja. Selain itu, kebutuhan terhadap asas lain ini juga berdasarkan
realitas empirik bahwa ada orang tua yang memiliki status kewarganegaraan yang
berbeda. Hal ini akan bermasalah jika kemudian orang tua tersebut melahirkan
anak di tempat salah satu orang tuanya (misalnya di tempat ibunya). Jika tetap
menganut asas ius soli, maka si anak hanya akan mendapatkan status
kewarganegaraan ibunya saja, sementara ia tidak berhak atas status
kewarganegaraan bapaknya. Atas dasar itulah, maka asas ius sanguinis
dimunculkan, sehingga si anak dapat memiliki status kewarga-negaraan bapaknya.
Dalam perjalanan banyak negara yang meninggalkan asas ius soli, seperti
Belanda,Belgia, dan lain-lain. Selain kedua asas tersebut, beberapa negara yang
menggabungkan keduanya misalnya Inggris dan Indonesia.
5
a. Asas Kesatuan Hukum
Asas kesatuan hukum berdasarkan pada paradigma bahwa suami-istri
ataupun ikatan keluarga merupakan inti masyarakat yang meniscayakan suasana
sejahtera, sehat dan tidak berpecah. Dalam menyelenggarakan kehidupan
bermasyarakat, suami-istri ataupun ikatan keluarga yang baik perlu mencerminkan
adanya suatu kesatuan yang bulat. Untuk merealisasikan terciptanya kesatuan
dalam keluarga atau suami-istri, maka semuanya harus tunduk pada hukum yang
sama. Dengan adanya kesamaan pemahaman dan komitment menjalankan adanya
kewarganegaraan yang sama, sehingga masing-masing tidak terdapat perbedaan
yang dapat mengganggu keutuhan dan kesejahteraan keluarga.
Menurut asas kesatuan hukum, sang istri akan mengikuti status suami baik
pada waktu perkawinan dilangsungkan maupun kemudian setelah perkawinan
berjalan.Negara-negara yang masih mengikuti asas ini antara lain: Belanda,
Belgia, Perancis,Yunani, Italia, Libanon, dan lainnya. Negara yang menganut asas
ini menjamin kesejahteraan para mempelai. Hal ini akan mempengaruhi
kesejahteraan masyarakat,melalui proses hemogenitas dan asimilasi bangsa.
Proses ini akan dicapai apabila kewarganegaraan istri adalah sama dengan
kewarganegaraan suami. Lebih-lebih istri memiliki tugas memelihara anak yang
dilahirkan dari perkawinan, maka akan diragukan bahwa sang ibu akan dapat
mendidik anak-anaknya menjadi warga negara yang baik apabila
kewarganegaraannya berbeda dengan sang ayah anak-anak.
6
Asas ini dapat menghindari terjadinya penyelundupan hukum. Misalnya,
seseorang yang berkewarganegaraan asing ingin memperoleh status
kewarganegaraan suatunegara dengan cara atau berpura-pura melakukan
pernikahan dengan perempuan di negara tersebut. Setelah melalui perkawinan dan
orang tersebut memperoleh kewarganegaraan yang diinginkannya, maka
selanjutnya ia menceraikan istrinya.Untuk menghindari penyelundupan hukum
semacam ini, banyak negara yang menggunakan asas persamaan derajat dalam
peraturan kewarganegaraannya.
C. Problem Kewarganegaraan
1. Bepatride
Kalau seseorang yang berkewarganegaraan dari suatu negara yang
menerapkan sistem ius sanguinis melahirkan anaknya disuatu negara yang
menerapkann sistem ius soli maka anak tersebu ttetap dinyatakan sebagai warga
negaranya dimana orangtuanya berasal,dan juga dinyatakan sebagai warga negara
dari negara dimana ia dilahirkan.
7
2. Apatride (stateless)
Kalau seorang yang berkewarganegaraan dari suatu negara yang
menerapkan sistem ius soli melahirkan anaknya di suatu negara yang menerapkan
ius sanguinis, maka anak tersebut tidak lagi dianggap sebagai warganegara dari
kedua orang tuanya, dan juga tidak dianggap sebagai warga negara dari negara
dimana ia dilahirkan.
8
9. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum.
10. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapatkan imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
11. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan
12. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan
13. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya serta berhak kembali.
14. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
15. Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.
16. Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak
untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia.
17. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas
rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
18. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlaskuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka
politik negara lain.
19. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
9
20. Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai guna
mencapai persamaan dan keadilan.
21. Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
22. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut
tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.
23. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun.
24. Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan
yang bersifat diskriminatif itu.Identitas budaya dan hak masyarakat
tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban.
10
wajib mengikuti pendidikan dasar
Ketentuan lebih lanjut mengenai berbagai hak dan kewajiban warga negara
dalam hubungannya dengan negara tertuang dalam berbagai peraturan perundang-
undangan sebagai penjabaran atas UUD 1945. Misalnya dengan undang-undang.
Sebagai contoh:
1. Hak dan kewajiban warga negara di bidang pendidikan
_ UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
_ UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
2. Hak dan kewajiban warga negara di bidang pertahanan
_ UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
_ UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI
_ UU No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia
3. Hak dan kewajiban warga negara di bidang politik terdapat dalam:
_ UU No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat di
Muka Umum
_ UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers
_ UU No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik
_ UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Anggota DPR, DPD, dan DPRD
_ UU No. 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, dan
lain-lain.
Prinsip utama dalam penentuan hak dan kewajiban warga negara adalah
terlibatnya warga (langsung atau perwakilan) dalam setiap perumusan hak dan
kewajiban tersebut sehingga warga sadar dan menganggap hak dan kewajiban
tersebut sebagai bagian dari kesepakatan mereka yang dibuat sendiri.Di samping
itu, setiap penduduk yang menjadi warga negara Indonesia, diharapkan memiliki
karakteristik yang bertanggung jawab dalam menjalankan hak dan kewajibannya.
Karakteristik adalah sejumlah sifat atau tabiat yang harus dimiliki oleh
warga negara Indonesia, sehingga muncul suatu identitas yang mudah dikenali
sebagai warga negara.
11
Sejumlah sifat dan karakter warga negara Indonesia adalah sebagai
berikut:
1. Memiliki rasa hormat dan tanggung jawab. Sifat ini adalah sikap dan perilaku
sopan santun, ramah tamah, dan melaksanakan semua tugas dan fungsinya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Sebagai negara yang dikenal murah senyum dan
ramah, identitas tersebut sepatutnya dijaga dan dipelihara.
2. Bersikap kritis. Sifat ini adalah sikap dan perilaku yang berdasarkan data dan
fakta yang valid (sah) serta argumentasi yang akurat. Sifat kritis ini diperlukan
oleh setiap warga negara guna menyaring segala informasi dan aktivitas baik
mengenai perorangan, pihak-pihak tertentu maupun aparat pemerintahan,
sehingga dapat mencegah segala pelanggaran maupun eksploitasi yang mungkin
terjadi.
3. Melakukan diskusi dan dialog. Sifat ini adalah sikap dan perilaku dalam
menyelesaikan masalah (problem solving). Hendaknya dilakukan dengan pola
diskusi dan dialog untuk mencari kesamaan pemikiran terhadap penyelesaian
masalah yang dihadapi. Kemampuan mengeluarkan pendapat dari warga negara
akan membantu pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan yang
dihadapinya.
4. Bersikap terbuka. Sifat ini adalah sikap dan perilaku yang transparan serta
terbuka, sejauh masalah tersebut tidak bersifat rahasia. Keterbukaan akan
mencegah pelanggaran /penyimpangan dan mampu membangun sikap mental
yang positif dan lebih profesional.
5. Rasional. Sifat ini adalah pola sikap dan perilaku yang berdasarkan rasio atau
akal pikiran yang sehat. Sifat rasional ini identik dengan tingkat pendidikan warga
negara. Semakin banyak warga yang berperilaku rasional, maka tingkat
pendidikan warga negara juga meningkat.
6. Adil. Sifat ini adalah sikap dan perilaku menghormati persamaan derajat dan
martabat kemanusiaan. Adil merupakan kata yang mudah diucapkan , namun
pelaksanaannya menghadapi berbagai kendala. Perilaku adil harus dipupuk dan
dilatih sejak dini kepada generasi muda, karena keadilan akan membawa
kedamaian di kemudian hari.
12
7. Jujur. Sifat ini adalah sikap dan perilaku yang berdasarkan data dan fakta yang
sah dan akurat. Kejahatan korupsi yang telah mengakar di Indonesia merupakan
contoh ketidakjujuran yang sangat terlihat, dan telah banyak menyengsarakan
rakyat banyak dan menyebabkan ketakutan investor dari negara lain masuk ke
Indonesia. Kejujuran merupakan barang yang mahal saat ini. Warga negara yang
jujur akan membawa negaranya menjadi bangsa yang besar.
1. Loyal
Loyal didefinisikan sebagai kesetiaaan pada sesuatu, dengan rasa cinta
sehingga dengan rasa loyalitas yang tinggi sesorang merasa tidak perlu
untuk mendapatkan imbalan dalam melakukan sesuatu untuk orang lain
atau perusahaan tempat dia meletakan loyalitasnya.
Loyalitas Dokter
Loyal berkaitan erat dengan profesi dokter . Seperti kita tahu , dokter
merupakan unjung tombak kesehatan di masyarakat . Sudah seharusnya
seorang dokter mempunyai loyalitas yang tinggi. Salah satu loyalitas
seorang dokter adalah meberikan usaha yang terbaik dalam memberikan
pelayan kesehatan pada masyarakat .
13
dan status social pasien . Dan pelayanan terbaik tersebut bukan merupakan
karena tuntutan profesi semata melainkan karena kesadaran dan panggilan
dari hati untuk memberikan yang terbaik dengan ikhlas dan penuh cinta,
dan loyal bagi seorang dokter berarti setia pada sumpah dokter.
14
bagaimana berkomunikasi dengan baik dan efaktif dengan pasien .
Komunikasi yang baik dibangun melalui hubungan saling percaya ,
keterbukaan , kejujuran dan pengertian akan kepentingan dan kebutuhan
masing masing . Selanjutnya Hubungan antara dokter dan pasien tersebut
diaplikasikan dengan sesuatu yang disebut anamnesis, yakni proses tanya
jawab yang mendeskripsikan tentang pasien dan keluhannya serta alasan
berobat .Dari Anamnesis dokter bisa mendapatkan keterangan yang cukup
untuk memahami pasien , sehingga dapat menegakkan diagnosis dan
menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut.
b. Empati
Dimana empati adalah pemahaman dan partisipasi pada perasaan
oranglain – berbagi emosi , pengalaman mereka. Atau lebih singkatnya
empati berarti menempatkan diri di tempat orang lain. Rasa empati dokter
kepada pasiennya dapat ditunjukkan dengan melihat dan mendengarkan
pasien dengan penuh perahatian serta menujukkan kehangatan dan
kepedulian. Dengan begitu seorang dokter dapat memahami sesuatu yang
terjadi dari sudut pandang pasien. Sehingga melalui pemahaman yang
telah di dapat seorang dokter dapat melakukan dan memberikan
pengobatan yang terbaik kepada pasien dan pasien akan menerima
pengobatan yang sesuai dan membuatnya nyaman . Dan tentunya hal
tersebut dapat membawa dampak yang baik terhadap hasil pengobatan
pasien.
3. Seorang Pemikir
Proses berpikir merupakan suatu proses dimana seseorang memahami
dirinya,lingkungannya dan dunianya yang akhirnya akan berujung pada upaya
membuat keputusan (decision making);memecahkan persoalan (problem solving);
dan menghasilkan hal yang baru (creative thingking) (dr.Febri Endra B.S., M.Kes)
Seorang pemikir adalah seorang yang mempunyai rasa ingin tahu , merasa
tertarik untuk menemukan solusi baru, suka belajar dan intelektual . Dalam hal ini
, seorang dokter diharapkan menjadi seorang pemikir , dimana pemikirannya
dapat bermanfaat untuk melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang dokter.
15
Dokter Seorang yang Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah kemapuan para pemikir untuk bertanggungjawab
terhadap pemikiran mereka sendiri . Dengan berpikir kritis dokter dapat
mengambil keputusan clinical reasoning yang jelas dan tepat serta dapat
dipertanggungjawabkan.Keputusan tersebut bisa berupa diagnosa, terapi , dan
lain-lain . Selain itu dokter juga melakukan evaluasi apakah keputusan yang
diambil sudah tepat dan sesuai dengan kebutuhan serta keinginan pasien. Dengan
demikian berpikir kritisdapat membantu tercapainya kompetensi seorang dokter.
(dr.Gita Sekar Prihanti MPdKed)
4. Bersikap Demokratis
16
Sesuai dengan nilai yang terkandung dalam sila ke-2 pancasila yakni kemanusiaan
yang adil dan beradab, bahwa kita sebagai manusia harus saling membantu satu
sama lain . Salah satunya adalah dengan tindakan kemanusiaan . Tindakan
kemanusiaan dapat dilakukan oleh siapapun, terutama seorang dokter. Karena
tindakan kemanusiaan memanglah tugas dari seorang dokter .
Pandai mengatur diri adalah dimana kita bisa menempatkan diri kita ,
menyesuaikan sikap dan perilaku , serta tegas terhadap diri sendiri dalam
mengambil keputusan untuk berbuat baik ataupun berbuat buruk .
17
ketepatan waktu , pembagian tugas profesi dengan tugas-tugas pribadi yang lain
(dealing with oneself); dan sama dengan profesi kesehatan yang lain (dealing with
others). Di dalam proses komunikasi dokter-pasien, sikap professional ini penying
untuk membangun rasa nyaman , aman , dan percaya pada dokter, yang
merupakan landasn bagi berlangsungnya komunikasi secara efektif (Silverman,
1998). Sikap professional ini hendaknya dijalin terus menerus sejak awal
konsultasi, selama proses konsultasi berlangsung , dan di akhir konsultasi (Konsil
Kesokteran Indonesia, 2009)
Dokter yang pandai mengatur diri , dapat menghadapi berbagai situasi dan
kondisi yang buruk dengan tenang serta dapat menyelesaikan permasalahan
dengan baik.
18
7. Seorang Pelaksana
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan makalah , dapat disimpulkan bahwa seorang dokter
harus mempunyai kriteria warga negara yang baik dalam melaksanakan tugas
profesinya. Kriteria warga negara yang baik adalah :
(1)Loyal, (2) Orang yang selalu belajar (3) Seorang pemikir (4) bersikap
demokrasi (5) gemar melakukan tindakan kemanusiaan (6) pandai mengatur diri
(7) seorang pelaksana.
Dengan memiliki kriteia tersenut , seorang dokter akan mampu menjalan
profesinya dengan baik dan penuh tanggung jawab seta dapat menjadi seorang
dokter yang professional sekaligus warga negara yang baik.
19
3.2 Saran
Intropeksi dan Evaluasi diri kita untuk bisa memperbaiki diri dan menerapkan
serta menanamkan kriteria warga negara yang baik pada diri kita. Dengan begitu ,
kita bisa menjadi warga negara yang baik , dan dapat bermanfaat bagi oranglain.
DAFTAR PUSTAKA
Prihanti Sekar Gita.2014.Empati dan Komunikasi,Malang:UMM PRESS
B.S. Endra Febri.2014.Konsep Komunikasi dan Kedokteran
Keluarga,Malang:UMM PRESS
Pendidikan Kewarganegaraan Kode Mk : Uno 101
Sks : 3 (3-0) Anton Budiarto, S.H., M.H.
Rowland B. F. Pasaribu, Kewarganegaraan__ 27
Cholisin,Pengembangan Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan
(Civic Education) Dalam Praktek Pembelajaran Kurikulum Berbasis
Kompetensi*
20
1