You are on page 1of 6

HUBUNGAN TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN

PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL PADA ANAK USIA


PRASEKOLAH DI TK AL-MUKHLISIN

NOVIANI SISTIARA DEWI

1726010075.P
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan merupakan perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah


sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui suatu
proses kematangan dan pembelajaran. Menurut usia, tahap perkembangan anak dibagi
menjadi tahap perkembangan bayi (0-1 tahun), anak usia todler (1-3 tahun), anak usia
prasekolah (3-6 tahun), anak usia sekolah (6-12 tahun) serta remaja (12-21 tahun). Setiap
anak yang berada dalam kelompok usia prasekolah berada dalam tahap perkembangan yang
sangat cepat. Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana pada masa tersebut
memerlukan pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas yang
dapat diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan
tumbuh kembang anak sehingga perkembangan kemampuan sosialisasi dan kemandirian
pada anak berlangsung optimal sesuai umur anak (Lasiyati &Wurandiati, 2012).

Pemantauan kesehatan pada anak balita dan anak pra sekolah dilakukan melalui deteksi
dini tumbuh kembang minimal dua kali pertahun oleh tenaga kesehatan. Pencapaian indikator
pelayanan kesehatan anak balita di Indonesia pada tahun 2014 sebesar 75,82% yang berarti
belum mencapai target pada tahun 2014 yang sebesar 85%. Hal ini menunjukkan bahwa
belum dilakukan deteksi dengan tepat sehingga tidak bisa diketahui jumlah anak dengan
kelainan tumbuh kembang yang sesungguhnya, sehingga di perlukan inovasi untuk
meningkatkan cakupan agar dapat segera ditanggulangi apabila terjadi masalah atau
keterlambatan tumbuh kembang pada anak balita dan prasekolah (DepKes RI, 2014).

Dalam perkembangan anak semua aspek yang dimiliki orang tua berpengaruh besar
terhadap perkembangan dimana sosial ekonomi orang tua mempengaruhi perkembangan anak
20,4%, pekerjaan orang tua 23,3%, dan pola asuh orang tua 36,7%, dan sisanya dipengaruhi
oleh faktor lingkungan. Pola asuh merupakan perilaku orang tua yang diterapkan pada anak,
dalam rangka berinteraksi dengan anak untuk menanamkan pendidikan, memenuhi
kebutuhan, melatih bersosialisasi, memberikan perlindungan dan kasih sayang dalam
kehidupan sehari-hari yang bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu (Yuliastanti &
Nurhidayati, 2011).

Pola asuh orang tua dibagi dalam beberapa pola diantaranya yaitu yang pertama pola asuh
otoriter merupakan pola asuh yang menekankan pada kontrol, disiplin dan kepatuhan anak,
pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang penakut, pendiam,
tertutup, tidak berinisiatif, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri, kelebihan dari pola
asuh ini adalah anak menjadi patuh, sopan, rajin mengerjakan pekerjaan sekolah dan disiplin .
Kedua pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang mempertahankan kontrol yang kuat
tanpa membatasi kebebasan anak, pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik
anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman,
mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan koperatif terhadap orang-orang lain, namun
kelemahan dari pola asuh ini yaitu anak bisa menjadi menjadi penuntut, tidak sabaran, dan
bisa memiliki sifat cukup agresif. Ketiga pola asuh permisif merupakan pola asuh orang tua
yang memiliki sedikit kontrol atau tidak sama sekali, pola asuh permisif akan menghasilkan
karakteristik anak-anak yang agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang
sendiri, kurang percaya diri dan kurang matang secara sosial, kelebihan dari pola asuh ini
yaitu anak mempunyai kemampuan berpikir secara kreatif, bisa membuat inovasi, lebih tegas
dan lebih gembira (Galib, 2013).

Setiap pola pengasuhan tersebut mempunyai cara yang berbeda-beda dalam membentuk
perkembangan anak-anaknya. Berbagai bentuk pola asuh orang tua tersebut sangat
menentukan perkembangan anak, salah satunya adalah perkembangan personal sosial itu
sendiri. Macam pola asuh tersebut mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing
dalam membentuk perkembangan dan kepribadian anak, sehingga orang tua dalam
menerapkan berbagai macam pola asuh tersebut harus disesuaikan dengan karakter anaknya.
Orang tua harus memberikan pola asuh yang sesuai sehingga dapat menstimulasi
perkembangan anak secara optimal (Widriasmatiwi, 2010).

Pada usia prasekolah anak mengalami kemajuan perkembangan yang optimal terutama
perkembangan sosial dan emosional. Aspek perkembangan sosial dan emosional anak dapat
dilihat dengan perkembangan personal sosial yang merupakan salah satu aspek yang
dianggap paling penting untuk dikembangkan pada anak usia prasekolah sebagai dasar bagi
perkembangan sosial selanjutnya. Perkembangan personal sosial anak merupakan
kemampuan anak yang berhubungan dengan aspek kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya. Anak yang mempunyai semua aspek perkembangan
personal sosial yang baik, maka anak tersebut mampu melakukan penyesuaian diri terhadap
lingkungan sosialnya dengan baik, sedangkan anak usia prasekolah yang tidak mempunyai
semua aspek perkembangan personal sosial yang baik akan mengalami masalah dalam
perkembangan sosialnya. Masalah perkembangan personal sosial pada anak prasekolah
diantaranya adalah anak tidak mempunyai kemampuan dalam bersosialisasi dan kemandirian
(Galib, 2013).

Pada umumnya masalah perkembangan personal sosial anak terbentuk karena pola asuh
orang tua yang terlalu memanjakan anak dengan cara melayani anak sampai melewati batas
usia, ketika anak seharusnya sudah mulai dapat mengurus dirinya sendiri, dan belajar
memenuhi kebutuhannya sendiri. Salah satu hal yang menghambat kemandirian anak adalah
kebiasaan anak yang masih sangat tergantung pada orang tua, hal ini ditunjukkan dengan
orang tua yang menunggui anaknya belajar di PAUD secara penuh (Suherman, 2010).

Penelitian yang dilakukan di Amerika oleh Cooper menyatakan bahwa masalah sosial
emosional sering terjadi pada anak, sekitar 9,5-14,2% anak usia 0-5 tahun mengalami
gangguan sosial emosional yang nantinya akan berdampak negatif pada pertumbuhan,
perkembangan dan kesiapannya untuk bersekolah. Pada saat ini, kasus gangguan pemusatan
perhatian (Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD) juga banyak dijumpai.
Kelainan ini dapat mengganggu perkembangan anak dalam hal kognitif, perilaku, sosialisasi,
maupun komunikasi. Diperkirakan 2-3% anak di dunia mengalami ADHD. Di Amerika
Serikat, ADHD menimpa sekitar 2 juta anak (Amperiana, 2011).

Berdasarkan masalah yang dialami oleh anak prasekolah mengenai perkembangan


personal sosial tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
Hubungan Tipe Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Personal Sosial pada Anak Usia
Prasekolah di TK Al-Mukhlisin. Berdasarkan Hasil survei awal yang di lakukan diperoleh
informasi bahwa sebagian anak usia prasekolah mengalami masalah perkembangan personal
sosial, yang diantaranya anak masih ditunggu orang tuanya, anak menangis saat ditinggal
oleh orang tuanya, anak mengalami masalah dalam kemandirian seperti anak masih
memerlukan bantuan orang tua saat makan, dan pergi ke toilet saat buang air kecil atau
buang air besar.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu
“Terdapat hubungan tipe pola asuh orang tua dengan perkembangan personal sosial pada
anak usia prasekolah di TK Al- Mukhlisin ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui hubungan tipe pola asuh orang tua dengan perkembangan personal sosial pada
anak usia prasekolah di TK Al- Mukhlisin

2. Tujuan Khusus

a. Teridentifikasi tipe pola asuh orang tua pada anak usia prasekolah TK Al- Mukhlisin

b. Teridentifikasi perkembangan personal sosial pada anak usia prasekolah di TK Al-


Mukhlisin.

c. Teranalisis hubungan tipe pola asuh orang tua dengan perkembangan personal sosial
pada anak usia prasekolah di TK Al- Mukhlisin

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Keperawatan dalam
mata kuliah keperawatan anak, khususnya perkembangan personal sosial anak usia
prasekolah.

2. Bagi Lokasi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi lokasi penelitian untuk dapat mendeteksi
dan mengurangi masalah perkembangan anak usia prasekolah yang ada di tempat tersebut.

You might also like