You are on page 1of 5

Tugas-tugas Perkembangan Remaja

A. Teori Pentahapan Perkembangan Robert J. Havighurst


Havighurst (1900-1991) adalah seorang ilmuwan yang ahli di bidang
perkembangan dan manula. Ia juga concern di bidang fisika dan kimia. Namun
pada tahun 1982, ia tiba-tiba memutuskan mengubah concernnya di bidang
pendidikan. Havighurst membedakan enam tahapan perkembangan berdasarkan
karakteristik tugas perkembangan manusia. Tahapan-tahapan tersebut ialah:
1. Masa Bayi dan Kanak-Kanak Awal (0-6 tahun)
2. Kanak-Kanak Madya (6-13 tahun)
3. Remaja (13-18 tahun)
4. Dewasa Awal (19-30 tahun)
5. Masa Paruh Baya (30-60 tahun)
6. Usia Lanjut (diatas 60 tahun)
Intisari dari tugas-tugas perkembangan yang disusun oleh Havighurst
adalah; pertama, tugas yang berhubungan dengan kematangan fisik (belajar
berjalan, berbicara, mengontrol pembuangan feses dan urin, melakukan perilaku-
perilaku yang dapat diterima oleh lawan jenis, menyesuaikan diri dengan
kondisi menopause). Kedua, tugas perkembangan yang didasari nilai-nilai
personal (memilih pekerjaan, mencari tahu mengenai pandangan-pandangan
filosofis). Ketiga, tugas perkembangan yang berhubungan dengan tuntutan-
tuntutan lingkungan sosial (belajar membaca, belajar menjadi warga negara yang
bertanggung jawab).
Berikut ini adalah pentahapan tugas perkembangan menurut Havighurst:
1. Masa Bayi dan Kanak-Kanak Awal (0-6 tahun)
Di masa ini manusia belajar untuk berjalan, merangkak, memakan makanan
yang padat, berbicara, mengontrol regulasi pembuangan feses dan urin,
mengenali dan membedakan ciri-ciri fisik berdasarkan gender, belajar sedikit
demi sedikit untuk membaca, serta membentuk konsep dan mempelajari
bahasa untuk mendeskripsikan situasi fisik dan sosial yang riil.
2. Kanak-Kanak Madya (6-18 tahun)
Di masa ini manusia belajar kemampuan fisik untuk melakukan permainan
sederhana, menjalin hubungan dengan orang yang lebih tua, membangun
perilaku yang sehat agar diterima secara sosial, mengenali peran-peran
gender secara lebih kompleks (maskulin-feminin), membangun konsep yang
teratur mengenai kehidupan sehari-hari, mengembangkan kesadaran,
moralitas, dan perangkat nilai serta sistem sosial, mencapai independensi
personal, serta membangun sikap dan perilaku yang sesuai dengan sistem
nilai yang dianut lingkungan sosialnya.
3. Remaja (13-18 tahun)
Di masa ini manusia belajar untuk, membangun hubungan yang matang
dengan kawan sebaya dari berbagai jenis kelamin, mempelajari dan
menggapai salah satu peran gender, menggapai kemandirian emosional
terpisah dari orangtuanya dan orang dewasa lainnya, menyiapkan pernikahan
dan kehidupan keluarga, memilih perangkat nilai dan sistem etis yang
menjadi panduan dalam berperilaku, menggapai perilaku-perilaku yang
punya nilai tanggung jawab sosial, serta memilih pekerjaan.
4. Dewasa Awal (19-30 tahun)
Di masa ini manusia harus memilih pasangan, belajar untuk hidup
berdampingan dengan pasangan hidup, membangun keluarga, mengasuh
anak, mengurus rumah, memulai pekerjaan, memiliki tanggung jawab sosial
secara luas, serta menemukan social group yang menyenangkan.
5. Masa Paruh Baya (30-60 tahun)
Di masa ini manusia sudah mulai mendampingi remaja dan anak-anak agar
menjadi pribadi yang yang bahagia dan bertanggung jawab, menggapai
inluensi sosial dan tanggung jawab yang lebih luas dalam masyarakat,
mencapai dan memelihara performansi yang memuaskan dalam pekerjaan,
membangun aktivitas adult leisure time, menerima dan menyesuaikan
perubahan-perubahan psikologis pada masa paruh baya, dan menyesuaikan
diri menjadi orangtua lanjut.
6. Usia Lanjut (Diatas 60 tahun)
Di masa ini manusia biasanya menyesuaikan penurunan kekuatan fisik dan
kesehatan, menyesuaikan terhadap penurunan pendapatan dan pensiun,
menyiapkan kematian pasangan, membangun afiliasi yang eksplisit terhadap
salah satu kelompok manula, mengadopsi dan mengadaptasi peranan sosial
dalam cara-cara yang fleksibel, serta membangun kepuasan fisik terhadap
hidupnya.
B. Tugas Perkembangan Remaja (usia 13 – 18 tahun)
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
masa dewasa. Pada masa ini, remaja mencari jati dirinya yang dapat menjawab
siapa dirinya, bagaimana orang lain menilai dirinya dan bagaimana hubungannya
dengan orang di sekelilingnya. Mereka akan diombang-ambing perasaan antara
masih anak-anak, tetapi mereka merasa sudah dewasa. Mereka akan mencari
keseimbangan dengan memainkan beberapa peran yang dianggapnya baik. Pada
umumnya kesadaran identitas anak akan berkembang dari penilaian oleh
kelompoknya, orang tuanya, dan oleh dirinya sendiri (Erickson).
Dalam perkembangan moralnya, mereka mulai mengenal nilai-nilai
rohani, seperti nilai kebenaran, keadilan, kebaikan, keindahan dan ketuhanan.
Havighurst (Kimmel, 1995: 15) menawarkan suatu konsep tugas perkembangan
yang meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap atau fungsi yang diharapkan
dapat dicapai oleh individu pada setiap tahap perkembangannya. Tugas-tugas
perkembangan ini harus dicapai sebelum seorang individu melangkah ke tahapan
perkembangan selanjutnya. Apabila seorang individu gagal dalam memenuhi
tugas perkembangannya, maka ia akan sulit untuk memenuhi tugas
perkembangan fase selanjutnya. Atau, apabila ia gagal melaksanakan tugas
perkembangannya pada waktu yang tepat, maka ia akan mengalami kesulitan
untuk menyelesaikannya di waktu yang lain, atau melaksanakan tugas
perkembangan pada tahapan yang lebih lanjut.
Tugas-tugas perkembangan seorang remaja menurut Havighurst adalah
sebagai berikut :
1. Mencapai suatu hubungan yang baru dan lebih matang antara lawan jenis
yang seusia.
2. Dapat menjalankan peran sosial maskulin dan feminin.
3. Menerima keadaan fisik dirinya sendiri dan menggunakan tubuhnya secara
lebih efektif.
4. Mengharapakan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya.
6. Mempersiapkan karir ekonomi.
7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan utnuk
berperilkau dan mengembangkan ideologi.
Seorang remaja dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya dapat
dipisahkan ke dalam tiga tahap secara berurutan (Kimmel, 1995: 16). Tahap yang
pertama adalah remaja awal, di mana tugas-tugas perkembangan yang harus
diselesaikannya sebagai remaja adalah pada penerimaan terhadap keadaan fisik
dirinya dan menggunakan tubuhnya secara lebih efektif. Hal ini karena remaja
pada usia tersebut mengalami perubahan-perubahan fisik yang sangat drastis,
seperti pertumbuhan tubuh yang meliputi tinggi badan, berat badan, panjang
organ-organ tubuh, dan perubahan bentuk fisik seperti tumbuhnya rambut,
payudara, panggul, dan sebagainya.
Tahapan yang kedua adalah remaja madya, di mana tugas perkembangan
yang utama adalah mencapai kemandirian dan otonomi dari orang tua, terlibat
dalam perluasan hubungan dengan kelompok baya dan mencapai kapasitas
keintiman hubungan pertemanan; dan belajar menangani hubungan
heteroseksual, pacaran dan masalah seksualitas.
Tahapan yang ketiga adalah remaja akhir, di mana tugas perkembangan
utama bagi individu adalah mencapai kemandirian seperti yang dicapai pada
remaja madya, namun berfokus pada persiapan diri untuk benar-benar terlepas
dari orang tua, membentuk pribadi yang bertanggung jawab, mempersiapkan
karir ekonomi, dan membentuk ideologi pribadi yang di dalamnya juga meliputi
penerimaan terhadap nilai dan sistem etik.
Pada remaja sering terjadi hal-hal berikut ini:
1. Kegelisahan: keadaan yang tidak tenang menguasai diri sendiri. Mereka
punya banyak keinginan yang tidak selalu dapat dipenuhi. Di satu pihak
ingin mencari pengalaman, namun merasa dirinya belum mampu melakukan
berbagai hal.
2. Pertentangan: pertentangan-pertentangan yang terjadi menimbulkan
kebingungan bagi dirinya maupun orang lain.
3. Berkeinginan besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahuinya.
Seperti merokok, bersolek, dsb.
4. Keinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas.
5. Menghayal dan berfantasi dan aktivitas berkelompok.
Demikianlah, penjelasan mengenai tugas-tugas perkembangan remaja
sebagai satu bagian dalam memahami remaja sebagai suatu masa transisi.
Diharapkan, pada saat ini kita telah sampai pada pemahaman bahwa
sesungguhnya masa remaja adalah masa transisi yang menjembatani masa kanak-
kanak yang tidak matang ke masa dewasa yang matang. Macam transisi yang
berbeda akan membawa pengaruh yang berbeda pula bagi individu yang
mengalaminya. Demikian pula dengan bagaimana cara kita melihat transisi
tersebut akan mempengaruhi bagaimana kita dapat memahami apa yang dialami
dan dirasakan oleh remaja. Selanjutnya, kita akan melihat perubahan dan
perkembangan apa yang dialami oleh individu selama masa remajanya.
Apabila mengalami kegagalan pada masa ini, jika tanpa kompensasi
dalam berbagai bidang (seperti olahraga, kesenian, bela diri atau berorganisasi),
akan timbul pelarian atau agresi dengan kekerasan (ganja, merokok, judi,
mencuri, menodong, ngebut di jalanan, bahkan memperkosa).
Dengan memahami tugas-tugas perkembangan remaja, maka kita sebagai
seorang pendidik atau seorang dewasa yang terlibat dalam penanganan masalah
remaja dapat memotivasi remaja dan menolong remaja memenuhi tugas-tugas
perkembangannya. Walaupun demikian, janganlah kita sebagai pendidik
menempatkan posisi tugas perkembangan ini sebagai suatu paksaan kepada
remaja. Segalanya kembali kepada individu tersebut, pada apakah ia telah
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan tahap sebelumnya dengan baik, dan
pada hambatan-hambatan yang dialaminya saat menyelesaikan tugas-tugas
perkembangannya yang sekarang.

Sumber pustaka
https://riasahirin.wordpress.com/2010/10/30/tugas-tugas-perkembangan-remaja/
http://furqoniaziz96.blogspot.com/2016/02/makalah-tugas-perkembangan-
havighurst.html
http://teguh-s--fpsi10.web.unair.ac.id/artikel_detail-71068-Psikologi-
Teori%20Pentahapan%20Perkembangan%20Robert%20J.%20Havighurst.html

You might also like