You are on page 1of 16

AUDIT I

MAKALAH

AUDIT KECURANGAN

DISUSUN OLEH:

1. ANDI RISTIYANINGSIH (A1C116004)

2. ANNISA JASMINE ALIFIA (A1C116005)

3. ARIE OKTAVIANTI (A1C116006)

UNIVERSITAS MATARAM TAHUN AKADEMIK 2017/2018


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Melihat realita saat ini perkembangan zaman terutama dibidang teknologi
informasi yang semakkin berkembang. Hal ini berdampak juga dibidang ekonomi
termasuk dalam ruang lingkup auditing. Teknologi seakan-akan digunakan sebagai alat
untuk mempermudah cara untuk melakukan kecurangan yang didukung oleh tiga
keadaan yakni insentif atau tekanan, kesempatan, dan sikap rasionalisasi.
Disinilah terlihat bahwa perkembangan tekonologi yang semakin canggih akan
mempersulirt pendektisi kecurangan dalam dunia bisnis. Dan tanggung jawab seorang
auditor akan semakin berat untuk mendeteksi kecurangan oleh pihak-pihak tertentu.
Dalam makalah ini akan dibahas lebih detail lagi tentang bagaimana sikap auditor saat
menemukan suatu kecurangan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan audit kecurangan?
2. Apa saja jenis audit kecurangan?
3. Bagaimana cara mengetahui audit kecurangan?
4. Bagaimana tanggung jawab auditor ketika kecurangan telah dicurugai?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian audit kecurangan
2. Mengetahui jenis-jenis audit kecurangan
3. Memahami cara mengetahui audit kecurangan
4. Menetahui tanggung jawab auditor ketika kecurangan telah dicurugai
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Jenis Audit Kecurangan


Dalam konteks audit atas laporan keuangan,kecurangan didefinisikan sebagai
salah saji dalam laporan keuangan yang dilakukan dengan sengaja. Dua kategori utama
kecurangan adalah kecurangan dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan asset.
1. Kecurangan dalam laporan keuangan
Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau penghapusan
terhadap jumlah ataupun pengungkapan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
untuk mengelabui para penggunanya. Sebagian besar kasus ,melibatkan salah saji
terhadap jumlah yang dilaporkan dibandingkan terhadap pengungkapan. Sebagai
contoh, WorldCom yang dilaporkan telah mengapitalisasi jutaan dolar pengeluaran
sebagai aset tetap, yang semestinya harus dibebankan. Penghapusan terhadap
jumlah yang dilaporkan merupakan kasus yang kurang umum ditemukan, namun
sebuah perusahaan dapat melebihsajikan pendapatan dengan menghapus utang
dagang dan liabilitas lainnya
Meskipun jarang ditemukan, beberapa kasus penting terkait kecurangan dalam
laporan keuangan melibatkan pengungkapan yang tidak memadai. Sebagai contoh,
masalah utama dalam kasus Enron adalah apakah perusahaan telah mengakui
kewajiban terhadap perusahaan afiliasi yang dikenal dengan entitas bertujuan
khusus (special purpose entities) secara memadai. E. F. Hutton, perusahaan pialang
yang saat ini sudah tidak ada lagi, telah dihukum karena dengan sengaja telah
melakukan kelebihan penarikan uang di beberapa rekening bank dengan tujuan
untuk menaikkan pembayaran bunga. Kelebihan penarikan tersebut dimasukkan
sebagai liabilitas dalam neraca, namun deskripsi di neraca mengenai kewajiban
tersebut tidak jelas.

2. Penyalahgunaan asset
Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang melibatkan pencurian atas
aset milik suatu entitas. Dalam banyak kasus, namun tidak senuanya, jumlah
nominal yang terlibat tidak material terhadap laporan keuangan. Namun demikian,
pencurian aset perusahaan sering kali menjadi perhatian penting manajemen, tanpa
melihat tingkat meterialitasnya, karena pencurian-pencurian kecil dapat dengan
mudah meningkat ukurannya setiap saat.
Biasanya pelaku penyalahgunaan aset berada di tingkat hierarki organisasi yang
lebih rendah. Namun demikian, dalam beberapa kasus penting, manajemen puncak
terkadang terlibat dalam pencurian aset perusahaan. Karena otoritas manajemen
yang lebih besar serta kendali terhadap aset-aset perusahaan, penggelapan yang
melibatkan manajemen puncak dapat melibatkan jumlah yang signifikan. Suatu
survei mengenai kecurangan yang diselenggarakan oleh Association of Certified
Fraud Examiners menemukan bahwa rata-rata jumlah kerugian yang disebabkan
oleh kasus-kasus kecurangan yang melibatkan manajemen puncak tiga kali lebih
besar daripada kecurangna yang melibatkan pegawai lainnya.
B. Kondisi yang Menyebabkan Kecurangan
Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam laporan
keuangan dan penyalahgunaan aset sebagaimana dijelaskan dalam PSA 70 (SA 316)
dinamakan dengan sgitiga kecurangan (fraud triangle):
1. Insentif/Tekanan. Manajemen atau pegawai lainnya memiliki insentif atau tekanan
untuk melakukan kecurangan.
2. Kesempatan. Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau pegawai
untuk melakukan kecurangan.
3. Sikap/Rasionalisasi. Adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai-nilai etika
yang memungkinkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang
tidak jujur, atau mereka berada dalam suatu lingkungan yang memberikan mereka
tekanan yang cukup besar sehingga menyebabkan mereka membenarkan
melakukan perilaku yang tidak jujur tersebut.

a) Faktor-faktor Risiko untuk Kecurangan dalam Laporan Keuangan

Sebuah pertimbangan penting bagi auditor dalam membongkar kecurangan


adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko kecurangan.
Dalam segitiga kecurangan, kecurangan dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan
aset memiliki tiga kondisi yang sama namun faktor risikonya berbeda. Pertama kita
akan membahas faktor-faktor risiko untuk penyalahguanaan aset.

Insentif/Tekanan Sebuah insentif yang umum bagi perusahaan untuk memanipulasi


laporan keuangannya adalah adanya penurunan dalam prospek keuangan perusahaan.
Sebagai contoh, penurunan laba dapat mengancam kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan pendanaan. Perusahaan mungkin juga melakukan manipulasi laba untuk
memenuhi proyeksi analis pasar, atau untuk menggelembungkan harga saham. Dalam
beberapa kasus, manajemen dapat memanipulasi laba hanya untuk menjaga reputasi
mereka.

Kesempatan Meskipun laporan keuangan dari semua perusahaan potensial dapat terjadi
manipulasi, risikonya menjadi lebih besar untuk perusahaan yang bergerak dalam
industri yang melibatkan penilaian subjektif dan estimasi yang signifikan.

Pergantian pegawai di bagian akuntansi atau kelemahan lainnya dalam proses akuntansi
dan informasi dapat menyebabkan munculnya kesempatan terjadinya salah saji.

Sikap/Rasionalisasi Sikap manajemen puncak terhadap laporan keuangan merupakan


faktor risiko penting dalam menilai kemungkinan adanya kecurangan dalam laporan
keuangan.

b) Faktor-Faktor Risiko untuk Penyalahgunaan Aset

Tiga kondisi yang sama juga berlaku untuk penyalahgunaan aset. Namun
demikian, dalam melakukan penilaian risiko, penekanan yang lebih besar diberikan
insentif dan kesempatan pribadi untuk melakukan pencurian.

Insentif/Tekanan Tekanan keuangan merupakan insentif umum bagi pegawai


yang menyalahgunakan aset. Pegawai yang memiliki utang yang sangat besar, atau
mereka yang terlibat dalam masalah kecanduan narkotika dan perjudain, dapat mencuri
untuk memenuhi kebutuhan pribadi mereka. Dalam kasus lain, pegawai yang tidak puas
dapat melakukan pencurian hanya utnuk menunjukkan kehebatan mereka atau untuk
menyerang perusahaan.

Kesempatan untuk melakukan pencurian ada pada semua perusahaan. Namun,


kesempatan tersebut lebih besar pada perusahaan yang akses terhadap kasnya sangat
mudah, atau pada perusahaan yang memiliki persediaan atau aset berharga lainnya,
khususnya jika ukuran aset tersebut kecil dan mudah dipindah-pindahkan. Sebagai
contoh, kasino-kasino yang menangani sejumlah besar uang kas dengan pencatatan
formal yang sangat kecil atas penerimaan kas. Demikian pula, pencurian komputer
laptop lebih sering terjadi dbandingkan dengan pencurian terhadap komputer meja.

Kelemahan dalam pengendalian internal menciptakan kesempatan terjadinya


pencurian. Pemisah tugas yang tidak memadai hampir dipastikan menjadi lisensi bagi
para pegawai untuk melakukan pencurian.

Kecurangan menjadi lebih besar di perusahaan yan lebih kecil dan organisasi nirlaba
karena lebih sulit bagi entitas tersebut untuk melakukan pemisahan tugas.
Sikap/Rasionalisasi Sikap manajemen terhadap pengendalian dan kode etik dapat
menyebabkan para karyawan dan manajer membenarkan pencurian terhadap aset.

C. Mengukur Risiko Kecurangan


Auditor memiliki tanggung jawab untuk menghadapi risiko kecurangan dengan
merencanakan dan menjalankan audit untuk mendapatkan keyakinan yang memadai
bahwa salah saji material, baik disebabkan oleh kesalahan maupun kecurangan, dapat
terdeteksi.

a) Skeptisme Profesional

Dalam praktiknya menjaga skeptisme professional dapat menjadi sulit, karena


meskipun terdapat beberapa contoh kasus kecurangan dalam laporan keuangan tingkat
tinggi, kecurangan material jarang terjadi dibandingkan dengan jumlah audit atas
laporan keuangan yang dilakukan setiap tahun.

 Berpikir Kritis

Selama merencanakan audit dalam setiap pengauditan, tim kerja harus membahas
kebutuhan untuk menjaga pikiran kritis disepangjang pengauditan untuk
mengidentifikasi risiko-risiko kecurangan dan secara kritis mengevaluasi bukti-
bukti audit.

 Evaluasi Kritis atas Bukti Audit

Auditor harus berhati-hati untuk tidak membenarkan atau mengasumsikan suatu


salah saji merupakan suatu insiden yang terpisah. Sebagai contoh, katakanlah
seorang auditor menemukan adanya penjualan ditahun berjalan yang seharusnya
secara tepat diakui sebagai penjualan pada tahun berikutnya. Auditor haruss
mengevaluasi alas an salah saji tersebut, menentukan apakah hal tersebut disengaja
atau tidak, dan mempertimbangkan apakah salah saji lainnya mungkin juga telah
terjadi.

b) Sumber-Sumber Informasi untuk Mengukur Risiko Kecurangan

Komunikasi Antara Sesama Tim Audit. PSA 70 mengharuskan tim audit untuk
melakukan diskusi untuk berbagi pemahaman dari anggota tim audit yang lebih
berpengalaman dan untuk “urun rembug” ide-ide yang menyangkut hal berikut.

1. Bagaimana dan kapan mereka yakin bahwa laporan keuangan entitas tidak
dicurigai terdapat salah saji yang disebabkan oleh kecurangan.
2. Bagaimana manajemen dapat melakukan dan menutupi kecurangan dalam
laporan keuangan.
3. Bagaimana setiap orang dapat menyalahsajikan asset entitas tersebut.
4. Bagaimana auditor dapat menghadapi kemungkinan adanya salah saji dalam
laporan keuangan yang disebabkan oleh kecurangan

 Tanya Jawab dengan Manajemen.

Tanya jawab dengan manajemen dan pihak lainnya dalam perusahaan


memberikan kesempatan bagi para pegawai untuk memberitahukan informasi
yang mungkin tidak dapat dikomunikasikan dengan pihak lain. Selain itu,
jawaban mereka terhadap pertanyaan-pertanyaan auditor seringkali membuka
informasi atas kemungkinan adanya kecurangan.

 Faktor-Faktor Risiko
PSA 70 mengharuskan auditor untuk mengevaluasi apakah factor-faktor risiko
kecurangan mengindikasikan adanya insentif atau tekanan untuk melakukan
kecurangan, kesempatan untuk melakukan kecurangan atau sikap atau rasionalisai
digunakan untuk membenarkan tindakan kecurangan. Keberadaan factor-faktor
risiko tidak berarti telah terjadi kecurangan, melainkan bahwa kemungkinan
terjadinya kecurangan lebih tinggi. Auditor harus mempertimbangkan faktor-
faktor tersebut beserta informasi lainnya yang digunakan untuk mengukur risiko
kecurangan.

 Prosedur analitis

Karena terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan sering kali melibatkan


manipulasi pendapatan, PSA 70 mengharuskan auditor untuk melakukan prosedur
analitis pada akun-akun pendapatan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi
hubungan-hubungan yang tidak biasa atau tidak sesuai dengan ekspetasi dalam
akun-akun pendapatan yang mengindikasikan terjadinya kecurangan dalam laporan
keuangan.

 Informasi Lainnya.

Auditor harus mempertimbangkan semua informasi yang telah mereka dapatkan


dalam setiap fase atau bagian pengauditan ketika mereka mengukur risiko
kecurangan.

c) Mendokumentasikan Hasil Pengujuian Kecurangan

PSA 70 mengaruskan auditor mendokumentasikan hal-hal berikut yang terkait


dengan pertimbangan auditor terhadap salah saji material yang disebabkan oleh
kecurangan.

1. Diskusi dengan sesame personel tim kerja dalam perencanaan audit mengenai
kecurigaan terhadap adanya salah saji material dalam mengenai laporan keuangan
entitas yang disebabkan oleh kecurangan.
2. Prosedur yang dilakukan unruk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk
mengidentifikasi dan mengukur risiko kecurangan material.
3. Risiko spesifik dalam kecurangan material yang telah diidentifikasi dan deskripsi
respons auditor terhadap risiko–risiko tersebut.
4. Alasan-alasan yang mendukung suatu kesimpulan bahwa hal tersebut bukan
merupakan risiko yang signifikan pengakuan pendapatan material yang tidak tepat.
5. Hasil dari prosedur yang dijalankan untuk mengatasi risiko dominasi pengendalian
oleh manajemen.
6. Kondisi-kondisi lain serta hubungan analitis yang mengindikasikan bahwa prosedur
audit tambahan atau penanganan lainnya diperlukan, dan tindakan-tindakan
tersebut telah dijalankan oleh auditor.
7. Sifat komunikasi mengenai kecurangan yang dilakukan dengan manajemen, komite
audit atau lainnya.

D. Pengawasan Tata Kelola Perusahaan Untuk Mengurangi Risiko Kecurangan

Manajemen bertanggung jawab untuk menerapkan tata kelola perusahaan dan prosedur
pengendalian untuk mengurangi resiko kecurangan yang dapat dilakukan melalui kombinasi
antara tindakan pencegahan,antisipasi dan pendeteksian. Dengan menerapkan program-
program dan pengendalian antikecuragan, manajemen dapat mencegah kecurangan dengan
mengurangi kesempatan yang memungkinkan terjadinya kecurangan. Untuk membantu
manajemen dan dewan direksi dalam menjalankan usaha antikecurangan, AICPA, bekerja
sama dengan beberapa organisasi profesi terkait, menerbitkan Program dan Pengendalian
Antikecurangan bagi Manajemen: Panduan untuk Membantu Mencegah, Mengantisipasi, dan
Mendeteksi Kecurangan. Panduan tersebut mengidentifikasi adanya 3 elemen untuk
mencegah,mengantisipasi dan mendeteksi kecurangan, yaitu Budaya kejujuran dan etika yang
bernilai tinggi, Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi resiko-resiko kecurangan dan
pengawasan dari komite Audit.

1. Budaya Kejujuran dan Etika yang Bernilai Tinggi

Cara yang paling efektif untuk mencegah kecurangan dan mengantisipasinya yaitu dengan
menerapkan program-program dan pengendalian antikecurangan yang berdasarkan pada
nilai-nilai utama yang dianut oleh perusahaan. Dengan adanya nilai-nilai tersebut dapat
membantu menciptakan suatu budaya kejujuran dan etika yang dapat menjadi dasar bagi
tanggung jawab para pegawai. Terdapat 6 elemen untuk menciptakan budaya kejujuran dan
etika yang bernilai tinggi, yaitu :

 Teladan Dari Pimpinan

Manajemen dan dewan direksi bertanggung jawab untuk meberikan teladan dalam
perilaku yang beretika dalam perusahaan melalui komunikasi yang baik terhadap
bawahannya serta meyakinkan bahwa perilaku tidak jujur atau tidak etis tifak dapat
diterima,walaupun itu menguntungkan bagi perusahaan.

 Menciptakan Lingkungan Kerja yang Positif

Lingkungan kerja yang positif dapat menciptakan moral pegawai yang lebih baik
sehingga akan mengurangi kemungkinan dilakukannya kecurangan terhadap
perusahaan. Caranya yaitu dengan mengurangi tekanan yang berlebihan terhadap
pegawai dan memberikan suatu proses pengaduan jika ada kecurigaan atau ada
kecurangan atau potensi pelanggaran kode etik lainnya.

 Mempekerjakan dan Mempromosikan Pegawai yang Tepat

Perlu adanya kebijakan pemilihan yang efektif terkait dengan penempatan orang
yang nantinya akan memegang posisi-posisi penting. Kebijakan mencakup latar
belakang kandidat yang akan dipekerjakan atau yang dipromosikan untuk posisi
penting.

 Pelatihan

Pelatihan disini terkait pelatihan mengenai kewaspadaan terhadap kecurangan


dalam perusahaan sesuai dengan tanggungjawab spesifik pegawai (sesuai posisi
pegawai dalam perusahaan) sehingga nantinya akan mampu mengkomunikasikan
jika terdapat kecurangan dalam bagiannya masing-masing.

 Konfirmasi

Para pegawai diminta untuk membuat pernyataan bahwa mereka memahami


ekspetasi perusahaan dan telah mematuhi kode etik, serta mewaspadai segala
bentuk pelanggaran. Dengan konfirmasi ini dapat membantu penegakan kebijakan
kode etik.

 Disiplin

Menyangkut penyelidikan menyeluruh atas semua pelanggaran beserta


penanganannya yang tepat dan konsisten dan pertanggungjawaban pegawai jika
tidak mematuhi kode etik perusahaan serta pemberian punishment atas
pelanggaran kode etik tanpa mempertimbangakan jenjang pegawai yang
melakuakn tindakan tersebut.

2. Tanggung Jawab Manajemen untuk Mengevaluasi resiko-resiko kecurangan

Kecurangan tidak dapat terjadi tanpa adanya kesempatan yang terbuka untuk melakukan
dan menutupi tindakan tersebut. Manajemen bertanggung jawab untuk melakukan
tindakan-tindakan sebagai berikut :

 Mengidentifikasi dan mengukur resiko kecurangan

Dimulai dari kesadaran manajemen bahwa kecurangan mungkin terjadi dan


hamper setiap pegawai mampu melakukan tindakan yang tidak jujur pada kondisi
lingkungan yang normal serta mengidentifikasi factor-faktor yang dapat
menimbulkan kecurangan dalam perusahaann.

 Menangani Resiko Kecurangan


Manajemen bertanggung jawab untuk mrancang dan menerapkan program-
program dan pengendalian untuk menangani resiko kecurangan. Dapat dilakukan
dengan cara mengubah aktivitas dan proses bisnis yang rentan terhadap terjadinya
kecurangan.

 Pengawasan dalam program-program dan pengendalian pencegahan kecurangan

Manajemen secara berkala harus mengevaluasi apakah program-program


pengendalian antikecurangan telah diterapkan dan berjalan secara efektif, tentunya
melalui pengendalian internalnya.

3. Pengawasan dari Komite Audit

Komite Audit memiliki tanggung jawab utama untuk mengawasi proses


penyusunan laporan keuangan dan pengendalian internal organisasi. Komite audit juga
membantu menciptakan suatu teladan yang efektif mengenai kejujuran dan etika dalam
perusahaan dengan tidak memberikan toleransi sama sekali terhadap setiap tindakan
kecurangan. Pengawasan yang dilakukan komite audit juga bertindak sebahgai pencegah
kecurangan oleh manajemen senior.

E. Menghadapi Risiko Kecurangan

Manajemen tentunya memliki program-program yang dirancang untuk mencegah,


mengantisipasi dan mendeeteksi kecurangan. Namun perlu juga dilakukan pertimbangan oleh
auditor apakah program-program antikecuranagn tersebut dapat mengatasi risiko yang ada atau
apakah kelemahan dalam pengendalian telah meningkatkan resiko kecurangan. Dari hal
tersebut maka timbulah respon auditor yang mencakup hal-hal sebagai berikut :

1. Mengubah Keseluruhan Pelaksanaan Audit

Pelaku kecurangan seringkali memiliki pengetahuan yang baik dalam prosedur audit.
Untuk alasan itu maka PSA 70 mengharuskan auditor untuk menerapkan rencana audit
yang tidak dapat diprediksi.

2. Merancang dan Melakukan Prosedur Audit untuk Menghadapi Resiko Kecurangan

Auditor merancang prosedur audit yang tepat digunakan untuk mengatasi resiko audit
spesifik sesuai dengan akun yang sedang diaudit dan jenis resiko kecurangan yang
teridentifikasi.
3. Merancang dan Melakukan Prosedur-Prosedur untuk mengatasi Dominasi Manajemen
Terhadap Pengendalian.

Resiko Dominasi Manajemen terhadap pengendalian muncul pada hamper semua


pengauditan. Karena seringkali posisi manajemen dijadikan posisi yang paling efektif
untuk melakukan kecurangan melalui manipulasi pengendalian internal. Oleh sebab itu
auditor harus menjalankan prosedur-prosedur dalam setiap pengauditan untuk mengatasi
resiko dominasi oleh manajemen. Berikut prosedur-prosedur yang harus dijalankan :

a) Memeriksa Ayat-Ayat Junal dan Penyesuaian-Penyesuaian Lainnya sebagai bukti


adannya Kemungkinan Salah Saji yang Disebabkan Oleh Kecurangan.

Seringkali kecurangan disebabkan oleh penyesuaian-penyesuaian yang tidak tepat


dalam laporan keuangan sehingga auditor pertama kali harus mendapatkan pemahaman
atas proses pelapran keuangan entitas beserta pengendalian-pengendaliannya. Setelah
itu menanyakan pada pegawai yang terlibat dalam penyusunan laporan keuangan jika
terjadi ketidaktepatan atau aktivitas yang ganjal dalam pemrosesan ayat jurnal dan
penyesuaiannya. Hasil Tanya jawab ini nantinya akan berpengaruh terhadap keluasan
pengujian terhadap jurnal dan penyesuaian-penyesuaian laporan keuangan.

b) Menelaah Estimasi Akuntansi Untuk Setiap Hal yang Tidak Wajar

PSA 70 mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan potensi ketidakwajaran


manajemen ketika menelaah estimasi-estimasi tahun berjalan. Jadi Auditor diharuskan
unutk mereview kembali estimasi-estimasi signifikan pada periode sebelukmnya untuk
mengidentifikasi setiap perubahan dalam proses perusahaan.

c) Mengevaluasi Rasionalitas Bisnis untuk Transaksi-Transaksi yang Tidak Biasa

PSA 70 menempatkan focus yang lebih besar untuk pemahaman atas dasar rasionalitas
bisnis untuk transaksi-transaksi tidak biasa yang signifikan yang mungkin di luar
kebiasaan bisnis perusahaan. Jadi disini auditor harus mendapatkan pemahaman atas
tujuan-tujuan dari setiap transaksi yang signifkan untuk menilai apakah transaksi
tersebut terkait dengan kecurangan dalam laporan keuangan.

4. Memutakhirkan Proses Penilaian Resiko

Penilaian auditor terhadap resiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan
harus terus berjalan di sepanjang pengauditan dan dikoordinasikan dengan prosedur
penilaian resiko lainnya dengan mewaspadai kondisi-kondisi sebagai berikut :

a) Ketidakkonsistenan dalam pencataan akuntansi


b) Bukti audit yang bermasalah atau hilang
c) Hubungan yang problematic atau tidak biasa antara auditor dengan manajemen.
d) Hasil dari pengujian substantive atau penelaahan akhir dari prosedur analitis yang
mengindikasikan adanya kecurangan yang sebelumnya tidak diketahui.
e) Jawaban terhadap pertanyan yang diajukan di sepanjang pengauditan yang tidak jelas
atau tidak masuk akal atau yang menghasilkan bukti yang tidak konsisten dengan bukti
lainnya.

F. Tanggung Jawab Ketika Kecurangan Dicurigai Telah Terjadi

Sebagaimana telah diperkirakan sebelumnya, lebihbanyak kecurangan yang terdeteksi oleh


pengendalian internal atau fungsi internal audit dibandingkan oleh auditor eksternal.

1. Merenspons salah saji yang mungkin disebabkan oleh kecurangan

Sepanjang pengauditan, auditor terus-menerus mengevaluasi apakah bukti-bukti yang


didapatkan dan pengamatan-pengamatan lainnya mengindikasikan adanya salah saji material
yang disebabkan oleh kecurangan. Semua salah saji yang ditemukan auditor selama melakukan
audit harus diidentifikasi ada tidaknya indikasi kecurangan .

 Jenis teknik-teknik wawancara Wawancara dapat membantu mengidentifikasi


masalah –masalah yang dihilangkan dari dokumentasi atau konfirmasi. Auditor juga
dapat memodifikasi pertanyaan-pertanyaan selama melakukan wawancara
berdasarkan respons dari orang yang diwawancara. Tanya jawab sebagai suatu teknik
bukti audit juga harus disesuaikan dengan tujuan penggunaannya. Tergantung padfa
tujuannya , auditor dapat menanyakan beberapa pertanyaan yang berbeda dan
mengubah nada pertanyaan.
 Tanya jawab informal auditor melakukan Tanya jawab informal untuk mendapatkan
informasi mengenai fakta-fakta dan rincian yang tidak didapatkan auditor. Biasanya
auditor menginginkan informasi dari orang yang diwawancarai mengenai kejadian
atau proses pada periode sebelumnya. Sering kali Tanya jawab dilakukan dengan
santai dengan auditor memberikan pertanyaan- pertanyaan terbuka yang
memungkinkan responden memberikan perincian kejadian , proses atau kondisi yang
ditanyakan.
 Tanya jawab evaluasi seorang auditor juga menggunakan Tanya jawab untuk
mengevaluasi apakah informasi yang telah ia dapatkan sudah tepat, akurat atau benar.
Auditor menggunakan tanya jawab evaluasi untuk mendukung atau tidak mendukung
informasi sebelumnya. Auditor sering kali memulai tanya jawab evaluasi dengan
pertanyaan-pertanyaan yang luas dan terbuka yang memungkinkan orang yang
diwawancarai memberikan jawaban yang terperinci yang kemudian dapat
ditindaklanjuti dengan pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih spesifik.
 Tanya jawab interogatif kategori tanya jawab ini digunakan ketika auditor ingin
mencari tanggapan dari subjek yang ia wawancarai mengenai pengetahuannya atas
suatu kejadian atau kondisi. Tanja jawab interogatif seringkali digunakan untuk
menentukan apakah individu tersebut tidak jujur atau dengan sengaja meghapus
fakta-fakta pengetahuan kunci, kejadian atau kondisi yang penting , khususnya ketika
auditor menc urigai orang yang diwawancarai tidak jujur atau mentutup-nutupi
informasi yang sebenarnya
 Mengevaluasi respons tanya jawab agar tanya jawab menjadi efektif , seorang auditor
harus memiliki keterampilan dalam mendegarkan dan mengevaluasi jawaban dari
pertanyaan-peretanyaan
 Teknik mendegarkan sangat penting bagi auditor untuk menggunakan keterampilan
mendegarkan secara efektif disepanjang proses wawancara. Auditor harus terus-
menerus memperhatikan dengan menjaga kontak mata , anggukan persetujuan , atau
menunjukkan tanda-tanda kepamahaman lainnya. Auditor juga harus mencoba untuk
menghindari pemikiran-pemikiran yang kaku terhadap informasi yang sedang
diberikan.
 Mengamati tanda-tanda perilaku seorang auditor yang terampil dalam menggunakan
tanya jawab, akan mengevaluasi respon verbal dan nonverbal dari orang yang ia
wawancarai. Selain mengamati tanda-tanda verbal penggunaan wawancara juga
memungkinkan auditor untuk mengamati perilaku nonverbal. Penyelidik andal
mencatat bahwa subjek yang tidak nyaman dalam memberikan jawaban terhadap
suatu pertanyaan seringkali menunjukkan banyak perilaku nonverbal . Tentunya,
tidak semua orang menjukkan perilaku tersebut yang merasa tidak nyaman dalam
menjawab pertanyaan auditor. Kuncinya adalah mengidentifikasi apakah perilaku
individu mulai berubah dari biasanya.
 Tanggung jawab lainnya ketika dicurigai ketika auditor mencurigai bahwa
kecurangan mungkin telah terjadi, PSA 70 mengharuskan auditor untuk mendapatkan
bukti tambahan untuk menentukan apakah kecurangan yangsignifikan telah terjadi.
Auditor seringkali menggunakan wawancara, sebagai bagian dari proses untuk
mendapatkan informasi. Auditor sering kali menggunakan perangkat lunak audit
seperti ACL atau IDEA untuk menentukan apakah kecuranagan telah terjadi.
Perangkat lunak tersebut memberikan pencarian efektif untuk semua pelanggaran
dalam dokumen-dokumen berikutnya, yang dapat mengindikasikan adanya salah saji
terkait dengan tujuan kelengkapan akun-akun liabilitas dan beban.

Auditor juga menggunakan program kertas kerja dasar seperti excel untuk melakukan prosedur
analitis pada beberapa tingkatan. Auditor juga memperluas prosedur substantif lainnya untuk
menangani tingginya risiko kecurangan . seringkali, risiko kecurangan tinggi untuk beberapa
akun menurut estimasi subjektif manajemen. Untuk merespon tingginya risiko yang digunakan
dalam asumsi manajemen yang tidak tepat untuk mengestimasi saldo akun, seperti penyisihan
untuk keusangan persediaan, auditor dapat menggunakan jasa ahli untuk membantunya dalam
mengevaluasi keakuratan dan keandalan asumsi-asumsi kunci yang digunakan manajemen.

Ketika auditor menentukan bahwa kecurangan mungkin telah terjadi, PSA 70 mengjaruskan
auditor untuk membahas hal tersebut dan juga pendekatan audit yang digunakan untuk
penyelidikan lebih lanjut dengan tingkat manajemen yang tepat, meskipun masalah tersebut
dianggap tidak penting.

Terkadang, auditor mengidentifikasi risiko salah saji material yang disebabkan oleh
kecurangan yang memiliki implikasi terhadap pengendalian internal. Dalam beberapa kasus ,
pertimbangan auditor terhadap program dan pengendalian anti kecurangan yang dibuat oleh
manajemen dapat mengidentifikasi kekurangan-kekurangan yang menyebabkan gagalnya
penanganan terhadap resiko kecurangan tersebut. Hasil dari prosedur-prosedur yang dijalankan
oleh auditor dapat mengindikasikan adanya salah saji yang material yang disebabkan oleh
kecurangan sehingga auditor harus mempertimbangkan kemungkinan untuk mengundurkan
diri dari perikatan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kecurangan didefinisikan sebagai salah saji dalam laporan keuangan yang dilakukan
dengan sengaja. Dua kategori utama kecurangan adalah kecurangan dalam laporan keuangan
dan penyalahgunaan asset. Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau
penghapusan terhadap jumlah ataupun pengungkapan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
untuk mengelabui para penggunanya. Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang
melibatkan pencurian atas aset milik suatu entitas.

Dengan menerapkan program-program dan pengendalian antikecuragan, manajemen


dapat mencegah kecurangan dengan mengurangi kesempatan yang memungkinkan terjadinya
kecurangan. Untuk membantu manajemen dan dewan direksi dalam menjalankan usaha
antikecurangan, AICPA, bekerja sama dengan beberapa organisasi profesi terkait, menerbitkan
Program dan Pengendalian Antikecurangan bagi Manajemen: Panduan untuk Membantu
Mencegah, Mengantisipasi, dan Mendeteksi Kecurangan.

Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi resiko-resiko kecurangan dan


pengawasan dari komite Audit.

1. Mengubah Keseluruhan Pelaksanaan Audit

Pelaku kecurangan seringkali memiliki pengetahuan yang baik dalam prosedur audit.
Untuk alasan itu maka PSA 70 mengharuskan auditor untuk menerapkan rencana
audit yang tidak dapat diprediksi.

2. Merancang dan Melakukan Prosedur Audit untuk Menghadapi Resiko Kecurangan

Auditor merancang prosedur audit yang tepat digunakan untuk mengatasi resiko
audit spesifik sesuai dengan akun yang sedang diaudit dan jenis resiko kecurangan
yang teridentifikasi.

 Merenspons salah saji yang mungkin disebabkan oleh kecurangan

Sepanjang pengauditan, auditor terus-menerus mengevaluasi apakah bukti-bukti yang


didapatkan dan pengamatan-pengamatan lainnya mengindikasikan adanya salah saji material
yang disebabkan oleh kecurangan.

1) Jenis teknik-teknik wawancara


2) Tanya jawab informal
3) Tanya jawab evaluasi
4) Tanya jawab interogatif
5) Mengevaluasi respons tanya jawab
6) Teknik mendegarkan
7) Mengamati tanda-tanda perilaku
8) Tanggung jawab lainnya ketika dicurigai

You might also like