Professional Documents
Culture Documents
Sifat Agregat Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan beton memikul
beban rencana dan daya tahan terhadap cuaca. Yang menentukan kualitas agregat sebagai
material beton adalah: gradasi kebersihan terhadap lumpur kekerasan ketahanan agregat
bentuk butir tekstur permukaan porositas kemampuan untuk menyerap air berat jenis Jenis
Agregat berdasarkan proses pengolahannya Agregat Alam. Agregat yang dapat dipergunakan
sebagaimana bentuknya di alam atau dengan sedikit proses pengolahan. Agregat ini terbentuk
melalui proses erosi dan degradasi. Bentuk partikel dari agregat alam ditentukan proses
pembentukannya. Agregat melalui proses pengolahan. Digunung‐gunung atau dibukit‐bukit, dan
sungai‐sungai sering ditemui agregat yang masih berbentuk batu gunung, dan ukuran yang
besar‐besar sehingga diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan
sebagai agregat konstruksi jalan. Agregat Buatan. Agregat yang yang merupakan merupakan
mineral filler/pengisi (partikel dengan ukuran < 0,075 mm), diperoleh dari hasil sampingan
pabrik‐pabrik semen atau mesin pemecah batu.
Agregat merupakan material granular, misalnya pasir, krikil, batu pecah dan kerak tungku pijar
yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton atau
adukan semen hidrolik (SNI 03 – 2847 – 2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung).
Agregat halus adalah butiran halus yang memiliki kehalusan 2mm – 5mm.
Menurut SNI 02-6820-2002 , agregat halus adalah agregat dengan besar butir maksimum 4,75
mm.
Menurut nevil (1997), agregat halus merupakan agregat yang besarnya tidak lebih dari 5 mm,
sehingga pasisr dapat berupa pasir alam atau berupa pasir dari pemecahan batu yang dihasilkan
oleh pemecah batu.
Menurut SNI 1737-1989-F , agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir,atau
mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun hasil buatan.
Persyaratan agregat halus secara umum menurut SNI 03-6821-2002 adalah sebagai berikut:
Butir-butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca. Sifat kekal
agregat halus dapat di uji dengan larutan jenuh garam. Jika dipakai natrium sulfat maksimum
bagian yang hancur adalah 10% berat. Sedangkan jika dipakai magnesium sulfat
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (terhadap berat kering), jika kadar
lumpur melampaui 5% maka pasir harus di cuci.
Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butir-butir agregat mempunyai
ukuran yang sama(seragam) volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya
bervariasi akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil mengisi pori
diantara butiran yang besar, sehingga pori-porinya sedikit, dengan kata lain kemampatannya
tinggi. Pada agregat untuk pembuatan beton diinginkan suatu butiran yang berkemampatan
tinggi, karena volume pornya sedikit maka bahan pengiat yang dibutuhkan juga sedikit.
Menurut SK SNI T-15-1990-03 , kekasaran pasir dapat dibedakan menjadi empat kelompok
menurut gradasinya, yaitu :
Ø ZONE I = Pasir Kasar
SNI 03-1749-1990 ( Agregat untuk Aduk dan Beton, Cara Penentuan Besar Butir)
SNI-1970-2008 (Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus)
SNI 03-2816-1992 (Metode Pengujian Kotoran Organik dalam Pasir untuk Campuran Mortar
atau Beton)
SNI-3407-2008 (Cara Uji Sifat Kekekalan Agregat Dengan Cara Perendaman Menggunakan
Larutan Natrium Sulfat atau Magnesium Sulfat)
SNI 03-1756-1990 (Pasir untuk Aduk dan Beton, Cara Penentuan Kekerasan)
ASTM C136 (Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregates)
ASTM C40 / C40M (Standard Test Method for Organic Impurities in Fine Aggregates for
Concrete)
ASTM C70 (Standard Test Method for Surface Moisture in Fine Aggregate)
ASTM C88 (Standard Test Method for Soundness of Aggregates by Use of Sodium Sulfate or
Magnesium Sulfate)
ASTM C123 / C123M (Standard Test Method for Lightweight Particles in Aggregate)
ASTM C-117 (Standard Test Method for Materials Finer than 75-μm (No. 200) Sieve in Mineral
Aggregates by Washing)
ASTM C142 / C142M (Standard Test Method for Clay Lumps and Friable Particles in
Aggregates)
ASTM C128 (Standard Test Method for Density, Relative Density (Specific Gravity), and
Absorption of Fine Aggregate)
ASTM C566 (Standard Test Method for Total Evaporable Moisture Content of Aggregate by
Drying)
Kandungan Bahan Organik Warna 1 dan 2 : dapat digunakan tanpa dicuci Warna 3
dan 4 : harus dicuci dahulu Warna 5 : Tidak boleh digunakan Cara pengujian dengan
metoda Abrams-Harder : Agregat halus (± 150 ml) Direndam dengan larutan NaOH 3%
Dikocok selama 10 menit kemudian didiamkan selama 24 jam lalu dibandingkan
warnanya dengan warna pembanding. Contoh pengujian Kadar organik
pasir>>Pemeriksaan kadar organik agregat halus Modulus halus (fineness Modulus) 1.5
- 3.8 (ASTM C-33 :2.3 - 3.1) variasi modulus halus agregat yang digunakan dalam satu
campuran perencanaan beton tidak boleh lebih dari 7% (ASTM C-33). Fineness
modulus Adalah persentase kumulatif dari butiran yang tidak lebih kecil dari 150 μm total
% butiran tertahan (retained) saringan no 100 atau yang lebih kasar. Untuk pengujian
Gradasi pasir, dibahas disini>>Pengujian analisa Gradasi pasir Kekekalan (Soundness)
5 siklus perendaman Natrium Sulfat (Na2SO4) = maks 10% loss 5 siklus perendaman
Magnesium Sulfat (MgSO4) + maks 15% loss
ndeks Kekerasan : 2.2 (Standar pasir kursa Bangka) Penyerapan Air (Water
Absorbsion); Maksimum 2% (BS maks 3%; Astm maks 2.3 %) Hilang Pijar (Loss on
igniton): Maks 5%
Cara penggenggaman adalah mengambil pasir dengan kelembaban agak tinggi atau
dalam kondisi agak basah (tapi jangan terlalu basah), lalu digenggam kuat-kuat dan
dilepas :
Kadar lumpur dihitung dari tinggi lapisan lumpur yang terlihat di gelas ukur dan dibagi
dengan tinggi total pasir + lumpur
Kandungan Lumpur
Adalah persentase kumulatif dari butiran yang tidak lebih kecil dari 150 μm
(total % butiran tertahan (retained) saringan no 100 atau yang lebih kasar) :