You are on page 1of 19

Agregat halus merupakan pengisi (filler) yang berupa pasir.

Ukurannya bervariasi di bawah


saringan no. 4(0,075 mm) menurut standar ASTM. Agregat halus yang baik harus bebas bahan
organik, lempung, atau bahan-bahan lain yang dapat merusak campuran beton. Variasi ukuran
dalam suatu campuran harus mempunyai gradasi yang baik, yang sesuai dengan standar
analisis saringan dari ASTM (American Society of Testing and Materials). Untuk beton penahan
radiasi, serbuk baja halus dan serbuk besi pecah digunakan sebagai agregat halus.

TIPE AGREGAT HALUS


Pasir Galian :
bebas dari kandungan garam, hanya kotor oleh lumpur
Pasir Sungai :
berbutir halus dan berbentuk bulat
Pasir Laut :
berbutir halus dan bulat, mengandung garam

Fungsi Agregat Halus


Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran
mortar (adukan) dan beton. Atau didefinisikan sebagai bahan yang dipakai sebagai
pengisi, dipakai bersama dengan bahan perekat dan membentuk suatu massa yang
keras, padat bersatau yang disebut beton
Selain seperti diuraikan diatas, fungsi utama agregat halus adalah sebagai bahan pengisi
diatara agregat kasar, sehingga ikatan menjadi lebih kuat

Persyaratan Agregat Halus – PBI 71


a. Tidak boleh mengandung lumpur lebih besar dari 5 % berat.
b. Tidak boleh mengandung bahan organis terlalu bnayak.
c. Pasir harus terdiri dari butir tajam dan keras
d. Butiran pasir harus terdiri dari beraneka ragam, Jika diuji
dengan test ayakan ISO
- Sisa di atas ayakan 4 mm minimal 2 % berat total
- Sisa di ayakan 1 mm minimum 10 % berat total
- Sisa di ayakan 0.25 mm minimum 80 – 90 % berat total
e. Tidak boleh menggunakan pasir laut

Sifat Agregat Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan beton memikul
beban rencana dan daya tahan terhadap cuaca. Yang menentukan kualitas agregat sebagai
material beton adalah: gradasi kebersihan terhadap lumpur kekerasan ketahanan agregat
bentuk butir tekstur permukaan porositas kemampuan untuk menyerap air berat jenis Jenis
Agregat berdasarkan proses pengolahannya Agregat Alam. Agregat yang dapat dipergunakan
sebagaimana bentuknya di alam atau dengan sedikit proses pengolahan. Agregat ini terbentuk
melalui proses erosi dan degradasi. Bentuk partikel dari agregat alam ditentukan proses
pembentukannya. Agregat melalui proses pengolahan. Digunung‐gunung atau dibukit‐bukit, dan
sungai‐sungai sering ditemui agregat yang masih berbentuk batu gunung, dan ukuran yang
besar‐besar sehingga diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan
sebagai agregat konstruksi jalan. Agregat Buatan. Agregat yang yang merupakan merupakan
mineral filler/pengisi (partikel dengan ukuran < 0,075 mm), diperoleh dari hasil sampingan
pabrik‐pabrik semen atau mesin pemecah batu.

Agregat merupakan material granular, misalnya pasir, krikil, batu pecah dan kerak tungku pijar
yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton atau
adukan semen hidrolik (SNI 03 – 2847 – 2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung).

Agregat halus adalah butiran halus yang memiliki kehalusan 2mm – 5mm.

Menurut SNI 02-6820-2002 , agregat halus adalah agregat dengan besar butir maksimum 4,75
mm.

Menurut nevil (1997), agregat halus merupakan agregat yang besarnya tidak lebih dari 5 mm,
sehingga pasisr dapat berupa pasir alam atau berupa pasir dari pemecahan batu yang dihasilkan
oleh pemecah batu.

Menurut SNI 1737-1989-F , agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir,atau
mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun hasil buatan.

Persyaratan agregat halus secara umum menurut SNI 03-6821-2002 adalah sebagai berikut:

Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras.

Butir-butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca. Sifat kekal
agregat halus dapat di uji dengan larutan jenuh garam. Jika dipakai natrium sulfat maksimum
bagian yang hancur adalah 10% berat. Sedangkan jika dipakai magnesium sulfat

Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (terhadap berat kering), jika kadar
lumpur melampaui 5% maka pasir harus di cuci.

Gradasi Agregat Halus

Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butir-butir agregat mempunyai
ukuran yang sama(seragam) volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya
bervariasi akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil mengisi pori
diantara butiran yang besar, sehingga pori-porinya sedikit, dengan kata lain kemampatannya
tinggi. Pada agregat untuk pembuatan beton diinginkan suatu butiran yang berkemampatan
tinggi, karena volume pornya sedikit maka bahan pengiat yang dibutuhkan juga sedikit.
Menurut SK SNI T-15-1990-03 , kekasaran pasir dapat dibedakan menjadi empat kelompok
menurut gradasinya, yaitu :
Ø ZONE I = Pasir Kasar

Ø ZONE II = Pasir Agak Kasar

Ø ZONE III = Pasir Agak Halus

Ø ZONE IV = Pasir Halus

Berikut adalah tabel untuk gradasi pasir,

Peraturan terkait dengan parameter-parameter yang harus dipenuhi terdapat pada :

PBI 1971 NI 2 (Peraturan Beton Bertulang Indonesia)

SNI-03-2847-2002 (Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung)

SNI-03-2461-1991/2002 (Spesifikasi Agregat Ringan Untuk Beton Ringan Struktural)

SNI 03-1749-1990 ( Agregat untuk Aduk dan Beton, Cara Penentuan Besar Butir)

SNI 03-1750-1990 ( Agregat beton, Mutu dan Cara Uji)

SII.0052-80 (Mutu dan Cara Uji Agregat Beton)

ASTM C-33 (Specification For Concrete Aggregates)

ACI 318 (Building Code Requirements for Structural Concrete)

Peraturan terkait dengan pengujian agregat halus antara lain :

SNI-1970-2008 (Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus)

SNI 03-2816-1992 (Metode Pengujian Kotoran Organik dalam Pasir untuk Campuran Mortar
atau Beton)
SNI-3407-2008 (Cara Uji Sifat Kekekalan Agregat Dengan Cara Perendaman Menggunakan
Larutan Natrium Sulfat atau Magnesium Sulfat)

SNI 03-1756-1990 (Pasir untuk Aduk dan Beton, Cara Penentuan Kekerasan)

ASTM C136 (Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregates)

ASTM C40 / C40M (Standard Test Method for Organic Impurities in Fine Aggregates for
Concrete)

ASTM C70 (Standard Test Method for Surface Moisture in Fine Aggregate)

ASTM C88 (Standard Test Method for Soundness of Aggregates by Use of Sodium Sulfate or
Magnesium Sulfate)

ASTM C123 / C123M (Standard Test Method for Lightweight Particles in Aggregate)

ASTM C-117 (Standard Test Method for Materials Finer than 75-μm (No. 200) Sieve in Mineral
Aggregates by Washing)

ASTM C142 / C142M (Standard Test Method for Clay Lumps and Friable Particles in
Aggregates)

ASTM C128 (Standard Test Method for Density, Relative Density (Specific Gravity), and
Absorption of Fine Aggregate)

ASTM C566 (Standard Test Method for Total Evaporable Moisture Content of Aggregate by
Drying)

Standard Pemeriksaan Agregat Halus (SNI-03-2461-1991/2002; SII.0052.80; ASTM C-


33): Kadar lumpur Yang dimaksud dengan kandungan lumpur adalah persentase ukuran
butiran yang lolos saringan : no. 200 ASTM , atau no. 200 British Standar, atau no. 80
DIN (Jerman) atau ukuran lubang saringan standar SI = 0,075 mm atau 75 μm. PBI
1971.N.I-2 menetapkan ukuran saringan 0,063 mm atau 63 μm atau no 230 (ASTM)
atau no 240 (BS) atau 90E (DIN) sebagai patokan pengukuran kandungan lumpur.
Pengujian di laboratorium umumnya dilakukan dengan metoda pencucian sesuai ASTM
C-117 (Standard Test Method for Materials Finer than 75-μm (No. 200) Sieve in Mineral
Aggregates by Washing). Dan untuk cara pengukuran kadar lumpur secara praktis di
lapangan dilakukan dengan pengocokan, pembahasannya dapat dilihat
disini>>Pengujian praktis kadar lumpur. maksimal 3% berat kering ( Beton yang
mengalami abrasi) maksimal 5% berat kering ( Beton yang tidak mengalami Abrasi)

Kandungan Bahan Organik Warna 1 dan 2 : dapat digunakan tanpa dicuci Warna 3
dan 4 : harus dicuci dahulu Warna 5 : Tidak boleh digunakan Cara pengujian dengan
metoda Abrams-Harder : Agregat halus (± 150 ml) Direndam dengan larutan NaOH 3%
Dikocok selama 10 menit kemudian didiamkan selama 24 jam lalu dibandingkan
warnanya dengan warna pembanding. Contoh pengujian Kadar organik
pasir>>Pemeriksaan kadar organik agregat halus Modulus halus (fineness Modulus) 1.5
- 3.8 (ASTM C-33 :2.3 - 3.1) variasi modulus halus agregat yang digunakan dalam satu
campuran perencanaan beton tidak boleh lebih dari 7% (ASTM C-33). Fineness
modulus Adalah persentase kumulatif dari butiran yang tidak lebih kecil dari 150 μm total
% butiran tertahan (retained) saringan no 100 atau yang lebih kasar. Untuk pengujian
Gradasi pasir, dibahas disini>>Pengujian analisa Gradasi pasir Kekekalan (Soundness)
5 siklus perendaman Natrium Sulfat (Na2SO4) = maks 10% loss 5 siklus perendaman
Magnesium Sulfat (MgSO4) + maks 15% loss

ndeks Kekerasan : 2.2 (Standar pasir kursa Bangka) Penyerapan Air (Water
Absorbsion); Maksimum 2% (BS maks 3%; Astm maks 2.3 %) Hilang Pijar (Loss on
igniton): Maks 5%

Reaktifitas Alkali (AAR= Alkali aggregate reaction)-Reaktifitas alkali-silika (ASR Alkali


silica reaction): negatif (untuk beton yang berhubungan dengan air atau kelembaban)
Penggunaan agregat reaktif alkali silika harus diawasi tenaga ahli Menggunakan semen
rendah alkali (astm c-150, kadar alkali maks 0,6%) dihitung sebagai kadar akuivalen
sodium oksida (Na2O + 0.658K2O) Menggunkakan semen campur (blended
Cement:ASTM C-195, ASTM C-1157) Menggunakan bahan tambahan Pozzolanic (silica
fume atau fly ash kelas F, N- fly Ash kelas C tidak boleh digunakan bersama agregat
reaktif) Menggunakan bahan tambah ground slag (terak tanur tinggi) Menggunakan
additiv/bahan tambah berbasis senyawa lithium Reaktifitas Alkali (AAR= Alkali
aggregate reaction)-Reaktifitas Alkali-karbon (ACR-Alcali-carbonate reaction): negatif
(untuk beton yang berhubungan dengan air atau kelembaban) Penggunaan agregat
reaktif alkali karbon harus diawasi tenaga ahli Membatasi kadar ageregat reaktif
maksimal 20% untuk beton yang tidak berhubungan dengan air atau kelembaban
Menggunakan ukuran agregat maksimum yang lebih kecil Menggunakan semen yang
sangat rendah alkali (ASTM C-150, kadar alkali maksimal 0.4% dihitung sebagai kadar
ekuivalen sodium oksida (Na2O+0.658K2O) Pozzolan dan ground slag tidak efektif
untuk penanganan ACR
PENGARUH GRADASI AGREGAT
Gradasi Agregat dan Ukuran butir maksimum berkaitan erat dengan besarnya luas permukaan
agregat, banyaknya air yang dibutuhkan dan kadar smen dalam beton Gradasi yang baik akan
memberikan tingkat optimal untuk mendapatkan density dan kekuatan beton maksimum
Berbagai standar menyarankan dan menetapkan batas-batas susunan besar butir yang baik
untuk beton

GRADASI AGREGAT HALUS MENURUT BS DAN SK.SNI T-15-1990-03


Kekasaran Pasir dikelompokkan menjadi 4 Zona
Zone/Daerah 1 : Pasir Kasar
Zone/Daerah 2 : Pasir Agak Kasar
Zone/Daerah 3 : Pasir Agak Halus
Zone/Daerah 4 : Pasir Halus

PERSYARATAN GRADASI AGREGAT HALUS

AGREGAT HALUS – ZONE 1

AGREGAT HALUS – ZONE 2


AGREGAT HALUS – ZONE 3

AGREGAT HALUS - ZONE 4


Pasir pantai atau pasir laut umumnya tidak memenuhi syarat untuk
pemakaian sebagai agregat halus beton
Kandungan Bahan Organik
Cara praktis pemeriksaan kandungan bahan organik Kandungan
agregat halus (pasir) di lapangan : Cara praktis pemeriksaan kandunga
lapangan ada be

 masukkan pasir dalam gelas atau botol bening


 campurkan larutan soda api 3%  peremasan atau penggosoka
 aduk atau kocok  dengan penggenggaman (tid
 diamkan 24 jam  dengan penenggelaman pasi
 dengan pengocokan (terukur

jika larutan menjadi berwarna coklat tua :


Tiga pemeriksaan sederhana pe
mengindikasikan kandungan organik dalam agregat
tidak terukur, yang hanya di
cukup tinggi
cepat ketika menerima material a
Indikasi kandungan organik juga dapat terlihat jika pasir Cara peremasan atau penggosok
ditenggelamkan dalam air jernih, yaitu apabila terlihat pasir kering udara atau sedikit lem
partikel mengambang satu tangan atau digosok di antara
partikel yang menempel di telapak
kadar lumpur yang terkandung dala

Cara penggenggaman adalah mengambil pasir dengan kelembaban agak tinggi atau
dalam kondisi agak basah (tapi jangan terlalu basah), lalu digenggam kuat-kuat dan
dilepas :

 jika tetap menggumpal maka kadar lumpur cukup tinggi


 kandungan lumpur juga dapat terlihat di telapak tangan

Cara penenggelaman pasir dilakukan dengan menggenggam pasir lalu memasukkan


tangan ke dalam air jernih, lalu dibuka dan digerak-gerakkan perlahan, dan akan terlihat
partikel lumpur yang terpisah dari pasir -- jika terdapat partikel yang
mengambang/mengapung, maka perlu dicurigai kandungan organik yang cukup tinggi
pada pasir
Cara pengocokan dilakukan dengan :

 sediakan gelas ukur (misal berukuran 1.000 cc)


 isikan pasir sampai kira-kira hampir setengah (misal : 450 cc)
 isikan air jernih sampai total pasir + air dua kali pasir (misal : 900 cc)
 tutup dan kocok-kocok selama sekitar 1 menit (jangan sampai tumpah)
 diamkan supaya mengendap, selama minimal 1 jam untuk perkiraan/perhitungan cepat
kadar lumpur

Kadar lumpur dihitung dari tinggi lapisan lumpur yang terlihat di gelas ukur dan dibagi
dengan tinggi total pasir + lumpur

Periksa kembali kandungan lumpur setelah contoh didiamkan untuk mengendap


selama 24 jam atau lebih.

Kandungan Lumpur

Yang dimaksud dengan kandungan lumpur adalah persentaseukuran butiran yang


lolos saringan :

 no. 200 ASTM , atau


 no. 200 British Standar, atau
 no. 80 DIN (Jerman) atau
 ukuran lubang saringan standar SI = 0,075 mm atau 75 μm

PBI 1971.N.I-2 menetapkan ukuran saringan 0,063 mm atau 63 μm atau no 230


(ASTM) atau no 240 (BS) atau 90E (DIN) sebagai patokan pengukuran kandungan
lumpur
Pengujian di laboratorium umumnya dilakukan dengan metoda pencucian sesuai ASTM
C-117 (Standard Test Method for Materials Finer than 75-μm (No. 200) Sieve in Mineral
Aggregates by Washing)
Modulus halus
(fineness modulus)

Adalah persentase kumulatif dari butiran yang tidak lebih kecil dari 150 μm
(total % butiran tertahan (retained) saringan no 100 atau yang lebih kasar) :

You might also like