You are on page 1of 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Nyeri punggung bawah telah mempengaruhi manusia sepanjang sejarah.

Meskipun pengetahuan, keahlian dan sumber daya kesehatan untuk patologi

tulang belakang telah berkembang, cacat kronis yang disebabkan oleh nyeri

punggung bawah meningkat secara eksponensial dalam masyarakat modern.

Nyeri punggung bawah menjadiperhatian umum yang mempengaruhi hingga

90% orang di beberapa negara(Arya, 2014).

Para ahli Global Burden of Study Disease (2010) menunjukkan bahwa

nyeri punggung bawah berada diantara sepuluh penyakit disabilitas dengan

jumlah rata-rata DALYs (disability-adjusted life years) lebih tinggi dari HIV,

kecelakaan lalulintas, tuberkulosis, kanker paru-paru, penyakit paru

obstruktif kronis dan komplikasi kelahiran prematur.Nyeri punggung bawah

menjadi masalah kesehatan yang sangat umum dijumpai. Data Community

Oriented Programme for the Control of Rheumatic Disease WHO tahun 2000

menunjukkan secara meyakinkan bahwa penyakit ini hadir dalam proporsi

yang sama di beberapa negara. Nyeri punggung bawah sampai saat ini

sebagian besar dianggap sebagai masalah terbesar pada negara-negara barat.

Penelitian yang dilakukan selama dekade terakhir juga menunjukkan bahwa

nyeri punggung bawah merupakan masalah besar pada negara-negara yang

berpenghasilan rendah dan menengah. Prevalensi nyeri punggung bawah

diperkirakan 60-70% di negara-negara industri. Nyeri punggung bawah

Page 1
mempengaruhi orang-orang dari segala usia, dari anak-anak sampai orang tua

dan sangat beralasan untuk berkonsultasi medis. Tingkat prevalensi untuk

anak-anak dan remaja lebih rendah dari pada yang terlihat pada orang

dewasa. Prevalensi pada usia antara 35-55 tahun dan prevalensi keseluruhan

meningkat dengan usia kelompok umur 60-65 tahun. Nyeri punggung bawah

adalah penyebab utama dari pembatasan aktivitas dan hilangnya lahan

pekerjaan disebagian besar dunia yang akhirnya membebani kebutuhan

ekonomi pada individu, keluarga, masyarakat, industri, dan pemerintah.

Beberapa penelitian telah dilakukandi duniauntuk mengevaluasi dampak

sosial dan ekonomi akibat dari nyeri punggung bawah (WHO, 2013).

Jumlah penderita nyeri punggung bawah berdasarkan data dari National

Health Interview Survey tahun 2009 di Amerika Serikat mencapai 28,5%.

Penyakit ini sebagai penyebab paling umum kecacatan dengan lebih dari 149

juta orang/hari pekerjaanya hilang setiap tahun (NHCS, 2010).

Di Belanda pada tahun 2010 dilakukan penelitian dengan desain

penelitian kohort selama 12 bulanyang dilakukan pada 8.000 orang sampel

berumur 25 tahun, hasilnya dilaporkan tiga perempat penduduk belanda

menderita nyeri punggung bawah dengan prevalensi 21,2% (Picavet, 2012).

Cina adalah negara berkembang terbesar di dunia dengan jumlah

populasi kerja yang besar. Tingkat prevalensi nyeri punggung bawah antara

populasi kerja Tionghoa meningkat dari 26,4% menjadi 84,6%. Data terbaru

menunjukkan bahwa prevalensi satutahun nyeri punggung bawah dalam

populasi kerja pedesaan di Cina adalah 64% (Ehrlich, 2008).

Page 2
Data epidemiologi mengenai nyeri punggung bawah diIndonesia

berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit diIndonesia berkisar

antara 18,37%, angka ini berada pada urutan kedua tertinggi sesudah sefalgia

dan migren dari seluruh pasien nyeri. Penelitian oleh kelompok studi

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesai tahun 2002 pada studi

populasi di daerah pantai utara Jawa Indonesia ditemukan insidensi 8,2%

pada pria dan 13,6% pada wanita. Di rumah sakit Jakarta, Yogyakarta dan

Semarang insidensinya sekitar 5,4–5,8% frekuensi terbanyak pada usia 45-65

tahun (Purnamasari, 2010).

Terjadinya nyeri punggung bawah dapat berhubungan dengan beberapa

faktor risiko seperti karakteristik pekerjaan, faktor lingkungan, aktivitas fisik,

gaya hidup, dankebiasaan merokok. Terdapat faktor risiko lain yang dapat

memicu terjadinya nyeri punggung bawah seperti indeks massa tubuh yang

tinggi atau obesitas morbidity (Wheeler, 2015).

Page 3
BAB II

LANDASAN TEORI

NYERI PUNGGUNG BAWAH

2.1 DEFINISI

Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di daerah

pungung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler

atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah dan lipat

bokong bawah yaitu didaerah lumbal atau lumbo-sakral, sering disertai

dengan penjalaran nyeri kearah tungkai dan kaki. Nyeri yang berasal dari

daerah punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya

nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah

(referred pain) (PERDOSSI, 2013).

Nyeri punggung bawah bukanlah penyakit atau sebuah diagnostik.

Nyeri punggung bawah merupakan gejala rasa sakit pada daerah anatomi

punggung bawah sebagai respon terhadap rangsangan eksternal dan

internal (Ehrlich, 2008).

2.2 ANATOMI PINGGANG

Menurut Snell, Richard S, (2006), kolumna vertebralis terdiri atas

33 vertebra yaitu sebagai berikut:

1. Tujuh tulang servikal atau vertebra leher (C1-C7)

2. Dua belas tulang thoracic atau vertebra punggung atas (T1-T12)

3. Lima tulang lumbar atau vertebra punggung bawah (L1-L5)

4. Lima tulang sacrum dan satu tulang koksik.

Page 4
Tulang belakang (vertebra) dibagi dalam dua bagian. Di bagian

ventral terdiri atas korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh

discus intervertebra dan ditahan satu sama lain oleh ligamen longitudinal

ventral dan dorsal. Bagian dorsal tidak begitu kokoh dan terdiri atas

masing-masing arkus vertebra dengan lamina dan pedikel yang diikat

satu sama lain oleh berbagai ligamen di antaranya ligamen interspinal,

ligamen intertansversa dan ligamen flavum. Pada prosesus spinosus dan

transversus melekat otot-otot yang turut menunjang dan melindungi

kolum vertebra.

Page 5
2.3 ETIOLOGI

Penyebab nyeri punggung bawah berdasarkan sumber nyerinya, yaitu:

1.Nyeri Lokal

Nyeri lokal disebabkan oleh regangan struktur yang sensitif

terhadap nyeri yang menekan atau mengiritasi ujung saraf sensoris.

Lokasi nyeri disekitar bagian punggung yang sakit (Harrison, 2009).

Nyeri biasanya menetap atau terkadang hilang timbul. Nyeri lokal

dapat berkurang atau bertambah dengan perubahan posisi

(Cianflocco,2013).

2. Nyeri Alih

Nyeri alih ditimbulkan oleh bagian viseral dari abnormalitas pada

organ di dalam abdomen, pelvis atau dada juga terasa sampai

belakang. Nyeri yang berasal dari tulang belakang dapat timbul dari

punggung atau dialihkan ke bagian bokong atau tungkai. Penyakit

yang melibatkan tulang belakang lumbal bagian atas menimbulkan

nyeri alih ke regio lumbal, pangkal paha atau paha bagian atas.

Penyakit yang melibatkan tulang belakang lumbal bagian bawah dapat

menimbulkan nyeri alih ke bagian bokong, paha bagian belakang atau

betis dan tungkai (Harrison, 2009). Nyeri jenis ini pada punggung

bawah cenderung bersifat sakit, dalam dan sulit untuk menentukan

lokasi asal nyeri. Pergerakan tidak memperberat nyeri tersebut

(Cianflocco, 2013).

Page 6
3. Nyeri Punggung Radikular

Nyeri radikular merupakan nyeri tajam dan menyebar dari tulang

punggung regio lumbal sampai tungkai sesuai daerah perjalanan

radiks saraf. Batuk, bersin atau kontraksi volunter dari otot abdomen

dapat menimbulkan nyeri yang menyebar, rasa nyeri dapat bertambah

buruk dalam posisi yang dapat meregangkan saraf dan radiks saraf

(Harrison, 2009). Nyeri yang menjalar biasanya menandakan adanya

penekanan pangkal saraf, misalnya karena hernia nukleus pulposus,

osteoartritis atau stenosis tulang belakang (Cianflocco,2013).

4. Nyeri Spasme Otot

Spasme otot biasanya dikaitkan dengan postur abnormal dan otot

paraspinal yang teregang dapat menimbulkan rasa nyeri yang tumpul

(Harrison, 2009).Gerakan bagian punggung belakang yang kurang

baik dapat menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada

otot punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga

menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan

sendirinya dalam jangka waktu tertentu namun pada kasus-kasus yang

berat memerlukan pertolongan medis agar tidak mengakibatkan

gangguan yang lebih lanjut (Cianflocco, 2013).

Page 7
2.4 KLASIFIKASI LBP

Klasifikasi LBP dapat ditinjau dari berbagai sudut. Ada yang

membagi menjadi dua kelompok besar, yaitu penyebab yang berasal dari

pinggang sendiri dan penyebab yang berasal dari luar pinggang. Ada pula

yang membagi LBP menjadi:

1. LBP Viserogenik

Nyeri yang disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal

atau organ lain dalam pelvis, serta tumor retroperitoneal. Rasa nyeri

menggeliat, tidak bertambah berat dengan adanya aktifitas tubuh,

dan sebaliknya tidak berkurang dengan istirahat.

2. LBP Vaskulogenik

Dapat disebabkan oleh penyakit aneurisma atau penyakit

vaskuler perifer, seperti insufisiensi arteria glutealis superior yang

menimbulkan nyeri di daerah pantat, yang makin memberat saat

berjalan dan akan mereda saat diam atau berdiri. Rasa nyeri

menyerupai iskhialgia, dan tidak ada hubungannya dengan aktivitas

tubuh. Dapat pula timbul rasa nyeri intermitten pada betis.

3. LBP Neurogenik

Dapat disebabkan oleh:

a. Arakhnoiditis : Terjadi perlengketan, timbul nyeri bila ada

penjepitan terhadap radiks.

Page 8
b. Stenosis kanalis spinalis : Gejala klinik yang timbul adalah

adanya klaudikasio intermittens disertai rasa kesemutan dan

nyeri menetap saat istirahat.

c. Neoplasma : Gejalanya adalah rasa nyeri yang kemudian

timbul gejala neurologik yaitu gangguan motorik, sensibilitas

dan vegetatif. Rasa nyeri timbul saat istirahat dan berkurang

saat berjalan.

4. LBP Spondilogenik

Disebabkan berbagai porses patologis di kolumna vertebralis

yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik), diskus vertebralis

(diskogenik), dan otot (miogenik).

a. LBP Osteogenik sering disebabkan oleh:

1. Radang atau infeksi, misalnya osteomyelitis vertebra

2. Trauma

3. Keganasan, misalnya multiple myeloma

4. Kongenital, misalnya scoliosis lumbal

5. Metabolik, misalnya osteoporosis, osteofibrosis.

b. LBP Diskogenik sering disebabkan oleh:

1. Spondilosis, disebabkan oleh proses degenerasi, jarak

vertebra menyempit, terjadinya osteoarthritis, dan

gangguan pada radiks.

2. Hernia Nukleus Pulposus (HNP), nukleus pulposus

keluar menonjol kemudian menekan kearah kanalis

Page 9
spinalis melalui annulus fibrosus yang robek. Kejadian

dipacu oleh aktivitas yang berlebihan dan terjadinya

proses degenerasi.

3. Spondilosis ankilosa, rasa kaku di pinggang bawah

waktu bangun tidur dan hilang setelah mengadakan

gerakan.

c. LBP Miogenik sering disebabkan oleh ketegangan otot, spasme

otot, defisiensi otot, dan hipersensitif. Akibat melaksanakan

aktivitas berlebihan atau dengan posisi yang kurang fisiologis.

d. LBP Psikogenik

Umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa, kecemasan,

depresi atau campuran kecemasan dan depresi. Pada saat

anamnesis penderita mudah tersinggung, terkejut, sulit tidur,

mudah terbangun, susah tenang, cemas dan khawatir (Harsono,

2006).

2.5 PATOFISIOLOGI

Tulang belakang merupakan struktur yang kompleks, dibagi ke

dalam bagian anterior dan bagian posterior. Bentuknya terdiri dari

serangkaian badan silindris vertebra, yang terartikulasi oleh diskus

intervertebral dan diikat bersamaan oleh ligamen longitudinal anterior dan

posterior (Tulaar, 2008).

Berbagai bangunan peka nyeri terdapat di punggung bawah.

Bangunan tersebut adalah periosteum, 1/3 bangunan luar anulus fibrosus,

Page 10
ligamentum, kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua bangunan tersebut

mengandung nosiseptor yang peka terhadap berbagai stimulus (mekanikal,

termal, kimiawi). Bila reseptor dirangsang oleh berbagai stimulus lokal,

akan dijawab dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi dan

substansi lainnya, yang menyebabkan timbulnya persepsi nyeri,

hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan mencegah pergerakan untuk

memungkinkan perlangsungan proses penyembuhan. Salah satu

mekanisme untuk mencegah kerusakan atau lesi yang lebih berat ialah

spasme otot yang membatasi pergerakan. Spasme otot ini menyebabkan

iskemia dan sekaligus menyebabkan munculnya titik picu (trigger points),

yang merupakan salah satu kondisi nyeri (Hoskins, 2012).

2.6 DIAGNOSIS

Menurut Ngoerah (2017) untuk menegakkan diagnosis, perlu dilakukan:

1. Anamnesa

a. Dimana terasa nyeri?

b. Mulainya bagaimana?

c. Mendadak ataukah lambat-laun?

d. Sudah berapa lama?

e. Apakah ada trauma?

f. Misalnya apakah ada jatuh?

g. Apakah nyeri itu dirasakan sebagai nyeri yang tajam dengan

lokasi yang jelas?

h. Apakah nyeri itu menjalar ke lain tempat?

Page 11
i. Apakah nyeri itu dirasakan sebagai pegal-pegal, yang hilang

bila dipijat?

j. Apakah nyeri itu dirasakan secara terus-menerus, juga malam

hari sewaktu tidur?

k. Apakah terdapat suatu faktor pencetus? Misalnya nyeri

pinggang itu muncul sewaktu mengangkat barang sambil

duduk.

l. Apakah ada faktor faktor yang dapat membuat nyeri itu

bertambah keras?

m. Apakah ada faktor faktor yang dapat membuat nyeri itu

bertambah berkurang?

 Kriteria Red Flags

Nyeri punggung bawah dengan adanya gejala tambahan seperti

dibawah ini, yaitu:

a. Nyeri abdominal

b. Nyeri torakal

c. Nyeri hebat pada malam hari

d. Riwayat kanker (neoplasma/karsinoma)

e. Penurunan berat badan

f. Infeksi (Menggigil/demam)

g. Fleksi lumbal terbatas

h. Sindrom kauda equina (Saddle anestesi)

i. Penggunaan kortikosteroid jangka panjang

Page 12
j. Inkontinensia urin

k. Resiko berat yaitu usia <20 tahun dan >50 tahun

l. Fraktur vertebra

m. NPB dengan kelainan neurologik berat

n. NPB dengan sindroma radikuler

2. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Perhatikan cara berjalan, berdiri, duduk. Inspeksi daerah

punggung. Perhatikan jika ada lurus tidaknya, lordosis, ada tidak

jalur spasme otot para vertebral? deformitas? kiphosis? gibus?

Palpasi

Palpasi sepanjang columna vertebralis (ada tidaknya nyeri tekan

pada salah satu procesus spinosus, atau gibus/deformitas kecil dapat

teraba pada palpasi atau adanya spasme otot para vertebral)

3. Pemeriksaan Neurologik

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus

nyeri punggung bawah adalah benar karena adanya gangguan saraf

atau karena sebab yang lain.

1. Pemeriksaan Sensorik

Bila nyeri punggung bawah disebabkan oleh gangguan pada

salah satu saraf tertentu maka biasanya dapat ditentukan adanya

gangguan sensorik dengan menentukan batas-batasnya, dengan

demikian segmen yang terganggu dapat diketahui.

Page 13
2. Pemeriksaan Motorik

Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka

segmen mana yang terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang

mengenai segmen L4 maka musculus tibialis anterior akan

menurun kekuatannya.

3. Pemeriksaan Reflek

Reflek tendon akan menurun atau menghilang pada lesi

motor neuron bawah dan meningkat pada lesi motor atas. Pada

nyeri punggung bawah yang disebabkan HNP maka reflek tendon

dari segmen yang terkena akan menurun atau menghilang

4. Tes-tes

a. Tes lasegue (straight leg raising)

Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi

lutut tetap lurus. Saraf ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri

punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan

dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari

pantat sampai ujung kaki.

b. Crossed lasegue

Bila tes lasegue pada tungkai yang tidak sakit

menyebabkan rasa nyeri pada tungkai yang sakit maka

dikatakan crossed lasegue positif. Artinya ada lesi pada saraf

ischiadicus atau akar-akar saraf yang membentuk saraf ini.

Page 14
c. Tes Kernig

Sama dengan lasegue hanya dilakukan dengan lutut fleksi,

setelah sendi coxa 900 dicoba untuk meluruskan sendi lutut.

d. Patrick sign (Fabere sign)

Fabere merupakan singkatan dari fleksi, abduksi, external,

rotasi, extensi. Pada tes ini penderita berbaring, tumit dari kaki

yang satu diletakkan pada sendi lutut pada tungkai yang lain.

Setelah ini dilakukan penekanan pada sendi lutut hingga terjadi

rotasi keluar. Bila timbul rasa nyeri maka hal ini berarti ada

suatu sebab yang non neurologik misalnya coxitis.

e. Chin chest maneuver

Fleksi pasif pada leher hingga dagu mengenai dada.

Tindakan ini akan mengakibatkan tertariknya myelum naik ke

atas dalam canalis spinalis. Akibatnya maka akar-akar saraf

akan ikut tertarik ke atas juga, terutama yang berada di bagian

thorakal bawah dan lumbal atas. Jika terasa nyeri berarti ada

gangguan pada akar-akar saraf tersebut.

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dapat meliputi pemeriksaan darah

dan juga pemeriksaan cairan otak. Pemeriksaan ini dilakukan untuk

membantu menegakkan diagnosa sekaligus menyingkirkan diagnosa

banding.

Page 15
b. Pemeriksaan Radiologi

 Foto Lumbosacral. Foto ini dapat digunakan untuk menemukan

kelainan pada daerah lumbal, antara lain hilangnya dics space.

 Spine MRI maupun spine CT dapat memperlihatkan adanya

kompresi pada spinal canal oleh herniasi dari diskus.

 Myelogram digunakan untuk mengetahui ukuran maupun lokasi

dari herniasi diskus (Harsono, 2006).

c. Pemeriksaan ENMG (Elektroneuromiografi)

EMG merupakan suatu pemeriksaan yang non-invasif dan

dipergunakan untuk memeriksa keadaan saraf perifer dan otot. Dan

merupakan pelengkap dari pemeiksaan klinis neurologis maupun

pemeriksaan penunjang lain (misalnya, MRI), sehingga dari hasil-

hasil pemeriksaan tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan.

2.8 DIAGNOSIS BANDING

Pembagian Nyeri Punggung bawah menurut Alberta Canada :

 Spondylogenik

 Nyeri neurogenik

 Nyeri punggung bawah vaskulogenik

 Nyeri punggung bawah viscerogenik

 Nyeri punggung bawah psikogenik Menurut

Page 16
American College of Physicians snd the American Pain Society :

1. NPB non spesifik.

Nyeri punggung non spesifik (non specific low back pain)

adalah gejala tanpa penyebab spesifik yang jelas. Sekitar 90% nyeri

pinggang masuk dalam kategori ini. Diagnosisnya berdasarkan

eklusi dari patologi spesifik.

2. NPB karena gangguan neurologis ( stenosis kanal dan radikulopati)

Nyeri punggung spesfik (specific low back pain) adalah

gejala yang disebabkan oleh mekanisme patofisologi yang spesfik,

seperti hernia nucleus pulposus (HNP), infeksi, osteoporosis, RH

rheumatoid, athritis, fraktur, atau tumor. Dalam praktik klinis,

adanya bendera merah (red flags) merupakan indikasi adanya

proses patologi yang mendasari, termasuk masalah akar saraf.

3. NPB yang disebabkan oleh penyakit spinal yang serius (red flags).

2.9 FAKTOR RESIKO

1. Usia

Usia merupakan faktor yang mendukung terjadinya nyeri

punggung bawah, biasanya diderita oleh orang berusia lanjut karena

penurunan fungsi-fungsi tubuhnya terutama tulangnya sehingga tidak

lagi elastis seperti pada waktu usia muda. Penelitian telah

memperlihatkan bahwa risiko dari nyeri punggung bawah pada usia

antara 35-55 tahun meningkat secara substansial karena kerusakan

diskus intervertebralis (WHO, 2013).

Page 17
Kejadian yang menjadi asal muasal dari nyeri degeneratif adalah

proses penuaan diskus. Kandungan air yang ada dalam diskus

menurun sehingga kekenyalan bantalan berkurang. Hal ini membuat

jarak antar tulang menyempit karena ketinggian diskus berkurang.

Cincin yang menjaga diskus robek sehingga sebagian diskus menonjol

ke belakang dan menekan saraf menimbulkan rasa nyeri pada

punggung bawah (Weinstein, 2001).

2. Jenis Kelamin

Pria dan wanita berpengaruh sama terhadap kejadian nyeri

punggung bawah namun wanita lebih sering mengeluhkan nyeri

punggung bawah pada usia 60 tahun dibanding laki laki. Pada wanita

keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus

menstruasi. Selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan

kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen

sehingga memungkinkan terjadinya nyeri punggung bawah

(Purnamasari, 2010).

Sebagian besar responden pada wanita sebagai ibu rumah tangga

lebih banyak mengeluhkan nyeri punggung bawah dibanding wanita

pekerja. Prevalensi nyeri punggung bawah pada wanita lebih tinggi

pada orang yang sudah menikah dari pada yang sendiri. Demikian

pula frekuensi nyeri punggung bawah lebih tinggi di antara

perempuan yang mengalami empat atau lebih kehamilan dibandingkan

Page 18
dengan mereka yang mengalami satu sampai tiga kali kehamilan

(Levent, 2008).

3. Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh diukur sebagai berat dalam kilogram per

tinggi badan dalam meter. Peningkatan beban mekanik yang

dihasilkan menganggap obesitas sebagai faktor kontribusi untuk nyeri

punggung bawah. Pada orang yang memiliki berat badan yang

berlebih risiko timbulnya nyeri pinggang lebih besar karena beban

pada sendi penumpu berat badan akan meningkat sehingga dapat

memungkinkan terjadinya nyeri punggung bawah (Hershkovich,

2013).

Over weight mengacu kepada WHO yang menetapkan kelebihan

berat badan pada dewasa pria jikaIMT> 25 kg/m2 dan jika IMT> 23

kg/m2 pada perempuan dewasa. Seseorang yang over weight lebih

berisiko 5 kali menderita nyeri punggung bawah dibandingkan dengan

orang yang memiliki berat badan ideal (Purnamasari, 2010).

4. Sikap Tubuh

Sikap tubuh yang normal diperlukan untuk menahan beban yang

datang dari internal atau eksternal. Setiap bagian tubuh memiliki

tahanan tersendiri sehingga apabila diberikan beban yang berlebihan

dapat menyebabkan nyeri.Posisi lumbar saat fleksi ke depan, rotasi

dan mengangkat beban yang berat dengan tangan yang terbentang

berisiko menyebabkan terjadinya nyeri punggung bawah mekanikal.

Page 19
Beban aksial pada jangka pendek ditahan oleh serat kolagen anular di

diskus. Beban aksial yang lebih lama akan memberi tekanan pada

fibrosis anular dan meningkatkan tekanan pada lempeng ujung. Jika

anulus dan lempeng ujung utuh maka beban dapat ditahan akan tetapi

daya kompresi dari otot dan beban muatan dapat meningkatkan

tekanan intradiskus yang melebihi kekuatan anulus. Proses ini dapat

menyebabkan koyaknya anulus dan gangguan pada diskus internal, isi

dari annulus fibrosus (nukleus pulposus) dapat keluar melalui koyakan

ini dan akhirnya bermanifestasi sebagai nyeri (Hills, 2015).

Beberapa sikap tubuh seperti mengangkat benda berat, postur

tubuh yang tidak ideal, aktivitas yang berlebihan, sikap duduk yang

tidak tepat dan duduk terlalu lama terutama di mobil dan kursi yang

dirancang buruk dapat memprovokasi nyeri punggung bawah. Nyeri

punggung bawah berisiko lebih besar apabila duduk lama dalam posisi

statis karena akan menyebabkan kontraksi otot yang terus menerus

serta penyempitan pembuluh darah. Pada penyempitan pembuluh

darah aliran darah terhambat dan terjadi iskemia, jaringan kekurangan

oksigen dan nutrisi sedangkan kontraksi otot yang lama akan

menyebabkan penumpukan asam laktat, kedua hal tersebut

menyebabkan nyeri. Duduk membungkuk dapat meningkatkan

aktifitas otot >25% dari berat badan sedangkan duduk tegak aktifitas

ototnya sama dengan 25% berat badan. Nyeri lebih sering terjadi pada

posisi tegak dan membungkuk karena pada posisi ini otot-otot erektor

Page 20
spina lebih sering berkontraksi sehingga lebih cepat terjadi ketegangan

yang berlebihan (Sari, 2015).

5. Pekerjaan

Faktor risiko yangpaling sering dilaporkan adalah beban kerja

fisik yang berat. Jika sikap kerja bertentangan dengan posisi alami

tubuh dapat menimbulkan nyeri punggung bawah. Tenaga kerja

bongkar muat dipelabuhan merupakan tenaga kerja yang berpotensi

mengalami penyakit yang terkait dengan pekerjaan yaitu keluhan

nyeri punggung bawah. Dilihat dari sikap kerja dengan mengangkat

beban yang melebihi kemampuan dan tidak dibantu dengan alat

pengangkut beban memudahkan untuk timbulnya keluhan nyeri

punggung bawah (Joice, 2014).

Masa kerja merupakan salah satu faktor risiko yang memiliki

hubungan signifikan terhadap kejadian nyeri punggung bawah.

Karyawan yang masa kerjanya lama (>5 tahun) mengalami nyeri

punggung bawah lebih banyak dibandingkan dengan karyawan yang

masa kerjanya tidak lama (≤5 tahun). Masa kerja yang menyebabkan

beban statis terus menerus akan lebih mudah menimbulkan keluhan

nyeri punggung bawah. Masa kerja yang lama dapat berpengaruh

terhadap nyeri punggung bawah karena merupakan akumulasi

pembebanan pada tulang belakang akibat posisi duduk yang statis.

Semakin lama bekerja maka semakin tinggi risiko terjadinya nyeri

punggung bawah terutama lama bekerja pada posisi duduk statis yang

Page 21
akan mengakibatkan peregangan pada otot-otot, fasia dan ligamentum

pada tulang belakang (Santie, 2012).

6. Gaya Hidup

Gaya hidup yang dianggap sebagai faktor risiko dari nyeri

punggung bawah adalah kurangnya aktivitas fisikdan kebiasaan

merokok sigaret. Seseorang yang tidak latihan fisik secara teratur

mempunyai risiko timbulnya nyeri punggung bawah lebih tinggi

(Chou, 2013).

Adanya hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok

dengan keluhan nyeri punggung bawah karena merokok dapat

menyebabkan berkurangnya densitas mineral pada tulang sehingga

menyebabkan nyeri akibat terjadinya keretakan atau kerusakan pada

tulangbelakang (Feldman, 2001).

Nikotin meningkatkan ambang nyeri dan toleransi, paparan

jangka pendek nikotin memiliki efek antinosiseptif, paparan kronis

nikotin dapat mengubah persepsi nyeri karena disensitisasi reseptor.

Nikotin meningkatkan sensitivitas rasa sakit dan menimbulkan respon

stres pada perokok kronis dan bahwa efek ini mendorong penggunaan

nikotin yang berlebihan melalui jalur sinyal faktor corticotropin-

releasing, pasien sakit kronis yang merokok memiliki intensitas nyeri

lebih besar dibandingkan mereka yang tidak merokok. Merokok akan

meningkatkan risiko osteoporosis, penyakit diskus lumbal dan

gangguan penyembuhan darikerusakan tulang belakang akibat

Page 22
pengiriman oksigen ke jaringan terganggu dan mempercepat proses

degeneratif (Shanti, 2014).

2.10 PENATALAKSANAAN

2.10.1 Terapi fisik

1) Terapi Aktif (Latihan)

a. Peregangan

Peregangan otot hamstring dapat membantu mengurangi

intensitas nyeri punggung bawah pasien dan frekuensi

rekurensi.Latihan peregangan rutin melibatkan penekanan

untuk meregang otot hamstring selama 30 sampai 45 detik,

satu sampai dua kali sehari.Metode peregangan otot

hamstring ini berupamembungkuk dengan tungkai yang

relatif lurus dan tangan berupaya untuk menggapai jari kaki

kemudian bertahan pada posisi ini. Duduk di kursi

menyangga kaki pada kursi lain dihadapannya sehingga

tungkai dalam posisi lurus kemudian dilakukan upaya

menyentuh jari kaki. Peregangan dapat dilakukan bergantian

pada sisi kiri dan kanan. Berbaring pada lantai dan menarik

tungkai kearah dada dan kemudian meluruskannya dengan

bantuan handuk kecil yang dikaitkan pada tumit. Metode ini

dilakukan bergantian pada sisi kanan dan kiri (Rahim, 2013).

b. Latihan McKenzie

Page 23
Latihan McKenzie merupakan latihan penguatan

punggung bawah dengan cara ekstensi tulang belakang

sehingga dapat mengurangi nyeri akibat kelainan diskus

intervertebralis. Secara teori, ekstensi juga dapat mengurangi

herniasi diskusdan mengurangi penekanan pada cabang saraf.

Pada pasien-pasien yang menderita nyeri tungkai akibat

herniasi diskus (radikulopati), ekstensi tulang belakang dapat

mengurangi nyeri tungkai dengan “memusatkan” nyeri

(memindahkan nyeri dari tungkai ke arah pinggang(Rahim,

2013).

c. Latihan aerobik low-impact

Latihan aerobik low impactseperti berjalan kaki,

bersepeda statis dan berenangsangat bermanfaat baik untuk

rehabilitasi maupun mempertahankan pinggang. Latihan

aerobik sebaiknya dilakukan secara kontinyu untuk

meningkatkan detak jantung dan mempertahankannya pada

detak yang tinggi. Latihan aerobik 30-40 menit memiliki

keuntungan pelepasan endorphin yang merupakan molekul

yang melawan nyeri (Rahim, 2013).

2) Terapi fisik pasif

a. Kantong panas(hidrokoloid)

Kantong panas sebagai analgesia, mengatasi inflamasi

dan spasme otot,tempatkan pada daerah yang nyeri selama

Page 24
20 sampai 30 menit, periksa kulit selama terapi. Aplikasi

ulangi setiap 2 jam sesuai kebutuhan (Atul, 2000).

b. Ultrasound

Penghangatan menggunakan ultrasound pada kulit

yang menembus sampai jaringan yang lebih dalamsebagai

analgesia dengan cara meningkatkaan panjang periartikular

ligamen dan tendon. Terapkan 0,5-2,0W/cm2 pada daerah

yang nyeri selama 10 sampai 15 menit (Atul, 2000).

c. Kantong dingin

Kantong dingin sebagai indikasi analgesia padacedera

muskuloskeletal akut. Tempatkan pada daerah yang nyeri

selama 20 sampai 30 menit, periksa selama terapi. Aplikasi

ulangi setiap 2 jam selama 48 jam (Atul, 2000).

d. Korset

Terapi korset lumbal digunakan untuk mencegah

timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri pada nyeri punggung

bawah kronis. Korset sebagai penyangga dapat mengurangi

beban pada diskus serta dapat mengurangi spasme (Atul,

2000).

2.10.2 Medikamentosa

1) Asetaminofen

Asetaminofen (parasetamol) adalah obat antipiretik dan

analgesik. Acetaminophen menurunkan produksi prostaglandin

Page 25
melalui efek penghambatan yang melibatkan enzim siklo

oksigenase (Roger, 2007). Dosis sebesar 1000 mg asetaminofen

dapat dikonsumsi setiap empat jam sekali, dengan dosis

maksimal 4000 mg per 24 jam (Rahim, 2011).

2) Non Steroid Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs)

Non Steroid Anti-Inflammatory Drugs diperkirakan

mengurangi nyeri sendi dan otot terutama dengan menghalangi

enzim cyclooxygenase (COX)-2 (Roger, 2007). Non Steroid

Anti-Inflammatory Drugs melingkupi golongan obat yang luas

dengan banyak pilihan, misalnya Ibuprofen atau naproksen.

Dosis yang dianjurkan adalah 400 mg setiap delapan jam

(Rahim, 2011).

3) Aspirin

Aspirin (asam asetilsalisilat) memiliki efek farmakologis

analgesik, anti-inflamasi, antipiretik serta anti platelet (Roger,

2007). Aspirin efektif untuk meredakan rasa nyeri, misalnya

nyeri kepala, nyeri punggungdan juga sakit gigi. Saat ini aspirin

masih dianjurkan untuk dipakai sebagai pereda rasa sakit bagi

orang dewasa (Rahim, 2011).

4) Relaksan otot

Relaksan otot seperti carisoprodol, chlorzoxazone,

cyclobenzaprine, metaxalone, methocarbamol, orphenadrine dan

valium adalah indikasi yang disetujui FDA untuk pengobatan

Page 26
kondisi cedera muskuloskeletal(Roger,2007). Penggunaan

valium biasanya dibatasi selama satu atau dua minggu dengan

dosis tipikal 5-10mg setiap enam jam untuk mengurangi rasa

nyeri yang berkaitan dengan spasme otot (Rahim, 2011).

5) Antidepresan

Antidepresan tertentu yang menghambat serapan

norepinefrin diduga memiliki modulasi rasa sakit dari efek pada

depresi (Roger, 2007). Terdapat kelompok obat-obatan baru

yang digunakan untuk mengobati depresi yaitu, Selective

serotonin reuptake inhibitor (SSRI). Serotonin merupakan neuro

transmitter otak yang mempengaruhi mood. Contoh SSRI adalah

Prozac, Paxil,Zoloft dan Wellbutrin (Rahim, 2011).

6) Opioid analgesik

Opioid analgesic adalah turunan morfin yang mengikat

reseptor opioid. Opioid dapat diberikan melalui oral atau

transdermal. Opioid adalah obat paling ampuh (Roger,2007).

7) Benzodiazepin

Benzodiazepin adalah kelas obat yang bekerja pada reseptor

gaba-aminobutyric (GABA), sebagaisedatif dan efek anti

epilepsi. Biasanya digunakan sebagai relaksan otot (Roger,

2007).

8) Tramadol

Page 27
Tramadol adalah analgesik sintetis yang memiliki afinitas

yang lemah untuk μ-reseptoropioid. Tramadol memiliki efek

pada sistem noradrenergik dan serotoninergik (Roger, 2007).

Tramadol bekerja secara sentral di otak untuk memodulasi

sensasi rasa sakit. Dosis yang diresepkan secara teratur satu

hingga dua 50mg tablet setiap empat sampai enam jam, tidak

melebihi delapan tablet sehari (Rahim, 2011).

Page 28
BAB III
PRESENTASI PASIEN
STATUS BESAR ILMU PENYAKIT SARAF
RSUD BANGLI
SMF NEUROLOGI
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : I WAYAN ALIT

Tanggal Lahir : 31-12 - 1968

Umur : 49 Tahun

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Bangsa : Indonesia

Suku : Bali

Agama : Hindu

Pekerjaan : Petani

Status : Kawin

Alamat : DS. Suter Kintamani

MRS : 27 Februari 2017

Ruangan : MAWAR

No RM : 252639

Tanggal Periksa : 28 Februari 2017

Page 29
II. ANAMNESIA

Keluhan utama:

Nyeri pinggang

Riwayat penyakit sekarang:

Pasien inisial IWA umur 49 tahun jenis kelamin laki-laki alamat

DS. Suter Kintamani datang diantar oleh keluarga mengeluh nyeri

pinggang bawah. Nyeri dirasakan sejak 2 minggu yang lalu sebelum

masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan tajam seperti ditusuk – tusuk atau

seperti digigit anjing. Sebelum masuk rumah sakit pasien memiliki riwayat

sakit pinggang sejak 6 bulan yang lalu dikarenakan pasien pernah

mengangkat beban berat saat bertani. Nyeri juga dirasakan menjalar dari

pantat ke paha kanan bagian belakang hingga tungkai bawah, dan nyeri

dirasakan paling berat padai tungkai kanan bawah. Nyeri timbul atau

dirasakan pasien secara tiba – tiba. Nyeri dirasakan semakin berat saat

pasien melakukan perubahan posisi saat tidur dan jalan. Nyeri dirasakan

berkurang saat pasien duduk. Pasien tidak ada mengalami keluhan buang

air kecil maupun air besar. Tidak ada trauma tulang belakang, demam,

batuk lama, serta penurunan berat badan.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah pergi berobat ke puskesmas untuk mengatasi

keluhannya, saat dikasi obat dari puskesmas keluhan pasien jadi

berkurang. Riwayat mual, muntah dan pingsan disangkal. Riwayat nyeri

kepala disangkal. Riwayat hipertensi tidak ada. Riwayat trauma kepala

Page 30
disangkal. Riwayat diabetes melitus disangkal. Riwayat penggunaan obat

jangka panjang juga disangkal. Pasien dari dahulu suka mengkonsumsi

daging serta makanan berlemak lainnya, sayur sayuran dan buah jarang.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak ada riwayat penyakit keluarga seperti yang diderita oleh pasien.

Riwayat alergi makanan atau obat pada keluarga disangkal.

Riwayat sosial

Merokok (-), alkohol (-). Pekerjaan sebagai petani

III.PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Keadaan Sakit : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : E4 V5 M6

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi :57 kali / menit

Respirasi : 20 kali / menit

Suhu : 35,5 °𝐶

VAS : Skala nyeri sedang (3)

IV.PEMERIKSAAN UMUM

- Mata : anemis -/-, icterus -/-, reflek pupil +/+, ukuran 3/3 mm

isokor

- Mulut : sianosis (-)

- Leher : JVP (N), Pembesaran KGB (-)

Page 31
- Thorax :

Cor  inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus cordis tidak teraba

Perkusi : Batas jantung kanan : ICS 5 PSL dekstra

Batas jantung kiri : ICS 5 MCL sinistra

Batas jantung atas : ICS 2 MCL sinistra

Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur (-)

Pulmo  Inspeksi : Dada simetris, tidak ada ketertinggalan

nafas

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, vokal premitus sama

kanan dan kiri

Perkusi : Sonor disemua lapang paru

Auskultasi : vesicular, roncki (-), weezing (-)

+ + - - - -

+ + - - - -

+ + - - - -

AbdomenInspeksi :

bentuk perut datar, distensi (-), massa (-)

Auskultasi : Bising usus (10x / menit)

Palpasi : Nyeri tekan (-)

Hepar : Tidak teraba

Page 32
Lien :Tidak teraba

Ginjal : Ballottement (-), Nyeri ketok ginjal (-)

Perkusi : Timpani

- Ekstremitas :

Ekstremitas atas : dalam batas normal

Ekstremitas bawah : dalam batas normal

V.STATUS NEUROLOGIS

 Rangsang Meningen

Kaku kuduk : (-)

Kernig Sign : (-)

Brudzinski I : (-)

Brudzinski II : (-)

 Nervus Kranialis

Nervus I Kanan Kiri

- Subyektif : Normal Normal

- Obyektif : Normal Normal

Nervus II Kanan Kiri

- Visus : 6/60 6/60

- Hemianopsi : Tidak Ada Tidak Ada

- Warna : Normal Normal

- Funduskopi : Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi

Nervus III, IV, VI kanan kiri

- Kedudukan bola mata : ditengah ditengah

Page 33
- Pergerakan bola mata : Normal Normal

- Nistagmus : tidak ada tidak ada

- Ptosis : tidak ada tidak ada

- Pupil

Bentuk : bulat bulat

Ukuran : 3 mm 3 mm

- Refleks pupil

R. cahaya langsung : (+) (+)

R. cahaya tidak langsung : (+) (+)

R. Akomodatif : (+) (+)

Nervus V Kanan Kiri

- Motorik : Normal Normal

- Sensibilitas : Normal Normal

- Refleks Kornea

Langsung : (+) (+)

Konsensuil : (+) (+)

- Refleks Kornea Mandibular : (-) (-)

- Refleks bersin : (-)

- Refleks nasal becterew : (-)

- Refleks maseter : (-)

Nervus VII Kanan Kiri

- Otot wajah dalam istirahat

Lipatan dahi : Simetris

Page 34
Celah mata : Normal Normal

sulkus nasolabialis : Normal Normal

sudut bibir : Normal Normal

- Otot wajah saat kontaksi

Mengerutkan dahi : Simetris

Menutup mata : Normal Normal

Senyum : Normal

Meringis : Normal

- Bersiul/mencucu : Normal

Nervus VIII Kanan Kiri

- Tes garputala

Rine : Tidak di evaluasi

Weber : Tidak di evaluasi

Swabah : Tidak di evaluasi

- Tinnitus : Tidak ada Tidak ada

- Keseimbangan : Normal Normal

Nervus IX, X, XI, XII Kanan Kiri

- Langit-langit lunak : Simetris

- Menelan : Normal

- Disfoni : Tidak Ada Tidak Ada

- Lidah

Tremor : Tidak Ada Tidak Ada

Fasikulasi : Tidak Ada Tidak Ada

Page 35
Atrofi : Tidak Ada Tidak Ada

- Ujung lidah saat istirahat : Normal

- Ujung lidah saat dijulurkan : Normal

- Refleks muntah : (+) (+)

- Gerakan kepala : normal

VI.ANGGOTA GERAK ATAS Kanan Kiri

Simetris : Simetris

Tenaga

M. deltoid :5 5

M. bisep :5 5

M. trispe :5 5

Fleksi pergelangan tangan :5 5

Ekstensi pergelangan tangan :5 5

Membuka jari :5 5

Menutup jari :5 5

Tonus : Normal Normal

Trofik : Normal Normal

Refleks Fisiologis

Biseps : (++) (++)

Triseps : (++) (++)

brachioradialis : (++) (++)

Sensibilitas

Raba : Normal Normal

Page 36
Nyeri : Normal Normal

Suhu : Normal Normal

Koordinasi

Uji telunjuk hidung : Normal Normal

Uji hidung-telunjuk-hidung : Normal Normal

Uji diadokhokinesis : Normal Normal

Trousseau

Nyeri tekan pada saraf :+

VII.ANGGOTA GERAK BAWAH Kanan Kiri

Simetris : Simetris

Tenaga

M ilia psoas :5 5

M. gluteus maxsimus :5 5

M. hamstring :5 5

M. tibialis :5 5

M. gastroknemius :5 5

Tonus : Normal Normal

Trofik : Normal Normal

Refleks Fisiologis

Lutut : (++) (++)

Achilles : (++) (++)

Plantar : (++) (++)

Page 37
Refleks patologis

Babinski : (-) (-)

Gordon : (-) (-)

Oppenheim : (-) (-)

Chaddock : (-) (-)

Schafer : (-) (-)

Mendel Bechterew : (-) (-)

Rossolimo : (-) (-)

Klonus

Paha : (-) (-)

Kaki : (-) (-)

Sensibilitas

Raba :Normal Normal

Nyeri : Normal Normal

Nyeri tekan pada saraf

Tes Lasegue : + (60°) -

Tes Patrik :+ -

Tes Kontra Patrik :+ -

Tes naffziger :- -

Tes valsava :- -

Tes Dejerine :- -

VIII.RESUME

Pasien laki-laki usia 49 tahun datang dengan keluhan nyeri


pinggang kanan menjalar sampai kaki kanan disertai rasa seperti ditusuk

Page 38
tusuk. Nyeri bertambah berat saat tidur dan berjalan. Nyeri berkurang saat
pasien sedang dalam keadaan duduk.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan KU tampak sakit sedang,
N.cranialis dalam batas normal. Didapatkan tes laseque dextra (+ (60°)),
tes Patrick dextra (+), tes contra Patrick dextra (+). Tidak ada riwayat
hipertensi, pemeriksaan kolesterol tinggi, trigliserid tinggi, asam urat
tinggi. Ro lumbosacral terdapat foramina intervertebralis menyempit pada
level CV L5-S1.
IX.FUNGSI LUHUR : Sesuai Tingkat Pendidikan

X. DIAGNOSIS KLINIS : - GCS E4V5M6

- LBP Ischialgia dextra

- Parestesi sesuai dermatom S1

- Tes lasegue dextra + (sudut ) 60° / -

- Tes patrick +/-

- Tes kontra patrick +/-

XI. DIAGNOSIS TOPIS : Radix S1

XII.DIAGNOSIS BANDING : -LBP ischialgia et causa

1. HNP L5-S1

2. Sindrom piriformis

3. Spondilolistesis

4. Spondilosis

5. Kelainan musculus keletal

Page 39
XIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium (kimia darah)

 Kimia Darah, 28 02 2017

TES Nilai Satuan Referensi Keterangan

rentang nilai

Kolesterol 363 mg/dl 0-200 High

Triglyserid 862 mg/dl 0-150 High

Urea UV 48 mg/dl 10-50

Creatinine 0,98 mg/dl 0.6-1,1

 Kimia Darah, 01 03 2017

TES Nilai Satuan Referensi Keterangan

rentang nilai

Asam Urat 7,41 mg/dl 3,4-7 High

Page 40
2. Rontgen lumbosacral AP/Lat

Foto Lumbosacral Ap/Lat

Hasil Pemeriksaan Foto Lumbosacral Ap/Lat

1. Alignment lumbalis kesan berubah, tampak sedikit pergeseran CV

L2 ke posterior < 25% terhadap L3.

2. Kurva Lordosis Lumbalis tidak lurus. Weight bearring jatuh

dibelakang promontorium.

3. Tidak tampak komresi CV Lumbalis.

4. Tampak Osteofit halus pada CV L2-L5

5. Mineralisasi tulang tulang kesan normal.

6. Celah sendi Intervertebralis dan foramina intervertebralis

menyempit pada level CV L5-S1

7. Tampak Blastik pedicle CV L5

8. Jarinagn lunak kesan normal.

Page 41
Kesan:

1. Posterolistesis minimal CV L2 terhadap L3 dengan penyempitan

celah sendi intervertebralis dan foramina di level CV L5-S1

2. Blastic pedikel CV L5 terdapat riwayat hipertropi prostat

malignansi?

Spondylosis lumbalis.

3. MRI (tidak dilakukan)

4. ENMG (tidak dilakukan)

XIV. DIAGNOSIS KERJA : - LBP ISCHIALGIA DEXTRA et causa

HNP L5-L1

XV. TERAPI

1. Farmakologi

Tramadol 2x50 (iv)

Mecobalamin 2x500 mg

Gabapentin 1x200 mg

Diazepam 3x2 mg

Paracetamol 3x750 mg

2. Non Farmakologi

Bed rest

Terapi latihan fisik dan latihan mobilisasi

Mengurangi aktivitas dalam mengangkat beban berat

Menjelaskan cara mengangkat beban yang benar

Page 42
XVI. PROGNOSIS

Penyakit LBP akan memburuk atau ad malam apabila pasien tidak


merawat atau menjaga kesehatnnya dengan baik, artinya apabila pasien
masih melakukan aktivitas yang dapat memperburuk keadaanya maka
penyakit LBP ini akan kembali sakit dan apabila pasien menghindari
faktor yang dapat membuat penyakitnya kembali maka LBP ini akan
membaik atau ad bonam.

Page 43
BAB IV
KESIMPULAN
ANALISA KASUS

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan neurologi, pasien laki-laki


berumur 49 Tahun di diagnosis LBP dengan ischialgia et causa HNP. Pada kasus
ini didapatkan radicular pain sesuai dermatom radix lumbosacral (L5-S1 yang
menjalar dari pinggang kanan ke kaki kanan. Diagnosis topis kasus ini yaitu
Suspect diskus intervertebralis foranima di level CV L5-S1 atau penyempitan
pada radix saraf S1.
Pada pasien ini didapatkan nyeri pada punggung bawah. Keluhan sudah
dirasakan sejak 6 bulan yang lalu dan mulai memberat 2 hari yang lalu sehingga
pasien sulit melakukan aktivitas harian. Pada saat berbaring pasien masih mampu
mengangkat tungkai namun terasa sakit. Nyeri dirasakan terus-terusan, bertambah
jika perubahan posisi saat tidur dan jalan, berkurang saat pasien duduk.
Pasien tidak mengeluhkan adanya mual, muntah, nyeri perut, penurunan
berat badan, nyeri hebat di malam hari, demam, pusing, batuk, pilek, keringat
dingin, berdebar-debar, gemetar. Pasien mengaku buang air kecil dan buang air
besar lancar.
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa. Dalam 1
bulan terakhir pasien mengaku sudah berobat dan keluhan membaik namun
kemudian kambuh lagi ketika bekerja. Selama anamnesis, pasien dapat berbicara
dengan lancar dan mampu menceritakan keluhan yang dirasakan.
Nyeri punggung disebabkan oleh discus yang menyempit. Berdasarkan
anamnesis didapatkan faktor risiko pada pasien yaitu riwayat mengangkat beban
berat dan kebiasaaan membungkuk. Tidak ada riwayat trauma pada pasien
sehingga dapat menyingkirkan kemungkinan fraktur atau dislokasi. Pada pasien
tidak ditemukan adanya masa, sehingga menyingkirkan kemungkinan tumor.
Dari hasil pemeriksaan fisik umum tidak didapatkan adanya kelainan. Dari
hasil pemeriksaan neurologis secara umum didapatkan hasil nervus ischialdicus
yang positif.

Page 44
DAFTAR PUSTAKA

Arya, R.K., 2014,Low back pain – Signs, symptoms, and management,Journal

Indian Academy of Clinical Medicine(JIACM), 15(1)

Alberta Canada Institute of Health Economics. Guideline for the Evidence-

Informed Primary Care Management of Low Back Pain. 2011.

Atul, T., 2000, Diagnosis and Management of Acute Low Back Pain, American

Family Physician. http://www.aafp.org/afp/2000/0315/p1779.html (Diakses

2 Maret 2017).

Chou R, Huffman LH. Nonpharmacologic therapies for acute and chronic low back

pain: a review of the evidence for an American Pain Society/American

College of Physicians clinical practice guideline. Ann Intern Med.

2007;47:492-504.

Cianflocco, A.J., 2013. Low back pain.

http://www.merckmanuals.com/home/bone,-joint,-and-muscle-

disorders/low-back-and-neck-pain/low-back-pain (Diakses 1 Maret 2017).

Ehrlich,G.E., 2008, Low Back Pain.Bulletin of the World Health Organization,

81:hal.671-676. http://www.who.int/bulletin/volumes/81/9/Ehrlich.pdf

(Diakses 1 Maret 2017).

Feldman, D.E., 2001, Risk Factors for the Development of Low Back Pain in

Adolescence. American Journal of Epidemiology, Vol. 154, No. 1.

Harrison, 2009, Low Back Pain, Back and Neck Pain,Harrison’s Manual Of

Medicine International Edition, Edisi 17.

Page 45
Harsono, 2009, Nyeri Punggung Bawah, Kapita Selekta Neurologi,Gajah Mada

University Press, Yogyakarta.

Hershkovich & Oded, 2013, Associations of Body Mass Index and Body Height

With Low Back Pain in Adolescents. American Journal of

Epidemiology.http://aje.oxfordjournals.org/content/early/2013/05/17/aje.kw

t019.full.pdf+ html (Diakses 1 Maret 2017).

Hills, 2015, Mechanical Low Back Pain.http://emedicine.medscape.com

/article/310353-ov.erview#showall (Diakses 27 Februari 2017).

Joice, E.T.,2014, Hubungan Antara Sikap Kerja Dengan Keluhan Nyeri

Punggung Bawah Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di

KantorKesyahbandaharaan Dan Otoritas Pelabuhan Manado, Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.

Levent,A., 2008, The prevalence of low back pain and risk factorsamong adult

population in Afyon region Turkey, Acta Orthopaedica et Traumatologica

Turcica, hal.328-333.

National Center for Health Statistic (NCHS), 2010, Summary Health Statistics for

U.S. Adults: National Health Interview Survey, 2009. 10(249):30-35.

PERDOSSI, 2013,Nyeri Punggung Bawah, SPM Neurologi, hal.50-51.

http://kniperdossi.org/index.php/2013-

1021115748/download/doc_download/5-spm-neurologi. (Diakses 1 Maret

2017).

Page 46
Picavet, H.S.J., Schouten, J.S.A., 2012,Musculeskeletal pain in Netherland:

Prevalences, Consequences And Risk Groups. International Association for

the Study of Pain.

Purnamasari, H., 2010,Overweight Sebagai Faktor Risiko Low Back PainPada

Pasien Poli Saraf Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto,Mandala of

Health 4, hal. 26-32.

Rahim, A.H., 2013,Terapi Konservatif untuk Low Back Pain,Divisi Spine Bagian

Orthopaedi & Traumatologi Rumah Sakit Hasan Sadikin, hal.1-12.

Roger, 2007, Guideline for the Evaluation and Management of Low Back

PainEvidence Review,American Pain Society, PublisherGlenview, IL, hal.

76-103.

Santie, 2012, Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Risiko Terjadinya Nyeri

Punggung Bawah Pada Karyawan Pt. Krakatau Steel Di Cilegon Banten.

Program Studi Div Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah, Surakarta.

Sari, P., Mogi, T., Angliadi, E., 2015, Hubungan Lama Duduk DenganKejadian

Low Back Pain Pada Operator Komputer Perusahaan Travel Di Manado,

Jurnal e-Clinic, Volume 3, Nomor 2.

Shanti, 2014, Updates on Smoking and Low Back Pain, Practical Pain

Management.http://www.practicalpainmanagement.com/pain/spine/updates-

smoking-low-back-pain(Diakses 20 Januari 2016).

Snell, R.S., 2006, Anatomi Punggung Bawah, Anatomi Klinik untuk Mahasiswa

Kedokteran,Edisi 6, Jakarta, Penerbit EGC.

Page 47
Weinstein, J.N., & Richard A.D., 2001, Low Back Pain, New England Journal of

Medicine. http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM200102013440508

(Diakses 1 Maret 2017).

Wheeler, H.A., 2015. Low Back Pain and Sciatica.

http://emedicine.medscape.com/article/1144130 (Diakses 1 Maret 2017).

World Health Organization, 2013,Low Back Pain Update on 2004 Background

Paper,Priority Medicines for Europe and the World,6.24-7.

World Health Organization, 2013,Low Back Pain Update on 2004 Background

Paper,Priority Medicines for Europe and the World,6.24-7.

Page 48

You might also like