You are on page 1of 4

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI

DIREKTORAT JEN DERAL APLIKASI IN FORMATIKA


DIREKTORAT E-BUSINESS
.
Vr? er"
./t a7a,a.Lil ?,./. *. ?,u /o,u oyi
"V* ",," ^
NON4lNi( ) Jl .Medan Merdeka Barat No.9 Jakarta Telp/Fax.021-3868159; I]llp]lwtryw tr21,1j9,g9 11

Lembar Disposisi

Kode PENTINC/RAHA SIA/B IA SA/SECIRA


lndeks 1-gl. Penerimaan :

No. Agenda 219 l gl. Pen.r clcsaiun :

Nomor Surat 20ltsuDKSPlSrtlE


langgal Surat 26April 2018
Asal Surat BI
Perihal/lsi Ringkas Permohonan konfirmasi mengenai periz-inan PT Bitcoin lndonesia

Diteruskan Kepada :

D Kasubdit Tata Kelola e-Business {fasub,.1it l.ar anan,A pl i kasi c- ll Ltsi ness

tr Kasubdit Teknologi dan Kemitraan e-Business tr Kasuhdit Sarana e-llusincss

tr Kasubag Tata Usaha D I,PK

Isi Intruksi :

tr Diketahui tr Ditindaklaniuri

D Diperhatikan
O t)ilaksanakanrdiselesaikanrdisempurnakan
tr
tr Diberi penielasan I)iiarvah tiengan surat

tr Diwakili D Disiapkan samhutan tertulis

tr Dibicarakan dengan saya tr Disiapkan/saran-saran

tr Diproses sesuai ketentuan yang berlaku tr File/Arsip

Disposisi:

l.e+r tu ,l-t L4 li--- W VL^,b^A HI. .v"r4M4g,


wW ?9Y w C6 LL'

.lakarta.
[)irektur e-[]usiness

a) _)
INDoNESIA
@ BANK
tct
No. 20l /DKSP/SrVB Jakarta, :s April 2018

Kepada

Direktur e-Business
Direktorat Jenderal Aplikasi lnformatika *19
Kementerian Komunikasi dan lnformatika
lalan lVedan Vlerdeka Barat No. 9
Jakarta 101 10

Perihal : Permohonan Konfirmasi Mengenai Perizinan PT Bitcoin lndonesia

Sehubungan dengan surat Saudara Nomor 284lKOtVINFO/DJA|.3iA1.02.0310312018


tanggal 8 Maret 2018 perihal tersebut di atas, dengan ini kami sampaikan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Berdasarkan Pasal 8 Undang-undang Bank lndonesial (UUBI), salah satu tugas Bank
lndonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Tugas ini
kemudian dituangkan lebih lanjut dalam sejumlah kewenangan yang diatur dalam
Pasal 15 UUBI, yaitu kewenangan untuk melaksanakan dan memberikan
persetujuan/izin, mewajibkan penyampaian laporan dari penyelenggara jasa sistem
pembayaran, dan menetapkan penggunaan alat pembayaran.
2. Dalam rangka melaksanakan kewenangan di bidang sistem pembayaran tersebut, Bank
lndonesia telah menegaskan bahwa virtual currency ilidak diakui sebagai alat
pembayaran yang sah, sehingga dilarang digunakan sebagai alat pembayaran di
lndonesia. Hal tersebut juga sejalan dengan ketentuan dalam Undang-Undang No. 7
tahun 2011 tentang Mata Uang yang menyatakan bahwa mata uang adalah uang
yang dikeluarkan oleh Negara Kesatuan Republik lndonesia dan setiap transaksi yang
mempunyai tujuan pembayaran, atau kewajiban lain yang harus dipenuhi dengan
uang, atau transaksi keuangan lainnya yang dilakukan di Wilayah Negara Kesatuan
Republik lndonesia wajib menggunakan Rupiah.
3. Sehubungan dengan itu, Bank lndonesia telah memperingatkan kepada seluruh pihak
agar tidak menjual, membeli atau memperdagangkan virtual currency. Hal ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa pemilikan virtual currency sangat berisiko dan
sarat akan spekulasi karena tidak ada otoritas yang bertanggung jawab, tidak terdapat
administrator resmi, tidak terdapat underlying asset yang mendasari harga virtual

1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun I999 tentang Bank lndonesia sebagaimana


telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun i999
tentang Bank lndonesia menjadi Undang-Undang.

Br 100 sRT (A4B)


.t

@ BANK INDONESIA
currency serta nilai perdagangan sangat fluktuatif sehingga rentan terhadap risiko
penggelembungan (bubble) serta rawan digunakan sebagai sarana pencucian uang
dan pendanaan terorisme, sehingga dapat mempengaruhi kestabilan sistem keuangan
dan merugikan masyarakat.
4. Dalam ketentuan Bank lndonesia mengenai penyelenggaraan pemrosesan transaksi
pembayaran2 dan mengenai teknologi finansial3, Bank lndonesia telah melarang
seluruh Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) dan Penyelenggara Teknologi
Finansial (PTF) di lndonesia, baik yang berupa Bank maupun Lembaga Selain Bank,
untuk memproses transaksi pembayaran dan/atau melakukan kegiatan sistem

pembayaran dengan menggunakan virtual currency. Sebagai bentuk pelaksanaan


ketentuan tersebut, Bank lndonesia menolak permohonan pendaftaran dan/atau
perizinan yang diajukan oleh calon PJSP atau calon PTF yang dalam penyelenggaraan
kegiatannya menggun akan virtual currency.
5. tVlengingat penggunaan virtual currency dalam praktiknya juga melibatkan bidang
kewenangan sejumlah otoritas lain di lndonesia, Bank lndonesia telah menginisiasi
sejumlah pertemuan lintas otoritas, baik di tingkat teknis maupun tingkat pimpinan,
termasuk dengan Kementerian Komunikasi dan lnformatika. Dari rangkaian pertemuan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa hingga saat ini belum terdapat otoritas yang secara
formal mengatur mengenai penggunaan virtual currency, berdasarkan bidang

kewenangannya masing-masing. Beberapa aspek yang menjadi perhatian otoritas


antara lain adalah aspek legalitas, aspek perlindungan konsumen, dan aspek

pencegahan pencucian uang dan pendanaan terorisme dari praktik penggunaan virtual
currency yang dipandang masih lemah. Untuk menghindari praktik regulatory arbitrage
dari pelaku kegiatan virtual currency, kami memandang perlu adanya keselarasan

kebijakan dan ketentuan, serta koordinasi yang erat antar seluruh otoritas di lndonesia
untuk menyikapi perkembangan penggunaan virtual currency.
6. Sehubungan dengan pengajuan pendaftaran sistem elektronik yang diajukan oleh PT

Bitcoin lndonesia kepada Saudara, kami memandang bahwa kegiatan yang difasilitasi
oleh PT Bitcoin lndonesia, yaitu penyediaan platform untuk membeli dan menjual aset
digital berupa virtual currency, berpotensi memfasilitasi dan memudahkan penggunaan
virtual currency sebagai alat pembayaran. Praktik kegiatan ini tidak sejalan dengan
ketentuan dan kebijakan Bank lndonesia, dan sebagaimana telah kami sampaikan di
atas Bank lndonesia telah menolak permohonan pendaftaran dan/atau perizinan yang

2 peraturan Bank lndonesia Nomor 18/4O|PBV2016 tentang Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran
dan Surat Edaran Bank lndonesia Nomor 18/41/DKSP tanggal 30 Desember 2016 perihal Penyelenqgaraan
Pemrosesan Transaksi Pembayara n.
3 Peraturan Bank lndonesia Nomor 19/12/P812017 tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial dan Peraturan
Anggota Dewan Gubernur Nomor 19/15/PADG/2017 tentang Tata Cara Pendaftaran, Penyampaian lnformasi, dan
Pemantauan Penyelenggara Teknologi Finansial.

**-+
Br 100 sRT(A4B)
@ BANK INDONESTA
diajukan oleh calon PJSP atau calon PTF kepada Bank lndonesia, dalam hal
penyelen ggaraan kegiatannya men g gu nak an v i rtual cu r re n cy.

Demikian kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih

KEPALA DEPARTEMEN KEBIJAKAN


SISTEM PEMBAYARAN b

0V

Direktur Eksekutif

Br 100 sRT (A4B)

You might also like