You are on page 1of 10

NAMA KELOMPOK 9

1.1 Tinjauan Umum Akuntansi Keprilakuan

Akuntansi merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan yang

digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Tujuan

informasi tersebut adalah memberikan petunjuk dalam memilih tindakan yang paling baik

untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktivitas bisnis dan ekonomi.

Motivasi dan perilaku dari pelaksana sistem informasi akuntansi menjadi aspek penting

dari suatu sistem informasi akuntansi.

Binberg dan Shields (1989) mengklasifikasikan riset akuntansi keperilakuan

dalam lima aliran (school) , yaitu :

1. Pengendalian manajemen (management control)

2. Pemrosesan informasi akuntansi (accounting information processing)

3. Desain sistem informasi (information system design)

4. Riset audit (audit research)

5. Sosiologi organisasional (organizational sociology)

Informasi akuntansi dirancang untuk suatu dasar bagi pengambilan banyak

keputusan penting di dalam maupun diluar perusahaan. Banyak volume riset atas

akuntansi keperilakuan dan meningkatnya sifat spesialisasi riset, serta tinjauan studi

secara periodik, akan memberikan manfaat untuk beberapa tujuan berikut ini :

1. Memberikan gambaran state of the art terhadap minat khusus dalam bidang baru yang

ingin diperkenankan

2. Membantu dalam mengindentifikasikan kesenjangan riset

3. Untuk meninjau dengan membandingkan dan membedakan kegiatan riset melalui

sebidang akuntansi, seperti audit, akuntansi manajemen dan perpajakan.


Akuntansi keperilakuan menyediakan suatu kerangka yang disusun berdasarkan teknik

berikut ini :

1. Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-orang dan

kinerja perusahaan

2. Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan terhadap

perencanaan strategis

3. Untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan

implementasi kebijakan perusahaan

1.2 Akuntansi Konvensional

Merupakan akuntansi sebagai suatu disiplin jasa yang mampu memberikan

informasi yang relevan dan tepat waktu mengenai masalah keuangan perusahaan dan

untuk membantu pemakai internal dan eksternal dalam proses pengambilan keputusan

ekonomi. Informasi keuangan melalui pelaporan keuangan sebagai hasil dari sistem

informasi keuangan memiliki tujuan yang beberapa diantaranya adalah :

1. Menyediakan informasi laporan keuangan yang dapat dipercaya dan bermafaat bagi

investor serta kreditor sebagai dasar pengambilan keputusan dan pemberian kredit.

2. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan dengan menunjukan

sumber-sumber ekonomi (kekayaan) perusahaan serta asal dari kekayaan tersebut.

3. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan dalam

menghasilkan laba.

4. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam melunasi utang-utangnya.

5. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan sumber-sumber

pendanaan perusahaan.
6. Menyediakan informasi keuangan yang dapat membantu para pemakai dalam

memperkirakan arus kas masuk ke dalam perusahaan.

1.3 Akuntansi sebagai Suatu Sistem Informasi

Sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang kompleks dan dibentuk dari

berbagai komponen yang saling berkaitan.

Akuntansi adalah Sistem

Sistem informasi yang baru dapat juga menimbulkan hubungan kerja yang baru

diantara karyawan yang ada, perubahan pekerjaan, bahkan mungkin perubahan struktur

organisasi. Dukungan manajemen puncak merupakan suatu faktor penting yang

menentukan efektivitas penerimaan sistem informasi dalam organisasi. Jackson (1986)

mengemukakan beberapa alasan mengapa keterlibatan manajemen puncak dalam

pengembangan sistem informasi merupakan hal yang penting, yaitu :

1. Pengembangan sistem merupakan bagian yang terintegrasi dengan perencanaan

perusahaan.

2. Manajemen puncak merupakan fokus utama dalam proyek pengembangan sistem.

3. Manajemen puncak menjamin penekanan tujuan perusahaan daripada aspek

teknisnya.

4. Pemilihan sistem yang akan dikembangkan didasarkan pada kemungkinan manfaat

yang akan diperoleh dan manajemen puncak mampu untuk menginterprestasikan hal

tersebut.

5. Keterlibatan manajemen puncak akan memberikan kegunaan dan pembuatan

keputusan yang lebih baik dalam pengembangan sistem.


Akuntansi adalah Informasi

Akuntansi dapat dipandang sebagai suatu informasi. Perusahaan harus berupaya

untuk mengoptimalkan peran informasi ini untuk mencapai tujuannya. Informasi yang

diperlukan oleh manajemen harus memiliki karakteristik seperti akurat dan tepat waktu.

Tersedianya informasi secara cepat, relevan, dan lengkap lebih dikarenakan adanya

kebutuhan yang sangat dirasakan oleh masing-masing unit bisnis untuk mendapatkan

posisi keunggulan kompetitif.

Sebagai sistem informasi, akuntansi juga sering disebut "bahasa bisnis" yang

dapat menyediakan atau memberikan informasi penting mengenai kegiatan ekonomi.

Dikatakan seperti itu sebab akuntansi dapat berperan sebagai media komunikasi yang

mengkomunikasikan berbagai fenomena, gejala, dan peristiwa ekonomi yang terjadi

disuatu organisasi bisnis kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan fenomena,

gejala dan peristiwa ekonomi tersebut.

1.4 Perkembangan Sejarah Akuntansi Keperilakuan

Kesadaran profesi akuntan dan ketertarikan terhadap pengaruh disiplin

keprilakuan mulai berkembang pada awal tahun 1950-an. Pada bulan Juni 1951,

Controllership Foundation of America mensponsori suatu riset untuk menyelidiki

dampak anggaran terhadap manusia. Sejumlah penjelasan dan kesimpulan dari hasil riset

mengenai perangkap kerperilakuan pada anggaran dan pembuatan anggaran dalam

banyak pemikiran masih bersifat sementara, dan oleh karena itu perlu disempurnakan.

Riset lain yang dilakukan oleh Chris Argyris lebih berfokus pada hubungan manusia dan

anggaran. Riset tersebut memperkenalkan permasalahan bidang serta dimensi akuntansi

keperilakuan bagi khalayak bisnis yang lebih luas. Selain itu, hasil riset dari Maslow,

McGregor, dan Likert telah banyak mempertimbangkan studi mengenai aplikasi ilmu

pengetahuan keperilakuan dalam bisnis.


Fokus riset akuntansi keperilakuan telah berubah lebih dari 40 tahun sejak

dikembangkan untuk pertama kalinya. Paradigma riset perilaku yang dilakukan oleh

Steadry (1960) dalam disertasinya di Carnegie Mellon University telah menggali

pengaruh anggaran motvasional (motivational budget) dengan menggunakan suatu

eksperimen analog. Selanjutnya disusul oleh karya Benston (1963) serta Churchill dan

Cooper (1965) yang memfokuskan pada akuntansi manajerial dan pengaruh fungsi

akuntansi pada perilaku. Riset-riset ini berlanjut pada tahun 1970-an dengan satu

rangkaian studi oleh Mock (1969, 1973), Barefield (1972), Magee dan Dickhout (1978),

Benbasat dan Dexter (1979). Selama periode ini, parapeneliti memperkenalkan dasar –

dasar teoritis untuk menguji pembuatan keputusan dan pertimbangan. Teori-teori ini

paling sering diambil dari model Brunswick Lens, dan jarang menggunakan paradigma

ekspektasi subjektif. Studi yang mempengaruhi bidang ini dilakukan oleh Ashton (1974)

dan Libby (1975), yang membantu membentuk suatu standar dalam desain eksperimental

dan validitas internal untuk pertimbangan riset yang diikuti. Pada pertengahan tahun

1980-an pendekatan ini telah diterapkan dalam seluruh subjek akuntansi.

Mulai tahun 1960 sampai ke 1980-an, jumlah artikel mengenai akuntansi

keperilakuan semakin meningkat. Artikel pertama mencoba untuk menggambarkan

mengenai akuntansi keperilakuan, sementara artikel selanjutnya membahas mengenai

teori dan konsep ilmu pengetahuan keperilakuan dalam kaitannya dengan akuntansi serta

implikasinya bagi prinsip – prinsip akuntansi dan praktiknya. Beberapa artikel mengenai

pengaruh sistem dan laporan akuntansi terhadap pengambilan keputusan, telah

melaporkan hasil dari suatu eksperimen keperilakuan di dalam usahanya untuk

mempelajari hubungan antara sistem akuntansi dan peningkatan efisiensi serta efektivitas

organisasi.
Pertumbuhan studi akuntansi keperilakuan mulai muncul dan berkembang,

terutama diprakarsai oleh akademisi profesi akuntansi. Hal ini dapat dilihat dari

diterbitkannya jurnal-jurnal akademis seperti Journal of Accounting Organization, and

Society (AOS) dan Research in Audit Program pada tahun 1976 oleh Peit Marwick.

Kegiatan – kegiatan seperti loka karya (workshop), konfrensi, dan simposium

mengenai akuntansi keperilakuan akhir-akhir ini telah berkembang pesat di Amerika

Serikat dan Kanada. Kursus inovatif akuntansi keperilakuan secara bertahap

diperkenalkan ke dalam kurikulum di universitas-universitas besar.

1.5 Landasan Teori dan Pendekatan Akuntansi Keperilakuan

Hidayati (2002) menjelaskan bahwa sebagai bagian dari ilmu keperilakuan

(behavior science), teori-teori akuntansi keperilakuan dikembangkan dari riset empiris

atas perilaku manusia dalam organisasi. Dengan demikian, peranan riset dalam

pengembangan ilmu itu sendiri tidak diragukan lagi.

1. Dari Pendekatan Normatif ke Deskriptif

Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi manajemen masih

sangat sederhana, yaitu hanya memfokuskan pada masalah-masalah perhitungan

harga pokok produk. Seiring dengan perkembangan teknologi produksi, permasalahan

riset diperluas dengan diangkatnya topic mengenai penyusunan anggaran, akuntansi

pertanggungjawaban, dan masalah harga transfer. Meskipun demikian, berbagai riset

tersebut masih bersifat normatif.

Pada tahun 1952 C. Argyris menerbitkan risetnya pada tahun 1952, desain riset

akuntansi manajemen mengalami perkembangan yang signifikan dengan dimulainya

usaha untuk menghubungkan desain system pengendalian manajemen suatu

organisasi dengan perilaku manusia. Sejak saat itu, desain riset lebih bersifat
deskriptif dan diharapkan lebih bisa menggambarkan kondisi nyata yang dihadapi

oleh para pelaku organisasi.

2. Dari Pendekatan Universal ke Pendekatan Kontijensi

Riset keperilakuan pada awalnya dirancang dengan pendekatan universal

(universalistic approach), seperti riset Argyris (1952), Hopwood (1972), dan Otley

(1978). Tetapi, karena pendekatan ini memiliki banyak kelemahan, maka segera

muncul pendekatan lain yang selanjutnya mendapat perhatian besar dalam bidang

riset, yaitu pendekatan kontinjensi (contingency approach).

Berbagai riset yang menggunakan pendekatan kontinjensi dilakukan dengan tujuan

mengidentifikasi berbagai variabel kontinjensi yang mempengaruhi perancangan dan

penggunaan sistem pengendalian manajemen. Secara ringkas, berbagai variabel

kontinjensi yang mempengaruhi desain system pengendalian manajemen tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Ketidakpastian (uncertainty) seperti tugas, rutinitas, repetisi, dan faktor-faktor

eksternal lainnya.

2. Teknologi dan saling ketergantungan (technology and interdependence) seperti

proses produksi, produk masal, dan lainnya.

3. Industri, perusahaan, dan unit variabel seperti kendala masuk ke dalam industri,

rasio konsentrasi, dan ukuran perusahaan.

4. Strategi kompetitif (competitive strategy) seperti penggunaan biaya rendah atau

keunikan.

5. Faktor-faktor yang dapat diamati (observability factor) seperti desentralisasi,

sentralisasi, budaya organisasi dan lainnya.


DAFTAR PUSTAKA
http://akuntansikeperilakuan.blogspot.com/2009/07/pengantar-akuntansi-

keperilakuan_9945.html

You might also like