You are on page 1of 17

LAPORAN HASIL OBSERVASI

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

DOSEN PEMBIMBING :

Dr. Drg. Dewi Elianora, MDSC , Sp.KGA

Drg. Intan Batura Endo Mahata MM

Drg. Pandu Utami

Izzanil Hidayati M.Psi

OLEH :

SUCI INDAH KURNIA

NPM : 1810070110028

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya
ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Hasil Observasi.

Laporan Hasil Observasi ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan Laporan ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saya menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki Laporan ini.

Akhir kata,saya berharap semoga Laporan tentang anak berkebutuhan khusus ini dapat
memberikan manfaat dan wawasan terhadap pembaca.

Padang, 1 Oktober 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemahaman masyarakat umum mengenai anak berkebutuhan khusus masih sangat minim,
kebanyakan mereka menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang
tidak memiliki kemampuan apapun. Salah satu dari mereka adalah anak tumagarahita. Anak
tunagrahita adalah kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata – rata yang ditandai
oleh keterbatasan intelejensi dan ketidak cakapan dalam interaksi social. Anak tuna grahita
atau dikenal juga dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasannya sukar
untuk mengkuti program pendidikan disekolah biasa secara klasikal.

Namun walaupun begitu anak tunagrahita juga memiliki hak yang sama dengan anak normal
lainnya. Salah satu hak itu adalah mendapatkan pendidikan. Karena selain memiliki
hambatan intelektual, mereka juga masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan sesuai
dengan kapasitas yang dimiliki oleh mereka dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal
tersebut diatur dalam UUD’45 pasal 31 ayat 1, yang menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga
Negara berhak mendapatkan pendidikan”. Hal tersebut lebih diperjelas lagi dalam UU No.20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 5 ayat 2, dan pasal 33 ayat 1,
menyatakan bahwa warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan atau
sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Oleh karena itu sangat diperlukan pendidikan
khusus bagi anak tunagrahita.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi anak tunagrahita?


2. Apa saja karakteristik anak tunagrahita?
3. Apa saja klasifikasi anak tunagrahita?
4. Apa saja layanan pendidikan bagi anak tunagrahita?
5. Bagaimana layanan pendidikan anak tunagrahita di indonesia?
1.3 Tujuan Observasi
2. Mengetahui definisi anak tunagrahita
3. Mengetahui karakteristik anak tunagrahita
4. Mengetahui klasifikasi anak tunagrahita
5. Mengerti macam-macam layanan pendidikan bagi anak tunagrahita
6. Mengetahui layanan pendidikan anak tunagrahita di indonesia
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Definisi Anak Tunagrahita

Tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dan keterbelakangan mental, jauh di
bawah rata- rata. Gejalanya tak hanya sulit berkomunikasi, tetapi juga sulit mengerjakan
tugas-tugas akademik. Ini karena perkembangan otak dan fungsi sarafnya tidak sempurna.
Anak-anak seperti ini lahir dari ibu kalangan menengah ke bawah. Ketika dikandung, asupan
gizi dan zat antibodi ke ibunya tidak mencukupi.

Menurut Efendi anak tunagrahita adalah “anak yang mengalami taraf kecerdasan yang
rendah sehingga untuk meniti tugas perkembangan ia sangat membutuhkan layanan
pendidikan dan bimbingan secara khusus”.

Definisi lain yang diterima secara luas dan menjadi rujukan utama ialah definisi yang
dirumuskan oleh Grossman yang secara resmi digunakan AAMD (American Association of
Mental Deficiency) yaitu ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual umum yang secara
nyata (signifikan) berada di bawah rata-rata (normal) bersamaan dengan kekurangan dalam
tingkah laku penyesuaian diri dan semua ini berlangsung pada masa perkembangan.

Menurut Hj.T.Sutjihati Somantri, anak tunagrahita atau terbelakang mental merupakan


kondisi dimana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan, sehingga tidak
mencapai perkembangan yang optimal. Sedangkan menurut Bratanata, seseorang
dikategorikan berkelainan mental subnormal atau tunagrahita, jika anak tuna grahita memiliki
tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal), sehingga untuk meniti
tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam
program pendidikannya.

2.2 Karakteristik Anak Tunagrahita

Depdiknas (2003) mengemukakan bahwa karakteristik anak tunagrahita yaitu penampilan


fisik tidak seimbang, tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai dengan usianya, perkembangan
bicara/bahasanya terhambat, kurang perhatian pada lingkungan, koordinasi gerakannya
kurang dan sering mengeluarkan ludah tanpa sadar. Selain itu ada beberapa pendapat dari
orang ahli dari seluruh dunia, yaitu:
1. James D Page yang dikutip oleh Suhaeri H.N (Amin: 1995) menguraikan karakteristik
anak tunagrahita sebagai berikut:

2. Kecerdasan. Kapasitas belajarnya sangat terbatas terutama untuk hal-hal yang abstrak.
Mereka lebih banyak belajar dengan cara membeo (rote-learning) bukan dengan
pengertian.

3. b) Sosial. Dalam pergaulan mereka tidak dapat mengurus, memelihara, dan


memimpin diri. Ketika masih kanak-kanak mereka harus dibantu terus menerus,
disingkirkan dari bahaya, dan diawasi waktu bermain dengan anak lain.

4. c) Fungsi-fungsi mental lain. Mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian,


pelupa dan sukar mengungkapkan kembali suatu ingatan. Mereka menghindari berpikir,
kurang mampu membuat asosiasi dan sukar membuat kreasi baru.

5. d) Dorongan dan emosi. Perkembangan dan dorongan emosi anak tunagrahita


berbeda-beda sesuai dengan tingkat ketunagrahitaan masing-masing. Kehidupan
emosinya lemah, mereka jarang menghayati perasaan bangga, tanggung jawab dan hak
sosial.

6. e) Organisme. Struktur dan fungsi organisme pada anak tunagrahita umumnya kurang
dari anak normal. Dapat berjalan dan berbicara diusia yang lebih tua dari anak normal.
Sikap dan gerakannya kurang indah, bahkan di antaranya banyak yang mengalami cacat
bicara.

7. Menurut The American Association on Mental Deficiency (AAMD, 1983):

Bahwa seseorang anak dikategorikan tunagrahita apabila memiliki karakteristik-


karakteristik sebagai berikut: (1) fungsi intelektual umum (kecerdasannya) di bawah rata-rata
secara sigifican (jelas, nyata), ditafsirkan mempunyai tingkat kecerdasan (IQ) 70 atau di
bawahnya, (2) mengalami hambatan dalam daptasi tingkah laku sesuai tuntutan budaya
dimana ia tiinggal, dan (3) terjadinya selama periode perkembangan mental, yaitu sampai
usia kronologis 18 tahun. Dengan demikian, jika anak itu tidak memiliki ketiga karakteristik
tersebut atau hanya kurang sedikit dari anak lain yang normal, maka tidak termasuk
tunagrahita.

3. Menurut AAMR (1992):


Tunagrahita merujuk kepada fungsi intelektual umum yang berada di bawah rata-rata
secara signifikan (merujuk kepada hasil tes inteligensi individu, berarti skor IQ dua standard
deviasi atau lebih di bawah rata-rata) yang berkaitan dengan hambatan dalam perilaku adaptif
(merujuk kepada: derajat dimana terpenuhi standard individu dari independensi personal dan
respansibilitas sosial yang diharapkan dari umur dan kelompok budaya, atau merujuk kepada
10 keterampilan adaptif, yaitu: komunikasi, merawat diri, kehidupan keseharian,
keterampilan sosial, penggunaan komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan,
akademik fungsional, waktu luang, dan karya) yang terjadi selama periode perkembangan
(dari lahir sampai usia 18 atau 22 tahun).

2.3 Klasifikasi Anak Tunagrahita

Ada beberapa klasifikasi anak Tunagrahita yang di ukur melalui IQ:

1) Tunagrahita Ringan (IQ 51-70)

Anak yang tergolong dalam tunagrahita ringan memiliki banyak kelebihan dan
kemampuan. Mereka mampu dididik dan dilatih. Misalnya, membaca, menulis, berhitung,
menjahit, memasak, bahkan berjualan. Tunagrahita ringan lebih mudah diajak berkomunikasi.
Selain itu kondisi fisik mereka tidak begitu mencolok. Mereka mampu berlindung dari
bahaya apapun. Karena itu anak tunagrahita ringan tidak memerlukan pengawasan ekstra.

2) Tunagrahita Sedang (IQ 36-51)

Tidak jauh berbeda dengan anak tunagrahita ringan. Anak tunagrahita sedang pun
mampu diajak berkomunikasi. Namun, kelemahannya mereka tidak begitu mahir dalam
menulis, membaca, dan berhitung. Tetapi, ketika ditanya siapa nama dan alamat rumahnya
akan dengan jelas dijawab. Mereka dapat bekerja di lapangan namun dengan sedikit
pengawasan. Begitu pula dengan perlindungan diri dari bahaya. Sedikit perhatian dan
pengawasan dibutuhkan untuk perkembangan mental dan sosial anak tunagrahita sedang.

3) Tunagrahita Berat (IQ dibawah 20)

Anak tunagrahita berat disebut juga idiot. karena dalam kegiatan sehari-hari mereka
membutuhkan pengawasan, perhatian, bahkan pelayanan yang maksimal. Mereka tidak dapat
mengurus dirinya sendiri apalagi berlindung dair bahaya. Asumsi anak tunagrahita sama
dengan anak Idiot tepat digunakan jika anak tunagrahita yang dimaksud tergolong dalam
tungrahita berat.

2.4 Macam-macam Layanan Pendidikan Bagi Anak Tunagrahita

Anak tunagrahita sangat memerlukan pendidikan serta layanan khusus yang berbeda
dengan anak-anak pada umumnya. Ada beberapa pendidikan dan layanan khusus yang
disediakan untuk anak tunagrahita, yaitu:

1) Kelas Transisi

Kelas ini diperuntukkan bagi anak yang memerlukan layanan khusus termasuk anak
tunagrahita. Kelas transisi sedapat mungkin berada disekolah reguler, sehingga pada saat
tertentu anak dapat bersosialisasi dengan anak lain. Kelas transisi merupakan kelas persiapan
dan pengenalan pengajaran dengan acuan kurikulum SD dengan modifikasi sesuai kebutuhan
anak.

2) Sekolah Khusus (Sekolah Luar Biasa bagian C dan C1/SLB-C,C1)

Layanan pendidikan untuk anak tunagrahita model ini diberikan pada Sekolah Luar
Biasa. Dalam satu kelas maksimal 10 anak dengan pembimbing/pengajar guru khusus dan
teman sekelas yang dianggap sama keampuannya (tunagrahita). Kegiatan belajar mengajar
sepanjang hari penuh di kelas khusus. Untuk anak tunagrahita ringan dapat bersekolah di
SLB-C, sedangkan anak tunagrahita sedang dapat bersekolah di SLB-C1.

3) Pendidikan terpadu

Layanan pendidikan pada model ini diselenggarakan di sekolah reguler. Anak


tunagrahita belajar bersama-sama dengan anak reguler di kelas yang sama dengan bimbingan
guru reguler. Untuk matapelajaran tertentu, jika anak mempunyai kesulitan, anak tunagrahita
akan mendapat bimbingan/remedial dari Guru Pembimbing Khusus (GPK) dari SLB terdekat,
pada ruang khusus atau ruang sumber. Biasanya anak yang belajar di sekolah terpadu adalah
anak yang tergolong tunagrahita ringan, yang termasuk kedalam kategori borderline yang
biasanya mempunyai kesulitan-kesulitan dalam belajar (Learning Difficulties) atau disebut
dengan lamban belajar (Slow Learner).

4) Program sekolah di rumah

Progam ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita yang tidak mampu mengkuti
pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya, misalnya: sakit. Proram dilaksanakan
di rumah dengan cara mendatangkan guru PLB (GPK) atau terapis. Hal ini dilaksanakan atas
kerjasama antara orangtua, sekolah, dan masyarakat.

5) Pendidikan inklusif

Sejalan dengan perkembangan layaan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus,


terdapat kecenderungan baru yaitu model Pendidikan Inklusif. Model ini menekankan pada
keterpaduan penuh, menghilangkan labelisasi anak dengan prinsip “Education for All”.
Layanan pendidikan inklusif diselenggarakan pada sekolah reguler. Anak tunagrahita belajar
bersama-sama dengan anak reguler, pada kelas dan guru/pembimbing yang sama. Pada kelas
inklusi, siswa dibimbing oleh 2 (dua) orang guru, satu guru reguler dan satu lagu guru
khusus. Guna guru khusus untuk memberikan bantuan kepada siswa tunagrahita jika anak
tersenut mempunyai kesulitan di dalam kelas. Semua anak diberlakukan dan mempunyai hak
serta kewajiban yang sama. Tapi saat ini pelayanan pendidikan inklusif masih dalam tahap
rintisan

6) Panti (Griya) Rehabilitasi

Panti ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita pada tingkat berat, yang mempunyai
kemampuan pada tingkat sangat rendah, dan pada umumnya memiliki kelainan ganda seperti
penglihatan, pendengaran, atau motorik. Program di panti lebih terfokus pada perawatan.
Pengembangan dalam panti ini terbatas dalam hal :

1. Pengenalan diri

2. Sensorimotor dan persepsi

3. Motorik kasar dan ambulasi (pindah dari satu temapt ke tempat lain)

4. Kemampuan berbahasa dan dan komunikasi


5. Bina diri dan kemampuan sosial

2.5 Layanan Pendidikan Anak Tunagrahita di indonesia

Di Indonesia perkembangan pendidikan luar biasa atau pendidikan khusus dimulai


sebelum masa kemerdekaan yaitu dengan berdirinya, untuk pertama kali, Lembaga
Penyandang Cacat Tunanetra di Bandung pada tahun 1901. Pada 1927 dibuka sekolah bagi
anak tunagrahita di kota yang sama dan pada saat yang hampir bersamaan didirikan sekolah
khusus bagi anak tunarungu pada 1930 di Bandung juga.

Tujuh tahun setelah proklamasi kemerdekaan, pemerintah RI mengundang-undangkan yang


pertama mengenai pendidikan khusus. Mengenai anak- anak yang mempunyai kelainan fisik
atau mental , undang – undang itu menyebutkan pendidikan dan pengajaran luar biasa
diberikan dengan khusus untuk mereka yang membutuhkan ( pasal 6 ayat 2 ) dan untuk itu
anak –anak tersebut ( pasal 8) yang mengatakan semua anak – anak yang sudah berumur 6
tahun dan 8 tahun berhak dan diwajibkan belajar disekolah sedikitnya 6 tahun dengan ini
berlakunya undang – undang tersebut maka sekolah – sekolah baru yang khusus bagi anak –
anak penyandang cacat.

Kemudian pada tahun 2003 pemerintah mengeluarkan undang- undang no 20 tentang system
pendidikan nasional ( UUSPN ). Dalam undang – undang tersebut dikemukakan hal- hal yang
erat hubungan dengan pendidikan bagi anak-anak dengan kebutuhan pendidikan khusus,
beberapa diantaranya sebagai berikut :

 Bab IV ( pasal 5 ayat 1 ) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu baik yang memiliki kelainan
fisik,emosionl,mental,intelektual atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.

 Bab V bagian 11 Pendidikan khusus (pasal 32 ayat 1 ) Pendidikan khusus bagi peserta
yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan
fisik,emosional,mental,sosial atau memiliki potensi kecerdasan.

Dan untuk anak tunagrahita, di indonesia telah ada berbagai layanan pendidikan yang
disediakan agar anak tunagrahita bisa mendapatkan pendidikan seperti halnya anak pada
umumnya. Ada berbagai macam layanan pendidikan bagi anak tunagrahita saat ini,
contohnya SLB C, sekolah inklusif dan masih banyak lagi. Di Indonesia pendidikan yang
inklusif atau menuju inklusif pun terus digencarkan, setidaknya mulai 2001 pendidikan
inklusi telah menjadi program Direktorat Pendidikan Luar Biasa yang bertugas untuk
mengatur pelaksanaan pendidikan luar biasa tidak hanya di SLB namun juga di sekolah-
sekolah reguler, termasuk salah satunya adalah membekali para guru di semua sekolah
reguler dengan pengetahuan dan keterampilan layanan bagi anak berkebutuhan khusus.
Beberapa sekolah pun baik itu SD, SMP, dan SMA reguler telah ditunjuk menjadi sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif. Walaupun memang dalam pelaksanaannya masih terdapat
hambatan.

BAB III

PEMBAHASAN

LEMBAR KEGIATAN SKILLS LAB

PSIKOLOGI

KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Kelompok : III

Nama : SUCI INDAH KURNIA

Jadwal Kegiatan : 26 September 2018

Hari / Tanggal : Rabu/ 26 September 2018

Jam : 13.00 s.d 15.00 wib

Tempat : Panti Sosial Bina Grahita “Harapan Ibu ” Padang.

Identitas Anak
Nama (inisial) : Y

Umur : 01 Juli 1998

Kelas : -

Diagnosa : Imbisil

Deskripsi Kegiatan

(Tuliskan secara detail perilaku-perilaku yang muncul pada anak, baik perilaku yang
mengarah kepada gangguannya maupun yang tidak – perilaku secara umum / global)

- Yola anak yang pendiam, tetapi jika diajak bermain Yola terlihat aktif dan
senang.
- Yola sering melamun karena tidak tahu ingin berbuat apa.
- Jika tidak ada topik pembicaraan Yola akan diam.
- Ketika berbicara, Yola tidak jelas dalam mengucap kata-kata . seperti balita
yang baru saja belajar bicara.
- Yola tidak akan berbicara jika tidak diajak berbicara.
- Perilaku Yola tidak terlalu agresif seperti anak berkebutuhan khusus lainnya.
Ia lebih cenderung pendiam dan menundukkan kepalanya.
KLASIFIKASI PRILAKU

Yola ini termasuk dalam Klasifikasi Imbisil. IQ Yola 28.

memiliki ciri- ciri sebagai berikut :

TunaghritaSedang(Imbisil)
Tunagrahita sedang adalah anak yang memiliki kisaran IQ 25-50, mereka hanya mampu
dilatih untuk mengurus diri sendiri melalui aktivitas kehidupan sehari-hari.

Kemampuan belajar anak tunagrahita pada taraf ini paling tinggi setaraf dengan anak normal
usia 7 sampai 8 tahun, dengan IQ antara 30 – 50. Mereka mempunyai kemampuan dalam
mengurus diri sendiri, pertahanan diri, dan penyesuaian sosial. Kemampuannya sangat
terbatas untuk mendapat pendidikan secara akademik. Tidak jauh berbeda dengan anak
tunagrahita ringan. Anak tunagrahita sedang pun mampu diajak berkomunikasi. Namun,
mereka tidak begitu mahir dalam menulis, membaca, dan berhitung. Tetapi, ketika mereka
ditanya tentang nama dan alamat rumahnya akan dengan jelas dijawab. Dapat bekerja di
lapangan namun tetap dengan pengawasan. Begitu pula dengan perlindungan diri dari
bahaya. Perhatian dan pengawasan dibutuhkan untuk perkembangan mental dan sosial anak
tunagrahita sedang. Mereka hampir tidak bisa mempelajari pelajaran di Sekolah. Pada
umumnya belajar secara membeo. Perkembangan bahasanya lebih terbatas daripada anak
tunagrahita ringan. Mereka hampir selalu bergantung pada perlindungan orang lain, tetapi
masih dapat membedakan bahaya dan yang bukan bahaya. Masih mempunyai potensi untuk
belajar memelihara dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan, dan dapat mempelajari
beberapa pekerjaan yang mampu menghasilkan uang.

WAWANCARA :

a) Bagaimana sikap anak Y ketika belajar?


Anak Y mau belajar.
b) Apakah anak Y mampu berinteraksi dengan baik kepada teman-
temannya?
Dia mampu berinteraksi dan berkomunikasi secara baik dengan
teman-temannya.
c) Pernahkah Y menangis tanpa sebab?
Pernah.
d) Siapakah nama kakak Y?
Upi .
e) Siapakah nama adik Y?
Bagus.
f) Apakah makanan kesukaan Y?
Gulai daging .
g) Berapakali Y sikat gigi dalam sehari?
2 x sehari ( Pagi dan malam)
h) Apakah y mampu melakukan kegiatan makan,mandi, tidur sendiri?
Ya, Y mampu melakukannya.

MANFAAT KEGIATAN :

Kita dapat mengetahui cara berkomunikasi dengan anak berkebutuhan khusus. Selain itu
kita dapat lebih bersyukur dan menjadikan kegiatan ini sebagai sarana motivasi. Kita juga
bisa mendiagnosa anak berkebutuhan khusus, mempererat tali silaturahmi, menumbuhkan
rasa empati dan lebih menghargai orang lain.

KESULITAN YANG DI HADAPI :

1. Yola cenderung pendiam mengakibatkan susah untuk berkomunikasi dan susah


mendapatkan informasi.
2. Yola sering mengulang perkataan dari lawan bicaranya sehingga informasi yang
didapat belum tentu benar.
3. Sulit untuk mencari topik pembicaraan dengan Yola dan Ketika berbicara, Yola tidak
melihat mata lawan bicara sehingga apa yang dimaksud Yola tidak jelas.

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Definisi anak tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dan keterbelakangan
mental, jauh di bawah rata- rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi dan ketidak
cakapan dalam interaksi social sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan
bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam program pendidikannya.

Ada berbagai macam layanan yang dapat diberikan bagi anak tunagrahita, diantaranya yaitu:

1. Kelas Transisi

2. Sekolah Khusus (Sekolah Luar Biasa bagian C dan C1/SLB-C,C1)

3. Pendidikan Terpadu

4. Program sekolah di rumah


5. Pendidikan Inklusif

6. Panti (Griya) Rehabilitasi

Di indonesia pendidikan khusus yang ditujukan bagi anak tunagrahita sudah banyak tersedia
di berbagai tempat. Terutama sekolah-sekolah inklusif yang mulai digencarkan mulai tahun
2001 dan saat ini telah dilakukan di seluruh indonesia.

 Dokumentasi bersama anak berkebutuhan khusus :

Saran

Masyarakat sebaiknya diberi penyuluhan mengenai sekolah inklusif dan program


layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, sehingga orang tua yang memiliki
anak berkebutuhan khusus dapat dapat memberikan anaknya terapi.

DAFTAR PUSTAKA

Social-sciences education. 2012. Pendidikan Anak Berkebutuhan


Khusus. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2120490-pendidikan anak
berkebutuhan khusus/#ixzz2Da05Zmdy. 23 mei 2016

Dediharyadi.2016 .Makalah Mengenai Anak Berkebutuhan Khusus


Tunagrahita.https://dediharyadi89.wordpress.com/6-2/. 23 mei 2016

Eppy Punama Bakti. 2015. Sejarah Singkat SLB-C Sukapura. http://slb-


sukapura.blogspot.co.id/p/sejarah-singkat-slb-sukapura-bandung.html

You might also like