Professional Documents
Culture Documents
DOSEN PEMBIMBING :
OLEH :
NPM : 1810070110028
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya
ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Hasil Observasi.
Laporan Hasil Observasi ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan Laporan ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saya menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki Laporan ini.
Akhir kata,saya berharap semoga Laporan tentang anak berkebutuhan khusus ini dapat
memberikan manfaat dan wawasan terhadap pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Pemahaman masyarakat umum mengenai anak berkebutuhan khusus masih sangat minim,
kebanyakan mereka menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang
tidak memiliki kemampuan apapun. Salah satu dari mereka adalah anak tumagarahita. Anak
tunagrahita adalah kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata – rata yang ditandai
oleh keterbatasan intelejensi dan ketidak cakapan dalam interaksi social. Anak tuna grahita
atau dikenal juga dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasannya sukar
untuk mengkuti program pendidikan disekolah biasa secara klasikal.
Namun walaupun begitu anak tunagrahita juga memiliki hak yang sama dengan anak normal
lainnya. Salah satu hak itu adalah mendapatkan pendidikan. Karena selain memiliki
hambatan intelektual, mereka juga masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan sesuai
dengan kapasitas yang dimiliki oleh mereka dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal
tersebut diatur dalam UUD’45 pasal 31 ayat 1, yang menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga
Negara berhak mendapatkan pendidikan”. Hal tersebut lebih diperjelas lagi dalam UU No.20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 5 ayat 2, dan pasal 33 ayat 1,
menyatakan bahwa warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan atau
sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Oleh karena itu sangat diperlukan pendidikan
khusus bagi anak tunagrahita.
1.2 Rumusan Masalah
KAJIAN TEORI
Tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dan keterbelakangan mental, jauh di
bawah rata- rata. Gejalanya tak hanya sulit berkomunikasi, tetapi juga sulit mengerjakan
tugas-tugas akademik. Ini karena perkembangan otak dan fungsi sarafnya tidak sempurna.
Anak-anak seperti ini lahir dari ibu kalangan menengah ke bawah. Ketika dikandung, asupan
gizi dan zat antibodi ke ibunya tidak mencukupi.
Menurut Efendi anak tunagrahita adalah “anak yang mengalami taraf kecerdasan yang
rendah sehingga untuk meniti tugas perkembangan ia sangat membutuhkan layanan
pendidikan dan bimbingan secara khusus”.
Definisi lain yang diterima secara luas dan menjadi rujukan utama ialah definisi yang
dirumuskan oleh Grossman yang secara resmi digunakan AAMD (American Association of
Mental Deficiency) yaitu ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual umum yang secara
nyata (signifikan) berada di bawah rata-rata (normal) bersamaan dengan kekurangan dalam
tingkah laku penyesuaian diri dan semua ini berlangsung pada masa perkembangan.
2. Kecerdasan. Kapasitas belajarnya sangat terbatas terutama untuk hal-hal yang abstrak.
Mereka lebih banyak belajar dengan cara membeo (rote-learning) bukan dengan
pengertian.
6. e) Organisme. Struktur dan fungsi organisme pada anak tunagrahita umumnya kurang
dari anak normal. Dapat berjalan dan berbicara diusia yang lebih tua dari anak normal.
Sikap dan gerakannya kurang indah, bahkan di antaranya banyak yang mengalami cacat
bicara.
Anak yang tergolong dalam tunagrahita ringan memiliki banyak kelebihan dan
kemampuan. Mereka mampu dididik dan dilatih. Misalnya, membaca, menulis, berhitung,
menjahit, memasak, bahkan berjualan. Tunagrahita ringan lebih mudah diajak berkomunikasi.
Selain itu kondisi fisik mereka tidak begitu mencolok. Mereka mampu berlindung dari
bahaya apapun. Karena itu anak tunagrahita ringan tidak memerlukan pengawasan ekstra.
Tidak jauh berbeda dengan anak tunagrahita ringan. Anak tunagrahita sedang pun
mampu diajak berkomunikasi. Namun, kelemahannya mereka tidak begitu mahir dalam
menulis, membaca, dan berhitung. Tetapi, ketika ditanya siapa nama dan alamat rumahnya
akan dengan jelas dijawab. Mereka dapat bekerja di lapangan namun dengan sedikit
pengawasan. Begitu pula dengan perlindungan diri dari bahaya. Sedikit perhatian dan
pengawasan dibutuhkan untuk perkembangan mental dan sosial anak tunagrahita sedang.
Anak tunagrahita berat disebut juga idiot. karena dalam kegiatan sehari-hari mereka
membutuhkan pengawasan, perhatian, bahkan pelayanan yang maksimal. Mereka tidak dapat
mengurus dirinya sendiri apalagi berlindung dair bahaya. Asumsi anak tunagrahita sama
dengan anak Idiot tepat digunakan jika anak tunagrahita yang dimaksud tergolong dalam
tungrahita berat.
Anak tunagrahita sangat memerlukan pendidikan serta layanan khusus yang berbeda
dengan anak-anak pada umumnya. Ada beberapa pendidikan dan layanan khusus yang
disediakan untuk anak tunagrahita, yaitu:
1) Kelas Transisi
Kelas ini diperuntukkan bagi anak yang memerlukan layanan khusus termasuk anak
tunagrahita. Kelas transisi sedapat mungkin berada disekolah reguler, sehingga pada saat
tertentu anak dapat bersosialisasi dengan anak lain. Kelas transisi merupakan kelas persiapan
dan pengenalan pengajaran dengan acuan kurikulum SD dengan modifikasi sesuai kebutuhan
anak.
Layanan pendidikan untuk anak tunagrahita model ini diberikan pada Sekolah Luar
Biasa. Dalam satu kelas maksimal 10 anak dengan pembimbing/pengajar guru khusus dan
teman sekelas yang dianggap sama keampuannya (tunagrahita). Kegiatan belajar mengajar
sepanjang hari penuh di kelas khusus. Untuk anak tunagrahita ringan dapat bersekolah di
SLB-C, sedangkan anak tunagrahita sedang dapat bersekolah di SLB-C1.
3) Pendidikan terpadu
Progam ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita yang tidak mampu mengkuti
pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya, misalnya: sakit. Proram dilaksanakan
di rumah dengan cara mendatangkan guru PLB (GPK) atau terapis. Hal ini dilaksanakan atas
kerjasama antara orangtua, sekolah, dan masyarakat.
5) Pendidikan inklusif
Panti ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita pada tingkat berat, yang mempunyai
kemampuan pada tingkat sangat rendah, dan pada umumnya memiliki kelainan ganda seperti
penglihatan, pendengaran, atau motorik. Program di panti lebih terfokus pada perawatan.
Pengembangan dalam panti ini terbatas dalam hal :
1. Pengenalan diri
3. Motorik kasar dan ambulasi (pindah dari satu temapt ke tempat lain)
Kemudian pada tahun 2003 pemerintah mengeluarkan undang- undang no 20 tentang system
pendidikan nasional ( UUSPN ). Dalam undang – undang tersebut dikemukakan hal- hal yang
erat hubungan dengan pendidikan bagi anak-anak dengan kebutuhan pendidikan khusus,
beberapa diantaranya sebagai berikut :
Bab IV ( pasal 5 ayat 1 ) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu baik yang memiliki kelainan
fisik,emosionl,mental,intelektual atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
Bab V bagian 11 Pendidikan khusus (pasal 32 ayat 1 ) Pendidikan khusus bagi peserta
yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan
fisik,emosional,mental,sosial atau memiliki potensi kecerdasan.
Dan untuk anak tunagrahita, di indonesia telah ada berbagai layanan pendidikan yang
disediakan agar anak tunagrahita bisa mendapatkan pendidikan seperti halnya anak pada
umumnya. Ada berbagai macam layanan pendidikan bagi anak tunagrahita saat ini,
contohnya SLB C, sekolah inklusif dan masih banyak lagi. Di Indonesia pendidikan yang
inklusif atau menuju inklusif pun terus digencarkan, setidaknya mulai 2001 pendidikan
inklusi telah menjadi program Direktorat Pendidikan Luar Biasa yang bertugas untuk
mengatur pelaksanaan pendidikan luar biasa tidak hanya di SLB namun juga di sekolah-
sekolah reguler, termasuk salah satunya adalah membekali para guru di semua sekolah
reguler dengan pengetahuan dan keterampilan layanan bagi anak berkebutuhan khusus.
Beberapa sekolah pun baik itu SD, SMP, dan SMA reguler telah ditunjuk menjadi sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif. Walaupun memang dalam pelaksanaannya masih terdapat
hambatan.
BAB III
PEMBAHASAN
PSIKOLOGI
Kelompok : III
Identitas Anak
Nama (inisial) : Y
Kelas : -
Diagnosa : Imbisil
Deskripsi Kegiatan
(Tuliskan secara detail perilaku-perilaku yang muncul pada anak, baik perilaku yang
mengarah kepada gangguannya maupun yang tidak – perilaku secara umum / global)
- Yola anak yang pendiam, tetapi jika diajak bermain Yola terlihat aktif dan
senang.
- Yola sering melamun karena tidak tahu ingin berbuat apa.
- Jika tidak ada topik pembicaraan Yola akan diam.
- Ketika berbicara, Yola tidak jelas dalam mengucap kata-kata . seperti balita
yang baru saja belajar bicara.
- Yola tidak akan berbicara jika tidak diajak berbicara.
- Perilaku Yola tidak terlalu agresif seperti anak berkebutuhan khusus lainnya.
Ia lebih cenderung pendiam dan menundukkan kepalanya.
KLASIFIKASI PRILAKU
TunaghritaSedang(Imbisil)
Tunagrahita sedang adalah anak yang memiliki kisaran IQ 25-50, mereka hanya mampu
dilatih untuk mengurus diri sendiri melalui aktivitas kehidupan sehari-hari.
Kemampuan belajar anak tunagrahita pada taraf ini paling tinggi setaraf dengan anak normal
usia 7 sampai 8 tahun, dengan IQ antara 30 – 50. Mereka mempunyai kemampuan dalam
mengurus diri sendiri, pertahanan diri, dan penyesuaian sosial. Kemampuannya sangat
terbatas untuk mendapat pendidikan secara akademik. Tidak jauh berbeda dengan anak
tunagrahita ringan. Anak tunagrahita sedang pun mampu diajak berkomunikasi. Namun,
mereka tidak begitu mahir dalam menulis, membaca, dan berhitung. Tetapi, ketika mereka
ditanya tentang nama dan alamat rumahnya akan dengan jelas dijawab. Dapat bekerja di
lapangan namun tetap dengan pengawasan. Begitu pula dengan perlindungan diri dari
bahaya. Perhatian dan pengawasan dibutuhkan untuk perkembangan mental dan sosial anak
tunagrahita sedang. Mereka hampir tidak bisa mempelajari pelajaran di Sekolah. Pada
umumnya belajar secara membeo. Perkembangan bahasanya lebih terbatas daripada anak
tunagrahita ringan. Mereka hampir selalu bergantung pada perlindungan orang lain, tetapi
masih dapat membedakan bahaya dan yang bukan bahaya. Masih mempunyai potensi untuk
belajar memelihara dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan, dan dapat mempelajari
beberapa pekerjaan yang mampu menghasilkan uang.
WAWANCARA :
MANFAAT KEGIATAN :
Kita dapat mengetahui cara berkomunikasi dengan anak berkebutuhan khusus. Selain itu
kita dapat lebih bersyukur dan menjadikan kegiatan ini sebagai sarana motivasi. Kita juga
bisa mendiagnosa anak berkebutuhan khusus, mempererat tali silaturahmi, menumbuhkan
rasa empati dan lebih menghargai orang lain.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Definisi anak tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dan keterbelakangan
mental, jauh di bawah rata- rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi dan ketidak
cakapan dalam interaksi social sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan
bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam program pendidikannya.
Ada berbagai macam layanan yang dapat diberikan bagi anak tunagrahita, diantaranya yaitu:
1. Kelas Transisi
3. Pendidikan Terpadu
Di indonesia pendidikan khusus yang ditujukan bagi anak tunagrahita sudah banyak tersedia
di berbagai tempat. Terutama sekolah-sekolah inklusif yang mulai digencarkan mulai tahun
2001 dan saat ini telah dilakukan di seluruh indonesia.
Saran
DAFTAR PUSTAKA