You are on page 1of 22

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN DIARE

KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari, buang air besar
tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan
atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari
keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).

2. EPIDEMIOLOGI
Di seluruh dunia angka kejadian diare per tahun mencapai 1,5 miliar
kasus. Belum ada data yang pasti yang memadai mengenai angka kejadian diare
di Indonesia (Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia, 2009).
Diare merupakan penyebab utama angka kesakitan dan kematian pada
anak di negara berkembang, dengan perkiraan 1,3 milyar episode dan 3,2 juta
kematian setiap tahun pada balita. Secara keseluruhan anak-anak ini mengalami
rata-rata 3,3 epoisode diare pertahun. Pada daerah yang dnegan angka episode
yang tinggi ini, seorang balita dapat menghabiskan 25 % waktunya dengan diare.
Sekitar 80 % kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi
sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinjanya. Penyebab
kematian lain adalah disentri, kekurangan gizi, dan infeksi serius seperti
pneumoni.
Menurut laporan Departemen Kesehatan, di Indonesia setiap anak
mengalami diare 1,6 sampai 2 kali setahun. Hasil SKRT (survaey kesahatan
rumah tangga) di Indonesia angka kematian diare anak balita dan bayi permil
pertahun berturut menunjukan angka sebagai berikut ; 6,6 (balita) 22 (bayi)
pertahun 1980; 3,7 (balita) dan 13,3 (bayi) pada tahun1985. 2,1 (balita) 7,3 (bayi)
pada tahun 1992. 1 balita dan 8 bayi pada tahun 1995. Sementara itu morbiditas
diare tidak menunjukan hal yang sama. Dari hasil studi morbiditas oleh DEPKES
di 8 propinsi pada tahun 1989,1990,1995 berturut-turut morbiditas diare
menunjukan 78 %, 103 % dan 100 %. Apalagi dengan terjadinya krisis ekonomi
yang melanda negara Asia dimana Indonesia yang terparah, angka kejadian diare
menunjukan kenaikan. Bahkan gangguan kesehatan maupun yang terkait dengan
diare seperti gangguan gizi dan ISPA menunjukan hasil yang nyata (DEPKES RI,
1999).

3. ETIOLOGI
a Faktor infeksi
1). Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella,
Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus
(Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E.
hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
2). Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya.
b. Faktor Malabsorbsi
1). Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi
dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
c. Faktor Makanan:
1). Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi
terhadap jenis makanan tertentu.
d.Faktor Psikologis
1). Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang
terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.
4. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama
gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya
mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan
asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian
mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang
selanjutnya akan menimbulkan diare. Sedangkan akibat dari diare akan terjadi
beberapa hal sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan
(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

2. Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik)


Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme
lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya
penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk
metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari
cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada
anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya
gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan
absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun hingga 40 % pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh:

a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntah yang bertambah hebat.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan
susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (syok) hipovolemik,
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran
menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
PATHWAYS
Faktor Infeksi Faktor malabsorsi Faktor Makanan F. Psikologi

Ansietas

Infeksi Berkembang Diusus Tekanan Osmotik Toksik Tidak


Meningkat Dapat Diserap

Hipersekresi Air Pergeseran Air Dan


Dan Elektrolit Elektrolit Ke usus Hiperperistaltik

Penurunan Makanan
Di Usus

Diare Diare

Frekuensi BAB Gg Integritas Kulit MRS Distensi Abdomen

Meningkat Perianal Tindakan Mual Muntah


Invansif
Kehilangan Nafsu Makan Menurun
Vol. Cairan Resiko Kerusakan
Dan Elektrolit Berlebihan Integrita Kulit BAB Menurun

Gg. Keseimbangan Cairan dan elektrolit


KetidakSeimbangan

Dehidrasi Kekurangan Vol Nutrisi Kurang dari

Cairan Kebutuhan Tubuh

Resiko Peningkatan
Suhu Tubuh
5. KLASIFIKASI
Diare berdasarkan penyebabnya diapat dibagi 2:
Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella,
salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings,
stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan
bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan
yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup),
gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
b) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imunoglobulin A) yang
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan
jamur terutama canalida.
Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
a) malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan
mineral.
b) Kurang kalori protein.
c) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

6. MANIFESTASI KLINIS
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang, rasa tidak enak, nyeri perut pada kuadran kanan
bawah disertai kram dan bunyi pada perut, demam.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata, lemah.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
somnolen, soporakoma) sebagai akibat hipovolemik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam (Kusmaul).
Bentuk klinis diare

7. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar.
b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak
umur 1 tahun lebih.
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung.
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum
normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit
atau kelihatan bisa minum.
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan).
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun
pada diare sedang.
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu
meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary
refill time memanjang > 2 detik, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24
jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress
yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan
invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian
menerima.
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja
c. Bila perlu diadakan uji bakteri
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
Laboratorium :
a. feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
b. Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi, hipokalemi
c. AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2
meningkat, HCO3 menurun )
d. Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

9. DERAJAT DEHIDRASI
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi
berdasarkan:
a. Kehilangan berat badan
1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
2) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
b. Skor Mavrice King
Bagian tubuh Yang Nilai untuk gejala yang ditemukan
diperiksa 0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng Mengigau, koma,
Apatis, ngantuk atau syok
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering & sianosis
Denyut nadi/mata Kuat <120 Sedang (120-140) Lemas >40
Keterangan
d. Jika mendapat nilai 1-2 dehidrasi ringan
e. Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
f. Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat
c. Gejala klinis
Gejala klinis
Gejala klinis
Ringan Sedang Berat
Keadaan umum
Kesadaran Baik (CM) Gelisah Apatis-koma
Rasa haus + ++ +++
Sirkulasi
Nadi N (120) Cepat Cepat sekali
Respirasi
Pernapasan Biasa Agak cepat Kusz maull
Kulit
UUB Agak cekung Cekung Cekung sekali
Agak cekung Cekung Cekung sekali
Biasa Agak kurang Kurang sekali
Normal Oliguri Anuri
Normal Agak kering Kering/asidosis
10. PENATALAKSANAAN DIARE
Penatalaksanaan diare akut pada anak:
a Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Ada beberapa hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi
yang cepat dan akurat, yaitu:
1) Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia
cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila
dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn
NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik
7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal
yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan
segala akibatnya.
2) Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus
sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan
dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus:
Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
1. diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
2. diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
3. diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB
Metode Perbandingan BB dan Umur
Total
BB (kg) Umur PWL NWL CWL Kehilangan
Cairan
<3 < 1 bln 150 125 25 300
3-10 1 bln-2 thn 125 100 25 250
10-15 2-5 thn 100 080 25 205
15-25 5-10 thn 080 025 25 130
Sumber: Ngastiyah (1997)
Keterangan:
PWL : Previus Water Lose (ml/kgBB) = cairan muntah
NWL : Normal Water Lose (ml/kgBB) = cairan diuresis, penguapan,
pernapasan
CWL : Concomitant Water Lose (ml/KgBB) = cairan diare dan muntah
yang terus menerus
b Dietetik
Untuk mencegah kekurangan nutrisi, diet pada anak diare harus tetap
dipertahankan yang meliputi:
1). Susu (ASI atau PASI rendah laktosa)
2). Makanan setengah padat atau makanan padat (nasi tim)
c Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan pada anak diare adalah:
1). Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)
2). Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)
3). Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah diidentifikasi)

11. KOMPLIKASI
a Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
b Renjatan hipovolemik.
c Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
d Hipoglikemia.
e Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
f Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
g Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN
1. Pengkajian
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11
bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi,
hal ini membantu menjelaskan penurunan insiden penyakit pada anak
yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai
terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan
kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi.
Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir
saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran :
3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari
14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakaian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit
menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA, campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah
dan susu. Kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan. Cara
pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi
makanan, kebiasan cuci tangan,
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada
anak umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan
haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang.
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0
c, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memanjang > 2 dt, kemerahan pada daerah
perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400
ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami
stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap
tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa,
dan kemudian menerima.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan secara aktif
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan
intake makanan dan output yang berlebihan.
3. Diare b/d proses infeksi, inflamasi, dan iritasi pada usus
4. Ansietas b/d perubahan status kesehatan, tindakan invansif
5. Risiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
sekunder terhadap diare
6. Resiko kerusakan integritas kulit b/d eksekresi/frekwensi BAB (diare),
perubahan turgor kulit

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan secara aktif
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan
kebutuhan cairan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
- Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : 16
- 20 x/mnt )
- Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB
tidak cekung.
- Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi Rasional
Pantau tanda dan gejala kekurangan Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan
cairan dan elektrolit. kekeringan mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini
memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk
memperbaiki deficit
Kaji tanda-tanda vital, turgor kulit, Mengkaji dehidrasi
mebran mukosa dan status mental
sesuai indikasi
Pantau intake dan output (urin, Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus
feses, emesis) membuat keluaran tak adekuat untuk membersihkan
sisa metabolisme.
Timbang berat badan setiap hari Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB
sama dengan kehilangan cairan 1 lt
Anjurkan keluarga untuk memberi Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
minum banyak pada klien, 2-3 lt/hr
Instruksikan keluarga untuk Menjamin hasil optimum dan memperbaiki kepatuhan
memantau intake output pemberian terhadap aturan terapeutik
cairan.
Kolaborasi - Koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN
- Pemeriksaan laboratorium serum untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).
elektrolit (Na, K,Ca, BUN) - Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan
- Cairan parenteral ( IV line ) cepat.
sesuai dengan umur - anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan
- Obat-obatan : (antisekresin, elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk
antispasmolitik, antibiotik) proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti
bakteri berspektrum luas untuk menghambat
endotoksin.

Diagnosa 2: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/ d


pemurunan intake makanan dan output yang berlebihan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan perawatan selama….x 24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
- Nafsu makan meningkat
- BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi Rasional
Observasi dan catat respons terhadap Mengkaji toleransi pemberian makanan
pemberian makanan
Setelah rehidrasi, instruksikan ibu Hal ini cenderung mengurangi kehebatan dan
menyusui untuk melanjutkan durasi penyakit
pemberian ASI
Diskusikan dan jelaskan tentang Serat tinggi, lemak, air terlalu panas / dingin
pembatasan diet (makanan berserat dapat merangsang mengiritasi lambung dan
tinggi, berlemak dan air terlalu sluran usus
panas atau dingin)
Instruksikan keluarga dalam Meningkatkan kepatuhan dalam program
memberikan diet yang tepat. terapeutik
Ciptakan lingkungan yang bersih, situasi yang nyaman, rileks akan merangsang
jauh dari bau yang tak sedap atau nafsu makan
sampah, sajikan makanan dalam
keadaan hangat
Berikan jam istirahat (tidur) serta Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
kurangi kegiatan yang berlebihan
Monitor intake dan out put dalam Mengetahui jumlah output dapat merencanakan
24 jam jumlah makanan.
Kolaborasi Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses
- terapi gizi : Diet TKTP rendah pertumbuhan
serat, susu
- obat-obatan atau vitamin ( A)

Diagnosa 3 : Diare b/d proses infeksi, inflamasi, dan iritasi pada usus
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama …. x 24 jam diharapkan
pola eliminasi kembali normal
Kriteria hasil :
- BAB 1-2x/hari
- Konsistensi lembek
Intervensi Rasional
Kaji penyebab yang mempengaruhi Mengetahui penyebab dapat digunakan untuk
munculnya diare menentukan intervensi selanjutnya
Observasi bising usus, abdomen, Pada diare terjadi peningkatan bising usus, perubahan
frekuensi BAB bentuk abdomen dan frekuensi BAB karena proses
infeksi dan malabsorpsi
Ukur intake dan output pershift Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus
membuat keluaran tak adekuat untuk membersihkan
sisa metabolisme.
Hentikan makanan padat Mengurangi kerja usus dalam mengabsorpsi makanan

Tingkatkan masukan cairan Mengganti cairan yang hilang karena diare


Hindari makanan dan minuman yang Mengurangi kerja usus dalam mengabsorpsi makanan
merangsang
Beri penyuluhan upaya pencegahan Memberi pengetahuan untuk keluarga tentang diare
diare dalam upaya mencegah anak kembali terjangkit diare
Kolaborasi dengan dokter untuk Membunuh bakteri penyebab munculnya diare
pemberian terapi (antibiotika)

Diagnosa 4 : Ansietas b/d perubahan status kesehatan, tindakan invansif


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama … x 24 jam, klien
mampu beradaptasi.
Kriteria hasil: Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak
rewel.
Intervensi Rasional
Libatkan keluarga dalam melakukan Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau
tindakan perawatan keluarga
Berikan pujian jika klien mau menambah rasa percaya diri anak akan
diberikan tindakan perawatan dan keberanian dan kemampuannya
pengobatan
Lakukan kontak sesering mungkin Kasih sayang serta pengenalan diri perawat akan
dan lakukan komunikasi baik verbal menumbuhkan rasa aman pada klien
maupun non verbal (sentuhan,
belaian dll)
Berikan mainan sebagai rangsang Mainan dapat mengalihkan perhatian dan
sensori anak menurunkan kecemasan anak.
Diagnosa 5 : Risiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
dampak sekunder dari diare
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ....x 24jam diharapkan
tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil:
- Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
- Tidak terdapat tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi Rasional
Monitor suhu tubuh setiap 2 jam Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal
fungsi tubuh ( adanya infeksi)
Anjurkan minum yang banyak Membantu memenuhi kebutuahan cairan yang
sesuai dengan kebutuhan cairan hilang karena peningkatan suhu tubuh
tubuh.
Anjurkan keluarga untuk Membantu mempercepat pengaupan atau
mengenakan pakaian yang longgar evaporasi
dan gampang menyerap keringat
Berikan kompres hangat merangsang pusat pengatur panas untuk
menurunkan produksi panas tubuh
Kolaborasi pemberian antipiretik Merangsang pusat pengatur panas di otak

Diagnosa 6 : Risiko kerusakan integritas kulit perianal berhubungan dengan


peningkatan frekwensi BAB (diare)
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x 24 jam
diharapkan integritas kulit tidak terganggu
Kriteria hasil :
- Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga.
- Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan
benar.
Intervensi Rasional
Diskusikan dan jelaskan pentingnya Kebersihan mencegah perkembang biakan
menjaga kebersihan perianal kuman
Demontrasikan serta libatkan Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak
keluarga dalam merawat perianal diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman
(bila basah dan mengganti pakaian feces
bawah serta alasnya)
Atur posisi tidur atau duduk dengan Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi
selang waktu 2-3 jam penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi
dan iritasi

4. Evaluasi
Diagnosa Evaluasi
Dx1. Pola eliminasi kembali normal - BAB 1-2x/hari
- Konsistensi lembek
Dx2 Kebutuhan cairan dan - Pasien tidak tampak meringis Tanda vital
elektrolit terpenuhi . dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-
37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
- Turgor elastik , membran mukosa bibir basah,
mata tidak cowong, UUB tidak cekung
- Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali
perhari
Dx3. Kebutuhan nutrisi tercukupi. - Nafsu makan meningkat
- BB meningkat atau normal sesuai umur
Dx4. Kecemasan berkurang - Klien tidak tampak lemah
- Mau menerima tindakan perawatan, klien
tampak tenang, tidak rewel
Dx5. Tidak terjadi peningkatan suhu - Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
tubuh - Tidak terdapat tanda infeksi (rubor, dolor,
kalor, tumor, fungtio leasa)
Dx6. Tidak terjadi kerusakan - Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet,
integritas kulit kebersihan terjaga
- Keluarga mampu mendemontrasikan
perawatan perianal dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenitto.LJ. 2004. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi

6. Jakarta: EGC.

Diagnosa Nanda NIC & NOC. 2007-2008

Doengoes, 2008. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arief dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid 1.

Jakarta: Media Aesculapius

Nanda,Nursing Diagnosis: Definition and Classification 2005-

2006.2005.Philadelphia; Nanda International,

Perkumpulan Gasroenterologi Indonesia. 2009, Konsensus Penatalaksanaan Diare

Akut Pada Dewasa Di Indonesia

Suryanah,2004. Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Wong, D.L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

You might also like