Professional Documents
Culture Documents
Analisis data dilakukan secara ada di kohort puskesmas dan laporan hasil
deskriptif naratif dengan menjelaskan analasis imunisasi bidan desa dihitung secara manual
sistem yang sedang berjalan, identifikasi dengan memilah data berdasarkan desa, jenis
kebutuhan data, menjelaskan perancangan kelamin dan jenis imunisasi. Hal ini
model basis data dan evaluasi hasil ujicoba memerlukan waktu yang lebih dan
model basis dilihat dari tingkat mempunyai resiko kesalahan dalam
kesederhanaan, keterwakilan variabel, penghitungan. Permasalahan lainnya adalah
kemudahan dan kualitas data. data individu tidak dilakukan analisis secara
maksimal, data individu yang dikumpulkan
HASIL PENELITIAN tidak direkap dan diikuti riwayat imunisasi
Analisis sistem pencatatan dan pelaporan anak/bayi sehingga data bayi yang drop out
imunisasi dasar lengkap dan booster batita tidak diketahui.
yang berjalan di Puskesmas Blega 3. Komponen Output
Analisis sistem pencatatan dan Permasalahan pada komponen output,
pelaporan imunisasi dasar lengkap dan antara lain: (i) visualiasi PWS hanya setahun
imunisasi booster batita yang berjalan sekali sehingga kebermanfaat PWS tidak
dilakukan dengan pendekatan sistem (input, optimal, dan (ii) informasi tentang data bayi
proses dan output). Berdasarkan hasil analisa yang drop out tidak tersedia, selama ini data
sistem yang sedang berjalan didapatkan drop out hanya data proyeksi persentase saja.
beberapa permasalahan dalam sistem
pencatatan dan pelaporan imunisasi dasar Identifikasi kebutuhan data dan informasi
lengkap dan booster di Puskesmas Blega pengembangan basis data imunisasi dasar
yakni sebagai berikut: lengkap dan booster batita
1. Komponen Input Berdasarkan hasil identifikasi
Permasalahan yang muncul pada kebutuhan data dan informasi didapatkan data
komponen input, antara lain tidak ada NO ID baru yang dibutuhkan dalam pengembangan
bayi/anak unik, sasaran riil bayi yang ada di basis data berdasarkan hasil wawancara
bidan desa tidak dilaporkan ke korim, dan dengan informan, yaitu:
laporan KIPI Non Serius tidak dilaporkan. 1. Sasaran Imunisasi
2. Komponen Proses Data sasaran riil didapatkan bidan
Permasalahan yang muncul pada desa dari laporan persalinan dan kunjungan
komponen proses, antara lain: pada proses rumah melalui kunjungan neonatal (KN).
pengumpulan data terjadi beberapa kali Data tersebut dimasukan bidan desa ke dalam
pengulangan pencatatan data individu, data kohort bayi/buku desa.
hasil pelayanan imunisasi di posyandu dicatat 2. No ID/NIK
di buku bantu kemudian data tersebut dicatat Penambahan data ini sejalan dengan
ulang di buku Kohort/Buku Desa kemudian perubahan pada kohort baru yang akan
untuk laporan bulanan bidan kembali diterapakan mulai bulan depan, dimana dalam
mencatatkan hasil imunisasi di desa ke dalam kohort tersebut terdapat data baru berupa
Form laporan imunisasi individu yang Nomor Induk Kependudukan anak (NIK).
dikirimkan ke korim 3. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Permasalahan kedua adalah proses Informasi Kejadian Ikutan Pasca
pengolahan data imunisasi dilakukan secara Imunisasi diperlukan sebagai upaya
manual dimana laporan data individu yang
pemantauan terhadap keamanan vaksin yang Basis data imunisasi dasar lengkap
diberikan kesasaran. dan booster batita yang dikembangkan adalah
4. Valid Dose umur pemberian dan Valid basis data kegiatan pelayanan imunisasi yang
Dose interval pemberian mampu menghasilkan informasi yang lengkap
Informasi valid dose dapat diperoleh
dan terintegrasi mengenai pelayanan
dengan otomatisasi dengan mengisi data imunisasi bayi dan batita di Puskesmas Blega
tanggal lahir/umur, tanggal imunisasi Kabupaten Bangkalan. Diagram aliran data
sebelumnya dan tanggal imunisasi sekarang.
desain sistem pencatatan dan pelaporan
5. Kasus drop out per individu imunisasi dasar lengkap dan booster batita
yang akan dikembangkan disajikan pada
Perancangan Basis Data Imunisasi Dasar Gambar 1.
Lengkap dan Booster Batita
data dan melakukan analisis data dengan tidak lepas dari data yang dimasukkan6.
menggunakan fasilitas analyze data Komponen input bisa berupa jenis data,
menggunakan Visual Dashboard pada sumber data, sarana dan tenaga. Permasalahan
program Epi Info versi 7. Data yang yang ada pada komponen input adalah belum
digunakan pada kegiatan uji coba adalah data adanya No ID anak yang merupakan kode
hasil imunisasi yang tercatat di buku kohort unik yang diberikan kepada setiapa anak.
KIA dan Laporan dari bidan desa. Dengan pemberian kode unik ini tidak ada
anak yang sama tercatat ganda dan dapat
Evaluasi Hasil Uji coba Basis data mencegah terjadinya double counting. Hasil
Imunisasi Dasar Lengkap dan Booster penelitian Susanti (2013) di Puskesmas
Batita Tanjungsari Surabaya juga menemukan
Evaluasi terhadap hasil uji coba basis peramasalahan yang sama mengenai
data ditujukan untuk melihat tingkat penomoran identitas bayi. Belum adanya
kesederhanaan, keterwakilan variabel, penomoran tersendiri untuk menggambarkan
kemudahan, dan kualitas data. Berdasarkan atribut unik yang dimiliki setiap bayi yang
tingkat kesederhanaan dari hasil uji coba diberikan imunisasi menyebabkan adanya
kedua subjek menyatakan basis data pencatatan individu yang sama pada nomor
imunisasi dasar lengkap dan booster batita yang berbeda, sehinga pada laporan bulanan
sederhana dan mudah untuk dipahami. yang diterima Dinas Kesehatan Kota
Berdasarkan keterwakilan variabel kedua Surabaya terdapat 4,41% data identitas bayi
subjek peserta uji coba menyatakan bahwa yang tidak konsisten. Pada penelitian tersebut,
variabel yang ada sudah cukup mewakili peniliti juga memberikan NO ID unik untuk
kebutuhan data dan informasi dalam sistem mengatasi permasalahan tersebut15.
dan tidak perlu ada penambahan variabel lagi. Data sasaran riil tidak dilaporkan
Dari segi kemudahan, kedua subjek bidan desa kepada korim sehingga korim
menyatakan mudah dalam melakukan entri tidak mengetahui sasaran riil di tingkat
data, menyimpan data, memanggil record puskesmas. Menurut Tarigan (2009) dalam
data, mengolah dan menganalisis data, dan. penentuan target imunisasi disuatu wilayah
Berdasarkan kualitas data kedua subjek masih merupakan masalah, khususnya untuk
menyatakan menyatakan kualitas data basis penentuan target di tingkat puskesmas ke
data imunisasi dasar lengkap dan booster bawah karena hasil perhitungan proyeksi data
batita akurat. dari BPS (SUPAS) sangat berbeda jauh
dengan dengan hasil pendataan riil di
PEMBAHASAN lapangan. Sehingga seringkali cakupan
Analisis sistem pencatatan dan disuatu daerah tidak mencapai target yang
pelaporan imunisasi dasar lengkap dan ditentukan atau bisa juga cakupan jauh diatas
booster batita di Puskesmas Blega dilakukan target (lebih dari 100%). Penentuan target
dengan cara mendeskripsikan sistem imunisasi berdasarkan estimasi dari data BPS
pencatatan dan pelaporan yang sedang secara metodologi hanya dapat mewakili
berjalan dilakukan berdasarkan komponen tingkat kabupaten/kota16. Permasalahan
input, proses dan output. lainnya dalam kompenen input tidak adanya
Masukan (input) adalah komponen laporan KIPI non serius menunjukkan
awal dimulainya suatu proses dalam sistem kegiatan surveilans KIPI tidak berjalan.
informasi, bahan mentah dari informasi Proses adalah komponen atau elemen
adalah data dan hasil dari sistem informasi yang ada dalam sistem dan berfungsi
yang dapat dicegah dengan imunisasi, tidak Hasil penelitian Utami (2012) tentang
ada dampak negatif berupa kecelakaan, Analisis Valid Dose Pemberian Imunisasi
penularan penyakit atau KIPI pada sasaran DPT dan Kejadian Diteri di Kabupaten
maupun petugas dan secara tidak langsung Jember pada tahun 2008-2011 didapatkan
tidak menimbulkan kecelakaan atau penularan hasil dimana penurunan rata-rata valid dose
infeksi pada masyarakat dan lingkungan7. pemberian imunisasi DPT 1, DPT 2, dan DPT
Valid dose umur pemberian adalah 3 dari tahun 2008-2011 berbanding lurus
memastikan vaksin diberikan sesuai umur dengan peningkatan kasus Difteri pada tahun
minimal. Imunisasi yang dinilai valid dose 2008-2011 di Kabupaten Jember Provinsi
umur pemberian yakni imunisasi HB0-7 hari Jawa Timur19.
diberikan segera setelah lahir sampai bayi Rekomendasi dari Advisory Commite
umur 7 hari, imunisasi DPT/HB/Hib1 on Immunization Practices (ACIP) Tahun
diberikan pada umur bayi minimal 2 bulan, 2011 menyebutkan bahwa pemberian vaksin
Campak diberikan pada umur minimal 9 kurang dari usia minimum dan kurang dari
bulan. Pemberian vaksin kombinasi pada interval minimal akan menyebakan respon
umur yang tidak tepat dapat menimbulkan kekebalan menjadi sub-optimal. Oleh karena
KIPI12. itu dibutuhkan pemberian vaksin ulang
Valid dose interval minimal adalah setelah umur minimum dan interval minimal
memastikan interval/jarak pemberian antigen terpenuhi. Vaksin yang diberikan ≤ 4 hari
yang sama telah mengikuti interval minimal sebelum interval minimal atau usia minimal
yang telah ditentukan produsen vaksin. dapat dianggap valid dose dan tidak perlu
Interval minimal pemberian vaksin pemberian vaksin ulang sedangkan vaksin
DPT/HB/Hib dan polio minimal 4 minggu yang diberikan ≥5 hari sebelum interval
dari pemberian sebelumnya. Jarak pemberian minimal atau umur minimal maka dianggap
imunisasi ini akan mempengaruhi kekebalan tidak valid dan perlu vaksin ulang setelah
yang terbentuk. Bila pemberian imunsasi tanggal anak mencapai usia minimum atau
berikutnya diberikan pada saat kadar antibodi interval minimum. Jika vaksin adalah vaksin
spesifik masih tinggi, maka antigen yang hidup, pemberian vaksin ulang diberikan 28
masuk segera dinetralkan oleh antibodi hari setelah dosis yang tidak valid tersebut9.
spesifik yang tinggi tersebut sehingga tidak Melihat hal tersebut diatas, maka
sempat meranggasang sel imunokompoten. informasi berkaitan tentang valid dose perlu
Bahkan dapat terjadi apa yang dinamakan ditambahkan dalam basis data imunisasi dasar
dengan reaksi Arthus, yaitu bengkak lengkap dan booster batita untuk memastikan
kemerahan didaerah suntikan antigen akibat pemberian imunisasi telah memenuhi prinsip
pembentukan kompleks antigen-antibodi safety injection yakni penerima/sasaran
lokal sehingga terjadi peradangan lokal12. imunisasi memperoleh kekebalan yang
Purwitasari (2013) menyebutkan diharapkan dan tidak menimbulkan KIPI.
berdasarkan hasil coverage survey yang Data valid dose ini juga dapat digunakan
dilakukan MCCI, Unicef dan Dinkes Provinsi programer surveilans dalam pemantauan dan
Jatim tahun 2009 dan 2010 di 8 (delapan) penanganan masalah PD3I.
Kabupaten Kota prioritas didapatkan bahwa Dalam aplikasi ini juga ditambahkan
pencapaian Valid Dose pemberian imunisasi variabel sweeping yang bertujuan untuk
berkisar antara 15% s/d 61,4%. Dari data menampilkan individu yang perlu disweeping
tersebut didapatkan informasi valid dose untuk mencegah individu tersebut mengalami
Kabupaten Bangkalan sebesar 31,9%11. drop out. Adanya variabel sweeping ini akan
membantu kegiatan akselerasi peningkatan Epi Info Version 7 yang dikembangkan oleh
cakupan imunisasi dan pencapaian UCI Desa. Center For Disease Control And Prevention
Varibel sweeping merupakan variabel (CDC) dan World Health Organitation
otomatisasi karena telah dilengkapi dengan (WHO) yang dirilis pada tanggal 20 Februari
fasilitas check code yang ada pada aplikasi 2012. Epi Info bersifat Public Domain
Epi Info 7. sehingga dapat digunakan secara bebas.
Model basis data yang digunakan Keuntungan basis data dengan menggunakan
pada basis data imunisasi dasar lengkap dan epi info yakni, dapat memberikan kemudahan
booster batita yaitu Entity Relationship Model dan mengurangi kesalahan dalam entri data
(ERM) yang merupakan suatu model data dan memudahkan dalam pengolahan data10.
yang dikembangkan berdasarkan obyek. ERM
dapat dipakai guna menjelaskan hubungan SIMPULAN
antar data dalam basis data kepada pengguna Pengembangan basis data
secara logik. Dalam rekayasa perangkat menghasilkan prototipe basis data imunisasi
lunak, sebuah Entity-Relationship Model dasar lengkap dan booster batita dengan
(ERM) adalah abstrak dan konseptual mengunakan aplikasi Epi info versi 7. Basis
representasi data. Entity-Relationship adalah data yang dikembangkan sederhana dan
salah satu metode pemodelan basis data yang mudah dipahami, variabel telah memenuhi
dipakai untuk dapat menghasilkan skema kebutuhan data dan informasi, mudah
konseptual untuk jenis/model data semantik dioperasionalkan serta informasi yang
sistem. Sistem seringkali memiliki basis data dihasilkan akurat.
relasional, dan ketentuannya bersifat top-
down. Diagram untuk mendiskripsikan model SARAN
Entitiy-Relationship ini disebut dengan Basis data ini dapat digunakan dalam
Entitiy-Relationship Diagram, ER Diagram, sistem pencatatatan dan pelaporan imunisasi
atau ERD. di puskesmas sehingga pengolahan data
Sebelum Entitiy-Relationship menjadi lebih mudah, kebutuhan data dan
Diagram dikembangkan terlebih dahulu informasi sistem dapat terpenuhi serta data
dilakukan normalisasi data yang bertujuan yang dihasilkan menjadi berkualitas.
untuk menghindari terjadinya duplikasi Penerapan basis data ini harus ditopang
pencatatan data yang disebabkan pada sistem dengan fasilitas komputer sesuai spesifikasi,
pencatatan dan pelaporan imunisasi dasar SDM yang bisa mengoperasionalkan basis
lengkap dan booster batita yang berjalan pada data, maintenance management system dan
saat ini terdapat banyak variabel yang sama pelatihan bagi petugas untuk menigkatkan
yang dicatat berulang-ulang pada register keterampilan mereka.
yang berbeda. Normalisasi data minimal
dilakukan dalam empat tahapan yaitu bentuk REFERENSI
normalisasi tidak normal, bentuk normal 1. Arfiyanti A., 2009. Faktor-faktor Yang
kesatu yang memiliki ciri pembentukan data Berhubungan Dengan Cakupan Imunisasi
dalam satu record, bentuk normal kedua dan Campak Di Kabupaten Tegal. Skripsi.
bentuk normal ketiga yang sudah tertuang Universitas Negeri Semarang
dalam bentuk Entitiy-Relationship Diagram14. 2. Dinas Kesehatan Kabupaten Bangkalan.,
Aplikasi yang digunakan pada 2015. Seksi PSE: Laporan Tahunan Seksi
pengembangan basis data imunisasi dasar Pencegahan dan Surveilan Epidemiologi
lengkap dan booster batita ini adalah software Bangkalan2014. Bangkalan