You are on page 1of 2

Fase Bencana

Manajemen penanggulangan bencana pada fase bencana disebut sebagai fase


tanggap darurat. Fase tanggap darurat merupakan tahap penindakan atau pengerahan
pertolongan untuk membantu masyarakat yang tertimpa bencana, guna menghindari
bertambahnya korban jiwa. Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat
tanggap darurat meliputi:

a. Mengkaji secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan
sumber daya;
b. Menentukan status keadaan darurat bencana;
c. Menyelamatkan dan mengevakuasi korban yang terkena bencana;
d. Memenuhi kebutuhan dasar korban bencana;
e. Melindungi terhadap kelompok yang rentan terhadap bencana;
f. Melakukan pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital yang terkena
dampak bencana.

Dari sudut pandang pelayanan medis, bencana dapat lebih dipersempit lagi
dengan membaginya menjadi “ase Akut” dan “Fase Sub Akut”. Dalam fase akut,
dalam rentang waktu 48 jam pertama sejak terjadinya bencana dapat disebut “fase
penyelamatan dan pertolongan/pelayanan medis darurat”. Pada fase ini dilakukan
penyelamatan dan juga pertolongan serta tindakan medis darurat terhadap orang-
orang yang terlukan akibat dari terjadinya bencana.

Fase selanjutnya yaitu berkisar pada satu minggu pasca terjadinya bencana
disebut juga dengan “fase sub akut”, pada fase ini, selain dilakukan tindakan
“penyelamatan dan pertolongan/pelayanan medis darurat”, akan dilakukan juga
perawatan terhadap orang-orang yang terluka pada saat melakukan pengungsian atau
saat dievakuasi pasca bencana, dan juga dilakukan tindakan-tindakan lanjut terhadap
kemunculan permasalahan-permasalahan kesehatan baru selama didalam
pengungsian.

Proses kejadian suatu bencana direspon dan ditindak lanjuti berdasarkan dengan
kapasitas atau kemampuan yang dimiliki oleh wilayah tempat terjadinya bencana,
baik didalam segi sarana dan prasarana hingga Sumber Daya Manusia (SDM) yang
dimiliki oleh suatu daerah tersebut. Seluruh proses permintaan dan pemberian
bantuan terhadap daerah bencana akan dilakukan secara berkala. Oleh sebab itu,
seluruh pendataan terkait dengan jumlah korban bencana, lokasi bencana, waktu
bencana, tenaga kesehatan, dan tenaga non-kesehatan yang membantu dalam proses
evakuasi, wajib untuk dilakukan demi memberikan jaminan kelancaran dalam proses
pemberian logistic atau bantuan baik primer maupun sekunder di daerah bencana.
Akhir-akhir ini, karena banyaknya bencana yang diakibatkan oleh perbuatan/ulah
manusia yang berawal dari ilmu dan teknologi yang dibuat oleh manusia itu sendiri,
maka hal tersebut disebut juga dengan bencana teknologis (technological disaster).
Penyebab bencana teknologis yaitu kimia (chemical), biologi (biological), radioaktif
(radiological), nuklir (nuclear), dan ledakan (explosion) sehingga digunakan istilah
“CBRNE” yang diambil dari huruf depan masing-masing kata.

Adapun upaya tanggap darurat yang dilakukan pada saat bencana Radiological
menurut BAPETEN (2015), yaitu:

a. Batan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)


1) Mengkoordinasikan tindakan pelaksana teknis dengan Kompi Nubika dan
BMG;
2) Melakukan tindakan monitoring dan survey radiologi terhadap tempat
kejadian perkara (TKP), masyarakat, dan lingkungan;
3) Melakukan penghitungan penerimaan dosis radiasi eksternal dan internal dari
kelompok kritis;
4) Melakukan pengkajian dampak radiologic jangka pendek, menengah, dan
panjang;
5) Melakukan sampling, dan analisis jumlah dan jenis radioaktivitas dari air,
udara, tanah, dan bahan pangan;
6) Mengkoordinasikan dan menangani pengelolaan limbah radioaktif yang
timbul akibat kecelakaan;
7) Membantu tindakan tanggap darurat medis baik tingkat awal dan jangka
panjang.

You might also like