6.1.1 Karakteristik Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian, responden dengan jenis kelamin laki-laki didapatkan sebanyak 91 responden (93,8%). Hal ini dikarenakan tujuan utama responden dalam penelitian ini adalah kepala keluarga. Disampaikan dalam sebuah penelitian mengenai kepemimpinan laki- laki dalam keluarga oleh Sri Suhandjati (2017) yang mengaitkan hal tersebut dengan salah satu ayat dalam Al-Qur’an yaitu surah An-Nisa (4):34, yang memiliki makna adanya kelebihan laki- laki atas perempuan dan kemampuan mereka menafkahi istri dan anak-anaknya. Dalam penelitian tersebut disebutkan pula mengenai pemahaman berdasarkan tradisi jawa bahwa laki- laki adalah pemimpin bagi perempuan dan “guru” bagi keluarga. 6.1.2 Karakteristik Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden (40%) berpendidikan SMA. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap suatu hal, sehingga seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan berdampak pada pengetahuan yang dimiliki (Mubarok, 2007). Pendapat ini sejalan dengan Notoadmojo (2007) yang mengungkapkan bawha tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima pengetahuan baru dan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin baik pengetahuannya. Tingkat pendidikan seseorang juga akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang diterima. 6.1.3 Karateristik Usia Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden (40,2%) berusia di rentang 25-35 tahun. Hal ini memnunjukan sebagian besar umur responden berada pada kategori dewasa awal (Depkes RI, 2009). Tahao usia dewasa awal, kapasitas kognitif sepenuhnya berkembang, tetapi dengan kematangan, mereka terus mengakumulai pengetahuan dan keterampilan baru dari berbagai sumber pengalaman baik informal maupun formal, sehingga pengalaman ini menambah persepsi mereka (Bastable, 2002). 6.2 Pengetahuan Masyarakat Hasil analisa dari 97 responden menunjukkan sebanyak 95 responden (97.9%) menunjukkan tingkat pengetahuan dengan kategori cukup. Masyarakat menyatakan pengetahuan didapatkan melalui berbagai faktor seperti buku, media massa, penyuluhan dari puskesmas dan dari kerabat dekat yang memberi informasi tentang penyakit tersebut. Pengetahuan tersebut dapat berpengaruh terhadap sikap kepada penderita skizofrenia. Hal ini juga dapat didukung oleh usia responden mayoritas di bawah 46 tahun dimana tingkat kemampuan untuk menerima informasi dan mengingat mudah dan cepat apalagi untuk saat ini berbagai informasi mudah sekali didapatkan melalui media cetak, elektronika bahkan internet. Menurut Wahid Iqbal Mubarak (2007) bahwa pengetahuan secara internal dipengaruhi oleh pengalaman dimana seseorang mengalami berbagai kejadian dalam berinteraksi dengan lingkungannya, selain itu pengetahuan juga dipengaruhi secara eksternal oleh informasi dimana seseorang mendapatkan kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dan dapat membantu mempercepat untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Iswati (2018) yang menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan terhadap gangguan jiwa terhadap sikap memberikan pertolongan kesehatan jiwa. Menurut Notoadmojo (2007) mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang memepengaruhi presepsi sesorang untuk lebih mudah menerima pengetahuan baru dan semakin tinggi tingkat pendidikan sesesorang akan semakin baik pengetahuanya. Hal ini ssesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, mayoritas penderita yang memiliki pengetahuan dengan kategori cukup pada tingkat pengetahuan terhadap gangguan jiwa dengan mayoritas karakteristik pendidikan penderita adalah SMA. Pada penelitian ini sebanyak 2 responden (2,1%) mendapatkan hasil kurang pada pengetahuan, hal ini dapat disebabkan oleh kesulitan dalam mengerti pertanyaan yang diberikan kaibat rendahnya tingkat pendidikan dan usia yang sudah lanjut 6.3 Sikap Pada Penderita Skizofrenia Hasil penelitan pada 97 responden menunjukkan hasil positif pada keselurahan responden (100%). Dari hasil penelitian, masyarakat berpendapat penderita skizofrenia adalah manusia yang juga berhak hidup normal seperti orang-orang yang sehat kejiwaannya. Sikap merupakan kemampuan internal yang berperan dalam mengambil tindakan, terlebih bila sikap tersebut bersikap terbuka, besar kemungkinan dapat tercermin dari tindakan yang diperlihatkan. Menurut Azwar (2013) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan, dan lembaga agama. Kebudayaan dan norma keagamaan di lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Kebudayaan dan norma keagamaan telah menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wiharjo (2014) menyatakan bahwa terdapat faktor lain yang mempengaruhi sikap yaitu persepsi masyarakat, dengan demikian terdapat hubungan positif antara persepsi masyarakat dengan sikap terhdap penderita skizofrenia. 6.4 Hubungan Pengetahuan Masyarakat Tentang Gangguan Jiwa Terhadap Sikap Pada Penderita Skizofrenia Berdasarkan hasil uji statistik dengan metode chi-square didapatkan hasil bahwa pengetahuan berpangaruh signifikan (p = 0,019) terhadap sikap. Seperti yang telah disebutkan pada latar belakang mengenai beberapa penilitian yaitu oleh Sulistyorini (2013) bahwa semakin baik pengetahuan masyarakat tentang gangguan jiwa, maka semakin positif sikap masyarakat kepada penderita gangguan jiwa. Dalam penelitiannya Sulistyorini menilai pengetahuan yang meliputi pengertian, penyebab, tanda gejala dan pengobatan terhadap sikap positif (mendukung) atau negatif (tidak mendukung). Selain itu pada penelitian Valerie (2011) didapatkan hasil bahwa semakin tinggi pengetahuan seseorang mengenai gangguan jiwa maka level toleransi orang tersebut terhadap pasien gangguan jiwa pun semakin tinggi. Berdasarkan hasil uji crostabulasi antara komponen pengetahuan yaitu pengertian, penyebab, tanda gejala dan pengobatan terhadap komponen sikap yaitu menerima, merespon, menghargai dan tanggung jawab, didapatkan hasil yaitu: a. Apabila didapatkan nilai responden baik pada komponen pengertian maka akan berpengaruh baik pula pada nilai komponen bertanggung jawab dengan expected count 5.2 (syarat >5) b. Apabila didapatkan nilai responden baik pada komponen penyebab maka akan berpengaruh baik pula pada nilai komponen menrima dan komponen menghargai dengan expected count 6.1 dan 10.14 (syarat>5) c. Apabila didapatkan nilai responden baik pada komponen Tanda dan gejala maka akan berpengaruh baik pula pada nilai komponen menghargai dengan expected count 5.6 (syarat>5) d. Apabila didapatkan nilai responden baik pada komponen pengobatan maka akan berpengaruh baik pula pada nilai komponen merespon dan menghargai dengan expected count 6.0 dan 10.8 (syarat>5) Berangakat dari hasil penelitian dengan judul “Pengaruh Pengetahuan Masyarakat Tentang Gangguan Jiwa Terhadap Sikap Pada Penderita Skizofrenia” menunjukkan adanya hubungan signifikan antara pengetahuan tentang gangguan jiwa terhadap sikap pada pasien skizofrenia.. Hasil penelitian mengenai pengetahuan didapatkan hasil rata-rata cukup dan tidak ada yang memperoleh nilai baik. Meskipun hasil pengetahuan rata-rata cukup, sikap masyarakat juga dipengaruhi oleh nilai budaya dan agama sehingga dapat menghasilkan sikap yang positif. Untuk menunjang adanya peningkatan pengetahuan, peneliti merasa perlu diadakan tindak lanjut berupa pelatihan kader didesa Talok dalam rangka menunjang pembentukkan posyandu jiwa yang akan didirikan di desa tersebut. Peneliti juga mencetak banner yang berisi pengetahuan mengenai gangguan jiwa dan skizofrenia yang bisa dijadikan media sebagai sumber mendapatkan informasi.