You are on page 1of 32

MAKALAH Hukum Kepegawaian Tindakan Hukum Terhadap PNS yang Tidak

Disiplin

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sudah pemandangan biasa melihat banyaknya PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang bolos kerja
dan tidak disiplin, tidak hanya di Kabupaten baru saja. Tapi juga hampir di seleruh Indonesia.
Padahal, ancaman sudah ditebar, tapi apa hendak dikata sebagian PNS acuh dengan ancaman
seperti itu. Ancaman tinggal ancaman, ratusan PNS tetap saja nekat bolos bahkan sebagian
masih banyak yang tidak perduli disaat jam kerja berkeliaran di pasar, ditoko dan di tempat-
tempat lain.
Padahal Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai aparatur negara mempunyai posisi sangat
strategis dan peranan menentukan dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan.
Sebagai aparatur negara, PNS berkewajiban menyelenggarakan tugas pemerintahan dan
pembangunan dengan penuh kesetiaan dan ketaatan kepada
Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, negara dan pemerintah. Untuk itu, PNS sebagai
pelaksana perundang-undangan wajib berusaha untuk taat pada setiap peraturan perundang-
undangan di dalam melaksanakan tugas kedinasan. Pemberian tugas kedinasan kepada PNS
pada dasarnya merupakan kepercayaan dari atasan yang berwenang, dengan harapan bahwa
tugas itu akan
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Oleh karenanya, setiap PNS wajib melaksanakan tugas
kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung
jawab.

B. Tujuan Penulisan
Karya ilmiah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Hukum
Kepegawaian.
C. Metode Penulisan
Pada penulisan Makalah ini metode yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu dari buku
Hukum kepegawaian, Google dengan keyword Kinerja PNS, dan PP Nomor 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil.
D. Rumusan Masalah
Bagaimana Kedisiplinan PNS Setelah Diterapkannya Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kinerja PNS
Dalam usaha meningkatkan kinerja aparaturnya, pemerintah menetapkan program manajemen
kepegawaian berbasis kinerja. Salah satu peraturan yang dikeluarkan pemerintah untuk tujuan
tersebut adalah Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di
Lingkungan Instansi Pemerintah.

Yang dimaksud dengan kinerja instansi pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi dan
rencana strategi instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan.

Upaya lain yang diupayakan pemerintah dalam memperbaiki kinerja peningkatan profesionalitas
aparaturnya adalah pendidikan dan pelatihan (Diklat) pegawai, penegakan disiplin PNS dan
sistem remunerasi di lingkungan kerja instansi pemerintah.
Diklat dapat berupa diklat prajabatan dan diklat dalam jabatan antara lain diklat kepemimpinan,
diklat fungsional dan diklat teknis.

Pemerintah yakin perbaikan kinerja pemerintah dapat terlaksana bila setiap instansi pemerintah
menegakkan disiplin PNS. Disiplin tersebut tidak terjadi hanya untuk sementara. Penerapan
peraturan disiplin PNS harus tegas dan konsisten. Selain itu diharapkan PNS wajib menjaga dan
mengembangkan etika profesinya.

Remunerasi adalah pemberian imbalan kerja yang dapat berupa gaji, honorarium, tunjangan
tetap, insentif, bonus atau prestasi, pesangon dan/ atau pensiun. Dengan remunerasi diharapkan
adanya sistem penggajian pegawai yang adil dan layak. Besaran gaji pokok didasarkan pada
bobot jabatan. Penggajian PNS juga berdasar pada pola keseimbangan komposisi antara gaji
pokok dengan tunjangan dan keseimbangan skala gaji terendah dan tertinggi. Dengan remunerasi
pula, peningkatan kesejahteraan pegawai dikaitkan dengan kinerja individu dan kinerja
organisasi
Harus diakui upaya meningkatkan kinerja dan disiplin PNS tidak mudah. Faktornya
multikomleks, di antaranya sistem rekrutmennya masih sarat dengan KKN. Banyak yang tidak
pantas menyandang status pegawai negeri sehingga mereka sulit di bina dan diarahkan.
Diketahui bahwa tingkat kedisiplinan pegawai masih rendah. Hal ini terlihat dari fenomena
masih adanya pegawai yang berkeliaran di mall-mall atau pertokoan bahkan di pasar tradisional
pada saat jam kerja.
Para pegawai dengan tanpa beban memanfaatkan waktu kerja untuk melakukan hal-hal lain di
luar pekerjaannya, dan juga rendahnya semangat pegawai untuk menyelesaikan pekerjaan
sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Hal ini berakibat pada rendahnya kinerja yang dimiliki pegawai yang terlihat dari sering
terjadinya keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan. Jadilah ia abdi masyarakat yang minta
dilayani, bukannya bertugas melayani masyarakat.
B. Kedisilinan PNS
Sebuah korupsi dalam wujud mengurangi jam kerja yang telah ditentukan. Korupsi waktu justru
lebih berbahaya jika dibandingkan dengan korupsi uang dan kinerja. Korupsi uang dan kinerja
bisa digantikan.
Korupsi uang bisa diganti dengan membayar kerugian negara, korupsi kinerja bisa diganti
dengan lembur tanpa upah. Namun korupsi waktu tidak dapat tergantikan oleh apa pun dan
oleh siapa pun. Mengingat, waktu terus berputar dan tidak akan pernah kembali lagi. Maka
korupsi waktu jelas merupakan ancaman yang serius bagi kehidupan sebuah bangsa.
Semua jenis korupsi tersebut awalnya adalah virus, kemudian berkembang menjadi penyakit,
dan akhirnya menjadi karakter. Jika dibiarkan akan melemahkan sendi-sendi kehidupan bangsa
dan negara. Maka sudah saatnya diperlukan sebuah sanksi hukum. Serta, gerakan moral dari
masyarakat untuk memberantas berbagai jenis korupsi tersebut.
Maraknya korupsi waktu oleh oknum PNS sepertinya sulit diberantas. Lemahnya sistem
pengawasan jam kerja di lingkungan PNS, didukung mentalitas oknum PNS yang memang
sedemikian rendahnya. Dengan demikian, sudah tidak lagi menghargai waktu untuk sebuah
pengabdian yang mulia.
Bukan rahasia lagi jika banyak oknum PNS melakukan korupsi waktu. Di antaranya adanya
upaya mangkir pada jam kerja, serta sering bolos kerja dengan alasan klasik, seperti kunjungan
lapangan, rapat di luar kota atau dinas luar. Padahal, mereka menghabiskan jam kerjanya di
warung makan, mal, bahkan ada yang berkeliaran di hotel-hotel atau tempat wisata dengan
pasangan selingkuhannya.
Untuk meningkatkan disiplin PNS sebagai abdi negara dan masyarakat diperlukan pembinaan
dan pengawasan terus-menerus. Gaji kecil ataupun gaji besar tidak banyak pengaruhnya,
sebab ini sudah menyangkut mental. Justru itu, perlu peraturan disiplin yang memuat pokok-
pokok kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan dilanggar.
Sayangnya, jumlah PNS yang dikenakan sanksi relatif sangat kecil.
Pemerintah melalui PP nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri sipil (PNS)
dilakukan secara bertahap sejak pengangkatan, penempatan, pendidikan dan latihan,
pemindahan, penghargaan, serta pemberhentian, dengan selalu mengacu kepada kode etik
dan peraturan disiplin yang diberlakukan. Semua itu dilakukann dengan tujuan untuk
mengoptimalkan kinerja sumber daya aparatur.
Disiplin harus menjadi nafas bagi setiap aparatur negara dalam menjalankan tugas dan
fungsinya, dengan ukuran-ukuran yang jelas sebagai parameter penilaian. Dengan indikator-
indikator yang ditetapkan, maka reward and punishment juga bisa diterapkan secara konsisten.
Dalam hal ini, diperlukan pengawasan yang tidak saja dari atasan langsung, tetapi juga dari
luar.
Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2010, PNS tidak bisa berkilah lagi, dan
disiplin tak bisa ditawar-tawar. "Pemerintah telah menyiapkan parameter penilaian aparatur.
Jadi sanksi juga sudah ditetapkan, sesuai dengan tingkat kesalahan yang dilakukan. Selain itu,
pengawasan terhadap disiplin kerja PNS atau SDM aparatur juga akan ditingkatkan
Untuk itu, setiap instansi pemerintah perlu mengembangkan budaya kerja di lingkungannya
masing-masing. Perubahan pola pikir dan peningkatan budaya kerja pada dasarnya merupakan
inti dari reformasi birokrasi. SDM aparatur negara harus mendahulukan kewajiban daripada
hak, mengutamakan peran bukan wewenang serta untuk melayani, bukan untuk dilayani.
Buruknya wajah birokrasi Indonesia selama ini tak lepas dari proses rekrutmen dalam peraturan
tentang Penilaian pengangkatan dalam jabatan structural.
Pengangkatan seseorang untuk menduduki suatu jabatan atau untuk kenaikan pangkat
didasarkan atas kecakapan dan prestasi kerja yang dicapai oleh pegawai. Kecakapan tersebut
harus dibuktikan dengan lulus dalam ujian dinas dan prestasi dibuktikan secara nyata. "Jadi, ke
depan penilaian tak hanya berdasarkan ijazah dan lamanya seseorang bekerja saja. Pola karier
PNS itu berdasarkan pendidikan, diklat yang dimiliki, dan lamanya masa kerja. Jadi PNS itu
harus mempunyai kompetensi dasar dan juga pengetahuan yang bagus
Tentu saja untuk menuju ke sana diperlukan perangkat penilaian terhadap kinerja PNS. Namun
untuk saat ini, sistem penilaiannya masih menekankan pada proses bekerjanya, belum banyak
mengukur hasil kerja serta dampak kinerjanya. Hal ini berkaitan dengan tunjangan kinerja atau
remunerasi, yang mengacu pada beban tugas dan tanggung jawab. Karena itu akan diukur dari
aspek kuantitas, kualitas, aspek biaya dan waktu menyelesaikan pekerjaannya.
Selain dari pada itu setiap jabatan juga dievaluasi bobot jabatannya, seperti tanggung jawab
dan risikonya. "Ada tujuh belas tingkatan (grade), yang setiap tingkatan ini punya nilai.
Targetnya, sesuai arahan Presiden semuanya selesai tahun 2011. Untuk itu perlunya
penegakan disiplin PNS, termasuk melalui peraturan perundang-undangan dengan
menerapkan sanksi hukum secara tegas bagi setiap pelanggaran. Hal ini sudah dijelaskan
dalam PP 53 tahun 2010. PP tahun 2010 ini untuk memperbaiki PP No 30 Tahun 80 yang
bersifat umum.
Bahkan, pada PP No 53 Tahun 2010 ini juga dicantumkan hukuman juga bisa dikenakan
terhadap pejabat yang seharusnya memberikan hukuman, tetapi tidak menjatuhkan hukuman
terhadap anak buahnya. Hal ini sebagai respon atas penilaian masyarakat,bahwa PNS pada
umumnya kurang disiplin dan kinerjanya lamban, rendah dan kurang responsif. Untuk itu perlu
dibuat ukuran-ukuran, sehingga benar tidaknya penilaian itu bisa diuji secara obyektif dan
ilmiah. "Diharapkan kedisiplinan dan kinerja PNS meningkat, sekaligus bisa dijadikan tolok ukur
dalam penilaian kinerja PNS," ujarnya. Dalam PP 53 tahun 2010 dijelaskan kewenangan
masing-masing eselon. Kalau tidak mencapai sasaran kerja akan diberi penilaian. Apakah baik,
buruk, atau kurang. Sanksinya bisa saja kenaikan gajinya tertunda, atau jabatan diberhentikan.

C. Pembinaan PNS
Pembinaan PNS tidak mungkin berhasil kalau pengawasannya hanya sesekali. Harusnya
secara preodik dilakukan pembinaan, pengawasan, penilaian dan penindakkan bagi yang
bermasalah. Tapi dalam pengaplikasiannya tidak dilakukan secara utuh karena pada umumnya
setelah diberi teguran atau peringatan pertama, lanjut peringatan kedua, kemudian kembali ke
peringatan pertama lagi. seharusnya dihukum lebih berat, misalnya skorsing, mutasi, sampai
pemecatan! Jika sanksi yang di jatuhkan tegas dan jelas pasti PNS tidak akan berani
membolos, tidak masuk kerja tanpa keterangan dan disiplin menjalankan tugasnya setiap hari.
Sebab, tidak mudah menjdi PNS. Pasti mereka takut dipecat jika aturan mainnya jelas dan
dijalankan tanpa pilih kasih.
Sayangnya sanksi seperti itu sangat jarang di lakukan sehingga tidak menimbulkan efek jera
atau menimbulkan rasa takut bagi mereka yang harusnya merasa beruntung menjadi PNS
karena tidak mudah menjadi seorang PNS. Meski gaji pas-pasan untuk hidup, tetapi hari tua
terjamin hidupnya karena ada dana pernsiunnya. Itu Sebabnya PNS menjadi idola di kalangan
masyarakat.
Berprofesi sebagai PNS, abdi negara melayani masyarakat memang enak. Disiplinnya longgar,
setiap bulan terima gaji, bahkan banyak PNS yang makan gaji buta karena memang jarang
masuk kantor, tidak punya meja sehingga banyak di luaran. Begitulah sistem kerja di instansi itu
tidak berjalan penuh dengan "like and dislike", jenjang karir tidak jelas, karena fakta pegawai
yang punya pendidikan, pintar bekerja, namun tidak pernah dipromosikan menduduki jabatan
dikantornya. Malah yang jarang masuk kantor yang di jadikan pejabat eselon dan menduduki
meja basah karena dekat dengan pejabat tertentu di tingkat provinsi maupun kabupaten.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Melihat semua uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa PP Nomor 53 tahun 2010 belum
dapat merubah kelakuan buruk para PNS, yang ada mereka malah acuh dengan PP tersebut.
Hal itu karena tidak adanya tindakan hukum yang tegas yang dilakukan oleh para pejabat yang
seharusnya memberikan hukuman.
Padahal pada PP No 53 Tahun 2010 ini juga dicantumkan hukuman juga bisa dikenakan
terhadap pejabat yang seharusnya memberikan hukuman, tetapi tidak menjatuhkan hukuman
terhadap anak buahnya yang telah melakukan pelanggaran.

Saran
Seharusnya Kinerja PNS tidak hanya dilihat sesekali seperti hanya dilihat di hari pertama usai
merayakan lebaran saja. Kalau mereka masuk, dianggap disiplin sepanjang tahun. Justru
penilaian sepintas itu harus di hilangkan. Tidak cukup sekedar datang tapi harus dipantau terus
apakah mereka bekerja sampai jam kantor tutup atau tidak, kalau tidak, mereka juga harus di
kenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku, misalnya PP No.53 Tahun 2010 jo(juncto) PP
30 tahin 1980 Tentang Disiplin PNS. Mereka (PNS) yang keseringan bolos dan telah diberikan
teguran berulang-ulang namun masih melanggar akan diberikan sanksi berat berupa
pemecatan.
Jika disiplin telah menjadi nafas para PNS tentunya kinerja pemerintah akan jauh lebih baik,
Disiplin tersebut tidak terjadi hanya untuk sementara. Penerapan peraturan disiplin PNS harus
tegas dan konsisten. Selain itu diharapkan PNS wajib menjaga dan mengembangkan etika
profesinya.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemerataan pembangunan di segala bidang pada umumnya merupakan salah satu dari
tujuan utama pembangunan nasional. Dalam rangkamewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam
pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yaitu: … menghantarkan rakyat Indonesia ke depan
pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur. Serta guna memberikan kesejahteraan dan kehidupan yang lebih baik bagi rakyat,
seperti yang tersebut dalam batang tubuh Undang-undang Dasar 1945: “Tiap-tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dari bunyi pasal tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap orang berhak mendapatkan kehidupan yang lebih baik
atau mendapatkan pekerjaan. Salah satu jenis pekerjaan yang ada di Indonesia adalah sebagai
Pegawai Negeri Sipil.

Pegawai negeri sebagai unsur aparatur negara atau abdi masyarakat, hal ini merupakan
salah satu pelaksanaan dari kebijaksanaan pemerintah dalam rangka meningkatkan kehidupan
bangsa dan negara menuju masyarakat adil dan makmur. Pengertian tersebut telah diatur dalam
Undang-undang No. 43 tahun 1999 tentang Perubahan Undang-undang No. 8 tahun 1974 tentang

Pokok-pokok Kepegawaian yaitu: “Pegawai negeri adalah setiap warga negara Republik
Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang
dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Hal ini berarti pegawai negeri
sebagai salah satu unsur dalam masyarakat sangat penting dalam penyelenggaraan roda
pemerintahan yang keberadaannya sesuai dengan keputusan dari pemerintah.
Dalam hal ini, masa jabatan pegawai negeri ditentukan sesuai dengan ketentuan undang-
undang yang berlaku, menyadari peranan pegawai negeri yang demikian pentingnya, maka
pemerintah memberikan beberapa hak tertentu kepada pegawai negeri, antara lain hak atas gaji,
hak atas cuti, dan hak atas pensiun. Dalam Undang-undang No. 43 tahun 1999 dijelaskan :
1) Pegawai negeri sipil diberhentikan dengan hormat karena meninggal dunia. Hal ini jelas
seorang pegawai negeri apabila meninggal dunia secara otomatis berakhir masa jabatannya
dengan sendirinya karena tutup usia.
2) Pegawai negeri sipil dapat diberhentikan dengan hormat karena :
a) Atas permintaan sendiri.
b) Mencapai batas usia pensiun.
c) Perampingan organisasi pemerintah, atau
d) Tidak cakap jasmani atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai pegawai
negeri sipil.

Dalam hal ini, pada poin (a) Pegawai negeri berhak mengajukan pengunduran diri kepada
atasan sebelum batas usia tertentu karena keinginan sendiri bukan karena pihak lain, sedangkan
pada poin (b) Pegawai negeri telah selesai masa jabatan sebagai pegawai negeri yang ditentukan
oleh undang-undang atau mencapai batas usia pensiun. Walaupun dalam Undangundang No. 43
tahun 1999 tidak disebutkan arti pensiun dilihat dari ketentuan pasal 23 ayat 2 poin b maka
pensiun dapat diartikan batas akhir usia kerja dari PNS. Oleh karena dalam pensiun PNS
diberhentikan dengan hormat karena usia kerja yang telah selesai maka para pensiunan PNS
berhak atas tunjangan pensiun bagi PNS yang besarnya ditentukan sesuai golongan selama PNS
tersebut menjabat. Hal ini dituangkan dalam keputusan pensiun yang dikeluarkan oleh
pemerintah. SK pensiun tersebut keberadaannya sejajar dengan SK pengangkatan pegawai negeri
yang juga dapat dijadikan jaminan dalam memperoleh kredit dari lembaga pembiayaan yang ada
di Indonesia.

Berdasarkan Undang-undang negara Republik Indonesia nomor 8 Tahun 1974 pasal 7 –


pasal 10, hak-hak seorang pegawai negeri sipil adalah sebagai berikut :
a. Setiap pegawai negeri berhak memperoleh gaji yang layak sesuai dengan pekerjaan dan
tanggungjawabnya
b. Setiap pegawai negeri berhak atas cuti
c. Setiap pegawai negeri yang ditimpa oleh sesuatu kecelakaan dalam dan karena menjalankan
tugas kewajibannya, berhak memperoleh perawatan
d. Setiap pegawai negeri yang menderita cacat jasmani atau cacat rohani dalam dan karena
menjalankan tugas kewajibannya yang mengakibatkannya tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan
apapunjuga, berhak memperoleh tunjangan.
e. Setiap pegawai negeri yang tewas, keluarganya berhak memperoleh uang duka
f. Setiap pegawai negeri yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, berhak atas
pensiun.

Hak atas pensiun Pegawai (Undang – undang Nomor : 11 Thn.1969 pasal 9) Pegawai
yang diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil berhak menerima pensiun
pegawai, jikalau ia pada saat pemberhentiannya sebagai pegawai :
1. Telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 Tahun dan mempunyai masa kerja untuk pensiun
sekurang-kurangnya 20 Tahun.
2. Mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 4 Tahun dan oleh badan / pejabat yang ditunjuk
oleh departemen kesehatan berdasarkan peraturan tentang pengujian kesehatan pegawai negeri,
dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga karena keadaan jasmani atau
rohani yang tidak disebabkan oleh dan karena ia menjalankan kewajiban jabatannya.
3. Pegawai negeri yang setelah menjalankan suatu tugas Negara tidak dipekerjakan kembali
sebagai pegawai negeri, berhak menerima pensiun pegawai apabila ia diberhentikan dengan
hormat sebagai pegawai negeri dan pada saat pemberhentiannya sebagai pegawai negeri ia telah
mencapai usia sekurang-kurangnya 50 TH dan memiliki masa kerja untuk pensiun sekurang –
kurangnya 10 Tahun.

Dari berbagai hal yang telah diuraikan di uraikan di atas, dimana dari penjelasan tersebut
jelas bahwa setiap pegawai negeri yang telah memenuhi syarat-syarat untuk pensiun berhak atas
pensiun serta tunjangan dalam menghadapi masa pensiun.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pensiun

Menurut Sastra Djatmika SH dan Drs Marsono, Pensiun adalah penghasilan yang

diterima setiap bulan oleh seorang bekas pegawai yang tidak dapat bekerja lagi, untuk

membiayai kehidupan selanjutnya agar tidak terlantar apabila tidak berdaya lagi untuk mencari

penghasilan yang lain.

Berdasarkan Undang-undang No.43 Tahun 1999 Pasal 10, Pensiun adalah jaminan hari

tua dan sebagai balas jasa terhadap Pegawai Negeri yang telah bertahun-tahun mengabdikan

dirinya kepada Negara. Pada pokoknya adalah menjadi kewajiban setiap orang untuk berusaha

menjamin hari tuanya, dan untuk ini setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menjadi peserta dari

suatu badan asuransi sosial yang dibentuk oleh pemerintah. Karena pensiun bukan saja sebagai

jaminan hari tua, tetapi juga adalah sebagai balas jasa, maka Pemerintah memberikan

sumbangannya kepada Pegawai Negeri.

Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 1969 antara lain menyatakan bahwa pensiun

adalah jaminan hari tua dan sebagai balas jasa terhadap PNS yang telah bertahun-tahun

mengabdikan dirinya kepada negara. Selain dari pada itu Undang-undang No. 8 Tahun 1974 jo.
Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 juga menegaskan bahwa setiap PNS yang diberhentikan

dengan hormat sebagai PNS dan telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan berhak atas

pensiun.

Pada pokoknya pensiun adalah menjadi kewajiban dari setiap orang untuk berusaha

menjamin hari tuanya, dan untuk itu setiap PNS wajib menjadi peserta dari suatu badan asuransi

sosial yang dibentuk oleh pemerintah. Karena pensiun bukan hanya sebagai jaminan hari tua

tetapi juga adalah sebagai balas jasa, maka pemerintah memberiakan sumbangannya kepada

PNS. Iuran pensiun PNS dan sumbangan pemerintah tersebut dipupuk dan dikelola oleh badan

asuransi sosial.

Dasar hukum:
• Undang-undang No. 8 Tahun 1974 jo Undang-undang No. 43 tahun 1999 tentang Pokok-
pokok Kepegawaian.
• Undang-undang No. 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Janda Duda.
• Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1977 tentang Penyesuaian Pensiun.
• Peraturan Pemerintah No. ... Tahun 1999 tentang Penyesuaian Pensiun.
Definisi pensiun berdasarkan Pasal 10 Undang-undang No. 8 Tahun 1974 jo Undang-undang No.
43 Tahun 1999 adalah: jaminan hari tua sebagai balas jasa yang diterima setiap bulan oleh
pegawai negeri yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya untuk membiayai penghidupan
selanjutnya.

Syarat umum, yaitu:


• diberhentikan dengan hormat;
• usia minimum 50 tahun;
• masa kerja minimum 20 tahun.
Syarat khusus (berupa pengecualian dari syarat umum), yaitu:
• tanpa syarat, yaitu PNS tersebut dinyatakan MPK tidak dapat bekerja karena kecelakaan
dalam menjalankan tugas kedinasan;
• masa kerja minimum 4 tahun, yaitu PNS dinyatakan MPK tidak dapat bekerja karena
kecelakaan tidak dalam tugas kedinasan;
• Restrukturisasi organisasi. Pensiun dipercepat dengan batas usia minimum 45 tahun dan masa
kerja minimum 10 tahun. Misalnya ketika departemen sosial dan departemen penerangan
direstrukturisasi.
• Besarnya: 40% - 75% dari gaji pokok.

Jenis Pensiun
1. Non Batas Usia Pensiun (Non BUP)
2. Batas Usia Pensiun (BUP)
PNS yang telah mencapai BUP harus diberhentikan, dengan hormat sebagai PNS :
Macam-macam BUP ditentukan sebagai berikut :
 Usia 56 tahun
 Usia 58 tahun
 Usia 60 tahun
 Usia 63 tahun
 Usia 65 tahun
 Usia 70 tahun
a. PNS diberhentikan dengan hormat sebagai PNS karena mencapai BUP, berhak atas pensiun
apabila ia telah memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun
b. PNS yang akan mencapai BUP dapat dibebaskan dari jabatannya untuk paling lama 1 tahun
dengan mendapat penghasilan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku kecuali
tunjangan jabatan
c. PNS yang memangku jabatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 44 PP No. 32/1979 apabila
tidak memangku lagi jabatan tersebut maka sebelum yang bersangkutan diberhentikan sebagai
PNS kepada yang bersangkutan diberikan bebas tugas 1 tahun.

B. Hak Pegawai Negeri Sipil Daerah Dalam Kaitan Masa Pensiun

1. Syarat-Syarat Pensiun PNS

Hak atas pensiun Pegawai (Undang – undang Nomor : 11 Thn.1969 pasal 9)


Pegawai yang diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil berhak menerima
pensiun pegawai, pegawai Negeri Sipil berhak atas pensiun apabila :
· Telah mencapai sekurang-kurangya 50 tahun dan mempunyai masa kerja pensiun sekurang-
kurangnya 20 tahun.
· Oleh tim penguji kesehatan pegawai negeri dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan
apapun karena keadaan jasmani/rochani yang disebabkan oleh dan karena menjalankan tugas
kewajiban jabatan.
· Mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 4 tahun dan oleh Tim Penguji Kesehatan
Pegawai Negeri dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun karena keadaan
jasmani/rohaninya yang tidak disebabkan oleh dan karena menjalankan tugas kewajiban
jabatannya.
· Diberhentikan dengan hormat sbg PNS atau dari jabatan negari karena sebagai tenaga
kelebihan, apabila telah berusia sekurangnya 50 tahun dan memiliki masa kerja pensiun
sekurang-kurangnya 10 tahun.
· Mencapai BUP menurut ketentuan Peraturan Pemerintah No: 32 Tahun 1979.

2. Dasar Pensiun
- Dasar pensiun yang dipakai untuk menentukan besarnya pensiun/pensiun pokok, ialah gaji
pokok terakhir sebulan yang berhak diterima oleh PNS berdasarkan peraturan gaji yang berlaku.
- Besarnya pensiun pegawai negeri sebulan adalah 2,5% dari dasar pensiun untuk tiap-tiap
tahun masa kerja, dengan ketentuan sbb:
a) Pensiun pegawai sebulan sebanyak-banyaknya 75% dan sekurang-kurangnya 40% dari dasar
pensiun;
b) Apabila PNS mengalami keuzuran jasmani/rohani oleh dan karena menjalankan tugas
kewajiban jabatannya, maka besarnya pensiun yang diterima adalah 75% dari dasar pensiun.
c) Pensiun pegawai sebulan tidak boleh kurang dari gaji pokok terendah menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

3. Masa Kerja Pensiun

Masa kerja yang dihitung untuk menetapkan hak dan besarnya pensiun adalah :
- Waktu bekerja sebagai PNS
- Waktu bekerja sebagai anggota ABRI
- Waktu bekerja sebagai tenaga bulanan/ harian dengan menerima penghasilan dari Anggaran
Negara, APBN atau Bank Negara
- Masa selama menjalankan kewajiban sebagai pelajar dalam Pemerintah RI pada masa
perjuangan phisik
- Masa sebagai Veteran Pembela Kemerdekaan
- Masa sebagai Veteran Pejuang Kemerdekaan
- Masa bekerja sebagai pegawai pada sekolah

4. Pensiun Janda/Duda

Yang berhak menerima pensiun janda atau duda, adalah isteri (isteri-isteri) PNS pria, atau
suami PNS wanita yang meninggal dunia/ tewas, atau penerima pensiun pegawai negeri yang
meninggal dunia dan mereka sebelumnya sudah terdaftar sebagai isteri/ suami sah PNS yang
bersangkutan.
Besarnya Pensiun Janda/Duda adalah 36% dari dasar pensiun,dengan ketentuan:
- Apabila terdapat lebih dari seorang yang berhak menerima pensiun janda besarnya bagian
pensiun janda untuk masing-masing isteri adalah 36% dari dasar pensiun dibagi rata antara isteri-
isteri itu.
- Besarnya pensiun janda/duda dimaksud diatas, tidak boleh kurang dari 75% dari gaji pokok
terendah menurut peraturan gaji yang berlaku bagi almarhum suami / isterinya.
Besarnya pensiun janda/duda PNS yang tewas adalah 72% dari dasar pensiun, dengan ketentuan
:
a) Apabila terdapat lebih dari seorang isteri yang berhak menerima pensiun maka besarnya bagian
pensiun janda untuk masing-masing isteri 72% dari dasar pensiun dibagi rata isteri-isteri.
b) Jumlah 72% dari dasar pensiun termaksud diatas, tidak boleh kurang dari gaji pokok terendah
menurut peraturan gaji yang berlaku bagi almarhum suami/isteri.

5. Pensiun Anak

Apabila PNS atau penerima pensiun meninggal dunia sedangkan ia tidak mempunyai
isteri/suami lagi yang berhak menerima pensiun janda atau duda maka :
- Pensiun janda diberikan kepada anak/anak-anaknya, apabila terdapat satu golongan anak
yang seayah-seibu;
- Satu bagian pensiun janda diberikan kepada masing-masing golongan anak seayah-seibu ;
- Pensiun duda diberikan kepada anak.
- Apabila PNS pria atau penerima peniun pria meninggal dunia, sedangkan ia mempunyai isteri
(isteri-isteri) yang berhak menerima pensiun janda/bag pensiun janda disamping anak dari isteri
yang telah meninggal dunia atau telah cerai, maka bagian pensiun janda diberikan kepada
masing-masing isteri dan golongan anak seayah seibu.
- Kepada anak (anak-anak) yang ibu dan ayahnya berkedudukan sebagai PNS dan kedua-
duanya meninggal dunia, diberikan satu pensiun janda, bagian pensiun janda atau duda atas dasar
yang lebih menguntungkan.
- Anak-anak sebagai mana dimaksud diatas ialah anak yang pada waktu PNS atau penerima
pensiun pegawai meninggal dunia :
a) Berusia kurang dari 25 tahun atau
b) Tidak mempunyai penghasilan sendiri atau
c) Belum menikah / belum pernah menikah

6. Pensiun Orang Tua

- Apabila seorang PNS/CPNS tewas, apabila tidak meninggalkan suami/ isteri/anak yang
berhak menerima pensiun janda/duda, maka kepada orang tua almarhum diberikan pensiun orang
tua yang besarnya 20 % dari pensiun janda/duda.
- Jika kedua orang tua telah bercerai, maka kepada mereka masing-masing diberikan separoh
dari jumlah dimaksud.

7. Pemberian Pensiun

Pemberian pensiun PNS, Pensiun janda/duda dan bagian pensiun janda ditetapkan oleh
Pejabat yang berwenang memberhentikan PNS yang bersangkutan, di bawah pengawasan dan
koordinasi Kepala Badan Kepegawaian Negara.

8. Pendaftaran Isteri/Suami/Anak.

- Pendaftaran isteri(isteri-isteri)/suami/anak sebagai yang berhak menerima pensiun janda/duda


harus dilakukan PNS yang bersangkutan sesuai petunjuk kepala BKN. Pendafataran lebih dari
seorang isteri sebagai yang berhak menerima pensiun harus dilakukan dengan sepengetahuan
tiap-tiap isteri yang didaftarkan.
- Jika hubungan perkawinan dengan isteri/suami yang telah terdaftar terputus, maka terhitung
mulai tanggal perceraian berlaku, sah isteri/suami itu dihapus dari daftar isteri/suami yang
berhak menerima pension
- Anak yang dapat didaftarkan sebagai anak yang berhak menerima pensiun janda/duda atau
bagian pensiun janda adalah :
a) Anak-anak PNS atau penerima pensiun pegawai dari perkawinannya dengan isteri/suami yang
didaftar sebagai yang berhak menerima pensiun janda/duda
b) Anak-anak PNS wanita atau penerima pensiun wanita
- Yang dianggap dilahirkan dari perkawinan yang sah ialah kecuali anak-anak yang dilahirkan
selama perkawinan itu, juga anak yang dilahirkan selambat-lambatnya 300 hari sesudah
perkawinan itu terputus.
- Pendaftaran isteri (istri-isteri)/anak (anak-anak) sebagai yang berhak menerima pensiun janda
harus dilakukan dalam waktu 1 (satu) tahun sesudah perwaninan/kelahiran.

9. Permintaan Pensiun Janda/Duda

Untuk memperoleh pensiun janda/duda atau bagian pensiun janda, janda/duda yang
bersangkutan mengajukan surat permintaan kepada pejabat yang berwenang dengan disertai :
- Surat keterangan kematian atau salinannya yang disahkan oleh yang berwajib
- Salinan surat nikah yang disahkan oleh yang berwajib
- Daftar susunan keluarga yang disahkan oleh yang berwajib yang memuat nama, tanggal
kelahiran dan alamat mereka yang berkepentingan
- Surat keputusan yang menetapkan pangkat dan gaji terakhir pegawai yang meninggal dunia.
- Pemberian pensiun janda/duda atau bagian pensiun-janda/duda atau bagian pensiun-janda
kepada anak (anak-anak) termaksud, dilakukan atas permintaan dari atau atas nama anak (anak-
anak) yang berhak menerimanya.
- Permintaan dimaksud di atas harus dilengkapi dengan :
a) Surat keterangan kematian atau salinannya yang disahkan oleh yang berwajib
b) Salinan kelahiran anak (anak-anak) atau daftar susunan keluarga pegawai yang bersangkutan
yang disahkan oleh yang berwajib, yang memuat nama, alamat dan tanggal lahir dari mereka
yang berkepentingan
c) Surat keterangan dari yang berwajib yang menerangkan bahwa anak (anak-anak) itu tidak
pernah kawin dan tidak mempunyai penghasilan sendiri
d) Surat keputusan yang menetapkan pangkat dan gaji pokok terakhir pegawai atau penerima
pensiun pegawai yang meninggal dunia.
- Kepala kantor dimana PNS yang meninggal dunia terakhir bekerja, berkewajiban untuk
membantu agar pengiriman surat-surat permintaan beserta lampiran-lampirannya termaksud
diatas terlaksana selekas mungkin.
- Pensiun janda/duda atau bagian pensiun janda diberikan mulai berlaku pada bulan berikutnya
PNS atau penerima pensiun pegawai yang bersangkutan meninggal dunia atau mulai bulan
berikutnya hak atas pensiun janda/bagian pensiun janda itu diperoleh oleh yang bersangkutan.
Bagi anak yang dilahirkan dalam batas waktu 300 hari setelah PNS atau penerima pensiun
meninggal dunia, pensiun janda/bagian pensiun janda diberikan mulai bulan berikutnya tanggal
krlahiran anak itu.

10. Pembatalan Pensiun janda/duda.

- Pensiun janda/duda atau bagian pensiun janda yang diberikan kepada janda Pensiun/duda
yang tidak mempunyai anak, dibatalkan jika janda /duda yang bersangkutan menikah lagi,
terhitung mulai bulan berikutnya perkawinan itu di langsungkan.
- Apabila kemudian khusus dalam hal janda (janda-janda) perkawinan termaksud diatas
terputus, maka terhitung dari bulan berikutnya kepada janda yang bersangkutan diberikan lagi
pensiun janda atau bagian pensiun janda yang telah dibatalkan, atau jika lebih menguntungkan,
kepadanya diberikan pensiun janda yang dapat diperolehnya karena perkawinan terakhir.

11. Hapusnya Pensiun Pegawai/ Pensiun Janda/Duda

Hak untuk menerima pensiun pegawai atau pensiun janda/duda hapus :


1) Jika penerima pensiun tidak seizin pemerintah menjadi anggota tentara atau Pegawai Negeri
suatu negara asing;
2) Jika penerima pensiun pegawai / pensiun janda atau duda atau bagian pensiun janda menurut
keputusan pejabat/ badan negara yang berwenang dinyatakan salah melakukan tindakan atau
terlibat dalam suatu gerakan yang bertentangan dengan kesetiaan terhadap negara dan haluan
negara yang berdasarkan pancasila;
3) Jika ternyata bahwa keterangan-keterangan yang diajukan sebagai bahan untuk penetapan
pemberian pensiun pegawai atau pensiun janda/duda atau bagian pensiun janda,tidak benar dan
bekas PNS atau janda/duda/anak yangbersangkutan sebenarnya tidak berhak diberikan pensiun.

Dalam hal-hal tersebut pada angka (1) dan (2) di atas, maka surat keputusan pemberian
pensiun dibatalkan, sedang dalam hal-hal tersebut angka (3) surat keputusan termaksud dicabut.

C. Pemberian Jaminan Lainnya Kepada Pegawai Negeri Sipil Daerah

Dalam rangka memperbaiki hak atas tabungan hari tua maka berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan No. 685/KMK.0ll/1982 tahun 1982 pegawai negeri yang berhenti dengan hak
pensiun berhak memperoleh tabungan hari tua sekurang-kurangnya Rp. 125.000,- demikian pula
bagi pegawai negeri yang meninggal dunia sebelum masa pensiun, ahli warisnya menerima
sekurang-kurangnya sebesar Rp. 125.000,¬

Apabila pegawai negeri sakit karena dinas atau mengalami kecelakaan karena dinas dan
mengakibatkan yang bersangkutan sakit atau cacat maka ia mendapatkan pengobatan perawatan
dan /atau rehabilitasi atas biaya Negara. Kepada pegawai negeri yang cacad karena dinas yang
mengakibatkan ia tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri, diberikan penghargaan
dalam bentuk tunjangan yang besarnya ditentukan menurut keadaan cacat yang diderita pegawai
negeri yang bersangkutan.

Selanjutnya biaya pemakaman pegawai negeri yang tewas se-luruhnya ditanggung oleh
Negara dan kepada keluarganya diberikan penghargaan dalam bentuk uang duka tewas sebesar 6
kali penghasilan sebulan dengan ketentuan serendah-rendahnya Rp. 500.000,-.

Ketentuan-ketentuan di atas telah dilengkapi dengan PP No.1 tahun 1983 tentang


Perlakuan terhadap Calon Pegawai Negeri yang Tewas Atau Cacad Akibat Kecalakaan Karena
Dinas.
Dengan adanya jaminan pengobatan, perawatan dan/atau re-habilitasi serta penghargaan
sebagaimana dimaksud di atas maka diharapkan setiap pegawai negeri melaksanakan tugasnya
dengan bergairah dan dengan penuh rasa pengabdian serta bertanggung jawab.

D. Perbaikan Penghasilan Penerima Pensiun/Tunjangan Yang Bersifat Pensiun

Perbaikan penghasilan pensiun yang berlaku bagi pensiunan pegawai negeri, pokok-
pokoknya berlaku juga untuk pensiunan pejabat Negara. Untuk itu telah dikeluarkan peraturan
perundang-undangan tersendiri.

Dalam rangka pemberian penghargaan kepada perangkat aparatur pemerintahan Desa


maka Pemerintah telah pula menetapkan kebijaksanaan tentang pemberian pensiun atau
tunjangan peng-hargaan bagi bekas kepala kelurahan dan perangkat kelurahan.

Berhubung dengan itu maka dengan PP No. 27 tahun 1982 telah diatur tentang pemberian
pensiun atau tunjangan penghargaan bagi bekas kepala kelurahan dan pegawai kelurahan se-
agai berikut:
a) Bagi kepala kelurahan yang telah mencapai usia 60 tahun atau lebih dan pegawai kelurahan
yang telah mencapai usia 56 tahun atau lebih dan mempunyai masa kerja untuk pensiun 10 tahun
atau lebih diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negeri dengan hak pensiun sesuai
dengan ketentuan Undang-undang No 11 tahun 1969.
b) Bagi kepala kelurahan yang telah mencapai usia 60 tahun atau lebih dan pegawai kelurahan
yang telah mencapai usia 56 tahun atau lebih mempunyai masa kerja untuk pensiun kurang dari
10 tahun diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negeri dan diberikan tunjangan
penghargaan. Besarnya penghargaan adalah 40% dari gaji pokok terakhir setiap bulan, dengan
ketentuan tidak boleh kurang dari gaji pokok terendah menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Tunjangan penghargaan tersebut diberikan kepada yang bersangkutan selama masa
kerja yang pernah dimiliki oleh yang bersangkutan pada waktu diberhentikan sebagai pegawai
negeri, lamanya pemberian penghargaan tersebut sekurang-kurangnya 2 tahun.
Selanjutnya Pemerintah telah pula melakukan penetapan kembali pensiun bekas guru
dalam dinas tetap pada perguruan swasta bersubsidi (PP No. 37 tahun 1982). Perlunya penetapan
kembali tersebut ialah karena dengan berlakunya PP No. 13 tahun 1978 tentang Pengangkatan
Guru Sekolah Swasta Bersubsidi Menjadi Pegawai Negeri Sipil timbul perbedaan pensiun pokok
antara pensiunan bekas guru dalam dinas tetap pada perguruan swasta bersubsidi yang
dipensiunkan sebelum berlakunya PP No. 13 tahun 1978 dan mereka yang dipensiunkan sejak
berlakunya PP No. 13 tahun 1978.

Untuk menghilangkan perbedaan tersebut telah dikeluarkan PP No. 37 tahun 1982 tentang
Penyesuaian/Penetapan Kembali Pensiun Pokok Bekas Guru Dalam Dinas Tetap Sekolah Swasta
Bersubsidi yang menetapkan berlakunya peraturan perundang-undangan di bidang penaiun untuk
pegawai negeri bagi mereka yang diberhentikan dengan hormat sebagai guru dalam dinas tetap
sekolah swasta bersubsidi sebelum berlakunya PP No. 13 tahun 1978.

E. Program Tabungan Asuransi Sosial Pegawai Negeri (Taspen)

Taspen dibentuk untuk memberikan jaminan pada masa pensiun, asuransi kematian, dan
nilai tunai asuransi sebelum pensiun dengan memberikan suatu jumlah sekaligus kepada peserta
atau ahli warisnya, di samping pembayaran bulanan dari pensiun yang bersangkutan. Jumlah
sekaligus itu diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bekal untuk memulai hidup baru sesudah
pensiun. Program ini diperluas dengan pensiun hari tua, ahli waris, dan cacat untuk PNS
berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 25 Tahun 1981.

Sesuai dengan maksud dan tujuannya, maka peserta Taspen adalah seluruh Pegawai
Negeri, yaitu mereka yang diangkat dan dipekerjakan dalam suatu jabatan negeri oleh pejabat
negara atau badan negara yang berwenang mengangkatnya, dan digaji menurut peraturan gaji
yang berlaku baginya dan dibayar atas beban Belanja Pegawai dari Anggaran Belanja
Negara/Daerah. Bagi sebagian Pegawai Negeri, yaitu anggota TNI/Polri dan Pegawai Negeri
Sipil Departemen Pertahanan, diberlakukan program serupa yang tersendiri, yaitu Asabri
(Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) terhitung mulai 1 Agustus 1971.
Karena itu program Taspen kemudian dinyatakan tidak berlaku lagi bagi mereka.

Program Kesejahteraan PNS yang dikelola PT Taspen terdiri dari Program Tabungan
Hari Tua dan Program Pensiun. Di dalam PP No. 25 Tahun 1981 tentang Asuransi Sosial
Pegawai Negeri Sipil pasal 1 disebutkan bahwa:
1. Tabungan Hari Tua adalah suatu program asuransi, terdiri dari Asuransi Dwiguna yang
dikaitkan dengan usia pensiun ditambah dengan Asuransi Kematian.
2. Pensiun adalah penghasilan yang diterima oleh penerima pensiun setiap bulan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Program pension diberikan kepada PNS yang telah
memenuhi kriteria sebagai berikut:
Mencapai usia pensiun (pada saat ini 56 tahun).
a. Meninggal pada masa aktif, yang akan diberikan kepada janda/duda atau anaknya.
b. Meninggal pada saat pensiun yang akan diberikan kepada janda/duda atau anaknya sebelum
berumur 25 tahun.

Besarnya pensiun bulanan untuk peserta adalah 2,5% dari gaji pokok dikalikan jumlah
tahun masa kerja. Program pensiun dibiayai terutama dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN), dan sebagian dari iuran pegawai sebesar 4,75% dari gaji setiap bulan.

Pegawai Negeri yang sekarang berjumlah sekitar empat juta orang, menyumbangkan
iuran sebesar 8% dari total biaya untuk melaksanakan seluruh program PT Taspen. Program ini
telah menghasilkan aset cukup besar dan hasil investasinya telah memperbesar kapital iuran,
sehingga PT Taspen sanggup membayar sebesar 22,5% dari pengeluaran pensiun. Sisanya
dibayarkan dari anggaran Pemerintah (ILO). Tetapi adanya peningkatan gaji pegawai negeri dan
pensiunan pegawai negeri diperkirakan akan membuat sistem ini tidak akan dapat berkelanjutan
(sustainable). Leechor memperkirakan bahwa dana untuk pembayaran penuh pensiun bagi
pegawai negeri akan defisit mulai tahun 2006 dan tanpa adanya kenaikan iuran maka program
Taspen dapat mengalami kebangkrutan pada tahun 2015.
Hal ini diperburuk dengan adanya peraturan perundangan saat ini yang tidak
memperbolehkan pemerintah mendanai dana pensiun Taspen jauh-jauh hari di muka (advanced
funding), sehingga memperburuk kondisi fiskal Taspen. Untuk dapat mendanai penuh dana
pensiun Taspen, diperkirakan diperlukan dana tambahan senilai 3,25% dari gaji pegawai negeri
dan pada tahun 2020 jumlah total biaya yang harus dikeluarkan pemerintah untuk membiayai
pensiun pegawai negeri diperkirakan akan membengkak sampai mencapai 66% dari APBN
pengeluaran rutin pemerintah, suatu jumlah yang akan sangat membahayakan posisi fiskal
pemerintah.

Apabila dibandingkan dengan Jamsostek, dana pensiun Taspen lebih banyak memberikan
manfaat kepada para pesertanya, karena nilai dana pensiun Taspen untuk anggotanya
diperkirakan sebesar 100% dari gaji terakhir pekerja setelah bekerja selama 35 tahun, jauh lebih
baik dari Jamsostek yang nilai pensiunnya hanya sebesar 11% dari jumlah gaji terakhir pekerja
setelah bekerja selama 35 tahun (Leechor, 24). Kebijakan menentukan jumlah pensiun yang
besar ini diambil oleh PT Taspen karena gaji resmi pegawai negeri di Indonesia rendah. Namun,
perbedaan jumlah pensiun ini sangat besar sehingga menimbulkan kesan bahwa pemerintah
sangat melindungi pegawainya pada saat mereka menjadi tua, sementara kesejahteraan rakyat
kebanyakan kurang diperhatikan oleh pemerintah.

Berdasarkan pasal 1 angka 2 PP No. 25 Tahun 1981, Asuransi Sosial adalah Asuransi
Sosial Pegawai Negeri Sipil termasuk dana pensiun dan tabungan hari tua. Oleh sebab itu
Asuransi Sosial terbagi ke dalam dua bagian utama, yakni:

(a). Dana Pensiun

Menurut pasal 1 ayat 4 PP No.25 Tahun 1981 yang dimaksud dengan dana pensiun
adalah penghasilan yang diterima oleh penerima pensiun setiap bulan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya, syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pegawai
untuk memperoleh hak pensiun penuh adalah
1. Telah mencapai usia pensiun.
2. Memiliki masa kerja yang cukup untuk pensiun.
3. Telah diberhentikan dengan hormat.
Pasal 10 PP No. 25 Tahun 1981 disebutkan tentang pegawai negeri sipil yang berhak
untuk mendapatkan pensiun adalah:
1. Peserta atau pegawai negeri sipil.
2. Janda atau duda penerima pensiun.
3. Yatim/piatu dari peserta dan yatim/piatu dari penerima pensiun.
4. Orang tua dari peserta yang tewas yang tidak meninggalkan janda / duda / anak yatim piatu
yang berhak menerima pensiun.

(1). Sifat Program Pensiun Pegawai Negeri Sipil

Berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1969 disebutkan bahwa sifat pensiun


adalah sebagai jaminan hari tua dan peng-hargaan atas jasa-jasa Pegawai Negeri selama
bertahun-tahun bekerja dalam dinas pemerintah. Selanjutnya dalam penjelasan disebutkan bahwa
pemberhentian dengan hormat merupakan syarat yang mutlak untuk mendapatkan hak pensiun,
hal ini sesuai dengan sifatnya bahwa pensiun sebagai penghargaan atas jasa-jasa PNS selama
bekerja dalam dinas pemerintah dan penting untuk membina dan memelihara kesetiaan pegawai
terhadap negara dan haluan negara yang berdasarkan Pancasila, maka tidaklah pada tempatnya
untuk memberikan pensiun kepada pegawai yang diberhentikan tidak dengan hormat sebagai
pegawai negeri. Dengan kata lain walaupun persyaratan lainnya yaitu masa kerja dan usia telah
memenuhi syarat dan sekalipun telah memenuhi kewajibannya sebagai peserta yaitu telah
membayar iuran, maka persyaratan diberhentikan dengan hormat adalah mutlak.

Salah satu kewajiban peserta program pensiun PNS sebagai-mana yang diatur dalam
Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1977 jo Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981
adalah membayar iuran yang dipotong setiap bulan sebesar 4,75 prosen dari penghasilan dan ini
merupakan salah satu sumber pen-danaan program pensiun PNS. Sehubungan dengan sifat
pensiun sebagai jaminan hari tua maka pensiun memberikan perlin-dungan penghasilan setelah
menyelesaikan masa bhakti sebagai PNS, memberikan perlindungan keuangan bagi tanggungan
PNS (isteri/suami/anak) karena terjadinya kehilangan atau jaminan penghasilan akibat PNS
meninggal dunia atau sebab lain, akan tetapi apabila PNS yang bersangkutan diberhentikan tanpa
hak pensiun, maka akumulasi iuran yang telah disetorkan tiap bulannya tidak dikembalikan
kepada peserta (PNS). Hal ini berbeda dengan sifat program Tabungan Hari Tua (THT). Untuk
peserta program THT dalam hal peserta berhenti sebelum mencapai batas usia pensiun,
akumulasi iuran ditambah dengan bunga diberikan kepada peserta.

(2). Manfaat Program Pensiun

Dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Pera-turan Dana Pensiun,


mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan manfaat pensiun adalah pembayaran berkala yang
di-bayarkan kepada peserta pada saat dan cara yang ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun,
sedangkan dalam Pasal 1 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981 tentang Asuransi
Sosial Pegawai Negeri Sipil dinyatakan bahwa pensiun adalah penghasilan yang diterima oleh
pensiunan setiap bulan-nya berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
Beberapa jenis manfaat pensiun yang dikenal dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1969
tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai setidaknya ada 4 jenis manfaat
pensiun, yakni :
1. Manfaat Pensiun Normal (syarat Usia 50 Tahun dan Masa Kerja 20 Tahun)
2. Manfaat Pensiun Dipercepat (syarat Usia 50 Tahun dan Masa Kerja 10 Tahun)
3. Manfaat Pensiun Cacat (karena dinas syaratnya adalah PNS, bukan karena dinas syaratnya
memiliki Masa Kerja 4 Tahun),
4. Manfaat Pensiun Ditunda (Syarat masa kerja 10 tahun usia belum mencapai 50 Tahun).

Berdasarkan ketentuan Pasal 11 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1969 tersebut


dinyatakan bahwa besarnya pensiun pega-wai sebulan adalah 2? persen (dua setengah perseratus)
dari dasar pensiun untuk tiap-tiap tahun masa kerja dengan ketentuan bahwa pensiun pegawai
sebulan adalah sebanyak-banyaknya 75 persen (tujuh puluh lima perseratus) dan sekurang-
kurangnya 40 persen (empat puluh perseratus) dari dasar pensiun serta tidak boleh kurang dari
gaji pokok terendah menurut peraturan peme-rintah tentang gaji dan pangkat yang berlaku bagi
pegawai negeri yang bersangkutan.
Sedangkan besarnya pensiun janda/duda sesuai dengan keten-tuan Pasal 17 Undang-
undang Nomor 11 Tahun 1969 adalah 36 persen (tiga puluh enam perseratus) dari dasar pensiun
dan tidak boleh kurang dari 75 persen (tujuh puluh lima perseratus) dari gaji pokok terendah.
Apabila pegawai negeri sipil tewas, maka besarnya pensiun jada/duda adalah 72 persen (tujuh
puluh dua per-seratus) dari dasar pensiun dan tidak boleh kurang dari gaji pokok terendah
dengan ketentuan apabila terdapat lebih dari seorang isteri yang berhak menerima pensiun janda
maka besarnya bagian janda untuk masing-masing isteri dibagi rata antara isteri-isteri itu.

Khusus bagi pegawai negeri yang tewas tetapi belum memiliki keluarga, maka bagian
pensiunnya diberikan kepada orang tuanya sebesar 20 persen (dua puluh perseratus) dari pensiun
pokok tewas.

(3). Sumber Pendanaan Program Pensiun

Dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang pembiayaan pensiun


dinyatakan bahwa pensiun pegawai, pen-siun janda/duda dan tunjangan-tunjangan serta bantuan-
bantuan diatas pensiun dibiayai sepenuhnya oleh negara menjelang pembentukan dan
penyelenggaraan suatu dana pensiun yang akan diatur oleh Peraturan Pemerintah. Selanjutnya
dalam Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981 tentang Asuransi Sosial Pegawai
Negeri dinyatakan bahwa peserta wajib mem-bayar iuran setiap bulannya sebesar 8 persen dari
penghasilan sebulan tanpa tunjangan pangan, adapun peruntukannya diten-tukan untuk pensiun
4,75 persen dari penghasilan. Sejalan dengan ketentuan pasal 7 huruf a Peraturan Pemerintah
Nomor 25 Tahun 1981 tersebut Pemerintah tetap menanggung beban pembayaran sumbangan
untuk iuran pensiun PNS yang besarnya akan ditetapkan dengan Keputusan Presiden. PT. Taspen
(Per-sero) selaku Badan Pengelola Dana Pensiun dengan arahan investasi dari Pemerintah dalam
hal ini Menteri Keuangan dapat menginvestasikan sebagian dana pensiun. Dalam Pasal 14 Pera-
turan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981, terhadap penye-lenggaraan program asuransi sosial
tersebut Negara memberikan jaminan dengan menyatakan bahwa dalam hal perusahaan per-
seroan (persero) tersebut dalam Pasal 13 ayat (1) tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajibannya
terhadap PNS berdasarkan Peraturan Pemerintah ini, maka negara bertanggung jawab penuh
untuk itu.
(4). Pengelolaan Program Pensiun

Badan penyelenggara yang mengelola dana pensiun PNS saat ini adalah Badan Usaha
Milik Negara yang berbentuk Perusahaan Perseroan dan berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 1981 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Dana Pensiun Dan
Asuransi Pegawai Negeri Menjadi Peru-sahaan Perseroan (Persero), Perusahaan Perseroan yang
di-maksud adalah PT. Taspen (Persero), tujuan dan lapangan usahanya adalah menyelenggarakan
asuransi sosial termasuk asuransi dana pensiun dan tabungan hari tua bagi PNS.

Penyelenggaraan program pensiun Pegawai Negeri Sipil oleh PT. Taspen (Persero)
berbeda dengan penyelenggaraan program tabungan hari tua Pegawai Negeri Sipil. dalam
program ta-bungan hari tua Pegawai Negeri Sipil pembayaran iuran Pegawai Negeri Sipil
seluruhnya dikumpulkan melalui PT. Taspen (Persero) dan pembayaran manfaat sepenuhnya
dibebankan kepada perusahaan dimaksud. Dalam program pensiun hal ini sepenuhnya tidak
berlaku. PT. Taspen (Persero) saat ini hanya-lah sebagai administrator pensiun sedangkan
pemerintah ber-tindak sebagai regulator. Sebagai administrator PT. Taspen (Persero) saat ini
memberikan kontribusi sebesar 25 persen dari pensiun Pegawai Negeri Sipil sedangkan 75
persen dari pensiun dibebankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (surat Direksi PT.
Taspen (Persero) Nomor SRT-375/DIR/092001 tanggal 28 September 2001).

Sejak tanggal 20 April 1992 pemerintah telah mengundangkan ketentuan-ketentuan yang


berkenaan dengan masalah Dana Pen-siun yakni Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992. Dalam
un-dang-undang ini yang dimaksud dengan Dana Pensiun adalah Badan Hukum yang mengelola
dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun, tujuannya adalah memisahkan ke-
kayaan dana pensiun dari kekayaan negara dan kekayaan pengelola.

Dari keterangan tersebut diatas maka terlihat jelas perbedaan dari tujuan kedua lembaga
tersebut jika PT. Taspen (Persero) didirikan guna menyelenggarakan asuransi sosial dan
fungsinya tidak lebih sebagai juru bayar sedangkan Lembaga Dana Pen-siun sebagaimana yang
dimaksud oleh Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 cakupannya meliputi antara lain:
a. Dapat mengelola dan menjalankan program yang men-janjikan manfaat pensiun.
b. Memisahkan kekayaan Dana Pensiun dari kekayaan negara dan kekayaan pengelola.

(5). Sistem Pendanaan Program Pensiun

Pada dasarnya sistem pendanaan program pension PNS terbagi ke dalam 2 sistem, yakni:

(1). Sistem Pendanaan/Pembayaran Langsung (Pay As You Go System).

Istilah pendanaan langsung merujuk pada istilah pay as you go atau current disbursement.
Metode ini adalah bahwa iuran pada program hanya bersumber dari pemerintah, saat pem-
bayaraan iuran bersamaan dengan saat pembayaran pensiun, besarnya iuran sama dengan
pembayaran pensiun, dan sarana pembayaran bersamaan dengan pembayaran gaji PNS, dapat
melalui media pembayaran yang sama atau ber-beda dengan pembayaran gaji.
Keuntungan dari metode ini antara lain pengendalian pem-bayaran terutama penetapan besar
pensiun ditangani peme-rintah, penganggaran pemerintah, berdasar prakiraan keada-an nyata
(cash basic), adapun kerugiannya antara lain peningkatan pensiun dari tahun ke tahun, akibat
penambahan penerimaan pensiun, sekalipun tidak terdapat kenaikan gaji atau pensiun,
peningkatan pembayaran akan terjadi karena lama kehidupan penerima pensiun makin panjang,
sejalan dengan peningkatan kesehatan masyarakat terutama bila usia pensiun tidak berubah dan
lama pembayaran akan lebih panjang karena adanya pembayaran pensiun bagi ter-tanggung
(Isteri/suami dan anak/atau anak-anak).

Merujuk pada sistem tersebut, maka sistim pendanaan pro-gram pensiun Pegawai Negeri
Sipil yang sekarang berlaku termasuk kategori sistem pendanaan langsung,

(2). Sistem Pendanaan Penuh (Full Founded System).


Metode lainnya adalah metode pendanaan penuh (Full Founded System), dalam metode
ini iuran dapat bersumber dari Pemerintah bersama PNS, iuran dijadwalkan men-dahului
pembayaran manfaat pensiun dan tabungan hari tua, iuran pemerintah terdiri dari iuran tetap
(tahunan) berdasar pada penghasilan PNS dan atas nama PNS, dan iuran tambahan bila
diperlukan untuk pendanaan, iuran PNS bila ada berdasar bagian tertentu dari penghasilan setiap
bulan-nya, alokasi penganggaran iuran sebagai bagian dari peng-hasilan PNS dan untuk
memungkinkan pengembangan dana, pengelolaan program dipisahkan dari pengelolaan Peme-
rintah.

Keuntungan metode ini antara lain bahwa beban pem-bayaran, pengelolaan pembayaran
dan penerima pensiun dialokasikan terpisah dari beban anggaran pemerintah, beban pemerintah
untuk pembayaran iuran dapat diperkirakan bersamaan dengan pembayaran penghasilan PNS
pada saat jumlah PNS tidak bertambah, maka iuran pemerintah hanya akan meningkat karena
adanya pengaruh penyesuaian inflasi atau tingkat kehidupan dan beban iuran tambahan dapat
dialokasikan secara terprakirakan dan tetap dalam jangka waktu tertentu.

(b). Tabungan Hari Tua

Program tabungan hari tua adalah sebuah program jangka panjang di mana peserta berhak
mendapatkan manfaat program sebelum mencapai usia pensiun, dan apabila pekerja meninggal
dunia maka janda/dudanya beserta anak-anaknya, akan berhak menerima manfaat pekerja
tersebut. Program ini berupa sebuah tabungan wajib. Jadi, program tabungan hari tua ini mirip
dengan program tabungan wajib PT Jamsostek untuk pekerja swasta sektor formal dan keluarga
mereka. Dengan kata lain, program ini adalah program pembiayaan sendiri (self-funded)
berbentuk iuran pasti (defined contribution) yang mirip dengan program tabungan wajib untuk
hari tua yang telah dibentuk di beberapa negara, seperti ?pilar kedua? yang telah
direkomendasikan oleh Bank Dunia (World Bank). Perbedaannya, program ini akan dikelola
oleh sebuah perusahaan negara dan bukan oleh perusahaan investasi swasta.
Program tabungan hari tua atau asuransi hari tua sebagaimana yang diatur dalam PP No.
25 Tahun 1981 adalah suatu program asuransi yang terdiri dari asuransi dwiguna yang dikaitkan
dengan usia pension ditambah dengan asuransi kematian.

Dalam penjelasan pasal 1 PP No. 25 Tahun 1981 tentang pengertian asuransi dwiguna,
dijelaskan adalah jenis asuransi yang memberikan jaminan keuangan bagi peserta pada waktu
mencapai usia pension atau bagi ahli warisnya pada waktu meninggal dunia sebelum mencapai
masa pesiun. Menurut pasal 10 ayat 2 PP No.25 Tahun 1981 disebutkan yang berhak mendapat
tabungan hari tua adalah:
a. Peserta dalam hal yang bersangkutan berhenti dengan hak pension atau berhenti sebelum saat
pensiun.
b. Istri / suami, anak atau ahli waris peserta yang sah dalam hal peserta meninggal dunia.

Memperhatikan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa program asuransi sosial
pegawai negeri sipil berdasarkan PP No. 25 Tahun 1981 terdiri dari:
1. Program Pensiun.
2. Program Taspen yang pada dasarnya merupakan program berdasarkan PP No. 10 Tahun 1963.

Hak-hak yang diperoleh yang mengikuti program Taspen antara lain:


a. Bila peserta berhenti karena mencapai usia pension maka akan menerima sejumlah uang
asuransi hari tua.
b. Bila peserta meninggal dunia sebelum mencapai usia pensiun, maka istri/suami/anak yang
bersangkutan akan menerima sejumlah uang asuransi hari tua ditambah dengan asuransi
kematian.
c. Bila peserta berhenti tanpa hak pensiun (keluar) atau bukan karena meninggal dunia, maka
menerima uang tunai asuransi.
d. Apabila istri/suami dari peserta meninggal dunia, maka ahli warisnya akan menerima asuransi
kematian sebesar 100% dari penghasilan terakhir setiap bulan.
e. Bila anak-anak peserta ada yang meninggal dunia, maka ahli warisnya akan menerima
asuransi kematian sebesar 20 % dari penghasilan terakhir setiap bulan dengan ketentuan:
- Asuransi kematian anak hanya diberikan untuk sebanyak-banyaknya tiga orang anak.
- Anak dalam hal ini adalah anak pegawai negeri / peserta yang terdaftar pada administrasi
kepegawaian, tidak harus tertunjang dalam daftar gaji dan sesuai dengan ketentuan kepegawaian
yang berlaku.

BAB III
KESIMPULAN

Pada pokoknya pensiun adalah menjadi kewajiban dari setiap orang untuk berusaha
menjamin hari tuanya, dan untuk itu setiap PNS wajib menjadi peserta dari suatu badan asuransi
sosial yang dibentuk oleh pemerintah. Karena pensiun bukan hanya sebagai jaminan hari tua
tetapi juga adalah sebagai balas jasa, maka pemerintah memberiakan sumbangannya kepada
PNS. Iuran pensiun PNS dan sumbangan pemerintah tersebut dipupuk dan dikelola oleh badan
asuransi sosial.
PNS berhak atas pensiun apabila : Telah mencapai sekurang-kurangya 50 tahun dan
mempunyai masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 20 tahun, oleh tim penguji kesehatan
pegawai negeri dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun karena keadaan
jasmani/rochani yang disebabkan oleh dan karena menjalankan tugas kewajiban jabatan,
mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 4 tahun dan oleh Tim Penguji Kesehatan Pegawai
Negeri dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun karena keadaan
jasmani/rohaninya yang tidak disebabkan oleh dan karena menjalankan tugas kewajiban
jabatannya, diberhentikan dengan hormat sbg PNS atau dari jabatan negari karena sebagai tenaga
kelebihan, apabila telah berusia sekurangnya 50 tahun dan memiliki masa kerja pensiun
sekurang-kurangnya 10 tahun, mencapai BUP menurut ketentuan Peraturan Pemerintah No: 32
Tahun 1979.
Dasar pensiun yang dipakai untuk menentukan besarnya pensiun/pensiun pokok, ialah
gaji pokok terakhir sebulan yang berhak diterima oleh PNS berdasarkan peraturan gaji yang
berlaku. Besarnya pensiun pegawai negeri sebulan adalah 2,5% dari dasar pensiun untuk tiap-
tiap tahun masa kerja, dengan ketentuan sbb:
a) Pensiun pegawai sebulan sebanyak-banyaknya 75% dan sekurang-kurangnya 40% dari dasar
pensiun;
b) Apabila PNS mengalami keuzuran jasmani/rohani oleh dan karena menjalankan tugas
kewajiban jabatannya, maka besarnya pensiun yang diterima adalah 75% dari dasar pensiun.
c) Pensiun pegawai sebulan tidak boleh kurang dari gaji pokok terendah menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

You might also like