You are on page 1of 3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang
di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh
terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya
rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. remaja
memiliki tugas perkembangan dan fase perkembangan seksualnya yang mendorong mereka
untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis (seperti pacaran) (Gunawan, 2011).Seksual secara
umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan
perkara hubungan intim antara laki-laki dan perempuan (Depkes, 2010). Perilaku seksual adalah
segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama
jenis. Perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang di dorong oleh
hasrat seksual baik dengan lawan jenisnya maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini
bisa bermacam-macam, mulai dari pasangan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu,
dan bersenggama (Sarwono, 2011). Perilaku seksual pranikah adalah salah satu bentuk ungkapan
tingkah laku atau rasa cinta yang dilampiaskan dimulai pada tahap berdekatan,berciuman sampai
melakukan senggama tanpa adanya ikatan pernikahan (Hurlock, 2002).
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Survei Kesehatan Reproduksi Remaja (SKRR)
yang telah dikutip dalam studi kasus (Israwati,2013) menunjukan bahwa remaja Indonesia
berpacaran pada usia 12 tahun. Perilaku pacaran remaja yang tidak sehat sebanyak 92% remaja
pernah berpegangan tangan saat berpacaran, 82% remaja pernah melakukan ciuman, 63% remaja
saling meraba bagian sensitive dengan pasangan pada saat pacaran. Adanya perilaku pacaran
yang tidak sehat dapat menimbulkan remaja untuk mengarah pada hubungan seks bebas pranikah
(Israwati,2013). Berdasrkan hasil survey (BKKBN, 2010) di Surabaya bahwa sebanyak 54%
remaja perempuan sudah tidak memiliki keperawanan.
Pada seorang remaja, seks pranikah tersebut dapat dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta
dengan didominasi oleh perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya, tanpa
disertai komitmen yang jelas (menurut Sternberg,2010) Motivasi merupakan penggerak perilaku.
Hubungan antar kedua konstruk ini cukup kompleks, antara lain dapat dilihat sebagai berikut :
Motivasi yang sama dapat saja menggerakkan perilaku yang berbeda, demikian pula perilaku
yang sama dapat saja diarahkan oleh motivasi yang berbeda. Motivasi tertentu akan mendorong
seseorang untuk melakukan perilaku tertentu pula (Sardiman, 2006) Menurut Ancok & Suroso
(2011), spiritual adalah perilaku yang dilakukan seseorang sebagai pembuktian atas kepercayaan
terhadap agamanya. Salah satu bentuknya adalah melakukan ibadah serta menjalankan aturan
agama. Frank dan Kendall (2011) mengungkap dimana remaja yang memiliki tingkat spiritual
yang tinggi mempunyai strategi pertahanan yang lebih baik sehingga cenderung menolak terlibat
dalam perilaku-perilaku beresiko termasuk perilaku seksual. Berdasarkan penelitian Ritandiono
dan Andisti (2008) menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat spiritual maka semakin rendah
perilaku seks bebasnya dan sebaliknya semakin rendah tingkat spiritualnya makan tinggi
perilaku seks bebasnya. Hal ini berarti, spiritualitas dapat mempengaruhi perilaku seks pranikah.
Seseorang yang memiliki tingkat spiritual yang rendah, tidak dapat menghayati agamanya
dengan baik, dengan demikian seseorang akan dengan mudah melanggar ajaran agamanya
misalnya dengan melakukan seks pra nikah.

B. Rumusan Masalah
C. Apakah ada hubungan Tingkat spiritual dengan Seks pra nikah pada siswa kelas X1 SMK

PGRI 2 Kertosono

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan Tingkat spiritual dengan Seks pra nikah pada siswa kelas X1 SMK

PGRI 2 Kertosono
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat spiritual pada siswa kelas XI SMK PGRI 2 Kertosono
2. Mengidentifikasi Seks pranikah pada siswa kelas XI SMK PGRI 2 Kertosono
3. Menganalisis hubungan Tingkat spiritual dengan Seks pra nikah pada siswa kelas X1

SMK PGRI 2 Kertosono

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam belajar meneliti tentang hubungan Tingkat

spiritual dengan Seks pra nikah pada siswa kelas X1 SMK PGRI 2 Kertosono

2. Bagi tempat penelitian


Hasil penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk menyusun kebijakan dalam menyusun

strategi untuk mengurangi kejadian seks pra nikah di sekolah.

You might also like