You are on page 1of 7

Florea Volume 1 No.

1, April 2014 (47-53)

PENGARUH UMUR BETINA Drosophilla melanogaster strain tx TERHADAP


JUMLAH ANAKAN DAN JENIS KELAMIN F1 SEBAGAI BAHAN
PANDUAN PRAKTIKUM GENETIKA

Antik Nur Wijayanti1, Marheny Lukitasari2,


1,2)
Program Studi Pendidikan Biologi, FPMIPA IKIP PGRI Madiun
e-mail: marh3ny@yahoo.com

ABSTRACT
Every living organism has the ability to reproduce that aims to maintain the kind ( species).
Sexual maturity conditions of Drosophilla melanogaster will affect the outcome of the offspring ,that
is a number of offspring and a kind offspring sex. Sexual maturation of female D. melanogaster
individuals also greatly affect to the offspring conditions. Genetic research using D. melanogaster as
an experimental material will be interesting and challenging for the university students . The purpose
of this study was to determine: 1)The effect of age of female D. melanogaster strains tx on offspring
number and the sex of F1. 2) The research results will use as a guide to the preparation of the genetics
lab. The study was conducted using a completely randomized design methods . Data were analyzed
using analysis of variance of the path (oneway Anova) followed further test by 5 % BNT test. Data
showed the effect of age of female D. melanogaster strains tx on a number of offspring and the kind
sex of F1 . The average number of offspring at various ages females are 149.38 . The average of are
72.03 and 77.34 of the female. After further testing with BNT in 5% of level indicates that the number
of F1 offspring in females treatment aged 12 , 24 , 36 and 48 hours resulted in a lot of different
number of offspring significantly with the number of female progeny from crosses age 60 , 72, 84 and
96 hours resulted in the number of little offspring. From the study it can be concluded that the age of
the female D. melanogaster strains tx effect on a number of offspring and a kind of F1 sex of progeny .
The older females ,the number of offsprings produced are less, because females decreased fertility and
fecundity . Individual males have a higher mortality compared with all age female D. melanogaster
strains tx .

Keyword : Females Age , D. melanogaster strain Tx, Practical Guidelines .

PENDAHULUAN merupakan ilmu yang yang sangat menarik


Setiap makhluk hidup memiliki dan sekaligus menantang. Hal ini
kemampuan untuk melakukan reproduksi disebabkan setiap makhluk hidup,
yang bertujuan untuk mempertahankan khususnya makhluk hidup tingkat tinggi
jenisnya (species). Kelestarian spesies (multiseluler) melakukan perkawinan atau
secara keseluruhan mengharuskan tiap persilangan antar sesama jenisnya.
individu memperbanyak diri. Tiap generasi Fenomena kawin terjadi secara alamiah dan
menghasilkan individu baru untuk sangat menarik untuk diamati tetapi kurang
menggantikan yang mati tanpa reproduksi diimplementasikan dalam pembelajaran
suatu spesies akan punah. Lebih lanjut genetika bagi mahasiswa.
Campbell (2009) menyatakan bahwa Ilmu Berkenaan dengan umur betina D.
yang mempelajari tentang sifat-sifat yang Melanogaster, King (1970) dalam Muliati
diwariskan, proses penurunan sifat (2000) menyatakan bahwa jumlah telur
(hereditas), dan variasi yang terjadi pada yang yang diproduksi oleh individu betina
keturunannya disebut ilmu genetika. Salah D. melanogaster bervariasi tergantung
satu subyek penelitian yang dapat umur betina, kelembaban dan nutrisi.
digunakan untuk mempelajari ilmu ini Fowler (1973) dalam Muliati (2000)
adalah lalat buah D. melanogaster. melaporkan individu betina D.
Genetika sebagai salah satu cabang melanogaster dapat mengelurkan ovum
ilmu pengalaman (experienced sciences) rata-rata 64 butir per hari, sehingga jika

47
Pengaruh umur betina

individu betina mampu hidup selama 30 melanogaster juga akan berpengaruh


hari, individu tersebut dapat menghasilkan terhadap kondisi keturunannya. Oleh karena
2000 telur. itu, penelitian ini penting dilakukan untuk
Berkaitan dengan individu betina mengetahui pengaruh umur betina D.
Cockburn, et al. (2002) dalam Long & melanogaster terhadap jumlah anakan dan
Pischeda (2005) mangemukakan bahwa jenis kelamin F1.
kondisi betina juga mempengaruhi rasio Penelitian ilmu genetika dengan
seks F1. Betina dapat meningkatkan menggunakan D. melanogaster sebagai
kemampuannya untuk menghasilkan bahan percobaan akan menarik dan
keturunan dengan cara kawin dengan jantan menantang bagi mahasiswa. Selama ini
“high-quality” untuk menghasilkan anakan mahasiswa hanya mendapatkan teori
jantan dan kawin dengan jantan “low- mengenai ilmu genetika namun belum
quality” untuk menghasilkan anakan betina. berperan aktif dalam proses pembelajaran
Perkembangbiakan D. melanogaster genetika secara praktis dan aplikatif.
dilakukan secara seksual dengan berbagai Pembelajaran genetika sekarang ini masih
situasi dan kondisi yang dapat sangat tradisional sehingga perlu adanya
mempengaruhi keberhasilan kawinnya. peningkatan pembelajaran genetika yang
Perkawinan pada D. melanogaster dimulai berkembang seiring dengan perkembangan
ketika hewan tersebut telah mencapai IPTEK dan bioteknologi.
kedewasaan seksual. Menurut Indayati Berdasarkan penjelasan di atas maka
(1999) dalam Widya (2010) dilakukan penelitian ini yang bertujuan
mengemukakan bahwa kedewasaan seksual untuk mengetahui pengaruh umur betina D.
pada individu jantan ditandai dengan melanogaster strain tx terhadap jumlah
kemampuan menghasilkan dan anakan dan jenis kelamin F1, serta
mengeluarkan sperma, sedangkan pada penggunaan hasil penelitian sebagai bahan
individu betina ditandai dengan penyusunan panduan praktikum genetika.
kemampuan dalam mengovulasikan ootid.
Fowler (1973) dalam Hartanti METODE
(1998) menyatakan bahwa pada umumnya Alat yang digunakan dalam penelitian
individu jantan akan kawin ketika sudah antara lain botol selai, kain kasa, tutup botol
mencapai kematangan seksual yaitu kira- dari spons, kertas label, timbangan,
kira berumur 12 jam setelah menetas. Pada pengaduk, kantong plastik bening, gunting,
individu betina mereka tidak akan kawin panci, blender, kompor gas, pisau, kuas,
selama selang waktu 12 jam pertama selang, kertas pupasi dan spidol permanen.
setelah keluar dari pupa. Biasanya individu Bahan yang diperlukan dalam penelitian
betina akan menolak kawin dengan jantan, adalah Drosophila melanogaster strain tx,
hal tersebut menunjukkan bahwa individu pisang rajamala, tape singkong, gula merah,
betina belum mencapai aktivitas maksimum air, yeast, deterjen.
kematangan seksual sampai berumur 48
jam. D. melanogaster dianggap telah Peremajaan stok induk D. melanogaster
mencapai kedewasaan seksual setelah strain tx
mampu menghasilkan dan mengeluarkan Menyiapkan beberapa botol selai
spermatozoa (untuk individu jantan) dan yang telah berisi medium lengkap dengan
ootid (untuk individu betina). yeast dan kertas pupasi. Memulai
Kondisi kedewasaan seksual peremajaan jika pada stok awal telah
individu D. melanogaster akan banyak ditemukan larva dengan cara
mempengaruhi hasil dan kondisi memasukkan beberapa pasang D.
keturunannya, baik jumlah keturunan melanogaster strain tx dari stok tersebut ke
maupun jenis kelamin keturunan. dalam botol baru dengan cara menggunakan
Kematangan seksual individu betina D. sedotan yang terbuat dari selang plastik.

48
Wijayanti
Memberi identitas dengan kertas label pada untuk individu betina umur 24 jam, 36 jam,
medium berupa tanggal peremajaan pada 48 jam, 60 jam, 72 jam, 84 jam dan 96 jam.
botol selai yang telah berisi D.
melanogaster strain tx tersebut. Menunggu HASIL DAN PEMBAHASAN
hingga muncul pupa yang menghitam (pupa Jumlah anakan D. melanogaster Strain
terbentuk setelah 6-7 hari setelah Tx
dikawinkan) kemudian mengisolasi pupa Rata-rata jumlah anakan pada
dalam selang ampul. berbagai perlakuan umur betina maka
disajikan dalam histogram seperti pada
Pengumpulan D. melanogaster strain tx Gambar 1.
Menyiapkan selang plastik
sepanjang ± 8 cm. Memasukkan irisan
pisang rajamala ditengah selang sampai
membagi selang tersebut kurang lebih
sama panjangnya. Memindahkan pupa yang
menghitam dari stok induk ke selang ampul
dengan menggunakan kuas pada kedua sisi
selang. Menutup kedua sisi selang dengan
menggunakan potongan spons. Menunggu
pupa menetas sampai terbentuk individu
baru untuk diperlakukan sesuai dengan
tingkatan perlakuan yaitu umur betina yang Gambar 1. Histogram rata-rata umlah anakan
diinginkan yaitu umur betina 12 jam, 24 pada berbagai umur betina D.
jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam, 72 jam, 84 melanogaster Strain Tx
jam dan 96 jam. Memberi label untuk
menunjukkan individu baru tersebut Rata-rata jumlah anakan D.
menetas (tanggal dan jam). melanogaster strain tx pada setiap
perlakuan umur betina 12, 24, 36, 48, 60,
Persilangan D. melanogaster strain tx 72, 84, 96 jam adalah 149.38 dan umur
Menyiapkan botol yang telah berisi betina 48 jam menunjukkan jumlah rata-
medium kultur sesuai dengan jumlah rata anakan paling banyak yaitu 192.5,
persilangan dan ulangannya. Menyilangkan sedangkan umur betina 96 jam
pupa yang telah menetas sesama strain tx menunjukkan jumlah rata-rata anakan
(♂tx >< ♀tx). Menyilangkan satu ekor paling sedikit yaitu 64,5.
jantan (umur 1-3 hari) setelah menetas Hasil analisa data menunjukkan
dengan satu ekor betina umur 12 jam bahwa pada umur betina D. melanogaster
setelah menetas selama 5 jam dan memberi strain tx sangat berpengaruh terhadap
label botol “A”. Masing-masing persilangan jumlah anakan. Uji lebih lanjut BNT 5%,
dilakukan sebanyak 4 kali ulangan. Setelah menunjukkan umur betina 12, 24, 36 dan 48
muncul larva, memindahkan individu betina jam jumlah anakan paling banyak dan rata-
dari botol “A”ke botol “B” dan mengamati rata paling besar yaitu 192,50 pada umur
jumlah imago yang menetas dari pupa pada betina 48 jam. Sedangkan umur 60, 72, 84
botol “A” serta mengamati jenis kelamin F1 dan 96 jam mengalami penurunan jumlah
setiap hari sampai hari ke-7. Mengamati anakan dan umur 96 jam rata-rata jumlah
individu betina di botol “B”, jika pada botol anakan paling sedikit yaitu 64,50, hal
“B” telah ada larva, maka memindahkan tersebut dikarenakan kondisi kedewasaan
induk betina ke dalam botol “ C” dan seksual individu betina D. melanogaster
seterusnya hingga individu betina mati. yang mempengaruhi hasil jumlah
Mengamati jumlah anakan dan jenis keturunannya. Hal ini sesuai dengan Frida
kelamin F1 di botol “B” setiap hari selama (2002) yang menyatakan bahwa individu
14 hari. Mengulangi prosedur yang sama betina D. melanogaster umur 2 hari atau 48

49
Pengaruh umur betina

jam setelah menetas merupakan kondisi Berdasarkan deskriptif data jenis


yang baik karena pada umur individu betina kelamin individu jantan dan betina F1 maka
tersebut paling tinggi daya reseptivitasnya. disajikan dalam histogram seperti pada
Fekunditas betina pada setiap Gambar 2.
perlakuan umur betina D. melanogaster
adalah berbeda. Semakin tua umur betina
maka semakin menurun fekunditas atau
kesuburannya, sehingga semakin menurun
tingkat fertilitas betina yang menyebabkan
jumlah anakan menjadi semakin sedikit.
Berkenaan dengan fekunditas umur betina
D. melanogaster, Somashekar et al. (2011)
melaporkan umur betina D. melanogaster
muda 1-2 hari memiliki fekunditas yang
tinggi dan paling subur dalam keberhasilan
kawin (mating succes) yang dapat Gambar 2. Histogram rata-rata jenis kelamin f1
menghasilkan total telur 50 butir pada berbagai umur betina D.
dibandingkan dengan umur betina dewasa melanogaster strain tx
dan umur betina tua. Lebih lanjut Sgro et
al. (2000) menyatakan bahwa semakin tua Jenis kelamin individu jantan D.
umur betina maka semakin menurun melanogaster strain tx pada berbagai umur
fertilitasnya. betina diperoleh rata-rata sebesar 72,03 dan
Hasil penelitian menunjukkan pada jenis kelamin individu betina D.
umur betina 48 jam dihasilkan jumlah melanogaster strain tx diperoleh rata-rata
anakan paling besar, ini berarti bahwa sebesar 77,34.
kedewasaan seksual D. melanogaster Hasil analisa data yang dilakukan
sebagian besar mengalami kematangan menunjukkan ada pengaruh umur betina
seksual pada umur 48 jam setelah menetas. terhadap jenis kelamin anakan F1. Hal ini
Individu betina tidak akan kawin selama berarti kedewasaan seksual individu betina
selang waktu 12 jam pertama setelah keluar mempengaruhi jumlah jenis kelamin
dari pupa, dan biasanya menolak kawin anakan jantan dan betina, sehingga dengan
dengan jantan. Hal tersebut dikarenakan kematangan seksual individu betina maka
individu betina belum mencapai aktivitas jumlah anakan jantan dan betina semakin
maksimum kematangan seksual sampai banyak yang dihasilkan. Dalam hal ini
berumur 48 jam. Berkenaan dengan diasumsikan bahwa individu betina
individu betina D. melanogaster King mencapai aktivitas maksimum kematangan
(1970) dalam Muliati (2000) menyatakan seksual sampai umur 48 jam.
bahwa jumlah telur yang yang diproduksi Uji lanjut BNT dengan taraf 5%,
oleh individu betina D. melanogaster menunjukkan umur betina 12, 24, 36 dan 48
bervariasi tergantung umur betina, jam menghasilkan jumlah individu jantan
kelembaban dan nutrisi. Fowler (1973) dan individu betina paling banyak
dalam Muliati (2000) melaporkan individu dibanding umur betina 60, 72, 84 dan 96
betina D. melanogaster dapat mengelurkan jam . Sebagaimana hasil penelitian tentang
ovum rata-rata 64 butir per hari, sehingga jumlah individu jantan dan betina yang
jika individu betina mampu hidup selama telah dikemukakan, hal tersebut diduga
30 hari, individu tersebut dapat terkait dengan kemampuan reproduksi
menghasilkan 2000 telur. individu betina pada umur muda (12, 24, 36
Jenis Kelamin FI D. melanogaster Strain dan 48 jam) yang mencapai aktivitas
Tx maksimum kematangan seksual individu
betina sehingga jumlah anakan jantan dan

50
Wijayanti
betina yang dihasilkan paling banyak. Hasil kemampuan untuk hidup yang tidak sama
penelitian tentang jenis kelamin anakan F1 antara individu jantan dan individu betina
memperlihatkan adanya individu jantan dan pada semua perlakuan umur betina
individu betina. Hal ini sesuai dengan sehingga jumlah rerata individu jantan lebih
pernyataan Corebima (2003) yang rendah bila dibanding individu betina. Hal
menyatakan bahwa dari hasil ini sesuai yang dilaporkan Maxson (1985)
gametogenesis pada hewan-hewan dalam Muliati (2000) yang menyatakan
multiseluler, termasuk manusia, memang bahwa individu jantan beberapa spesies
menghasilkan gamet (jantan dan betina) mempunyai jumlah kematian yang lebih
dengan demikian jenis kelamin yang tinggi dibanding dengan yang betina pada
menghasilkan gamet jantan dan betina semua umur. Dalam hal ini jika terjadi
dipengaruhi oleh faktor genetik. kematian pada individu jantan pada tahap
Penelitian ini menunjukkan hasil yang larva, pupa maupun imago memungkinkan
berbeda pada jumlah anakan individu jumlah turunan betina menjadi lebih besar.
jantan dan individu betina yang dihasilkan Hasil analisa data tentang jenis
pada setiap perlakuan umur betina. Jumlah kelamin hasil persilangan D. melanogaster
anakan individu jantan dan individu betina strain tx yang menunjukkan bahwa jumlah
umur muda yaitu umur 12, 24, 36 dan 48 anakan D. melanogastetr betina lebih besar
jam menunjukkan hasil yang paling besar daripada jumlah anakan jantan. Hal tersebut
dibandingkan dengan umur tua 60, 72, 84 dikarenakan pada saat proses kawin
dan 96 jam. Hal ini berarti pada betina individu jantan D. melanogaster
umur 48 jam tampak menghasilkan anakan memproduksi lebih banyak gamet yang
jantan lebih banyak dibanding betina umur membawa kromosom X, dalam hubungan
12 jam. Dengan demikian rasio anakan ini jika terjadi fertilisasi maka
individu jantan paling banyak di usia kawin memungkinkan jumlah keturunan individu
umur betina 48 jam. Hal ini sesuai dengan betina menjadi lebih besar dibandingkan
pernyataan Cockburn, et al (2002) dalam individu jantan. Hasil penelitian
Long and Pischeda (2005) yang menunjukkan bahwa penjelaskan tersebut
manyatakan bahwa kondisi betina juga tidak sejalan dengan pernyataan Corebima
mempengaruhi rasio seks F1. Betina dapat (2003) yang menyatakan bahwa
meningkatkan kemampuannya untuk perkawinan D. melanogaster jantan dan
menghasilkan keturunan dengan cara kawin betina akan menghasilkan keturunan F1
dengan jantan “high-quality” untuk yang berjenis kelamin jantan (XY) dan
menghasilkan anakan jantan dan kawin betina (XX) dengan perbandingan masing-
dengan jantan “low-quality” untuk masing 50%. Berkenaan dengan jumlah
menghasilkan anakan betina. Hal ini jenis kelamin dari hasil penelitian Rothwell
menunjukkan bahwa F1 D. melanogaster (1983) dalam Farida (1996) menyatakan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang bahwa untuk individu dengan tipe
berhubungan dengan lingkungan maupun penentuan jenis kelamin XY seperti pada D.
internal induk jantan dan betina. melanogaster ini, individu jantan dan betina
Hasil analisis secara keseluruhan akan memproduksi gamet dengan jumlah
jumlah rerata jenis kelamin individu jantan yang kurang lebih sama akibatnya
dan betina menunjukkan bahwa rerata kromosom X dan Y memiliki jumlah yang
individu jantan F1 adalah 72,03 sedangkan sama, sebagai hasilnya akan diperoleh
rerata untuk individu betina adalah 77,34. keturunan jantan dan betina dengan nisbah
Hal ini berarti bahwa jumlah anakan 1:1.
individu betina lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah anakan individu jantan pada
persilangan D. melanogaster strain tx. Hasil Implementasi Hasil Penelitian sebagai
penelitian dapat dijelaskan bahwa diduga Bahan Penyusunan Petunjuk Praktikum
berkaitan dengan viabilitas atau

51
Pengaruh umur betina

Praktikum genetika dengan mampu menanamkan konsep dasar


menggunakan D. melanogaster sebagai genetika dengan lebih mendalam serta
bahan percobaan akan menarik dan melatih dan memberikan motivasi kepada
menantang bagi mahasiswa. Untuk mahasiswa untuk bekerja keras dan
memudahkanmahasiswa dalam melakukan mengutamakan kejujuran dalam
praktikum, perlu adanya penyusunan menghasilkan data serta menjalani proses
petunjuk praktikum sehingga mahasiswa perkuliahan secara keseluruhan.
dapat melakukan praktikum sesuai dengan
prosedur yang ada. Pembelajaran Sains- SIMPULAN
Biologi khususnya genetika menekankan Ada pengaruh umur betina D.
pada sebuah pembangunan konsep-konsep melanogaster strain tx terhadap jumlah
dasar pengetahuan untuk dikaitkan pada anakannya.Umur betina D. melanogaster
sebuah refleksi natural (alamiah) dalam strain tx 48 jam merupakan umur yang
pembelajarannya. paling banyak menghasilkan jumlah anakan
Buku petunjuk praktikum genetika dan memiliki daya reseptifitas dan
perlu diberikan pada jenjang pendidikan di fekunditas paling tinggi, sedangkan umur
Perguruan Tinggi dan hasil penelitian ini betina D. melanogaster strain tx 96 jam
dapat dipergunakan sebagai bahan panduan menghasilkan jumlah anakan paling sedikit.
praktikum genetika di Perguruan Tinggi. Umur betina D. melanogaster strain tx
Hal ini dikarenakan prosedur penelitian memperlihatkan adanya pengaruh terhadap
tidak terlalu rumit sehingga mahasiswa rasio seks atau jenis kelamin anakan F1.
tidak mengalami kesulitan dalam Penelitian tentang pengaruh umur betina D.
melakukan penelitian, bahan dan alat yang melanogaster strain tx dapat dijadikan
digunakan mudah untuk didapat, parameter sebagai bahan panduan praktikum genetika.
yang diamati juga sederhana yaitu
berhubungan dengan bentuk morfologi D. DAFTAR PUSTAKA
melanogaster serta jumlah anakan hasil Campbell, Neil A. 2009. Biology Concepts
persilangan sesama strain. Hasil analisis & Connections Sixth Edition. St.San
yang demikian ini ternyata sesuai dengan Francisco:Pearson
pernyataan Seregeg (1996) bahwa D. Corebima A.D. 2003.Genetika Mendel.
melanogaster merupakan salah satu Surabaya: Airlangga University Press
organisme terbaik untuk percobaan Farida, 1996. Pengaruh Suhu Terhadap
hereditas, sebab mudah sekali dipelihara di Nisbah Kelamin D. melanogaster.
laboratorium, makanannya sangat Disertasi tidak diterbitkan. Malang:
sederhana dan ruang yang dibutuhkan Universitas Negeri Malang.
sangat kecil, siklushidupnya pendek, 7-8 Farida M.Y, 2002. Pengaruh Macam Strain
hari (untuk Indonesia), keturunannya dan Umur Betina, serta Macam Strain
banyak dan memilki banyak variasi yang Jantan Terhadap Reseptivitas
herediter. Lebih lanjut Nio et al. (1995) Individu Betina D. melanogaster,
yang menyatakan bahwa D. melanogaster untuk Melakukan Perkawinan
memiliki ukuran tubuh cukup besar untuk Kembali. Jurnal MIPA Edisi Juli.
pengamatan dengan mata telanjang dan Universitas Negeri Malang.
jumlah kromosomnya sedikit. Hartanti S. 1998. Studi Kecepatan Kawin,
Hasil penelitian ini dapat digunakan Lama Kopulasi dan Jumlah Turunan
untuk memberikan gambaran langsung D. melanogaster Strain black dan
pada mahasiswa agar tidak hanya sepia pada Umur 2 dan 3 Hari.
mempunyai gambaran teoritis saja tetapi Disertasi. Malang: Universitas Negeri
dengan melakukan praktikum genetika Malang.
secara langsung sehingga mahasiswa

52
Wijayanti
Long T.A.F. & Pischedda A. 2005. Do Female Mating as Frequency as
female D. melanogaster adaptively Correlated Response. Evolution, 54
bias offspring sex ratios in relation to (6):2152-2155
the age of their mate. Proc. R. Soc., Shoma S.K., Khrisna M.S, Hedge S.N,
272 : 1781-1787. Jayaramu SC, 2011. Effect of Age on
Muliati L. 2000. Pengaruh Strain dan Umur Female Reproductive Success in D.
Jantan terhadap Jumlah Turunan bipectinata. Journal of Insect Sciene.
jantan dan Betina. Disertasi. Malang: 11(3-4)
Universitas Negeri Malang. Widya D.K. 2010. Pengaruh Jeda Waktu
Nio T.K. 1995. Diktat Genetika Dasar. Kawin Kembali (6, 12, 18, 24, 30
Bandung : ITB. dan 36 jam) dan Macam Strain
Seregeg W.,1996. Penuntun Praktikum terhadap Keberhasilan Kawin
Genetika. Surabaya: IKIP Surabaya. Kembali Individu Betina Drosophila
Sgro CM, Patridge L., Fowler K. & Gissele melanogaster strain ro, b, dan dp.
Gedere. 2000. Selection age on Disertasi. Malang: Universitas Negeri
Reproduction in D. melanogaster: Malang.

53

You might also like