Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Every living organism has the ability to reproduce that aims to maintain the kind ( species).
Sexual maturity conditions of Drosophilla melanogaster will affect the outcome of the offspring ,that
is a number of offspring and a kind offspring sex. Sexual maturation of female D. melanogaster
individuals also greatly affect to the offspring conditions. Genetic research using D. melanogaster as
an experimental material will be interesting and challenging for the university students . The purpose
of this study was to determine: 1)The effect of age of female D. melanogaster strains tx on offspring
number and the sex of F1. 2) The research results will use as a guide to the preparation of the genetics
lab. The study was conducted using a completely randomized design methods . Data were analyzed
using analysis of variance of the path (oneway Anova) followed further test by 5 % BNT test. Data
showed the effect of age of female D. melanogaster strains tx on a number of offspring and the kind
sex of F1 . The average number of offspring at various ages females are 149.38 . The average of are
72.03 and 77.34 of the female. After further testing with BNT in 5% of level indicates that the number
of F1 offspring in females treatment aged 12 , 24 , 36 and 48 hours resulted in a lot of different
number of offspring significantly with the number of female progeny from crosses age 60 , 72, 84 and
96 hours resulted in the number of little offspring. From the study it can be concluded that the age of
the female D. melanogaster strains tx effect on a number of offspring and a kind of F1 sex of progeny .
The older females ,the number of offsprings produced are less, because females decreased fertility and
fecundity . Individual males have a higher mortality compared with all age female D. melanogaster
strains tx .
47
Pengaruh umur betina
48
Wijayanti
Memberi identitas dengan kertas label pada untuk individu betina umur 24 jam, 36 jam,
medium berupa tanggal peremajaan pada 48 jam, 60 jam, 72 jam, 84 jam dan 96 jam.
botol selai yang telah berisi D.
melanogaster strain tx tersebut. Menunggu HASIL DAN PEMBAHASAN
hingga muncul pupa yang menghitam (pupa Jumlah anakan D. melanogaster Strain
terbentuk setelah 6-7 hari setelah Tx
dikawinkan) kemudian mengisolasi pupa Rata-rata jumlah anakan pada
dalam selang ampul. berbagai perlakuan umur betina maka
disajikan dalam histogram seperti pada
Pengumpulan D. melanogaster strain tx Gambar 1.
Menyiapkan selang plastik
sepanjang ± 8 cm. Memasukkan irisan
pisang rajamala ditengah selang sampai
membagi selang tersebut kurang lebih
sama panjangnya. Memindahkan pupa yang
menghitam dari stok induk ke selang ampul
dengan menggunakan kuas pada kedua sisi
selang. Menutup kedua sisi selang dengan
menggunakan potongan spons. Menunggu
pupa menetas sampai terbentuk individu
baru untuk diperlakukan sesuai dengan
tingkatan perlakuan yaitu umur betina yang Gambar 1. Histogram rata-rata umlah anakan
diinginkan yaitu umur betina 12 jam, 24 pada berbagai umur betina D.
jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam, 72 jam, 84 melanogaster Strain Tx
jam dan 96 jam. Memberi label untuk
menunjukkan individu baru tersebut Rata-rata jumlah anakan D.
menetas (tanggal dan jam). melanogaster strain tx pada setiap
perlakuan umur betina 12, 24, 36, 48, 60,
Persilangan D. melanogaster strain tx 72, 84, 96 jam adalah 149.38 dan umur
Menyiapkan botol yang telah berisi betina 48 jam menunjukkan jumlah rata-
medium kultur sesuai dengan jumlah rata anakan paling banyak yaitu 192.5,
persilangan dan ulangannya. Menyilangkan sedangkan umur betina 96 jam
pupa yang telah menetas sesama strain tx menunjukkan jumlah rata-rata anakan
(♂tx >< ♀tx). Menyilangkan satu ekor paling sedikit yaitu 64,5.
jantan (umur 1-3 hari) setelah menetas Hasil analisa data menunjukkan
dengan satu ekor betina umur 12 jam bahwa pada umur betina D. melanogaster
setelah menetas selama 5 jam dan memberi strain tx sangat berpengaruh terhadap
label botol “A”. Masing-masing persilangan jumlah anakan. Uji lebih lanjut BNT 5%,
dilakukan sebanyak 4 kali ulangan. Setelah menunjukkan umur betina 12, 24, 36 dan 48
muncul larva, memindahkan individu betina jam jumlah anakan paling banyak dan rata-
dari botol “A”ke botol “B” dan mengamati rata paling besar yaitu 192,50 pada umur
jumlah imago yang menetas dari pupa pada betina 48 jam. Sedangkan umur 60, 72, 84
botol “A” serta mengamati jenis kelamin F1 dan 96 jam mengalami penurunan jumlah
setiap hari sampai hari ke-7. Mengamati anakan dan umur 96 jam rata-rata jumlah
individu betina di botol “B”, jika pada botol anakan paling sedikit yaitu 64,50, hal
“B” telah ada larva, maka memindahkan tersebut dikarenakan kondisi kedewasaan
induk betina ke dalam botol “ C” dan seksual individu betina D. melanogaster
seterusnya hingga individu betina mati. yang mempengaruhi hasil jumlah
Mengamati jumlah anakan dan jenis keturunannya. Hal ini sesuai dengan Frida
kelamin F1 di botol “B” setiap hari selama (2002) yang menyatakan bahwa individu
14 hari. Mengulangi prosedur yang sama betina D. melanogaster umur 2 hari atau 48
49
Pengaruh umur betina
50
Wijayanti
betina yang dihasilkan paling banyak. Hasil kemampuan untuk hidup yang tidak sama
penelitian tentang jenis kelamin anakan F1 antara individu jantan dan individu betina
memperlihatkan adanya individu jantan dan pada semua perlakuan umur betina
individu betina. Hal ini sesuai dengan sehingga jumlah rerata individu jantan lebih
pernyataan Corebima (2003) yang rendah bila dibanding individu betina. Hal
menyatakan bahwa dari hasil ini sesuai yang dilaporkan Maxson (1985)
gametogenesis pada hewan-hewan dalam Muliati (2000) yang menyatakan
multiseluler, termasuk manusia, memang bahwa individu jantan beberapa spesies
menghasilkan gamet (jantan dan betina) mempunyai jumlah kematian yang lebih
dengan demikian jenis kelamin yang tinggi dibanding dengan yang betina pada
menghasilkan gamet jantan dan betina semua umur. Dalam hal ini jika terjadi
dipengaruhi oleh faktor genetik. kematian pada individu jantan pada tahap
Penelitian ini menunjukkan hasil yang larva, pupa maupun imago memungkinkan
berbeda pada jumlah anakan individu jumlah turunan betina menjadi lebih besar.
jantan dan individu betina yang dihasilkan Hasil analisa data tentang jenis
pada setiap perlakuan umur betina. Jumlah kelamin hasil persilangan D. melanogaster
anakan individu jantan dan individu betina strain tx yang menunjukkan bahwa jumlah
umur muda yaitu umur 12, 24, 36 dan 48 anakan D. melanogastetr betina lebih besar
jam menunjukkan hasil yang paling besar daripada jumlah anakan jantan. Hal tersebut
dibandingkan dengan umur tua 60, 72, 84 dikarenakan pada saat proses kawin
dan 96 jam. Hal ini berarti pada betina individu jantan D. melanogaster
umur 48 jam tampak menghasilkan anakan memproduksi lebih banyak gamet yang
jantan lebih banyak dibanding betina umur membawa kromosom X, dalam hubungan
12 jam. Dengan demikian rasio anakan ini jika terjadi fertilisasi maka
individu jantan paling banyak di usia kawin memungkinkan jumlah keturunan individu
umur betina 48 jam. Hal ini sesuai dengan betina menjadi lebih besar dibandingkan
pernyataan Cockburn, et al (2002) dalam individu jantan. Hasil penelitian
Long and Pischeda (2005) yang menunjukkan bahwa penjelaskan tersebut
manyatakan bahwa kondisi betina juga tidak sejalan dengan pernyataan Corebima
mempengaruhi rasio seks F1. Betina dapat (2003) yang menyatakan bahwa
meningkatkan kemampuannya untuk perkawinan D. melanogaster jantan dan
menghasilkan keturunan dengan cara kawin betina akan menghasilkan keturunan F1
dengan jantan “high-quality” untuk yang berjenis kelamin jantan (XY) dan
menghasilkan anakan jantan dan kawin betina (XX) dengan perbandingan masing-
dengan jantan “low-quality” untuk masing 50%. Berkenaan dengan jumlah
menghasilkan anakan betina. Hal ini jenis kelamin dari hasil penelitian Rothwell
menunjukkan bahwa F1 D. melanogaster (1983) dalam Farida (1996) menyatakan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang bahwa untuk individu dengan tipe
berhubungan dengan lingkungan maupun penentuan jenis kelamin XY seperti pada D.
internal induk jantan dan betina. melanogaster ini, individu jantan dan betina
Hasil analisis secara keseluruhan akan memproduksi gamet dengan jumlah
jumlah rerata jenis kelamin individu jantan yang kurang lebih sama akibatnya
dan betina menunjukkan bahwa rerata kromosom X dan Y memiliki jumlah yang
individu jantan F1 adalah 72,03 sedangkan sama, sebagai hasilnya akan diperoleh
rerata untuk individu betina adalah 77,34. keturunan jantan dan betina dengan nisbah
Hal ini berarti bahwa jumlah anakan 1:1.
individu betina lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah anakan individu jantan pada
persilangan D. melanogaster strain tx. Hasil Implementasi Hasil Penelitian sebagai
penelitian dapat dijelaskan bahwa diduga Bahan Penyusunan Petunjuk Praktikum
berkaitan dengan viabilitas atau
51
Pengaruh umur betina
52
Wijayanti
Long T.A.F. & Pischedda A. 2005. Do Female Mating as Frequency as
female D. melanogaster adaptively Correlated Response. Evolution, 54
bias offspring sex ratios in relation to (6):2152-2155
the age of their mate. Proc. R. Soc., Shoma S.K., Khrisna M.S, Hedge S.N,
272 : 1781-1787. Jayaramu SC, 2011. Effect of Age on
Muliati L. 2000. Pengaruh Strain dan Umur Female Reproductive Success in D.
Jantan terhadap Jumlah Turunan bipectinata. Journal of Insect Sciene.
jantan dan Betina. Disertasi. Malang: 11(3-4)
Universitas Negeri Malang. Widya D.K. 2010. Pengaruh Jeda Waktu
Nio T.K. 1995. Diktat Genetika Dasar. Kawin Kembali (6, 12, 18, 24, 30
Bandung : ITB. dan 36 jam) dan Macam Strain
Seregeg W.,1996. Penuntun Praktikum terhadap Keberhasilan Kawin
Genetika. Surabaya: IKIP Surabaya. Kembali Individu Betina Drosophila
Sgro CM, Patridge L., Fowler K. & Gissele melanogaster strain ro, b, dan dp.
Gedere. 2000. Selection age on Disertasi. Malang: Universitas Negeri
Reproduction in D. melanogaster: Malang.
53