You are on page 1of 15

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

Karakter Kewirausahaan dalam Kesehatan/Keperawatan

DOSEN PEMBIMBING:

Rivan Firdaus, SST., M.Kes.

DISUSUN OLEH:

Camtika Laksmi Bunga

Novinta Devi Setyaningrum

Syindi Devi Wahdaniah

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2017/2018

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawat merupakan seorang tenaga profesional di bidang kesehatan yang


bertanggung jawab untuk merawat, melindungi, dan membantu proses pemulihan
seorang pasien. Saat ini begitu banyak sekolah perawat yang ada di Indonesia.
Namun, apakah kebutuhan perawat di Indonesia sebanding dengan jumlah para
lulusannya , pertanyaan ini menjadi berbicangan hangat yang perlu dicarikan
solusinya. Banyaknya lulusan SMA dan perguruan tinggi telah menambah
deretan pengangguran yang angkanya mendekati 4 juta orang.Menurut ketua
PPNI Populasi perawat di Indonesia sediktnya 10.000 perawat baru, lulus tiap
tahun memperebutkan lowongan kerja di rumah sakit, dengan penyerapan kurang
dari 50%.Oleh karenanya diwajibkan setiap orang mampu menciptakan sendiri
pekerjaannya, ironisnya lebih dari setengahnya lulusan perawat menginginkan
menjadi pegawai negeri atau pegawai tetap sebagai motivasi awal masuk
keperawatan. Maka dari itu, dengan ditumbuh kembangkanya pengetahuan
seputar kewirausahaan, akan membangkitkan semangat masyarakat Indonesia
khusunya perawat, untuk ikut menciptakan lapangan kerja dengan berwirausaha,
tidak hanya menjadi pencari kerja (job seeking). Dilandasi semangat
nasionalisme bahwa bangsa Indonesia harus mampu bersaing dikancah
percaturan perekonomian dunia, maka akan banyak perawat yang termotivasi
untuk meningktakan kualitas dirinya dan mencetuskan ide-ide kretaif dalam
bidang kewirausahaan yang berdaya saing tinggi, dan perlu disadari pula bahwa
sebenarnya manusia sejak awal sudah memiliki karakteristik wirausaha namun
belum tergali secara optimal, munculnya permasalahan tersebut perlu dicarikan
solusi apakah perawat sudah memahami dan mengerti serta telah mampu
mengaplikasikan karakteristik wirausaha, pertanyaan ini tentunya perlu dikaji
lebih dalam agar permasalah yang terjadi pada dunia kerja perawat dapat dicari
jalan keluarnya dan solusi terbaik dengan harapan kedepan jumlah perawat
pancari kerja menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan perawat yang sekaligus
pencipta peluang kerja dan mandiri.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Enterpreneur
Entrepreneur sebuah kata yang berasal dari bahasa Perancis yang bermakna
seseorang yang melakukan dan mengoperasikan kegiatan enterprise (perdagangan)
atau venture (bisnis) yang dihubungkan dengan pengambilan resiko kegiatan.
Secara umum Entrepreneur selalu dikaitkan dengan bisnis, namun sebenarnya
tidak selalu demikian. Seorang Entrepreneur adalah pembuka cakrawala baru atau
membentuk pelayanan jasa/produk dalam market baru, baik itu bersifat profit
ataupun non profit.
Seorang Entrepreneur adalah pembuka cakrawala baru atau membentuk
pelayanan jasa/produk dalam market baru. Dalam hal ini seseorang itu
mempunyai kemampuan berpikir yang kreatif dengan daya kreasi dan membuat
sesuatu yang baru dengan cakap melihat suatu peluang serta berani mengambil
risiko atas tindakannya. Ketika seorang perawat mengambil suatu langkah di
tengah orang-orang lain saling berlomba memperebutkan kesempatan kerja yang
sangat sempit, ia justru berpikir melakukan suatu usaha yang dapat menghasilkan
secara ekonomi dan memberi peluang kerja bagi sesamanya, ia dapat dikatakan
sebagai seorang Entrepreneur. Entrepreneur adalah seseorang yang menerima
tanggung jawab dan resiko untuk menemukan dan menciptakan peluang unik
dengan menggunakan talenta, keterampilan dan energi serta menerapkan proses
perencanaan strategik untuk mentransfer peluang tersebut menjadi pelayanan atau
produk yang layak dipasarkan. Lebih lanjut diuraikan bahwa entrepreneurship
sangat berkaitan dengan semangat imaginatif dan kreatif serta keberanian
mengembangkan ide ide baru yang inovatif. Jadi seorang perawat entrepreneur
memberikan pelayanan keperawatan yang berupa usaha bisnis yang menawarkan
pelayanan dan asuhan keperawatan langsung, pendidikan, penelitian,
administratif atau memberikan konsultasi.

B. Pengertian Nurse Entrepreneur

Perawat yang memperkerjakan dirinya sendiri (self-employed),


bertanggunggugat/akuntabel langsung kepada klien penerima pelayanan jasa.
Pelayanan klinis yang diberikan bisa bersifat langsung, maupun melalui
subkontrak yang dijalankan secara resmi atau oleh organisasi sektor swasta.
Sedangkan nurse intrapreneur adalah perawat yang digaji karena
mengembangkan, mempromosikan dan memberikan program
kesehatan/keperawatan yang inovatif atau kegiatan pengembangan di berbagai
tatanan pelayanan kesehatan tertentu.

Entrepreneurship keperawatan lazimnya melibatkan empat pemangku


kepentingan utama, yaitu perawat, konsumer, organisasi profesi dan masyarakat.
Tiap pemangku kepentingan ini mempengaruhi evolusi entrepreneurship dalam
keperawatan pada kisaran hak, tanggung jawab dan harapan. Konsumer
menuntut asuhan yang lebih individual dan efektif. Perawat menuntut peluang
mempraktikkan keterampilan dan menerapkan pengetahuan yang akan
meningkatkan kepakarannya dalam asuhan keperawatan dan memberikan
kepuasan kerja. Masyarakat menuntut pelayanan kesehatan yang aman dan lebih
cost-effective, serta organisasi profesi melobi untuk kepentingan praktisi di dalam
lingkungan yang akan memfasilitasi pemberian asuhan yang berkualitas,
mengakui dan menghargai perawat atas kontribusi penting bagi kesejahteraan
masyarakat. Perawat/ners professional dalam entrepreneurship memberikan
bantuan bagi mereka yang mengalami kelemahan karena ketidakmampuan,
ketidaktahuan dan ketidakmauan untuk hidup secara mandiri dan melakukan
kegiatan hidup sehari hari. Bantuan diarahkan pada pemberian pelayanan
kesehatan utama dalam upaya menghasilkan suatu perubahan dalam sistem
pelayanan kesehatan untuk memampukan semua orang mencapai kehidupan yang
produktif.

Nurse artinya seorang perawat, sedangkan entrepreneur sendiri memiliki


berbagai pengertian dan sifat, salah satunya yang disampaikan oleh John G.
Burch, Entreprenuer memiliki sifat :

1. Berhasrat mencapai prestasi


2. Seorang Pekerja keras
3. Ingin bekerja untuk dirinya
4. Mencapai kualitas
5. Berorientasi kepada Reward dan Kesempurnaan
6. Optimis
7. Berorganisasi
8. Berorientasi kepada keuntungan
Ners entrepreneur juga harus secara aktif terlibat dalam penyusunan
kebijakan dan standar. Ketiga, legalitas terkait dengan lingkup praktik, badan apa
yang menetapkan hak untuk praktik, apa kriteria yang harus dimiliki, bagaimana
mekanisme peraturannya, tuntutan hukum dan asuransi apa yang
direkomendasikan, apakah memerlukan kontrak kerja, bagaimana menjamin
keamanan dan kerahasiaan catatan. Perlu diingat bahwa catatan adalah properti
praktik, namun informasi merupakan properti klien. Keempat, Ners entrepreneur
harus menjaga kredibilitas professionalnya, mereka harus kompeten dan
akuntabel, sementara tanggungjawab mendasar ada pada individu
perawat. Sebagai Ners entrepreneur, kemandirian dalam praktik menjadi sangat
mutlak, karena akuntabilitas keputusan dan tindakan yang dilakukan menjadi
tanggung jawab perawat itu sendiri. Nursepreneur adalah rangkaian dari dua kata
kata yaitu “nurse’ dan “Entrepreneur”.

Secara konseptual Nursepreneur memiliki ciri sebagai berikut :

1. Pengerahan Diri : Pendisiplinan diri dan secara menyeluruh merasa nyaman


bekerja untuk diri sendiri.
2. Pengasuhan Diri : Antusiasme tak terbatas untuk ide-ide Anda saat tak seorang
pun memilikinya.
3. Orientasi pada Tindakan : Hasrat menyala untuk memujudkan,
mengaktualisasi kan dan mengubah ide – ide Anda menjadi kenyataan.
4. Energi Tingkat Tinggi : Mampu bekerja dalam waktu lama secara emosional,
mental dan fisik.
5. Toleransi atas Ketidakmenentuan : Secara psikologis mampu menghadapi
resiko

C. Model Entrepreneurship

Model Entrepreneurship secara sederhana dimulai dengan diketahui adanya


peluang, mampu menggunakannya, kemudian jika terdapat hambatan, mampu
mengatasi hambatan yang ada. Diperlukan juga kemampuan cara melakukan
entrepreneurship itu sendiri sehingga tercipta usaha baru (peluang menjadi usaha
baru). Peluang perawat menjadi entrepreneur dibagi menjadi:
1. Trend demografi : Jumlah lansia yang semakin banyak tentunya memerlukan
perawatan dalam menjalani hidupnya. Dalam menjalani pengobatan mungkin
beberapa klien memerlukan penjagaan atas privacynya sehingga memerlukan
pelayanan secara khusus.
2. Kesempatan di falitas kesehatan : Terlibat dalam produksi atau pendistribusian
suplemen yang baik untuk pasien di rumah sakit. Mungkin kedepannya tidak
menutup kemungkinan rumah sakit akan melakukan outsourcing tenaga
perawat untuk memotong besarnya biaya rumah sakit, hal ini tentunya rumah
sakit tidak akan memaksakan tenaga perawat yang sedikit untuk merawat
pasien yang sangat banyak dan sebaliknya jika pasien sedikit rumah sakit bisa
menyesuaikan kebutuhan tenaga perawat.
3. Trend sosial : Gaya hidup yang sibuk berdampak buruk terhadap kesehatan
seseorang sehingga untuk tetap sehat membutuhkan perawatan untuk
mempertahankan kesehatanny, dalam hal ini focus kepada kelompok –
kelompok tertentu seperti klub jantung sehat.

Peluang – peluang diatas sangat mungkin dimanfaatkan oleh perawat karena


perawat di rumah sakit sangat dekat dengan pasien, namun untuk memanfatkan
peluang tersebut perawat sering menghadapi hambatan – hambatan diantaranya:
isu malpraktek, tidak punya hak istimewa dari rumah sakit, padangan skeptis dari
beberapa dokter tentang peran independen perawat, dan ketakutan rumah sakit
akan menurunnya kedisiplinan perawat.

1. Aspek legal : Perawat dalam menjalankan entrepreneurship-nya sering


dihantui oleh sangsi hukum, oleh karena itu banyak perawat berharap untuk
disahkannya RUU praktik keperawatan. Tetapi tentunya aspek hukum yang
harus dikuasai bukan hanya tentang perawat tentunya undang – undang atau
peraturan hukum lainnya juga harus dikuasai oleh perawat.
2. Etik dan konflik personal : Banyak perawat beranggapan bahwa berbisnis
bertentangan dengan kode etik dan nilai perawat dimana berbisnis maka akan
menurunkan penilaian masyarakat terhadap perawat. Dan untuk menghindari
terjadinya konflik personal perawat lebih suka bekerja di klinik tempat praktek
dokter, hal ini menyebabkan fungsi mandiri dari perawat dinilai tidak ada oleh
masyarakat atau dengan kata lain tidak kompeten dan menjadi perawat tidak
survive untuk menunjukan eksistensi tindakan keperawatan mandiri.
3. Hambatan dari pengetahuan : Kemampuan perawat dalam memulai bisnis
belum terlihat hal ini disebabkan karena ketidakmampuan mengembangkan
perencanaan bisnis (akutansi, pemasaran, manajeriar, asuransi, hukum,
perencanaan, insurance, anggaran, pendanaan, negosiasi, penagihan,
keterampilan klinik dan keperawatan). Manajemen perawat lebih difokuskan
kepada manajemen pasien tidak kepada manajemen perusahaan dan masih
banyak perawat beranggapan bahwa masyarakat hanya membutuhkan rumah
sakit dan dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan, kalau berbisnis
mempunyai risiko yang tinggi. Hal ini berdampak banyak perawat kesulitan
dalam memulai usaha baru.

Solusi : Untuk mengatasi masalah diatas diantaranya dengan cara :

1. Untuk memulai harus mempunyai mentor , dan tentunya kepada


perawat yang sudah menjadi Entrepreneur sejati harus terpanggil jika
menginginkan terbentuk perawat yang berjiwa Entrepreneur. Sehingga
perawat berani memulai bisnis baru.
2. Perawat harus membuat komuniti perawat Entrepreneurship sehingga
dapat menggali potensi bisnis perawat, mengetahui tren bisnis perawat
yang baru dan membuat arahan – arahan yang positif untuk
meningkatkan income bagi bisnis perawat.
3. Organisasi profesi harus mampu membuat dan mengembangkan area –
area Entrepreneurship perawat termasuk perlindungan hukumnya.
4. Membuat komuniti untuk mengidentifikasi portensi bisnis perawat,
terhubung dengan trend bisnis baru dan meningkatkan arahan – arahan
untuk meningkatkan praktek.
5. Perawat harus memperbaiki mental Entrepreneurnya dan mempelajari
peran – peran seorang Entrepreneur.
6. Kerjasama dengan pihak – pihak lain seperti rumah sakit, pemerintah
dan swasta yang dapat dijembatani oleh organisasi profesi.

D. Langkah Perawat Menjadi Nursepreneur (Perawat Pengusaha)


Isu kesejahteraan perawat saat ini masih gencar dihembuskan selain isu
profesionalisme. Kesejahteraan perawat yang berbanding lurus dengan gaji
perawat konon berbanding terbalik dengan beban kerja perawat. Mengharapkan
pemerintah untuk melihat hal itu, rasanya tidak mungkin (tampak pada
ketidakjelasan RUU Keperawatan) karena saat ini perawat di Indonesia masih
belum memiliki bargaining position di mata pemerintah.

Salah satu solusi yang bisa diambil untuk membackup kesejahteraan perawat
tanpa perlu menggantungkan pada gaji dari pemerintah, adalah dengan menjadi
Nursepreneur (Perawat Pengusaha). Konsep Nursepreneur sudah lama muncul
dalam dunia keperawatan. Namun, di Indonesia konsep ini belum begitu familiar.
Ada satu hal yang sangat menarik dari konsep ini, yaitu untuk menjadi perawat
pengusaha atau perawat pebisnis kita hanya perlu 5 langkah. Uniknya 5 langkah
ini sangat sering dilakukan oleh perawat. 5 langkah itu adalah bagian dari
PROSES – KEPERAWATAN yang terdiri dari (1) pengkajian, (2) diagnosa, (3)
perencanaan, (4) implementasi, dan (5) evaluasi. Jika dikaitkan dengan
NURSEPRENEUR, proses keperawatan itu akan menjadi 5 langkah awal untuk
menjadi perawat pengusaha atau perawat pebisnis, yaitu :

1. PENGKAJIAN : Langkah pertama untuk memulai berbisnis adalah kita


melakukan pengkajian. Masalah adalah hal pertama yang kita ingin dapatkan
dari proses pengkajian. Maka untuk memulai bisnis, kita harus mengetahui
masalah apa yang terjadi. Saat ini yang paling berkuasa dalam dunia bisnis
adalah pasar (market). Maka pengkajian yang kita lakukan untuk memulai
berbisnis adalah mengkaji kebutuhan pasar. Pasar memerlukan apa? Ada
masalah apa?.
2. DIAGNOSA : Langkah kedua setelah melakukan pengkajian adalah
menetapkan diagnosa. Dalam dunia bisnis, setelah kita mengetahui kebutuhan
pasar maka yang selanjutnya dilakukan adalah memetakan potensi yang bisa
kita masuki untuk menjawab kebutuhan pasar. Pemetaan potensi itu dalam
langkah ini adalah tahap diagnosa.
3. PERENCANAAN : Setelah kita mengetahui potensi pasar yang bisa kita
masuki, maka langkah selanjutya adalah menyusun rencana untuk bisa masuk
kedalam pasar yang sesungguhnya. Tahap perencaan ini merupakan tahap
ketika kita harus memiliki konsep usaha yang jelas dan detail. Apa yang kita
jual? Apa yang kita berikan kepada konsumen? Apa solusi yang bisa
dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar?
4. IMPLEMENTASI : Langkah ini adalah tahap bagi kita untuk take action.
Konsep usaha yang jelas harus diwujudkan dalam bentuk nyata. Tahap ini
merupakan tahap yang paling inti dalam proses berbisnis dan tentu saja
merupakan tahap yang paling sulit. Semua orang bisa punya ide, namun tidak
semua orang berani take action.
5. EVALUASI : Dalam sistem apapun, evaluasi merupakan bagian penting dan
tidak boleh terlupakan. Dari evaluasi ini, kita bisa mengetahui apakah
implementasi yang kita lakukan berhasil atau tidak. Sama dalam dunia bisnis,
evaluasi akan memberikan gambaran kepada kita apakah konsep yang sudah
kita jalankan berhasil atau tidak. Jika berhasil, maka kita bisa lakukan
peningkatan, namun jika tidak, perubahan rencana dan strategi bisa dilakukan.

E. Karakter Kewirausahaan dalam Kewirausahaan/Keperawatan

Sukses pada dasarnya bermula dari mental. Kita bisa saja miskin namun jika
kita yakin bahwa kita bisa sukses, itulah yang akan kita raih. Demikian juga
sebaliknya, jika seseorang terlahir kaya, namun tidak memiliki mental sukses,
kelak ia pun bisa jatuh melarat.

Namun, ada sifat dan karakteristik mental tertentu yang harus seseorang
miliki agar ia bisa sukses dalam bidang bisnis yang ia geluti. Sifat dan
karakteristik mental tersebut akan sangat penting untuk menentukan apakah
seseorang bisa berhasil dalam persaingan bisnis yang begitu kompetitif.

Caring merupakan bagian inti yang penting dalam ilmu keperawatan. Watson
(1979) dalam tulisannya berjudul Theory of Human Caring, mengemukakan
bahwa caring adalah jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara
pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi klien sebagai
manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan klien untuk sembuh
(Perry & Potter, 2005).
Caring dan keperawatan merupakan dua domain utama yang tidak dapat
dipisahkan dalam setiap kehidupan di masyarakat. Dengan kata
lain, caring bukanlah semata-mata suatu perilaku/sikap, melainkan berfokus pada
segala aktivitas yang dilakukan perawat saat melaksanakan fungsi
keperawatannya.

"Dalam kaitannya dengan nursepreneurship, segala sesuatu mengenai


aktivitas yang dilakukan nursepreneur yang mengintegrasikan nilai-nilai
keperawatan dalam menjalankan usahanya, caring merupakan sifat dan
karakteristik mental yang harus dimiliki seorang nursepreneur"

Dengan demikian, perilaku caring yang ditampilkan oleh


seorang nursepreneur akan mempengaruhi kepuasaan klien sehingga akan
menghasilkan keuntungan bagi usaha yang dijalankan. Adapun manifestasi dari
sifat dan karakteristik mental caring yang dimiliki seorang nursepreneur tersebut
jika dikaitkan dengan konsep Simone Roach (1984) bahwa ada 5 (lima)
karakteristik sifat caring yang dapat dijabarkan sebagai berikut (Kozier, Barbara,
et.al, 2007) :

1. Compassion (kasih sayang)

Compassion adalah kepekaan terhadap kesulitan dan kepedihan orang lain


dapat berupa membantu seseorang untuk tetap bertahan, memberikan kesempatan
untuk berbagi, dan memberi ruang bagi orang lain untuk berbagi perasaan, serta
memberikan dukungan secara penuh.

Dengan kata lain, seorang nursepreneur harus memiliki kemampuan


berhubungan dengan orang lain sehingga timbul kepekaan sosial untuk
memandang dari sudut pandang orang lain.

"Seorang nursepreneur harus bisa merasakan perasaan orang lain,


mengerti keinginannya, serta menangkap motif di balik sikap orang lain"

Seorang nursepreneur harus bisa belajar untuk membiasakan diri melakukan


tindakan-tindakan tersebut. Misalnya, jadilah pendengar yang baik, belajarlah
menempatkan diri pada posisi orang lain, belajarlah melakukan apa yang kita
ingin orang lain lakukan kepada kita, dan sebagainya.

2. Competence (kemampuan)

Competence adalah memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman,


energi dan motivasi sebagai rasa tanggung jawab. Dengan kata lain,
seorang nursepreneur dalam membangun bisnis tidak hanya berdasarkan
keinginan semata, melainkan juga harus membekali diri dengan pengetahuan dan
keterampilan dalam berbisnis.

Seorang nursepreneur harus terus belajar, tidak hanya belajar dari


pengalaman sendiri tetapi juga harus belajar dari pengalaman orang lain, baik
melalui buku-buku, majalah, atau melalui seorang guru yang sudah berhasil
membangun bisnis.

"Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seorang nursepreneur akan


menghindarkan dari berbagai persoalan yang sebenarnya tidak perlu terjadi"

Compassion tanpa competence akan terjadi kelalaian klinis,


sebaliknya. Competence tanpa compassion tidak mampu menghasilkan suatu
tindakan apapun.

3. Confidence (kepercayaan diri)

Confidence adalah suatu keadaan untuk memelihara hubungan antar manusia


dengan penuh percaya diri. Confidence dapat berupa ekpresi caring yang
meningkatkan kepercayaan tanpa mengabaikan kemampuan orang lain untuk
tumbuh dan menyampaikan kebenaran. Dengan kata lain,

"Seorang nursepreneur percaya akan kemampuan mereka sendiri, dan


mereka memastikan bahwa mereka berusaha sebaik mungkin dan sekaligus
mengharapkan hasil terbaik dari usaha mereka"
Mereka pun meyakini bahwa dunia bisnis sangatlah kompetitif, dan dunia
bisnis bukanlah tempat yang cocok untuk orang-orang yang hanya setengah hati
dalam berbisnis. Berikut ini cara-cara membangun kepercayaan diri antara lain:

 Pikirkan hal-hal positif saja.


 Ganti pikiran negatif dengan pikiran positif
 Berjalanlah lebih cepat. Bejalanlah dengan tujuan.
 Berdirilah dengan sikap percaya diri: kepala tegak, bahu tegap, perut
masuk.
 Tatap orang di matanya dan tersenyumlah.
 Perkenalkan diri kepada orang lain. Jangan tunggu mereka
memperkenalkan diri kepada
 Berani untuk mengungkapkan pikiran.

4. Concience (suara hati)

Concience adalah kemampuan untuk membedakan apakah tindakan kita


benar atau salah. Dengan kata lain,

"Seorang nursepreneur harus memiliki standar moral yang tumbuh dari


sistem nilai humanistik altruistik (peduli kesejahteraan orang lain) yang dianut
dan direfleksikan pada tingkah lakunya"

Kemandirian seorang nursepreneur juga disertai dengan rasa kepedulian


kepada sesama.

Sama halnya dengan prinsip tabur benih yang juga berlaku dalam kehidupan.
Pada waktunya kita akan menuai yang kita tabur. Bayangkanlah, betapa kayanya
hidup kitaapabila kita selalu menebar benih kebaikan. Sebaliknya, betapa
miskinnya kita bila rajin menabur keburukan kepada sesama. Maka, mulailah
menabur kebaikan hari ini dan saat ini juga.

5. Commitment (komitmen)
Commitment adalah tekad dan kemauan untuk melakukan tugas secara
konsekuen dan berkualitas terhadap tugas, orang, atau karir yang dipilih. Dengan
kata lain,

"Seorang nursepreneur yang ingin sukses dalam membangun bisnis/usaha


harus memiliki komitmen yang kuat"

Mereka tidak ada waktu untuk bermalas-malasan, waktu digunakan untuk


aktivitas yang lebih produktif. Jika hal buruk pun terjadi, maka mereka akan terus
berusaha tetap tenang dan yakin bahwa akan ada jalan keluar dengan tetap
berusaha melakukan yang terbaik.

Namun, bagi mereka yang ingin menjadi sukses, tetapi setiap hari kerjanya
hanya main-main. Tidak ada kemauan untuk menepis rasa malas dan
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Tidak ada kemauan untuk bergerak. Pada
akhirnya, keinginan itu hanya menjadi keinginan belaka. Oleh karena itu,
mulailah berusaha dengan sungguh-sungguh, jangan lagi membuang waktu.

You might also like