You are on page 1of 6

2.

5 Kanker Leher Rahim


2.5.1 Pengertian kanker leher rahim
Kanker leher rahim adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa.
Kanker leher rahim merupakan keganasan yang terjadi pada leher rahim yang merupakan bagian
terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang sanggama (vagina) yang dapat menyebar
(metastase) ke organ – organ lain dan menyebabkan kematian. Kanker leher rahim biasanya
menyerang wanita berusia 35-55 tahun(.1, 5)
2.5.2.Perjalanan penyakit Infeksi
Human Papiloma Virus (HPV) biasa terjadi pada perempuan usia reproduksi. Infeksi dapat
menetap, berkembang menjadi displasia atau sembuh sempurna. Virus ini ditemukan pada 95%
kasus kanker leher rahim.
Proses terjadinya kanker leher rahim sangat erat hubungannya dengan proses metaplasia.
Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat
fase aktif metaplasia dapat berubah menjadi sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya
terjadi di daerah transformasi. Sel yang mengalami mutasi disebut sel displatik dan kelainan
epitelnya disebut displasia (Neoplasia Intraepitel Servik/NIS). Dimulai dari displasia ringan,
sedang, berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Lesi
displasia dikenal juga sebagai lesi prakanker. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal
epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel.
Pada lesi prakanker derajat ringan dapat mengalami regresi spontan dan menjadi normal
kembali. Tetapi pada lesi derajat sedang dan berat lebih berpotensi berubah menjadi kanker invasif.
Perubahan dari karsinoma in-situ menjadi kanker leher rahim memerlukan waktu 5-20 tahun,
sehingga jika ditemukan pada tahap prakanker morbiditas dan mortalitas sangat rendah dengan
angka kesembuhan yang dapat mencapai 100%. (2,3,5)
2.5.2 Gejala dan Tanda Kanker Leher Rahim
2.5.3.Gejala
Pada tahapan pra kanker sering tidak menimbulkan gejala, biasanya kalo timbul gejala
mengeluarkan keputihan atau bercak sedikit.
a.Pada tahap selanjutnya (kanker) dapat timbul gejala berupa:
1). Keputihan / keluar cairan encer yang biasanya berbau
2). Perdarahan di luar siklus haid Perdarahan setelah sanggama yang kemudian berlanjut menjadi
perdarahan yang abnormal,terjadi secara spontan walaupun tidak melakukan hubungan seksual.
3). Sakit waktu melakukan hubungan seksual
4).Timbul kembali haid setelah mati haid ( menopause )
5).Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah
6). Anemia (kurang darah) karena perdarahn yang sering timbul
7).Gangguan buang air kecil (disuria,haematuria sampai dengan anuria.5
2.5.2.2.Tanda/pemeriksaan fisik
a. Pada pemeriksaan umum
1. Keadaan umum : status gizi, anemia
2. Pembesaran tumor pada kelenjar getah bening,terutama didaerah supraklavikula
3. Pada stadium lanjut dapat dijumpai udem di tungkai
b. Pada pemeriksaan ginecologis: Pada inspeksi dengan bantuan alat spekulum, akan tampak
proses di leher rahim/porsio/serviks yang umumnya menonjol seperti kembang kol,yang rapuh dan
mudah berdarah, dan kadang-kadang berbau busuk. Untuk memastikan bahwa kelainan di leher
rahim adalah kanker,harus dilakukan pembuktian secara histopatologi (biopsi).(3)
2.6 Faktor Risiko
Faktor resiko yang menyebabkan perempuan terpapar HPV (sebagai etiologi dari kanker
leher rahim) adalah :
a. Menikah /memulai aktifitas seksual pada usia muda (kurang dari 20 tahun)
b. Berganti ganti pasangan seksual
c. Berhubungan sek dengan laki-laki yang sering berganti pasangan
d. Riwayat infeksi di daerah kelamin/radang panggul
e. Perempuan yang melahirkan banyak anak
f. Perempuan perokok mempunyai resiko dua setengah kali lebih besar untuk menderita kanker
leher rahim dibanding yang tidak merokok.
g. Perempuan yang perokok pasif (yang tinggal bersama keluarga yang mempunyai kebiasaan
merokok) akan meningkat resikonya 1,4 kali dibandingkan perempuan yang hidup dengan udara
bebas.
h. Perempuan yang pernah melakukan pemeriksaan penapisan (tes Pap atau IVA/ Inspeksi Visual
dengan Asam asetat) akan menurunkan risiko terkena kanker leher rahim (faktor Protektif). (4)
2.7 Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
Deteksi dini merupakan kunci penaggulangan penyakit kanker. Kanker leher rahin stadium
dini sering tidak menimbulkan gejala atau tanda yang khas. Namun demikian kanker leher rahim
stadium ini dapat dideteksi dengan suatu pemeriksaan. Ada beberapa metode penapisan yang
dikenal untuk melakukan penapisan kanker leher rahim. Tujuan penapisan untuk menemukan lesi
prakanker. Namun metode yang sekarang sering digunakan adalah tes Pap dan IVA. Tes pap
memiliki sensitivitas 51% dan spesifitas 98% selain itu pemeriksaan pap smear masih memerlukan
penunjang laboratorium sitologi dan dokter ahli patologi yang relatif memerlukan waktu dan biaya
yang besar. Sedangkan IVA memiliki sensitivitas sampai 96% dan spesifitas 97% untuk program
tenaga medis yang terlatih. Hal ini menunjukan bahwa IVA memiliki sensitivitas yang hampir
sama dengan sitologi serviks sehingga dapat menjadi skrining yang efektif pada negara yang
berkembang seperti di Indonesia.(3)
2.7.1 Inspeksi Visual dengan Aplikasi Asam Asetat (IVA)
Pemeriksaan serviks secara visual menggunakan asam cuka, berarti melihat langsung
serviks dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam
asetat/asam cuka (3-5%). Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan batas tegas
menjadi putih (acetiwhite), yang mengindikasikan bahwa serviks mungkin memiliki lesi
prakanker. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada sarana kesehatan yang sederhana. Dilakukan
oleh dokter,perawat,bidan yang telah terlatih.
a) Indikasi Skrining kanker leher Rahim
b) Kontraindikasi Tidak direkomendasikan pada wanita pasca menopause, karena daerah zona
transisional seringkali terletak di kanalis servikalis dan tidak tampak dengan pemeriksaan
inspekulo.
Manfaat IVA adalah praktik yang dianjurkan untuk fasilitas dengan sumber daya rendah
dibandingkan dengan jenis penapisan lain, karena :
a. Aman, tidak mahal dan mudah dilakukan.
b. Kinerja tes sama dengan tes lain yang digunakan untuk penapisan kanker leher rahim
(memenuhi kriteria tes skrining yang baik).
c. Penilaian ganda untuk sensitifitas dan spesifitas menunjukan bahwa tes ini sebanding dengan
Papsmear dan HPV atau kolposkopi.
d. Dapat dipelajari dan dilakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan di semua jenjang sistem
kesehatan.
e. Memberikan hasil segera sehinga dapat segera diambil keputusan mengenai penatalaksanaanya
(pegobatan atau rujukan).
f. Sebagian besar peralatan dan bahan untuk pelayanan ini mudah didapat.
g. Pengobatan langsung dengan krioterapi berkaitan dengan penapisan.
h. Tidak bersifat invasif dan dengan efektif dpt mengidentifikasikan berbagai lesi prakanker. (3,4)
2.8 Pencegahan dan Penanggulangan Kanker Leher Rahim
Pencegahan kanker leher rahim meliputi tiga tingkatan pencegahan yaitu primer, sekunder,
tersier yang penjelasanya sebagai berikut:
2.8.1 Pencegahan Primer
Pencegahan primer dimaksudkan untuk meneliminasi dan meminimalisasi pajana
penyebab dan faktor risiko kanker, termasuk mengurangi kerentanan individu terhadap efek dari
penyebab kanker. Selain faktor resiko, ada faktor protektif yang akan mrngurangi kemungkinan
seseorang terserang kanker. Pendekatan pencegahan ini memberikan peluang paling besar dan
sangat cost- efektif dalam pengendalian kanker tetapi membutuhkan waktu yang lama.
Memberikan edukasi tentang perilaku gaya hidup sehat, mempromosikan anti rokok termasuk
menurunkan risiko terpajan asap rokok, perilaku seksual yang aman, serta pemberian vaksin HPV,
merupakan contoh kegiatan pencegahan. (1,2)
2.8.2 Pencegahan Sekunder
Ada dua komponen deteksi dini yaitu penapisan (screening) dan edukasi tentang
penemuan dini (early diagnosis).
a. Penapisan atau skrining, adalah upaya pemeriksaan atau tes yang sederhana yang mudah
dilaksanakan pada populasi masyarakat sehat.
b. Penemuan dini (early diagnosis), adalah upaya pemeriksaan pada masyarakat yang telah
merasakan adanya gejala. Program atau kegiatan deteksi dini yang dilakukan pada masyarakat
hanya akan berhasil apabila kegiatannya dihubungkan dengan pengobatan yang adekuat,
terjangkau, aman, dan mampu laksana, serta mencakup 80% populasi perempuan yang berisiko.
(1,2)

2.8.3 Pencegahan Tersier


a. Diagnosis dan Terapi. Diagnosis kanker leher rahim membutuhkan kombinasi antara
kajian klinis dan investigasi diagnostik. Tujuan dari pengobatan adalah menyembuhkan,
memperpanjang harapan hidup, dan meningkatkan kualitas hidup. Pengobatan harus terpadu
termasuk pendekatan psikososial, rehabilitasi, dan terkoordinasi dengan pelayanan paliatif untuk
memastikan peningkatan kualitas hidup pasien kanker.
b. Pelayanan Paliatif. Hampir di seluruh dunia, pasien kanker terdiagnosa pada stadium
lanjut dan pengobatan harus terpadu termasuk pendekatan psikososial, rehabilitasi, dan
terkoordinasi dengan pelayanan paliatif untuk memastikan peningkatan kualitas hidup pasien
kanker. (1,2)
2.9 Manajemen Pengendalian Kanker Leher Rahim
2.9.1 Persiapan
2.9.1 1 Analisa Kebutuhan Pemeriksaan
Penghitungan kebutuhan sumber daya, target cakupan, dan penyiapan lapangan dilakukan
dengan menggunakan data-data yang ada di Puskesmas, dan Rumah Sakit rujukan.
Data-data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
a. Data demografi (khususnya perempuan berumur 30-50 tahun) dan data sosial budaya.
b. Data dasar berupa data kasus kanker leher rahim yang bersumber rumah sakit
kabupaten, Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas tersebut
selama kurun waktu 3 terakhir.
c. Data sumber daya (sarana, prasarana, SDM, dana) di tingkat Puskesmas dan Rumah
Sakit Kabupaten/Kota dan sarana prasarana pelayanan kesehatan lain.
d. Data lembaga atau yayasan, atau organisasi maupun masyarakat yang ada di wilayah
setempat yang berperan serta dalam upaya pengendalian penyaki kanker.( 2)
2.9.2.2 Perkiraan kebutuhan pelayanan
pengobatan Perhitungan kebutuhan pengobatan melalui estimasi jumlah hasil penapisan
yang positif. Perhitungan dilakukan dengan cara sbb: berdasarkan penelitian Dr. Laila N, dan Dr.
Dwiyana O, tahun 2006, estimasi lesi prakanker yang ditemukan dengan metode IVA sebesar 5-
10 dari 100 perempuan. Dari jumlah yang positif tersebut hanya 80-85% - nya yang membutuhkan
pengobatan kreoterapi (ACCP 2004). Berdasarkan estimasi insidens kanker leher rahim dari WHO
(16 per 100.000 perempuan), dapat diperkirakan jumlah kanker leher rahim yang akan ditemukan.
(2,4)

2.9.2.3 Pemetaan klien


Tujuan utama dari pemetaan adalah mempermudah perempuan untuk mencapai akses
penapisan kanker yang berkualitas dan pengobatannya. Banyak perempuan di berbagai negara
terutama di daerah pedesaan yang sulit mencapai tempat pelayanan kesehatan dikarenakan jarak
yang jauh dari tempat tinggalnya, biaya transportasi, tanggungjawabnya akan keluarga atau
pekerjaan yang tidak bisa ditinggal, dan lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan strategi yang dapat
mengurangi kunjungan perempuan ke klinik dan jaminan untuk mendapatkan pelayanan yang
mereka butuhkan, dan meningkatkan follow-up.(2,3)
2.9.2.4 Pelaksanaan Penapisan
Agar penapisan dapat dilaksanakan dengan baik dan mencapai tujuan yang diinginkan,
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Persiapan tempat, bahan, peralatan, SDM, dan penentuan waktu pelaksanaan.
2. Penetapan jumlah target per hari dan wilayahnya.
3. Penginformasian kegiatan kepada masyarakat melalui bidan desa, kader kesehatan, dan
perangkat desa dan penetapan teknis pelaksanaan.(4,5)

DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI, (2007) Pedoman Pengendalian Faktor
Resiko Penyakit Kanker, Jakarta.
2. Departemen Kesehatan RI,(2010)Pedoman Teknis Pengendalian
Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim, Jakarta
3. Dallimarta. S, 2004 Deteksi Dini Kanker. Jakarta : Penebar Swadaya
Departemen Kesehatan RI,(2000), Totak Quality Management
4. Departemen Kesehatan RI, (2007) Pedoman Pengendalian Faktor
Resiko Penyakit Kanker, Jakarta.
5. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013.

You might also like